TUGAS STATIKA MEKANIKA BAHANI STRUKTUR BAJA 1. PENGUNALAN STRUKTUR BAJA DEFINISI Seluruh macam besi yang dengan tidak dikerjakan terlebih dahulu lagi, sudah dapat ditempa. Adalah bahan yang serba kesamaannya (homogenitasnya) tinggi, terdiri terutama dari Fe dalam bentuk kristal dan C. Pembuatannya dilakukan sebagai pembersihan dalam temperatur yang tinggi dari besi mentah yang didapat dari proses dapur tinggi. besi mentah tidak dapat ditempa. Terdapat 3 Macam besi mentah : Besi mentah putih Besi mentah kelabu Besi mentah bentuk antara Ikhtisar singkat dari Proses pembuatan baja : Proses Bessemer. Proses thomas. Proses Martin. Proses dengan dapur elektro. Proses dengan mempergunakan kui Proses aduk (proses puddle).
2. SIFAT - SIFAT UMUM DARI BAJA BANGUNAN Sifat sifat umum dari baja yaitu teristimewa kekakuannya dalam berbagai macam keadaan pem- bebanan atau muatan terutama tergantung : Cara meleburnya. Macam dan banyaknya logam campuran Cara (proses) yang digunakan waktu pembuatannya. Dalam proses pembuatan baja maka logam campuran baja itu sebagian sudah ada dalam bahan mentah itu namun masih perlu ditambahkan pada waktu pembuatan baja seperti : C, Mn, Si termasuk bahan utama S dan P. Sifat sifat utama baja untuk dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan : Keteguhan (solidity) artinya mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan atau lentur Elastisitas (elasticity) artinya kemampuan / kesanggupan untuk dalam batas batas pembebanan tertentu, sesudahnya pem- bebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula. Kekenyalan / keliatan (tenacity) artinya kemampuan/kesanggupan untuk dapat menerima perubahan perubahan bentuk yang besar tanpa menderita kerugian- kerugian berupa cacat atau kerusakan yang terlihat dari luar dan dalam untuk jangka waktu pendek Kemungkinan ditempa - (maleability) sifat dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan plastis sehingga dapat dirubah bentuknya Kemungkinan dilas (weklability) artinya sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain dengan memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tampa merugikan sifat -sifat keteguhannya Kekerasan (hardness) Kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain.
Sifat-Sifat Mekanis Baja Struktural Menurut SNI 03-1729-2002, sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada table berikut ini
Tegangan Leleh (Yielding Stress) Tegangan leleh untuk perencanaan (fy) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan pada table.
Tegangan Putus (Ultimate Stress) Tegangan putus untuk perencanaan (fu) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan pada tabel .
Sifat-Sifat Mekanis Lainnya Sifat-sifat mekanis lain baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
Hubungan Antara Tegangan dan Regangan pada Konstruksi Baja
Dalam peraturan AISC 2005, perhitungan rumus kekuatan nominal (RN) menggunakan tegangan leleh (fy) maupun tegangan ultimate (fu), pemilihan tegangan baik itu fu maupun fy didasarkan atas kemampuan struktur mempertahankan stabilitasnya setelah beban maximum diberikan. Oleh sebab itu sebaiknya terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang pengertian tegangan ultimate dan tegangan luluh berdasarkan grafik hubungan tegangan-regangan sebagai berikut: Grafik Hubungan Tegangan-Regangan
Grafik diatas menunjukkan hasil pengukuran hubungan tegangan-regangan dalam percobaan tarik baja. Tipikal grafik seperti diatas hanya dapat dijumpai pada percobaan tarik baja lunak (mild). Benda uji baja diberikan beban tarik sehingga tegangan baja meningkat dari titik O sampai ke titik A. Ordinat titik A disebut tegangan proposional (fp). Hubungan tegangan-regangan dari titik awal sampai ke titik A masih linear. Daerah antara titik O dan A disebut juga daerah elastis yang artinya jika suatu bahan baja mengalami tegangan tidak melewati titik A dan apabila beban dilepaskan, maka baja masih dapat kembali ke bentuk atau panjang semula. Ketika beban diperbesar sehingga tegangan baja sampai ke titik B, maka hubungan tegangan- regangan tidak linear lagi. Titik B merupakan titik leleh (fy) dari baja yang ditandai dengan tegangan yang relatif tidak naik dan regangan yang meningkat. Daerah antara titik A ke C merupakan daerah plastis, dimana jika suatu batang baja mengalami tegangan sampai melewati titik A (masuk ke daerah A- C) dan beban dilepaskan, maka baja tidak akan kembali ke panjang semula. Dengan demikian terdapat regangan residu yang disebabkan karena inelastis dari bahan tersebut. Apabila beban diperbesar lagi maka yang terjadi adalah regangan akan terus meningkat tanpa disertai tegangan sampai ke titik C, yang disebut titik pengerasan regangan. Pada titik C, terdapat kenaikan tegangan yang disebabkan karena regangan bahan sudah hampir mencapai maximum. Bahan masih mampu menahan tegangan tambahan sampai ke titik D yang disebut tegangan ultimate (fu). Daerah antara titik C ke D merupakan daerah strain hardening yang ditandai dengan peningkatan tegangan dan regangan setelah melewati batas plastis. Jika beban ditambah sampai tegangan baja melewati tegangan ultimate, maka baja akan mengalami kegagalan putus leleh yang ditandai dengan penurunan tegangan dan regangan yang terus bertambah sampai benda uji putus.
Grafik hubungan tegangan-regangan yang telah dinormalisasi Tegangan leleh berada pada titik A dan daerah antara titik O dan titik A adalah daerah elastis sedangkan daerah antara titik A dan B adalah daerah plastis. Dalam praktek hal penting yang berhubungan dengan sifat baja adalah : Penentuan syarat syarat minimum harus dicantumkan dalam kontrak pemesanan, pembelian dan penyerahan bahan Garansi adanya sifat-sifat yang merata melalui dari pengetesan pada waktu bahan datang Tuntutan tuntutan yang tinggi yang tidak diperlukan sebaiknya tidak dicantumkan karena tidak ekonomis Sifat-sifat baja harus selalu terjamin ada untuk kondisi pengerjaan dari baja misalnya pemotongan, pengeboran pengelasan. Sebaliknya pada saat pengerjaan baja maka dijaga sedemikian rupa sehingga sifat sifat baja tidak hilang Bentuk - bentuk bagian dari kon- struksi bangunan dan sambungan - sambungan tidak mengakibatkan sifat - sifat baja menjadi berubah.
Baja bangunan terbagi menjadi dua bagian : baja wals (gilling) tidak dengan campuran logam. Baja wals dengan campuran logam
BAJA GOLONGAN 1 Yang termasuk dalam golongan 1 adalah baja St 37 yang lazim diguna-kan di Eropa dan Indonesia.Baja ini dibuat melalui proses thomas dan Martin. Angka 37 berarti bahwa minimum keteguhan putus tarik adalah 37 Kg/mm2. Baja St 00 juga termasuk dalam golongan 1 dengan kwalitas perdagangan. Dipergunakan untuk konstruksi gedung-gedung yang kurang penting sehingga pengetesan tidak diperlukan cukup hanya melalui pengelihatan
BAJA GOLONGAN 2 Keuntungan : Digunakan bila konstruksi memerlukan bahan yang ringan. Lebih tahan terhadap pertukar-an beban. Menjadikan tegangan sekunder lebih kecil. Kerugian : Harganya lebih tinggi. Sifatnya lebih getas. Mengerjakannya lebih sulit karena lebih keras Jika digunakan jembatan menjadi tidak kaku atau lendutannya besar.
Pada dasarnya untuk kekuatan konstruksi persyaratan yang diperlukan adalah: syarat kekuatan syarat kekakuan Dengan mengetahui kerugian dari type baja ini maka untuk konstruksi jembatan perlu adanya penyesuaian penyesuaian sbb : tinggi jembatan dibuat lebih untuk mengimbangi adanya lendutan yang besar Tegangan yang diizinkan tidak digunakan sepenuhnya sehingga perhitungan boros/ mahal. Percobaan-percobaan dari baja bangunan adalah : Percobaan tarik Percobaan lentur Penetapan kekerasan menurut brinell Percobaan tarik pukul lentur Percobaan tarik pukul
3. PROFIL YANG DIGUNAKAN Ada 2 macam bentuk profil baja berdasarkan cara pembuatannya : Profil Baja Giling (Rolled Steel Shapes) Profil Baja yang Dibentuk Dalam Keadaan Dingin (Cold Formed Stell Shapes) Rolled Steel Shapes
Cold Stell Shapes
4. STANDARD YANG DIGUNAKAN Beberapa standar yang digunakan untuk perencanaan struktur baja PPBBI : Penentuan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia AISC : American Institut of Steel Construction ASTM : America Society for Teding Material DIN : Denteh Industrial Narmen JIS : Japan Industrial Standard
Prosedur Design : 1. Design fungsional 2. Design kerangka baja Design fungsional akan menjamin tercapainya yang dikehendaki seperti : Areal kerja yang lapang dan cukup Ventilasi dan pengkoordinasian udara yang tepat Transportasi yang memadai Pencahayaan Estetika Design kerangka kerja Berkaitan dengan pemikiran susunan serta ukuran elemen-elemen struktur yang tepat, sehingga beban-beban yang bekerja pada bangunan tetap aman PROSEDUR DESIGN 1. Perencanaan Penentuan fungsi-fungsi yang akan dilayani oleh struktur yang bersangkutan Menentukan kriteria-kriteria untuk mengukur apakah desain yang ditentukan optimum 2. Konfigurasi Struktur Pendahuluan Susunan dari elemen-elemen yang akan melampaui fungsi-fungsi langkah 1 3. Pemilihan batang pendahuluan Pemilihan ukuran batang yang memenuhi kriteria obyektif, seperti berat atau biaya minimum yang dilakukan atas dasar keputusan dari langkah 1,2,3 4. Penentuan bahan-bahan yang harus dipikul Beban mati Beban hidup Beban angin Beban gempa Beban lain-lain 5. Analisis Analisa struktural dengan membuat model beban-beban dan kerangka kerja struktural untuk mendapatkan gaya internal dan defleksi yang dikehendaki 6. Evaluasi Apakah semua persyaratan kekuatan dan kemampuan telah terpenuhi dan apakah hasilnya optimum 7. Redesain Hasil evaluasi maka jika perlu dilakukan pengulangan pada bagian mana yang harus di redesain Kriteria optimum desain struktur 1. Biaya minimum 2. Berat minimum 3. Waktu konstruksi minimum 4. Jumlah tenaga kerja minimum 5. Efisiensi pengoperasian yang maksimum
5. SAMBUNGAN BAJA
Klasifikasi Sambungan A. Sambungan Kaku Pada sambungan kaku, sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut diantara komponen-komponen struktur yang disambung. Deformasi titik kumpul harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi gaya maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur.
Gambar : Sambungan kaku
B. Sambungan Semi Kaku Sambungan semi kaku tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut diantara komponen-komponen struktur yang disambung, namun harus dianggap memiliki kapasitas yang cukup untuk memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap perubahan sudut-sudut tersebut. Perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan deformasinya harus menggunakan analisis mekanika yang hasilnya didukung oleh percobaan eksperimental.
Gambar : Sambungan semi kaku
C. Sambungan Sendi Sambungan sendi dianggap tidak ada momen pada kedua ujung yang disambung. Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi yang diperlukan pada sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen struktur yang disambung. Detail sambungan harus mempunyai kemampuan rotasi yang cukup. Sambungan harus bisa memikul gaya reaksi yang bekerja pada eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungannya.
Gambar : Sambungan sendi
Alat Sambung Macam-macam alat sambung : Paku keling Baut (baut sekrup hitam) High Strength Bolt (baut mutu tinggi) Las
1. Paku Keling Cara pemasangan : bahan baku dipanaskan hingga memijardimasukkan dalam lubang ditekan sehingga terbentuk bagian kepala dari paku keling selama proses penekanan m paku keling = m lubang Jarak pemasangan paku keling = disamakan dengan jarak baut Perhitungan Sambungan dengan Paku Keling 2 macam sambungan : - Sambungan beririsan satu - Sambungan beririsan kembar Sambungan Beririsan Satu mempunyai satu bidang geser biasanya S1 = S2 , bila S1 = S2 ambil S terkecil ada momen sekunder karena eksentrisitas sebesar e akibat momen sekunder = p.e akan membengkok Sambungan Beririsan Kembar mempunyai 2 bidang geser biasanya S2 < 2S1, diambil harga yang terkecil tidak terjadi momen sekunder sambungan konstruksi yang baik
P e S 1 S 2 bidang geser P 1/2 P S 1 S 2 bidang geser P S 3 1/2 P Kerusakan Sambungan Disebabkan karena : Pembebanan terlalu besar paku patah akibat geseran. Tekanan besar dinding lubang rusak. Kemampuan Sambungan keruntuhan geser
Keruntuhan Tumpu
Menentukan Kekuatan Dukung Paku Keling A. untuk sambungan irisan tunggal
diambil harga yang terkecil
B. untuk sambungan irisan kembar
diambil harga yang terkecil
bila bekerja gaya geser dan gaya aksial
keling paku d diizinkan yang beban P d 2 1 d 4 1 x 2 P : kembar beririsan d 4 1 P : tunggal beririsan 2 2 2 | t t t = = = = = d 2 S d 1,5 untuk 1,6 d 2 S untuk 2 disambung yang pelat tebal S keling paku d diizinkan yang beban P d S P 1 1 tu tu < s > = = = = = o o o | o tu 2 d S P d 4 1 P o t = = tu 2 d S P d 4 1 P o t = = ideal tegangan 56 , 1 i 2 2 i = s + = o o t o o 2. Baut (baut sekrup hitam) Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307, dan merupak jenis baut yang paling murah. Namun baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaian terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau pengaku, platform, gording, rusuk dinding. Mutu baut hitam dapat dibaca di bagian kepala baut Misalnya tertulis 4.6 atau 4.8 Artinya : tegangan leleh baut = 4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm2 Contoh gambar kepala baut
Pengertian diameter nominal dan diameter kern : Diameter nominal adalah diameter yang tercantum pada nama perdagangan misalnya M12 artinya diameter nominal (dn) = 12 mm
Untuk baut tidak diulir penuh, diameter nominal adalah diameter terluar dari batang baut Untuk baut ulir penuh, diameter inti dapat ditulis rotasi dk
Diameter yang digunakan untuk menghitung luas penampang Baut tidak di ulir penuh A baut = dn 2
Baut diulir penuh A baut = ds 2
Kekuatan Geser dan Tumpu Baut A. (kekuatan baut memikul geser) = ( d 2 ) P Dimana : d = diameter baut P = jumlah penampang baut = tegangan geser baut
S diambil terkecil dari t1 dan t2
S diambil terkecil dari 2 t1 atau t2
S diambil terkecil dari 2 t1 atau 3 t2
Ntumpu = d1 .s.tumpu Dimana : d1 = diameter lubang = diameter baut + 1 mm s = tebal pelat yang paling kecil dari pelat yang disambung pelat penyambung
Akibat L Dipikul 3 baut (arah y) Py = L/3 P = P = gaya yang bekerja pada 1 baut P < N baut OK