Anda di halaman 1dari 16

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL


USU
BERRY KURNIAWAN
NIM : 08 0404 027


TUGAS STATIKA MEKANIKA BAHANI
STRUKTUR BAJA
1. PENGUNALAN STRUKTUR BAJA
DEFINISI
Seluruh macam besi yang dengan tidak dikerjakan terlebih dahulu lagi, sudah dapat ditempa.
Adalah bahan yang serba kesamaannya (homogenitasnya) tinggi, terdiri terutama dari Fe dalam
bentuk kristal dan C.
Pembuatannya dilakukan sebagai pembersihan dalam temperatur yang tinggi dari besi mentah
yang didapat dari proses dapur tinggi. besi mentah tidak dapat ditempa.
Terdapat 3 Macam besi mentah :
Besi mentah putih
Besi mentah kelabu
Besi mentah bentuk antara
Ikhtisar singkat dari Proses pembuatan baja :
Proses Bessemer.
Proses thomas.
Proses Martin.
Proses dengan dapur elektro.
Proses dengan mempergunakan kui
Proses aduk (proses puddle).


2. SIFAT - SIFAT UMUM DARI BAJA BANGUNAN
Sifat sifat umum dari baja yaitu teristimewa kekakuannya dalam berbagai macam keadaan
pem- bebanan atau muatan terutama tergantung :
Cara meleburnya.
Macam dan banyaknya logam campuran
Cara (proses) yang digunakan waktu pembuatannya.
Dalam proses pembuatan baja maka logam campuran baja itu sebagian sudah ada dalam bahan
mentah itu namun masih perlu ditambahkan pada waktu pembuatan baja seperti : C, Mn, Si
termasuk bahan utama S dan P.
Sifat sifat utama baja untuk dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan :
Keteguhan (solidity) artinya mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan atau lentur
Elastisitas (elasticity) artinya kemampuan / kesanggupan untuk dalam batas batas pembebanan
tertentu, sesudahnya pem- bebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula.
Kekenyalan / keliatan (tenacity) artinya kemampuan/kesanggupan untuk dapat menerima
perubahan perubahan bentuk yang besar tanpa menderita kerugian- kerugian berupa cacat atau
kerusakan yang terlihat dari luar dan dalam untuk jangka waktu pendek
Kemungkinan ditempa - (maleability) sifat dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan
plastis sehingga dapat dirubah bentuknya
Kemungkinan dilas (weklability) artinya sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama
lain dengan memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tampa merugikan sifat -sifat
keteguhannya
Kekerasan (hardness) Kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain.

Sifat-Sifat Mekanis Baja Struktural
Menurut SNI 03-1729-2002, sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan
harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada table berikut ini


Tegangan Leleh (Yielding Stress)
Tegangan leleh untuk perencanaan (fy) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan pada table.

Tegangan Putus (Ultimate Stress)
Tegangan putus untuk perencanaan (fu) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan pada tabel .

Sifat-Sifat Mekanis Lainnya Sifat-sifat mekanis lain baja struktural untuk maksud perencanaan
ditetapkan sebagai berikut:















Hubungan Antara Tegangan dan Regangan pada Konstruksi Baja

Dalam peraturan AISC 2005, perhitungan rumus kekuatan nominal (RN) menggunakan tegangan
leleh (fy) maupun tegangan ultimate (fu), pemilihan tegangan baik itu fu maupun fy didasarkan atas
kemampuan struktur mempertahankan stabilitasnya setelah beban maximum diberikan. Oleh sebab itu
sebaiknya terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang pengertian tegangan ultimate dan tegangan
luluh berdasarkan grafik hubungan tegangan-regangan sebagai berikut:
Grafik Hubungan Tegangan-Regangan


Grafik diatas menunjukkan hasil pengukuran hubungan tegangan-regangan dalam percobaan
tarik baja. Tipikal grafik seperti diatas hanya dapat dijumpai pada percobaan tarik baja lunak (mild).
Benda uji baja diberikan beban tarik sehingga tegangan baja meningkat dari titik O sampai ke titik A.
Ordinat titik A disebut tegangan proposional (fp). Hubungan tegangan-regangan dari titik awal sampai
ke titik A masih linear. Daerah antara titik O dan A disebut juga daerah elastis yang artinya jika suatu
bahan baja mengalami tegangan tidak melewati titik A dan apabila beban dilepaskan, maka baja masih
dapat kembali ke bentuk atau panjang semula.
Ketika beban diperbesar sehingga tegangan baja sampai ke titik B, maka hubungan tegangan-
regangan tidak linear lagi. Titik B merupakan titik leleh (fy) dari baja yang ditandai dengan tegangan
yang relatif tidak naik dan regangan yang meningkat. Daerah antara titik A ke C merupakan daerah
plastis, dimana jika suatu batang baja mengalami tegangan sampai melewati titik A (masuk ke daerah A-
C) dan beban dilepaskan, maka baja tidak akan kembali ke panjang semula. Dengan demikian terdapat
regangan residu yang disebabkan karena inelastis dari bahan tersebut.
Apabila beban diperbesar lagi maka yang terjadi adalah regangan akan terus meningkat tanpa
disertai tegangan sampai ke titik C, yang disebut titik pengerasan regangan. Pada titik C, terdapat
kenaikan tegangan yang disebabkan karena regangan bahan sudah hampir mencapai maximum. Bahan
masih mampu menahan tegangan tambahan sampai ke titik D yang disebut tegangan ultimate (fu).
Daerah antara titik C ke D merupakan daerah strain hardening yang ditandai dengan peningkatan
tegangan dan regangan setelah melewati batas plastis.
Jika beban ditambah sampai tegangan baja melewati tegangan ultimate, maka baja akan
mengalami kegagalan putus leleh yang ditandai dengan penurunan tegangan dan regangan yang terus
bertambah sampai benda uji putus.



Grafik hubungan tegangan-regangan yang telah dinormalisasi
Tegangan leleh berada pada titik A dan daerah antara titik O dan titik A adalah daerah elastis sedangkan
daerah antara titik A dan B adalah daerah plastis.
Dalam praktek hal penting yang berhubungan dengan sifat baja adalah :
Penentuan syarat syarat minimum harus dicantumkan dalam kontrak pemesanan, pembelian
dan penyerahan bahan
Garansi adanya sifat-sifat yang merata melalui dari pengetesan pada waktu bahan datang
Tuntutan tuntutan yang tinggi yang tidak diperlukan sebaiknya tidak dicantumkan karena tidak
ekonomis
Sifat-sifat baja harus selalu terjamin ada untuk kondisi pengerjaan dari baja misalnya
pemotongan, pengeboran pengelasan.
Sebaliknya pada saat pengerjaan baja maka dijaga sedemikian rupa sehingga sifat sifat baja
tidak hilang
Bentuk - bentuk bagian dari kon- struksi bangunan dan sambungan - sambungan tidak
mengakibatkan sifat - sifat baja menjadi berubah.

Baja bangunan terbagi menjadi dua bagian :
baja wals (gilling) tidak dengan campuran logam.
Baja wals dengan campuran logam



BAJA GOLONGAN 1
Yang termasuk dalam golongan 1 adalah baja St 37 yang lazim diguna-kan di Eropa dan
Indonesia.Baja ini dibuat melalui proses thomas dan Martin.
Angka 37 berarti bahwa minimum keteguhan putus tarik adalah 37 Kg/mm2.
Baja St 00 juga termasuk dalam golongan 1 dengan kwalitas perdagangan.
Dipergunakan untuk konstruksi gedung-gedung yang kurang penting sehingga pengetesan tidak
diperlukan cukup hanya melalui pengelihatan

BAJA GOLONGAN 2
Keuntungan :
Digunakan bila konstruksi memerlukan
bahan yang ringan.
Lebih tahan terhadap pertukar-an
beban.
Menjadikan tegangan sekunder lebih
kecil.
Kerugian :
Harganya lebih tinggi.
Sifatnya lebih getas.
Mengerjakannya lebih sulit karena lebih
keras
Jika digunakan jembatan menjadi tidak
kaku atau lendutannya besar.

Pada dasarnya untuk kekuatan konstruksi persyaratan yang diperlukan adalah:
syarat kekuatan
syarat kekakuan
Dengan mengetahui kerugian dari type baja ini maka untuk konstruksi jembatan perlu adanya
penyesuaian penyesuaian sbb :
tinggi jembatan dibuat lebih untuk mengimbangi adanya lendutan yang besar
Tegangan yang diizinkan tidak digunakan sepenuhnya sehingga perhitungan boros/ mahal.
Percobaan-percobaan dari baja bangunan adalah :
Percobaan tarik
Percobaan lentur
Penetapan kekerasan menurut brinell
Percobaan tarik pukul lentur
Percobaan tarik pukul






3. PROFIL YANG DIGUNAKAN
Ada 2 macam bentuk profil baja berdasarkan cara pembuatannya :
Profil Baja Giling (Rolled Steel Shapes)
Profil Baja yang Dibentuk Dalam Keadaan Dingin (Cold Formed Stell Shapes)
Rolled Steel Shapes

Cold Stell Shapes







4. STANDARD YANG DIGUNAKAN
Beberapa standar yang digunakan untuk perencanaan struktur baja
PPBBI : Penentuan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
AISC : American Institut of Steel Construction
ASTM : America Society for Teding Material
DIN : Denteh Industrial Narmen
JIS : Japan Industrial Standard

Prosedur Design :
1. Design fungsional
2. Design kerangka baja
Design fungsional akan menjamin tercapainya yang dikehendaki seperti :
Areal kerja yang lapang dan cukup
Ventilasi dan pengkoordinasian udara yang tepat
Transportasi yang memadai
Pencahayaan
Estetika
Design kerangka kerja
Berkaitan dengan pemikiran susunan serta ukuran elemen-elemen struktur yang tepat, sehingga
beban-beban yang bekerja pada bangunan tetap aman
PROSEDUR DESIGN
1. Perencanaan
Penentuan fungsi-fungsi yang akan dilayani oleh struktur yang bersangkutan
Menentukan kriteria-kriteria untuk mengukur apakah desain yang ditentukan optimum
2. Konfigurasi Struktur Pendahuluan
Susunan dari elemen-elemen yang akan melampaui fungsi-fungsi langkah 1
3. Pemilihan batang pendahuluan
Pemilihan ukuran batang yang memenuhi kriteria obyektif, seperti berat atau biaya minimum
yang dilakukan atas dasar keputusan dari langkah 1,2,3
4. Penentuan bahan-bahan yang harus dipikul
Beban mati
Beban hidup
Beban angin
Beban gempa
Beban lain-lain
5. Analisis
Analisa struktural dengan membuat model beban-beban dan kerangka kerja struktural
untuk mendapatkan gaya internal dan defleksi yang dikehendaki
6. Evaluasi
Apakah semua persyaratan kekuatan dan kemampuan telah terpenuhi dan apakah
hasilnya optimum
7. Redesain
Hasil evaluasi maka jika perlu dilakukan pengulangan pada bagian mana yang harus di
redesain
Kriteria optimum desain struktur
1. Biaya minimum
2. Berat minimum
3. Waktu konstruksi minimum
4. Jumlah tenaga kerja minimum
5. Efisiensi pengoperasian yang maksimum

















5. SAMBUNGAN BAJA

Klasifikasi Sambungan
A. Sambungan Kaku
Pada sambungan kaku, sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut diantara komponen-komponen struktur yang disambung. Deformasi titik
kumpul harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi gaya maupun
terhadap deformasi keseluruhan struktur.


Gambar : Sambungan kaku

B. Sambungan Semi Kaku
Sambungan semi kaku tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut
diantara komponen-komponen struktur yang disambung, namun harus dianggap memiliki kapasitas
yang cukup untuk memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap perubahan sudut-sudut tersebut.
Perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan deformasinya harus menggunakan analisis mekanika yang
hasilnya didukung oleh percobaan eksperimental.


Gambar : Sambungan semi kaku

C. Sambungan Sendi
Sambungan sendi dianggap tidak ada momen pada kedua ujung yang disambung. Sambungan sendi
harus dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi yang diperlukan pada sambungan. Sambungan tidak
boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen struktur yang disambung. Detail sambungan harus
mempunyai kemampuan rotasi yang cukup. Sambungan harus bisa memikul gaya reaksi yang bekerja pada
eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungannya.


Gambar : Sambungan sendi








Alat Sambung
Macam-macam alat sambung :
Paku keling
Baut (baut sekrup hitam)
High Strength Bolt (baut mutu tinggi)
Las

1. Paku Keling
Cara pemasangan :
bahan baku dipanaskan hingga memijardimasukkan dalam lubang ditekan sehingga terbentuk bagian
kepala dari paku keling selama proses penekanan m paku keling = m lubang
Jarak pemasangan paku keling = disamakan dengan jarak baut
Perhitungan Sambungan dengan Paku Keling
2 macam sambungan :
- Sambungan beririsan satu
- Sambungan beririsan kembar
Sambungan Beririsan Satu
mempunyai satu bidang geser
biasanya S1 = S2 , bila S1 = S2
ambil S terkecil
ada momen sekunder karena eksentrisitas sebesar e
akibat momen sekunder = p.e akan membengkok
Sambungan Beririsan Kembar
mempunyai 2 bidang geser
biasanya S2 < 2S1,
diambil harga yang terkecil
tidak terjadi momen sekunder
sambungan konstruksi yang baik




P
e
S
1
S
2
bidang geser
P
1/2 P
S
1
S
2
bidang geser
P
S
3
1/2 P
Kerusakan Sambungan
Disebabkan karena :
Pembebanan terlalu besar paku patah akibat geseran.
Tekanan besar dinding lubang rusak.
Kemampuan Sambungan
keruntuhan geser




Keruntuhan Tumpu






Menentukan Kekuatan Dukung Paku Keling
A. untuk sambungan irisan tunggal

diambil harga yang terkecil

B. untuk sambungan irisan kembar

diambil harga yang terkecil


bila bekerja gaya geser dan gaya aksial


keling paku d
diizinkan yang beban P
d
2
1
d
4
1
x 2 P : kembar beririsan
d
4
1
P : tunggal beririsan
2 2
2
|
t t
t
=
=
= =
=
d 2 S d 1,5 untuk 1,6
d 2 S untuk 2
disambung yang pelat tebal S
keling paku d
diizinkan yang beban P
d S P
1
1 tu
tu
< s
> =
=
=
=
=
o
o o
|
o
tu
2
d S P
d
4
1
P
o
t
=
=
tu
2
d S P
d
4
1
P
o
t
=
=
ideal tegangan
56 , 1
i
2 2
i
=
s + =
o
o t o o
2. Baut (baut sekrup hitam)
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307, dan merupak
jenis baut yang paling murah. Namun baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah
karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan.
Pemakaian terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau pengaku, platform,
gording, rusuk dinding.
Mutu baut hitam dapat dibaca di bagian kepala baut
Misalnya tertulis 4.6 atau 4.8 Artinya : tegangan leleh baut = 4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm2
Contoh gambar kepala baut

Pengertian diameter nominal dan diameter kern :
Diameter nominal adalah diameter yang tercantum pada nama perdagangan misalnya M12 artinya
diameter nominal (dn) = 12 mm

Untuk baut tidak diulir penuh, diameter nominal adalah diameter terluar dari batang baut
Untuk baut ulir penuh, diameter inti dapat ditulis rotasi dk



Diameter yang digunakan untuk menghitung luas penampang
Baut tidak di ulir penuh
A baut = dn
2

Baut diulir penuh
A baut = ds
2






Kekuatan Geser dan Tumpu Baut
A. (kekuatan baut memikul geser) = ( d
2
) P
Dimana : d = diameter baut
P = jumlah penampang baut
= tegangan geser baut


S diambil terkecil dari t1 dan t2




S diambil terkecil dari 2 t1 atau t2


S diambil terkecil dari 2 t1 atau 3 t2


Ntumpu = d1 .s.tumpu
Dimana : d1 = diameter lubang = diameter baut + 1 mm
s = tebal pelat yang paling kecil dari
pelat yang disambung
pelat penyambung


Akibat L
Dipikul 3 baut (arah y)
Py = L/3
P =
P = gaya yang bekerja pada 1 baut
P < N baut OK

2 2
Y X P P +

Anda mungkin juga menyukai