Anda di halaman 1dari 145

1

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Pengembangan SIKDA merupakan upaya untuk mendapatkan
data dan informasi yang efektif dan efisien guna mendukung berbagai
kebutuhan program, stakeholder dan masyarakat yang membutuhkan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu adanya dukungan
berbagai pihak terutama pemegang program yang merupakan sumber
data awal sebelum terkemas dalam bentuk informasi.
Upaya mendapatkan data atau informasi dilakukan dengan
menetapkan indikator-indikator yang dibutuhkan Dinkes dan mampu
menyediakan kebutuhan informasi dari Pusat, Provinsi dan pihak-pihak
yang membutuhkan.
Keputusan Menkes RI No.932 tahun 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota menjadi acuan dalam penetapan indikator ini.
Demikian juga dengan Kepmenkes Nomor: 1457 tahun 2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal yang hams dilaksanakan oleh setiap
daerah.
Indikator adalah penunjuk yang secara kuantitatif dapat
mewakili suatu informasi. Indikator dapat berupa angka absolut
(frekuensi atau rata-rata dan untuk hal-hal yang sangat langkah),
proporsi (persen, per mil atau Iain-lain dari sesuatu terhadap
populasinya) dan rasio (perbandingan antara sesuatu terhadap
sesuatu yang lain yang berkaitan).
Penetapan indikator dilakukan melalui proses pengumpulan
indikator (Profil Kesehatan, SPM, Iain-lain) yang selanjutnya di
kompilasi oleh pemegang program sesuai dengar kebutuhannya, maka
diperoleh Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Tulungagung sebagai
berikut:
1. Indikator SPM ( 47 indikator wajib dan 7 indikator opsional)
2. Indikator yang dibutuhkan oleh Dinas Kesehatan

B. Tujuan
1. U m u m:
Mendapatkan akses data dan informasi upaya kesehatan yang
valid, terukur dan efektif serta efisien.
2. Khusus:
a. Memudahkan akses data dan informasi oleh stakeholder Dinas
Kesehatan maupun Puskesmas.
b. Memperoleh laporan yang terpadu, akurat, cepat dan valid dan
terukur
2

c. Untuk memudahkan pengumpulan, pengolahan, analisa data
untuk berbagai kebutuhan.
d. Memudahkan dalam pemantauan di lapangan maupun untuk
evaluasi program
3

BAB II
INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL
(47 NDIKATOR WAJIB & 7 INDIKATOR OPSIONAL)

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K 4
a. Pengertian
Kunjungan ibu hamil K4 adalah: ibu hamil yang kontak dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai
dengan standar 5T dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali
selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali, Trimester II
minimal 1 kali dan Trimester III minimal 2 kali. Standar 5T yang
dimaksud adalah:
Pemeriksaan/pengukuran tinggi dan berat badan
Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah
Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus
Pemberian imunisasi TT
Pemberian tablet besi
b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan ANC sesuai standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu dengan penduduk sasaran ibu hamil.
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan ANC sesuai standar K4 disatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
Penyebut : Penduduk sasaran ibu hamil Konstanta :
Prosentase (100%)
Rumus :

Kunjungan
Bumil K4
=
Jml Bumil yang telah memperoleh
Pelayanan ANC Sesuai standar
K4 x 100 %
Perkiraan Penduduk Sasaran ibu
Hamil

d. Sumber Data
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC
sesuai standar K4 diperoleh dari catatan pada register kohort
ibu dan laporan PWS-KIA
Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari BPS
Kabupaten/Kota/ Propinsi Jawa Timur.

e. Kegunaan
Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui
pelayanan standar dan paripurna
4

Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan
pelayanan ibu hamil.

2. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga
Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan
a. Pengertian
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah: pertolongan
persalinan oleh petugas kesehatan, tidak termasuk pertolongan
persalinan pendampingan.
Pertolongan persalinan dilakukan oleh Dokter Ahli, Dokter, Bidan
atau petugas kesehatan lainnya yang telah memperoleh pelatihan
tehnis untuk melakukan pertolongan kepada ibu bersalin. Dilakukan
sesuai dengan pedoman dan prosedur teknis yang telah
ditetapkan.

b. Definisi Operasional
Perbandingan jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan baik Pemerintah maupun Swasta di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran ibu bersalin.

c. Cara Pengukuran/Perhitungan: '
Pembilang : Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan baik Pemerintah maupun Swasta di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Penduduk sasaran ibu bersalin
Konstanta : Prosentase (100 %).
Rumus :
Persalinan
Nakes
=
Jumlah pertolongan persalinan
oleh Nakes baik Pemerintah
maupun swasta
x 100 %
Penduduk sasaran ibu beralin

d. Sumber Data
Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu diperoleh dari register
kohort ibu dan laporan PWS-KIA.
Penduduk sasaran ibu bersalin diperoleh dari BPS
Kabupaten/Kota/Propinsi.

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam pelayanan
persalinan
Menggambarkan kemampuan manajemen program K.IA
dalam pertolongan persalinan secara profesional.


5

3. Ibu Hamil Risiko Tinggi Yang Dirujuk
a. Pengertian
Ibu hamil risiko tinggi baru, baik ditemukan oleh petugas kesehatan
maupun melalui rujukan masyarakat, baik didalam/diluar institusi
dan dihitung satu kali selama periode kehamilan.
b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil risiko tinggi baru dengan
jumlah perkiraan ibu hamil risiko tinggi (20 % x sasaran ibu hamil)
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : jumlah ibu hamil risiko tinggi baru di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : jumlah perkiraan ibu hamil risiko tinggi (20 % x
sasaran ibu hamil)
Konstanta : Prosentase (100 %)

Rumus

Jumlah Ibu
Hamil Risti
=
Jumlah ibu hamil risiko tinggi baru
x 100 % Penduduk sasaran ibu bersalin
(20% x sasaran ibu hamil)



d. Sumber Data
Jumlah ibu hamil risiko tinggi diperoleh dari catatan register
kohort ibu dan laporan PWS-KIA
Jumlah perkiraan ibu hamil risiko tinggi (20 % x sasaran ibu
hamil) diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota/Propinsi Jawa Timur.

e. Kegunaan
Memperkirakan besarnya masalah ibu hamil risiko tinggi yang
dihadapi oleh program KIA
Melakukan upaya tindak lanjut dengan intervensi secara
intensif.

4. Cakupan Kunjungan Neonatus
a. Pengertian
Kunjungan neonatus adalah: Kontak neonatus (0-28 hari) dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan
dengan syarat usia 0-7 hari minimal 2 kali, usia 8-28 hari minimal 1
kali (KN2) di dalam/diluar Institusi Kesehatan
b. Definisi Operasional
Perbandingan antara Jumlah neonatal yang telah memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar KN2 di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran bayi.

6

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah neonatal yang telah memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar KN2
Penyebut : Penduduk sasaran bayi diperoleh dari BPS
Kabupaten/ Kota/ Propinsi Jawa Timur.
Konstanta : Prosentase (100 %)
Rumus:

Cakupan
kunjungan
Neonatus
=
Jumlah neonatal yang telah
memperoleh Pelayanan
kesehatan sesuai standar KN2
x 100 %
Penduduk sasaran bayi

d. Sumber Data
Jumlah neonatal yang telah memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai standar KN2 diperoleh dari register kohort bayi.
Penduduk sasaran bayi diperoleh dari BPS kabupaten/ Kota/
propinsi Jawa Timur.

e. Kegunaan
Mengukur jangkauan program KIA dalam pelayanan neonatal
Mengukur kualitas pelayanan neonatal

5. Cakupan kunjungan bayi
a. Pengertian
Kunjungan bayi adalah: kontak pertama pemeriksaan kesehatan
bayi (termasuk neonatal) oleh petugas kesehatan baik didalam
maupun diluar Institusi Kesehatan



b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah bayi baru di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dibagi dengan penduduk sasaran bayi.


c. Cara Perhitungan :

Pembilang : Jumlah bayi baru
Penyebut` : Penduduk sasaran bayi
Konstanta : Prosentase (100 %)
Rumus :

Cakupan
kunjungan bayi
=
Jumlah bayi baru
x 100 %
Penduduk sasaran bayi


7

d. Sumber Data
Jumlah bayi baru diperoleh dari catatan pada register kohort
bayi dan laporan LB3 KIA
Penduduk sasaran bayi diperoleh dari BPS
kabupaten/Kota/Propinsi Jawa Timur.

e. Kegunaan
Mengukur jangkauan program KIA dalam pelayanan bayi

6. Cakupan BBLR yang Ditangani
a. Pengertian
Bayi baru dengan BBLR yang ditangani oleh tenaga kesehatan di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Bayi BBLR yang
dimaksud adalah bayi yang pada waktu lahir berat badanya kurang
dari 2.500 gram.

b. Definisi Operasional
Perbandingan jumlah bayi baru lahir dengan berat badan lahir
rendah yang telah memperoleh penanganan sesuai standar oleh
tenaga kesehatan dengan jumlah seluruh bayi baru lahir dengan
berat badan rendah ditemukan di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah Bayi baru berat badan lahir rendah yang telah
memperoleh penanganan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Penyebut : Jumlah bayi baru lahir dengan berat badan rendah
ditemukan di satu wilayah kerja
Konstanta : Prosentase (100 %)

Rumus
Cakupan BBLR
yang ditangani
=
Jumlah bayi baru lahir dengan
berat badan rendah yang
ditangani oleh petugas kesehatan
x 100 % Jumlah bayi baru lahir dengan
berat badan lahir ditangani
rendah
ditemukan di satu wilayah kerja

d. Sumber Data
Jumlah bayi baru lahir dengan berat badan rendah yang
ditangani oleh petugas kesehatan diperoleh dari register kohort
bayi dan laporan LB3KIA
Jumlah bayi baru lahir dengan berat badan rendah di satu
8

wilayah kerja diperoleh dari register kohort bayi dan laporan
LB3KIA

e. Kegunaan
Mengukur besarnya masalah kesehatan bayi baru lahir dengan
berat badan lahir rendah
Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam pelayanan
penanganan BBLR.

7. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra
sekolah
a. Pengertian
Balita dan Apras baru yang diperiksa kesehatannya sekaligus dicek
tumbuh kembangnya oleh Petugas Puskesmas/Pustu Polindes di
dalam maupun diluar Institusi Kesehatan
b. Definisi Operasional
Perbandingan anak balita dan pra sekolah (1-5 th) yang dideteksi
tumbuh kembangnya sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang
ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan jumlah
anak balita dan pra sekolah (1-5 th) yang ada di suatu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama
c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah anak balita (1-5 th) dan pra sekolah yang
dideteksi tumbuh kembangnya oleh tenaga kesehatan
yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
Penyebut : Jumlah anak balita dan pra sekolah (1-5 th) yang ada
di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama
Konstanta : Prosentase ( 100 %)
Cakupan deteksi
dini tumbuh
kembang anak
balita dan
prasekolah
=
Jumlah anak balita (1-5 th) dan
pra sekolah yang dideteksi
tumbuh kembangnya oleh
tenaga kesehatan yang ada di
satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
x 100 %
Jumlah anak balita dan pra
sekolah (1-5 th) yang ada di suatu
wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama

d. Sumber Data
Jumlah Balita dan Apras dideteksi dini tumbuh kembang
diperoleh dari register anak dan laporan LB 3 KIA
Jumlah penduduk sasaran balita dan Apras diperoleh dari
BPS Kabupaten/Kota/propinsi Jawa Timur

9

e. Kegunaan ,
Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan deteksi
tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggara pelayanan
deteksi tumbuh kembang balita dan anak prasekolah.

8. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / guru UKS/Dokter Kecil
a. Pengertian
Pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat (kelas
1) yang sesuai , dengan pedoman di wilayah kerja tertentu
dalam kurun waktu tertentu yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan atau tenaga terlatih / Guru UKS / Dokter kecil

b. Definisi Operasional
Perbandingan jumlah siswa SD dan setingkat yang mendapat
pemeriksaan penjaringan kesehatan yang sesuai pedoman dengan
jumlah proyeksi Anak Usia Sekolah tingkat dasar

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah siswa SD & setingkat yang mendapat
pemeriksaan penjaringan kesehatan yang sesuai
pedoman
Penyebut : Jumlah proyeksi Anak Usia Sekolah tingkat dasar
Ukuran / Konstanta : Prosentase ( % )
Rumus :
Pemeriksaan
siswa SD
=
Jumlah siswa SD & setingkat
yang mendapat pemeriksaan
penjaringan kesehatan yg sesuai
pedoman
x 100 %
Jumlah proyeksi Anak Usia
Sekolah TK dasar

d. Sumber Data
Jumlah siswa SD & setingkat yang mendapat pemeriksaan
penjaringan kesehatan yang sesuai pedoman diperoleh dari
laporan triwulan kesehatan Anak, Remaja dan Usila
Jumlah proyeksi Anak Usia Sekolah tingkat dasar diperoleh dari
BPS

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan
pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
siswa SD dan setingkat

10

f. Pedoman
Buku Pedoman UKS Tingkat Dasar

9. Cakupan pelayanan kesehatan remaja
a. Pengertian
Pemeriksaan kesehatan remaja yang sesuai pedoman di wilayah
kerja tertentu dalam kurun waktu' tertentu yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / Guru UKS di dalam dan di
luar sarana kesehatan

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah remaja yang mendapat pelayanan
kesehatan yang sesuai standar dengan jumlah proyeksi remaja

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah remaja mendapat pelayanan kesehatan yg
sesuai pedoman
Penyebut : Jumlah proyeksi Remaja
Konstanta : Prosentase ( % )
Rumus :



Cakupan
Yankes Remaja

=
Jumlah remaja yg mendapat
pelayanan kesehatan yang sesuai
pedoman
x 100 %
Jumlah proyeksi Remaja

d. Sumber Data
Jumlah remaja mendapat pelayanan kesehatan yang sesuai
pedoman diperoleh dari laporan triwulan kesehatan Anak, Remaja
dan Usila. Jumlah proyeksi Remaja diperoleh dari BPS
e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan kesehatan
Remaja
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan Remaja

f. Pedoman
Buku pedoman UKS tingkat Lanjutan dan buku pedoman PKPR

10. Cakupan peserta aktif KB
a. Pengertian
Pelayanan Keluarga Berencana adalah :
Pelayanan Kontrasepsi sesuai dengan standar kepada pasangan
usia subur di satu wilayah kerja tertentu oleh tenaga kesehatan
11

terlatih pada kurun waktu tertentu. Tenaga kesehatan terlatih
adalah tenaga kesehatan yang telah memperoleh pelatihan teknis
prosedur pelaksanaan pelayanan kontrasepsi .
b. Definisi Operasional
Perbandingan antara pasangan usia subur yang menggunakan
kontrasepsi sesuai dengan standar di satu wilayah kerja tertentu
pada kurun waktu tertentu dengan jumlah pasangan usia subur di
wilayah kerja dan kurun waktu yang sama.
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), yang
memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai standar di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : Prosentase (100%)
Rumus:
Cakupan
peserta aktif KB

=
Jumlah pasangan usia subur yg
memperoleh pelayanan
kontrasepsi sesuai standar di satu
wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
x 100 %
Jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama

d. Sumber Data
Pencatatan KB pada instrumen pencatatan LB3-USUB + BPS

e. Kegunaan
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan KB.



f. Pedoman
Analisis Situasi Pelayanan KB dan Supervisi Fasilitatif
Pelayanan KB.

11. Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
a. Pengertian
Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah
Kabupaten dan atau daerah kota di bawah Kecamatan.
(Undang-Undang Otonomi Daerah 1999)
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam system Pemerintahan Nasional dan
12

berada di daerah Kabupaten. Undang-undang Otonomi Daerah
1999).
UCI (Universal Child Immunization ) ialah tercapainya imunisasi
dasar secara lengkap pada bayi (0 -1 bulan).
Indikator UCI adalah tercapainya cakupan imunisasi Campak >
80%
Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3
dosis DPT, 4 dosis Polio, 3 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak.
b. Definisi Operasional
Desa atau Kelurahan UCI ialah desa/kelurahan dimana > 80% dari
jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi
campak.


c. Cara Perhitungan/Rumus
Pembilang : Jumlah desa/kelurahan UCI di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Penyebut : Seluruh desa/kelurahan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
Konstanta : Prosentase (%).
Rumus :

Desa/Kel .
Universal Child
Immunization
(UCI)
=
Jml desa/kel. UCI di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Seluruh desa/kel. di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu

d. Sumber Data
Sumber data:- SP2TP, laporan imunisasi tingkat
Puskesmas/Kab/Kota Provinsi.

e. Kegunaan
Untuk memantau pencapaian cakupan berdasarkan wilayah
(Desa)
Untuk menentukan daearah-daerah kantong resiko tinggi.

f. Pedoman
Buku Pedoman Operasional Program Imunisasi Tahun 2002,
IM.31

12. Cakupan rawat jalan
a. Pengertian
Rawat jalan adalah pelayanan pengobatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan tidak harus menginap di fasilitas pelayanan
tersebut.
Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah
13

Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta, Puskesmas,
Balai Pengobatan milik pemerintah, swasta maupun perorangan
dan termasuk dokter praktek.
b. Definisi Operasional
Perbandingan jumlah kunjungan pengobatan rawat jalan yang
mendapatkan pelayanan pengobatan di sarana / fasilitas kesehatan
di dalam satu wilayah kerja dengan jumlah penduduk yang ada di
dalam satu wilayah kerja sarana / fasilitas kesehatan pada kurun
waktu tertentu.
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah kunjungan pengobatan rawat jalan yang
mendapatkan pelayanan pengobatan di sarana /
fasilitas kesehatan di dalam satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah penduduk yang ada di dalam satu wilayah
kerja sarana / fasilitas kesehatan pada kurun waktu
tertentu.
Konstanta : Prosentase (% ).




Rumus :

Cakupan rawat
jalan
=
Jumlah kunjungan pengobatan
rawat jalan di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah penduduk di dalam satu
wilayah kerja sarana kesehatan
pada kurun waktu tertentu

d. Sumber Data
Pencatatan dan Pelaporan SP2TP, BPS dan Data Demografi,
SP2RS.

e. Kegunaan
Mengetahui aksesibilitas masyarakat terhadap sarana
kesehatan
Mengetahui perkembangan jumlah dan jenis penyakit
Mengetahui kecenderungan penyebaran penyakit menurut
penderitanya.
Merencanakan kebutuhan obat dan bahan kesehatan

f. Pedoman
Pedoman pencatatan dan pelaporan pelayanan pengobatan di
Puskesmas dap Rumah Sakit.
14

13. Cakupan rawat inap
a. Pengertian.
Rawat inap adalah pelayanan pengobatan kepada penderita di
suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap di fasilitas kesehatan tersebut. Yang
dimaksud dengan penderita adalah seseorang yang mengalami /
menderita sakit atau mengidap suatu penyakit. Yang dimaksud
dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit baik
milik pemerintah maupun swasta dan Puskesmas yang memiliki
fasilitas rawat inap.
b. Definisi Operasional
Perbandingan Jumlah penderita rawat inap di sarana / fasilitas
pelayanan kesehatan di dalam satu wilayah kerja dengan jumlah
penduduk yang ada dalam satu wilayah kerja sarana/fasilitas
kesehatan pada kurun waktu tertentu
c. Cara Pengukuran:
Pembilang : Jumlah penderita rawat inap di sarana / fasilitas
pelayanan kesehatan di dalam satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.


Penyebut : Jumlah penduduk di dalam satu wilayah kerja sarana
kesehatan pada kurun waktu tertentu
Konstanta ` : Prosentase ( % ).







Rumus :
Cakupan rawat
inap
=
Jumlah penderita rawat inap di
sarana pelayanan kesehatan
dalam satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu x 100 %
Jumlah penduduk di dalam satu
wilayah kerja sarana kesehatan
pada kurun waktu tertentu


d. Sumber Data
Pencatatan dan Pelaporan SP2TP, BPS dan Data Demografi,
SP2RS.

e. Kegunaan
15

Mengetahui tingkat pemanfaatan fasilitas rawat inap
Mengetahui perkembangan penyakit tertentu
Merencanakan kebutuhan obat dan bahan kesehatan

f. Pedoman
Buku pedoman pelayanan rawat inap di Rumah Sakit dan
Puskesmas perawatan

14. Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum
a. Pengertian.
Pelayanan gangguan jiwa yang dimaksud adalah deteksi gangguan
jiwa terhadap pasien dan pemberian pengobatan kepada setiap
pasien yang terdeteksi menderita gangguan jiwa di fasilitas
kesehatan pada daerah tertentu dalam kurun waktu tertentu

b. Definisi Operasional

Perbandingan antara jumlah pasien yang terdeteksi gangguan jiwa
dan diberi pengobatan dengan seluruh jumlah pasien yang datang
berobat di fasilitas kesehatan pada satu daerah dalam kurun waktu
tertentu.

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah pasien terdeteksi gangguan jiwa dan diobati
di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah seluruh pasien yang datang berobat di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : Prosentase ( %).
Rumus :
Cakupan
gangguan jiwa
=
Jumlah pasien terdeteksi
gangguan jiwa dan diobati di satu
wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
x 100 %
Jumlah seluruh pasien yang
datang berobat ke fasilitas
kesehatan pada satu wilayah kerja
dan pada waktu yang sama



d. Sumber Data
Pencatatan dan pelaporan SP2TP dan SP2RS

e. Kegunaan
Mengetahui perkembangan penyakit gangguan kejiwaan di satu
wilayah kerja .
16

f. Pedoman
Pedoman pencatatan dan pelaporan Puskesmas
Pedoman pencatatan dan pelaporan Rumah Sakit
Buku PPDGJ.

15. Balita Yang Naik Berat Badannya (N/D)
a. Pengertian
Balita yang naik berat badannya adalah Balita yang pada waktu
ditimbang di fasilitas kesehatan atau posyandu mengalami
kenaikan berat badan sesuai pedoman apabila dibandingkan
dengan hasil penimbangan sebelumnya.

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah balita ditimbang di Posyandu maupun
diluar posyandu yang berat badannya naik sesuai pedoman di satu
wilayah kerja pada waktu tertentu dengan jumlah balita yang
ditimbang di posyandu maupun diluar posyandu di satu wilayah
kerja tertentu pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu yang
berat badannya naik sesuai pedoman di satu
wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah balita yang ditimbang di Posyandu maupun
diluar Posyandu di satu wilayah kerja tertentu pada
kurun waktu yang sama
Kosntanta : Prosentase (%)
Rumus :
Cakupan balita
yang naik BBnya
=
Jml balita yang ditimbang yang
naik berat badannya sesuai
pedoman di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jml seluruh balita ditimbang
disatu wilayah kejadian dlm waktu
yg sama


d. Sumber Data LB3 Gizi

e. Kegunaan
Mengetahui perkembangan status gizi balita melalui deteksi
pertumbuhan balita.

f. Pedoman
Pedoman Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
Pedoman Pengisian KMS
17

Pedoman Tumbuh Kembang Balita
Buku Pegangan Kader

16. Balita Bawah Garis Merah
a. Pengertian
Balita bawah garis merah adalah balita yang gambaran
pertumbuhannya pada grafik Kartu Menuju Sehat (KMS) atas
namanya terlihat berada di bawah garis merah
b. Definisi Operasiona
Perbandingan antara jumlah balita BGM di satu wilayah kerja pada
waktu tertentu dengan jumlah seluruh balita ditimbang di satu
wilayah kerja pada waktu kurun yang sama
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah balita BGM di satu wilayah kerja pada waktu
tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh balita ditimbang di satu wilayah kerja
pada waktu kurun waktu yang sama
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus:

Cakupan balita
yang naik BGM
=
Jumlah balita ditemukan BGM di
satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu x 100 %
Jml seluruh balita ditimbang disatu
wilayah kerja dlm waktu yg sama

d. Sumber Data
LB3 Gizi, Pemantauan Status Gizi (PSG)

e. Kegunaan
Mengetahui kecenderungan perkembangan status gizi balita dari
waktu ke waktu.

f. Pedoman
Pedoman Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
Pedoman Pengisian K.MS
Pedoman Tumbuh Kembang Balita
Buku Pegangan Kader

17. Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A2 Kali Pertahun
a. Pengertian
Balita mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun
adalah balita yang pada usia 12 bulan hingga 5 tahun
mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun dan usia
6-11 bulan telah mendapatkan satu kali kapsul vitamin A dosis
tinggi dari petugas kesehatan/kader di satu wilayah kerja.
18

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah anak balita telah mendapatkan kapsul
vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun dan bayi 6-11 bulan
mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 1 kali per tahun di satu
wilayah dengan jumlah seluruh balita di satu wilayah kerja

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah anak balita mendapat kapsul vitamin A dosis
tinggi 2 kali pertahun dan bayi 6-11 bulan mendapat
kapsul vitamin A dosis tinggi 1 kali per tahun di satu
wilayah

Penyebut : Jml balita yang ada di satu wilayah kerja tertentu
pada waktu yang sama
Kosntanta : Prosentase (%)
Rumus :
Cakupan balita
yang naik BBnya
=
Jumlah anak balita mendapat
kapsul vit. A dosis tinggi 2x
pertahun dan bayi 6-1 bulan
mendapat kapsul vit. A dosis tinggi
1 kali per tahun di satu wilayah
x 100 %
Jumlah seluruh balita disatu
wilayah kerja dan dalam waktu
yang sama

d. Sumber Data
LB3 Gizi, Laporan kapsul vitamin A, BPS

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas di dalam upaya pelayanan gizi
masyarakat melalui cakupan distribusi vitamin A dosis tinggi
f. Pedoman
Pedoman teknis pemberian vitamin A

18. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Besi (FE)
a. Pengertian
Ibu hamil mendapat 90 tablet besi (FE) adalah ibu hamil yang pada
setiap kunjungannya ke fasilitas kesehatan atau dikunjungi oleh
petugas di rumah atau di posyandu mulai Kl mendapatkan tablet FE
sebanyak 90 butir dari petugas kesehatan.

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil mendapat 90 tablet besi (FE)
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan jumlah
seluruh ibu hamil di satu wilayah kerja dan pada kurun waktu yang
sama.
19


c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah Ibu hamil mendapat 90 tablet besi (FE)
selama periode kahamilannya di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh ibu hamil di satu wilayah kerja
pada waktu kurun waktu yang sama
Kosntanta : Prosentase (%)






Rumus :
Cakupan tablet
Fe Bumil
=
Jumlah ibu hamil mendapat 90
tablet besi (Fe) di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah seluruh ibu hamil disatu
wilayah kerja dan dalam waktu
yang sama

d. Sumber Data
LB3 Gizi, LB3 KIA, BPS


e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas di dalam upaya pelayanan gizi
masyarakat melalui cakupan distribusi tablet besi (Fe) untuk ibu
hamil

f. Pedoman
Pedoman Pemberian tablet besi (FE)

19. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Bgm
Dari Keluarga Miskin (GAKIN)
a. Pengertian
Bayi BGM usia 6-11 bulan dari keluarga miskin yang memperoleh
makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) selama 120 hari melalui
petugas kesehatan.

b. Definisi Operasional
Perbandingan pemberian MP-ASI pada bayi 6-11 bulan BGM dari
keluarga miskin selama 120 hari di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu dengan jumlah seluruh bayi BGM 6-11 bulan dari
gakin di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
20


c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah bayi usia 6-11 bulan BGM dari gakin mendapat
MP-ASI selama 120 hari di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh bayi BGM Gakin 6-11 bin di satu
wilayah kerja pada waktu kurun waktu yang sama
Kosntanta : Prosentase (%)
Rumus :
Cakupan MP-
ASI
=
Jumlah bayi usia 6-11 bin BGM
Gakin mendapat MP-AS1120 hari
di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu x 100 %
Jumlah seluruh bayi 6-11 bin
BGM Gakin disatu wilayah kerja
dan dalam waktu yang sama

d. Sumber Data
Laporan MP-ASI


e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas di dalam upaya pelayanan gizi
masyarakat melalui cakupan pemberian MP-ASI untuk bayi 6-11
bin BGM pada keluarga miskin

f. Pedoman
Pedoman pengelolaan MP-ASI
Pedoman pemberian MP-ASI

20. Cakupan Balita Gizi Buruk Ditangani
a. Pengertian
Balita gizi buruk yang memperoleh penanganan / perawatan di
fasilitas kesehatan. Balita gizi buruk yang ditemukan adalah balita
gizi buruk yang ditemukan secara aktif dan dirujuk langsung oleh
petugas / kader / masyarakat

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah balita gizi buruk yang ditangani di
sarana kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
dengan jumlah seluruh balita gizi buruk di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama.

c. Cara Pengukuran / Perhitunga
Pembilang : Jumlah balita gizi buruk yang ditangani di
sarana kesehatan di satu wilayah kerja pada
21

kurun waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh balita gizi buruk yg ditemukan di
satu wilayah kerja pada waktu kurun waktu yang
sama
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus :
Cakupan
Penanganan
=
Jumlah Balita Gizi Buruk
ditangani di fasilitas kesehatan di
satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu x 100 %
Jumlah seluruh balita gizi buruk
ditemukan disatu wilayah kerja
dan dalam waktu yang sama

d. Sumber Data
Laporan KLB Gizi, LB3 Gizi

e. Kegunaan
Mengetahui status gizi balita buruk yang memperoleh
penanganan dan perawatan dengan tata laksana gizi buruk

f. Pedoman
Pedoman Manajemen gizi buruk di RS dan Puskesmas

21. Akses Terhadap Ketersediaan Darah Dan Komponen Yang Aman
Untuk Menangani Rujukan Ibu Hamil Dan Neonatus.
a. Pengertian
Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman
untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus adalah ibu hamil
dan neonatus komplikasi dirujuk yang memperoleh pelayanan
transfusi darah sesuai kebutuhan dengan memanfaatkan
persediaan darah serta komponen yang aman pada UTD di satu
wilayah kerja. Yang dimaksud dengan ibu hamil adalah ibu yang
mengandung sampai usia kehamilan 40 minggu.
Yang dimaksud dengan neonatus adalah bayi baru lahir dengan
usia 0-28 hari. Yang dimaksud dengan darah yang aman adalah
darah yang bebas dari HIV/AIDS, Hepatitis dan STD.

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil dan neonatus komplikasi
yang memperoleh pelayanan transfusi darah sesuai kebutuhan
dengan menggunakan persediaan darah serta komponen yang
aman pada UTD di satu wilayah kerja dengan jumlah seluruh ibu
hamil dan neonatus yang dirujuk di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

22

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil dan neonatus komplikasi dirujuk
yang memperoleh pelayanan transfusi darah
sesuai kebutuhan dengan memanfaatkan
persediaan darah serta komponen yang aman
pada UTD di fasilitas kesehatan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.

Penyebut : Jumlah seluruh ibu hamil dan neonatus yang
dirujuk di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

Konstanta : Prosentase ( % ).
Rumus
Cakupan bumil
dan Neonatus
resti yang
=
Jumlah bumil dan neonatus
resti/komplikasi dirujuk yang
mendapatkan transfusi darah
yang aman di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
x 100 % Jumlah seluruh bumil dan
neonatus risti/komplikasi yang
membutuhkan darah di satu
wilayah kerja dan dalam kurun
waktu tertentu.


d. Sumber Data
Pencatatan dan pelaporan Rumah Sakit.

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas dan sekaligus mengukur tingkat
kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja.
Mengetahui mutu pelayanan terhadap ibu hamil resiko tinggi.

f. Pedoman
Buku Pedoman PONED dan PONEK di Puskesmas dan Rumah
Sakit.

22. Ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yang ditangani
a. Pengertian
Ibu hamil yang mengalami risiko tinggi /komplikasi yang ditangani
oleh petugas kesehatan di Polindes, Puskesmas dan Rumah Sakit
Pemerintah dan Swasta

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara ibu hamil risiko tinggi / komplikasi yang
23

ditangani oleh petugas kesehatan dengan jumlah ibu hamil risiko
tinggi/komplikasi yang ditemukan di satu wilayah pada kurun waktu
tertentu.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil disiko tinggi / komplikasi yang
ditangani oleh petugas kesehatan di satu wilayah
pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi di satu
wilayah pada kurun waktu tertentu.
Konstanta : Prosentase (100 %)

Rumus
Ibu hamil risiko
tinggi/komplikasi
yang ditangani
=
Jumlah ibu hamil risiko
tinggi/komplikasi yang ditangani
x 100%
Jumlah ibu hamil risti komplikasi
ditemukan

d. Sumber Data
Jumlah ibu hamil disiko tinggi / komplikasi yang ditangani oleh
petugas kesehatan di satu wilayah pada kurun waktu tertentu
diperoleh dari buku catatan kesakitan dan kematian ibu, laporan
Lb 3 KIA
Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi di satu wilayah pada
kurun waktu tertentu diperoleh dari buku catatan kesakitan dan
kematian ibu, laporan Lb 3 KIA

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas dalam pelayanan obstetri emergensi
dasar

23. Neonatal risiko tinggi/komplikasi yang ditangani
a. Pengertian
Neonatal yang mengalami risiko tinggi/komplikasi yang ditangani
oleh petugas kesehatan di Polindes, Puskesmas, dan RS
Pemerintah dan Swasta

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara neonatal risiko tinggi / komplikasi yang
ditangani oleh petugas kesehatan dengan jumlah neonatal risiko
tinggi/komplikasi yang ditemukan di satu wilayah pada kurun waktu
tertentu.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : jumlah neonatal risiko tinggi / komplikasi yang
ditangani oleh petugas kesehatan di satu wilayah
24

pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : jumlah neonatal risiko tinggi/komplikasi di satu
wilayah pada kurun waktu tertentu.

Perbandingan antara neonatal risiko tinggi / komplikasi yang
ditangani oleh petugas kesehatan dengan jumlah neonatal risiko
tinggi/komplikasi yang ditemukan di satiw
1
wilayah pada kurun
waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : jumlah neonatal risiko tinggi / komplikasi yang
ditangani oleh petugas kesehatan di satu wilayah
pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : jumlah neonatal risiko tinggi/komplikasi di satu
wilayah pada kurun waktu tertentu.
Konstanta : Prosentase (100 %)
Rumus :
Neonatal
risiko
tinggi/
komplikasi
yang
ditangani
=
Jumlah neonatal risiko
tinggi/komplikasi yang ditangani
x 100%
Jumlah neonatal risti komplikasi
ditemukan

d. Sumber Data
Jumlah neonatal risiko tinggi / komplikasi yang ditangani oleh
petugas kesehatan di satu wilayah pada kurun waktu tertentu
diperoleh dari buku catatan kesakitan dan kematian ibu, laporan
Lb 3 KIA
Jumlah neonatal risiko tinggi/komplikasi di satu wilayah pada
kurun waktu tertentu diperoleh dari buku catatan kesakitan dan
kematian ibu, laporan Lb 3 KIA
PWS-KIA

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas dalam pelayanan neonatal emergensi
dasar

24. Sarana Kesehatan Dengan Pelayanan Gawat Darurat
a. Pengertian.
Sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan
untuk melaksanakan pelayanaan gawat darurat sesuai standar
(sarana, prasarana, tenaga serta adanya pelayanan 24 jam) dan
dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
Kegawatan adalah keadaan yang menimpa seseorang yang
dapat menyebabkan jiwanya terancam sehingga memerlukan
25

pertolongan secara cepat, tepat dan cermat. Kedaruratan adalah
keadaan yang memerlukan tindakan mendesak dan tepat untuk
menyelamatkan nyawa, menjamin perlindungan dan memulihkan
kesehatan individu atau masyarakat. Yang dimaksud dengan :
- Fasilitas pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit baik milik
pemerintah maupun swasta, Puskesmas, Balai Pengobatan
milik pemerintah, swasta maupun perorangan dan termasuk
dokter praktek.
- Standar pelayanan gawat darurat adalah :
sarana & prasarana, tenaga yang memenuhi standar dalam hal
jumlah atau kompetensi dengan waktu pelayanan 24 jam

b. Definisi Operasional
Perbandingan sarana kesehatan yang telah mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai
standar dan dapat diakses oleh masyarakat dengan jumlah sarana
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Kabupaten / Kota. dalam
kurun waktu tertentu

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : jumlah sarana pelayanan kesehatan dengan
kemampuan pelayanan gawat darurat sesuai standar
yang dapat diakses masyarakat sesuai standar.
Penyebut : Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah tertentu
Konstanta: Prosentase ( % ).
Rumus :


Sarana
kesehatan
dengan
pelayanan
Gawat Darurat
=
Jumlah sarana pelayanan
kesehatan dengan kemampuan
pelayanan gawat darurat yang
sesuai standart dan dapat diakses
oleh masyarakat
x 100%
Jumlah sarana pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah
tertentu


d. Sumber Data
SP2TP Dinkes, SP2RS

e. Kegunaan
Mengetahui tingkat pelayanan gawat darurat
Mengetahui jumlah sarana yang dapat memberikan pelayanan
gawat darurat
26

kebutuhan obat dan bahan gawat darurat

f. Pedoman
Pedoman pelayanan ke gawat darurat di Puskesmas dan
Rumah Sakit

25. Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam
a. Pengertian
Desa/Kelurahan yang mengalami KLB adalah kejadian
peningkatan kesakitan potensial KLB, penyakit karantina atau
keracunan makanan pada desa/kelurahan tersebut.
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan atau kematian bermakna secara epidemiologis pada suatu
desa /kelurahan dalam kurun waktu tertentu.
Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak laporan
diterima sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan selain
formulir W l dapat juga berupa fax atau telepon.
Penyelidikan KLB: rangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara
epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui
gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara-
cara penanggulangannya.
Penanggualangan KLB: upaya untuk menemukan penderita
atau tersangka
penderita, penatalaksanaan penderita, pencegahan
peningkatan, perluasan dan menghentikan suatu KLB.
b. Definisi Operasional
% Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam pada suatu
wilayah dalam periode tertentu.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan.
Pembilang : Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani
< 24 jam pada suatu wilayah dalam periode
tertentu.
Penyebut : Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi
pada suatu wilayah dalam periode yang sama
Konstanta : Persentase (100%)
Rumus :
% Kejadian
Luar biasa
KLB yang
ditangani 24
jam
=
Jumlah KLB yang terjadi dan
ditangani < 24 jam suatu wilayah
selama 1 tahun
x 100%
Jumlah seluruk KLB yang terjadi
di Wilayah Tersebut dalam kurun
waktu/tahun yang sama
d. Sumber Data
Laporan W l
Laporan hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB.
Laporan bulanan KLB
27


e. Kegunaan
Menilai kecepatan/respon terhadap KLB.
Menekan serendah mungkin penyebaran wilayah yang
terserang KLB.
Menekan serendah mungkin jumlah kesakitan dan kematian
akibat KLB.

f. Pedoman/Standart Teknis
UU nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan wabah penyakit
menular.
Kepmenkes No. 1116/Menkes/SK/VIIl/2003 tentang Pedoman
Penyelenggara Sistem Surveilens Epidemiologi Kesehatan.
Kepmenkes No /Menkes/SK/../2004 tentang system
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa. (dalam proses tanda
tangan).
Kepmenkes No. /Menkes/ . /SK/ 2004, tentang Jenis-jenis
Penyakit, tatacara
Penyampaian Laporan, penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (dalam proses tanda tangan).

26. Kecamatan Bebas Rawan Gizi (<15% Gizi Kurang Dan Gizi Buruk)
a. Pengertian
Kecamatan Bebas Rawan Gizi: Kecamatan bukan merupakan
daerah rawan gizi bila prevalensi gizi kurang dan gizi buruknya
kurang dari 15%
b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah kecamatan dengan prevalensi gizi
kurang dan buruk pada balita < 75% di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dengan jumlah kecamatan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah kecamatan dengan prevalensi gizi kurang
dan buruk pada balita < 15% di satu wilayah kerja
dan pada kurun waktu tertentu
Penyebut : Jumlah kecamatan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus :
Kec.
bebas
rawan
gizi

=
Jumlah Kecamatan dng prevalensi gizi
kurang & buruk pada balita < 15% di
satu wilayah kerja pd kurun waktu
tertentu buruk)
x 100%
Jumlah Kecamatan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama
28


d. Sumber Data
Pemantauan Status Gizi (PSG)

e. Kegunaan
Mengetahui gambaran Kecamatan bebas rawan gizi (<15% gizi
kurang dan gizi buruk) dan perencanaan SKPG dan intervensi
gizi

f. Pedoman
Pedoman SKPG

27. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15
tahun
a. Pengertian:
Apabila kasus AFP ditemukan lebih 1 setiap 100.000 penduduk
usia < 15 tahun berarti kalau ada kasus polio pasti juga ditemukan.
Tetapi kalau kurang dari 1/100.000, dikhawatirkan adanya polio
yang lolos dari pemantauan kita.
b. Definisi Operasional:
Jumlah kasus AFP non Polio yang ditemukan diantara 100.000
penduduk < 15 tahun per tahun di satu wilayah kerja pada kurun
waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan:
Pembilang : Jumlah kasus AFP non Polio pada penduduk < 15
tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu dalam
waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah penduduk < 15 tahun dalam waktu yang
sama
Konstata : 100.000
Rumus :
(AFP)
Rate
=
Jumlah kasus AFP non polio pada
penduduk < 15 tahun Di satu wilayah
kerja pada kurun waktu 1 tahun x 100%
Jumlah penduduk < 15 tahun dalam
waktu yang sama

d. Sumber Data:
Laporan surveilens AFP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

e. Kegunaan:
Untuk memantau dan dapat menetapkan status eradikasi polio
di suatu wilayah

f. Standar Teknis:
Semua kasus AFP diperiksa tinjanya di laboratorium untuk
29

menentukan apakah AFP tersebut disebabkan polio atau bukan

g. Pedoman:
Buku Rujukan Eradikasi Polio di Indonesia Tahun 2002 No.
616.835 Ind m.
Modul Pelatihan

28. Kesembuhan Penderita TB BTA (+)
a. Pengertian
% Penderita Baru TB BTA (+) yang diobati dengan paket standar
yang sembuh diakhir pengobatan disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu 1 tahun .
Paket OAT Kat 1 adalah: 2 HRZE/4 H3R3./FDC
Sembuh adalah Penderita Baru TB BTA (+) yang
menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan
ulang dahak paling sedikit 2 kali berturut-turut sesuai buku
pedoman.
b. Definisi Operasional
% Penderita Baru TBC BTA + yang sembuh diakhir pengobatan,
minimal 85%
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah Penderita Baru TBC BTA + yang sembuh
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun
Penyebut : Jumlah Penderita Baru TBC BTA + yang diobati
dalam waktu yang sama
Konstanta : Prosentase ( 100% ).
Rumus
%
Kesembuhan
Penderita TR
=
Jumlah Penderita Baru TBC BTA +
yang sembuh di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu 1 tahun x 100%
Jumlah Penderita Baru TBC BTA +
yang diobati dalam waktu yang sama

d. Sumber Data
Laporan Tribulan TB.

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas UPK (Unit Pelayanan Kesehatan).
Mengukur tingkat keberhasilan UPK.

f. Pedoman
Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis yang
diterbitkan oleh Depkes RI tahun 2002 cetakan 8.


30

29. Cakupan Balita Dengan Pneumonia Yang Ditangani.
a. Pengertian
Pneumonia adalah batuk diserati napas cepat dan atau napas
sesak
Batasan napas cepat adalah:

Umur < 2 bulan > 60 kali/menit.
Umur 2 bulan s/d 1 tahun > 50 kali/menit.
Umur 1 s/d 5 tahun > 40 kali/menit.

Batasan napas sesak adalah munculnya tarikan dinding dada
bagian bawah pada waktu inspirasi.
Tatalaksana standar pneumonia balita adalah:

Pneumonia berat: rujuk ke RS.
Pneumonia: diberi antibiotic pilihan utama selama 5 hari dan
dirawat di RT.
Bukan pneumonia : diberi obat penunjang dan di rawat di RT.
b. Definisi Operasional
% balita dengan pneumonia yang ditangani sesuai standar disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah kasus pneumonia balita yang
ditangani disuatu wilayah kerpa pada kurun
waktu 1 tahun
Penyebut : Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan
Konstanta : Prosentase ( 100% ).
Rumus :
% Cakupan
Balita dengan
Pneumonia
yang ditangani

=
Jumlah kasus pneumonia balita yang
ditangani disuatu wilayah kerpa pada
kurun waktu 1 tahun
x 100%
Jumlah kasus pneumonia balita yang
ditemukan disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama
,
d. Sumber Data

Laporan Bulanan LB3 Ispa.
Untuk data jumlah balita BPS dan Sungram.

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan balita
dengan pneumonia.
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggara pelayanan balita
dengan pneumonia.
31

f. Pedoman
Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit lnfeksi Saluran
Pernapasa Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada
Balita yang diterbitkan oleh Depkes RI tahun 2002 cetakan 1.
Kepmenkes No : 1537.A/Menkes/SK7XII/2002.

30. Persentase Klien yang mendapatkan Penanganan HIV/AIDS.
a. Pengertian
Klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS adalah Klien
HIV/AIDS yang mendapat Penanganan HIV/AIDS sesuai standar di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
Yang dimaksud dengan penanganan HIV/AIDS, meliputi : konseling
dan testing secara sukarela, perawatan, pengobatan infeksi
opportunisitik dan Anti Retro Viral ibu hamil sesuai kriteria klinis dan
immunologis. (Penanganan identik dengan tata laksana.)
b. Definisi Operasional
Prosentase klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS adalah
Prosentase klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS sesuai
standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah Klien yang mendapatkan penanganan
HIV/AIDS di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
1 tahun.
Penyebut : Jumlah seluruh Klien HIV/AIDS yang datang
ke Sarkes di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu yang sama.
Konstanta : Prosentase (100 %)
Rumus
% Klien yang
mendapat
penanganan
HIV/AIDS
=
Jumlah Klien yang mendapatkan
penanganan HIV/AIDS di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu 1
tahun.
x 100%
Jumlah seluruh Klien HIV/AIDS
yang datang ke Sarkes di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama.

d. Sumber Data
Laporan Khusus RS, dan Dinas Kesehatan Kab/Kota

e. Kegunaan
Meningkatkan kualitas hidup dari Klien HIV/AIDS.
Mencegah atau mengurangi penularan dan penyebaran
HIV/AIDS.

f. Pedoman
32

Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi
ODHA.
Pedoman Anti Retro Viral Treatment.
Tatalaksana klinis HIV/AIDS di Sarana Pelayanan Kesehatan.
Pedoman Universal Precaution.
Pedoman Pelayanan VCT.

31. Persentase Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati
a. Pengertian
Persentase Infeksi Menular Seksual yang diobati melalui
pendekatan sindrom
etiologis. Yang dimaksud dengan IMS meliputi : Syphilis, GO,
Clamydiasis, Condyle acuminata, Herpes, Candidiasis dan
Trichomoniasis yang ditemukan mel pendekatan sindrom dan
etiologis.
b. Definisi Operasional
Prosentase Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati sesuai
standar di s wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah penderita IMS yang diobati di satu
wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah kasus IMS yang datang ke sarkes di
suatu wilayah kerja pada waktu yang sama
Konstanta : Prosentase (100 %)
Rumus :
% IMS
yang
di obati
=
Jumlah penderita IMS yang diobati di
satu wilayah kerja pada kurun waktu 1
tahun.
x 100%
Jumlah kasus IMS yang datang ke
sarkes di suatu wilayah kerja pada
waktu yang sama

d. Sumber Data
SP2TP, SP2RS, STP

e. Kegunaan
Memutuskan rantai penularan HIV melalui hubungan seks yang
beresiko
Mencegah penularan IMS

f. Pedoman
Pedoman Penatalaksanaan IMS berdasarkan pendekatan
sindrom.
Pedoman penatalaksanaan IMS.

33

32. Cakupan Penderita DBD Yang Ditangani
a. Pengertian
80 % dan jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai dengan
prosedur baik di Rumah Sakit maupun di Unit Pelayanan
Kesehatan. Target penderita 20 per 100.000 penduduk
b. Definisi Operasional
Prosentase penderita DBD yang penanganannya sesuai standar di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu 1
tahun.
Penyebut : Jumlah penderita DBD yang ditemukan di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : Prosentase (100 %)
Rumus :
Cakupan
penderita DBD
yang ditangani
=
Jumlah penderita DBD yang ditangani
sesuai standar di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu 1 tahun..
x 100%
Jumlah penderita DBD yang
ditemukan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu yang sama.

d. Sumber Data
Pencatatan dan pelaporan petugas pengelola program DBD
Rumah Sakit dan Unit Pelayanan Kesehatan
e. Kegunaan
Mengukur kinerja program pemberantasan penyakit DBD
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan program
pemberantasan penyakit DBD

f. Pedoman
Buku Tatalaksana kasus Demam Berdarah Dengue
Buku Petunjuk Teknis Penanggulangan D

33. Balita Dengan Diare Yang Ditangani.
a. Pengertian
Penderita diare balita adalah balita yang mengalami buang air
besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya
lebih sering dari biasanya ( 3 kali atau lebih dalam sehari).
Tatalaksana penderita diare sesuai standar adalah
Tanpa dehidrasi : Tatalaksana dengan terapi A.
Dehidrasi ringan/sedang : Tatalaksana dengan terapi B.
Dehidrasi berat: Tatalaksana dengan terapi C.
b. Defenisi Operasional
% balita dengan diare yang ditangani sesuai standar disuatu
34

wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun .
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah balita diare yang ditangani sesuai
standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
1 tahun
Penyebut : Jumlah penderita diare yang ditemukan disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
Konstanta : Prosentase ( 100% ).
Rumus
% Balita dengan
diare yang
ditangani
=
Jumlah balita diare yang ditangani
sesuai standar disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu 1 tahun
x 100%
Jumlah penderita diare yang
ditemukan disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama

d. Sumber Data
Laporan Bulanan P4D Dinkes Kab/Kota.
Survei Morbiditas & KAP Tahun 2000.

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan diare.
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggara pelayanan diare.
f. Pedoman
Kepmenkes RI Nomor: 1215/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Tahun 2002.

34. Prosentase Institusi yang dibina
a. Pengertian
Institusi yang dibina adalah institusi yang memberi pelayanan
kepada masyarakat dan mempunyai risiko dampak kesehatan
bila tidak rnemenuhi syarat yang ditentukan
institusi yang dibina meliputi RS, PfCM, sekolah, PDAM, kantor,
industri, tempat penampungan/ pengungsian, dan rumuh.
Pembinaan dalam aspek teknis yang meliputi pelatihan,
pemantauan, pedoman, uji petik, sosialisasi dan penyuluhan

b. Definisi Operasional
Persentase Institusi yang dibina sesuai dengan persyaratan
minimal yang ditentukan di satu wilayah kerja tertentu pada kurun
waktu 1 tahun dibanding dengan jumlah institusi yang ada di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Institusi yang dibina sesuai dengan
persyaratan minimal yan ditentukan di satu
wilayah kerja tertentu pada kurun waktu 1 tahun
35

Penyebut : Jumlah institusi yang ada di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama
Konstanta : Persentase (%)
Rumus :
Prosentase
Institusi yang
dibina
=
Institusi yang dibina sesuai
dengan persyaratan minimal yan
ditentukan di satu wilayah kerja
tertentu pada kurun waktu 1 tahun x 100%
Jumlah institusi yang ada di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama
d. Sumber data
Laporan khusus Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS.

e. Kegunaan
Institusi yang dibina memenuhi persyaratan minimal kesehatan
lingkungan

35. Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes

a. Pengertian
Pengendalian vektor adalah kegiatan yang dilaksanakan mulai
dari pengukuran dan pengendalian populasi vektor.
Yang dimaksud pengukuran adalah mengukur angka bebas
jentik nyamuk penular (Vektor) yang ditemukan di rumah

bangunan, sekolah, kantor, tempat umum, gudang dan tempat
penampungan air lainnya.
Pengendalian populasi adalah kegiatan operasional
pemberantasan vektor dengan menggunakan cara kimia atau
biologi berdasarkan dengan data pengukuran yang
dilaksanakan (ABJ)
b. Definisi Operasional
Prosentase rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes
aegypti disuatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.


c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah rumah/bangunan/Tempat penampungan
air dan tempat penanmpungan air yang bebas
jentik nyamuk Aedes aegypti di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah rumah/bangunan/Tempat penampungan
air yang diperiksa di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama.
Konstanta : Prosentase (100 %

36

Rumus :
Pelayanan
Pengendalian
vektor (ABJ)
=
Jumlah rumah/bangunan/Tempat
penampungan air dan tempat
penanmpungan air yang bebas jentik
nyamuk Aedes aegypti di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu 1
tahun.
x 100%
Jumlah rumah/bangunan/Tempat
penampungan air yang diperiksa di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama.

d. Sumber Data
Pelaporan program P2DBD

e. Kegunaan
Mengukur kinerja program pemberantasan DBD.
Mengukur tingkat keberhasilan pengendalian vektor penyakit
DBD

f. Pedoman
Buku pedoman Survey entomologi nyamuk Aedes aegypti
diterbitkan Dep. Kes.
Buku Petunjuk Teknis Penanggulangan DBD

36. Prosentase Tempat umum yang memenuhi syarat
a. Pengertian
Tempat-tempat umum adalah sarana yang dimanfaatkan oleh
masyarakat umum seperti: hotel, terminal, Pasar, Pertokoan,
Bioskop, Tempat wisata, kolam renang, restoran, tempat ibadah,
jasa boga, tempat jajanani depot air minum dan Iain-lain.
b. Definisi operasional :
Tempat Umum yang diawasi dan yang memenuhi persyaratan
hygiene sanitasi adalah tempat umum yang mempunyai akses
sanitasi dasar (air bersih, jamban, limbah, sampah) sesuai dengan
Standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah tempat umum yang diawasi dan yang
memenuhi syarat hygiene sanitasi di satu wilayah
kerja pada kurun waktu 1 tahun
Penyebut : Jumlah tempat umum yang diawasi di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama
Konstantanta : Prosentase (%)
Rumus :

37

TTU MS =
Jumlah tempat umum yang diawasi
dan yang memenuhi syarat hygiene
sanitasi di satu wilayah kerja pada
kurun waktu 1 tahun x 100%
Jumlah tempat umum yang diawasi di
satu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama

d. Sumber data
Laporan khusus Dinkes Kab/Kota

e. Pedoman
Peraturan Menteri Kesehatan :
- Nomo: 718 Tahun 1987 tentang Kebisingan yang
Berhubungan dengan Kesehatan
- Nomor: 80 Tahun 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Hotel
- Nomor: 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
- Nomor: 061/ Men.Kes./Per/I/1991, tentang Persyaratan
Kesehatan Kolam Renang dan Pemandian Umum
- Nomor: 986 Tahun 1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan :
- Nomor : 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan
- Nomor : 876 Tahun 2001 tentang Pedoman Tehnis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
- Nomor : 1217 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengamanan
Dampak Radiasi
- Nomor : 1350 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Pestisida
- Nomor : 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum
- Nomor : 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
- Nomor : 288 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyehatan
Sarana dan Bangunan Umum
- Nomor : 715 Tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Jasaboga
- Nomor : 942 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan
Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan
- Nomor : 1098 Tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan & Restoran

Buku pedoman :
- Pedoman Pelaksanaan dan Pengawasan Dampak Sampah
38

(Aspek Kesehatan Lingkungan).
- Pedoman Kriteria Bantuan Penyelenggaraan Sanitasi Darurat,
2001
- Pedoman Umum Penyelenggaraan Sanitasi Darurat, 2001
- Petunjuk Teknis Kesiapsiagaan dan Penanggulangan
Bencana Bidang Penyakit Menular dan Kesehatan
Lingkungan, 1997/1998
- Petunjuk Pemantauan program PPM-PLP tingkat Kabupaten
(Kep.Men. PPM-PLP.No.471-I/PD.03.04.1F/91), revisi th
1998.
- Kumpulan formulir pemeriksaan kesehatan lingkungan
(Inspeksi sanitasi) bidang Penyehatan Tempat-tempat Umum,
Dep.Kes.RI Direktorat PLP-Dit.Jen PPM & PLP Jakarta th
1999.
- Prosedur Tetap Penyelenggaraan Sanitasi Darurat den Event-
event khusus, 2001.
- Pedoman Umum Penyehatan Lingkungan Tempat Umum
(Seri Penyehatan Lingkungan Hotel), Dep.Kes.RI Dir Jen.
PPM & PL tahun 2001.
37. Rumah Tangga Sehat
a. Pengertian
Rumah Tangga yang semua anggota keluarganya berperilaku
hidup bersih & sehat yaitu merupakan komposit 7 dari 10 indikator :
1) Pertolongan persalinan oleh nakes
2) Balita diberi AS
3) Kepadatan ruma
4) Mendapatkan Air Bersi
5) Mempunyai Jamba
6) Lantai rumah kedap air
7) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
8) Tidak merokok
9) Aktifitas fisik
10) Diet

b. Definisi Opersional
Persen Rumah Tangga yang telah melaksanakan paling sedikit 7
dari 10 indikator perilaku hidup bersih & sehat

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah rumah tangga sehat di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah rumah tangga ( yang disurvey sesuai
kaidah statistik ) di satu wilayah kerja puskesmas
pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus:
39

Rumah Jml RT Sehat x 100 %
Tangga Sehat = Jml RT yang disurvey

d. Sumber Data
Hasil survey masing-masing Puskesmas di Kab/Kota

e. Kegunaan
Untuk mengetahui permasalahan perilaku sehat yang belum
menjadi kebiasaan & budaya masyarakat serta permasalahan
lingkungan yang belum memenuh syarat kesehatan .

f. Pedoman
SPM Kabupaten sesuai SK Bupati Tulungagung Nomor: 857
Tahun 2004

38. Bayi Yang Mendapat Asi Eksklusif
a. Pengertian
Bayi yang mendapat ASI saja sejak lahir sampai umur 4-6 bulan

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah bayi yang hanya mendapat ASI saja
sampai 4-6 bulan dgn jumlah seluruh bayi di satu wilayah kerja pd
kurun waktu yang sama

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah bayi yang hanya mendapat ASI saja
sampai 4-6 bulan

Penyebut : Jumlah seluruh bayi di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama
Kosntanta : Prosentase (%)
Rumus

Bayi
mendapat ASI
Eksklusif
=
Jumlah bayi yang hanya mendapat
ASI saja sampai 4-6 bulan
x 100%
Jumlah seluruh bayi di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama

d. Sumber Data
LB3 Gizi, Lap. Survey ASI Eksklusif, LB3 KIA

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas di dalam upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat melalui cakupan ASI Eksklusif

f. Pedoman
40

Pedoman manajemen laktasi
Pedoman pengelolaan MP-ASI
Pedoman MP-ASI

39. Desa Dengan Garam Beryodium Baik
a. Pengertian
Desa dengan garam beryodium baik adalah desa yang minimal 20
sampel garam memenuhi syarat standart kadar yodium dari 21
sampel yang dimonitor (Sumber : LQAS). Desa yang dimonitor
adalah minimal 10 % dari seluruh desa yang ada

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah desa garam beryodium baik di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan jumlah seluruh
desa di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah desa garam beryodium baik di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh desa yang dimonitor di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
Kosntanta : Prosentase (%)
Rumus
Desa
Engan
Garam
Beryodium
=
Jumlah desa garam beryodium baik di
satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
x 100%
Jumlah seluruh desa yang dimonitor
di satu wilayah kerja pada kurun
waktu yang sama

d. Sumber Data
Survey garam beryodium

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas di dalam upaya meningkatkan
kesadaran cakupan pemakaian garam beryodium di daerah
endemik sedang dan berat.

f. Pedoman
Pedoman pemberian kapsul yodium

40. Posyandu Purnama
a. Pengertian
Posyandu adalah wadah kegiatan masyarakat, dimana masyarakat
dapat memperoleh pelayanan kesehatan , serta sebagai sarana
komunikasi antara masyarakat dan petugas kesehatan tentang
41

masalah kesehatan

b. Definisi Operasional
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang diukur dengan
pedoman telaah kemandirian Posyandu ( versi Jatim ) dengan skor
minimal 75

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah Posyandu Purnama di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh Posyandu di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.
Ukuran/Konstanta
Rumus :
Posyandu
Purnama = Jml Posyandu Purnama x 100 %
Jml Posyandu

d. Sumber Data
Basil telaah kemandirian posyandu dari Puskesmas dan Dinkes
kab/kota

e. Kegunaan
Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu (kwalitas)
Posyandu. Untuk menentukan intervensi terhadap masing-
masing tingkat perkembangan (kualitas) Posyandu

f. Pedoman
Format telaah kemandirian Posyandu
41. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan
(P3) NAPZA Berbasis Masyarakat
a. Pengertian
NAPZA adalah merupakan kepanjangan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Narkotika; Zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan. kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika; Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat Adiktif; Bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan psikis. Penyalahgunaan; Upaya penggunaan tanpa
sepengetahuan dan pengawasan.
Penyuluhan; Gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
42

keadaan dimana individu, kelompok atau masyarakat mengerti
dan memahami tentang pokok-pokok materi yang
disampaikan.
Dalam kontek ini dibatasi untuk penyuluhan kelompok dengan
jumlah minimal yang disuluh sebanyak 5 (lima) orang.
b. Definisi Operasional
Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh tenaga kesehatan terlatih/
herkompeten

c. Cara Perhitungan / Pengukuran
Pembilang : Jumlah kegiatan penyuluhan P3-NAPZA di satu
wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
Penyebut1 : Jumlah seluruh kegiatan penyuluhan di bidang
kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus
% Upaya
penyuluhan P3-
NAPZA oleh
Petugas
kesehatan
=
Jumlah kegiatan penyuluhan P3-
NAPZA di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
x 100%
Jumlah seluruh kegiatan penyuluhan
di bidang kesehatan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama

d. Sumber Data
Laporan kegiatan Puskesmas (Form laporan belum lersedia )
Laporan kegiatan Dinas Kesehatan Kab/Kota ( Form laporan
belum lersedia )
Laporan kegiatan Rumah Sakit ( PKMRS )
e. Kegunaan
Menanggulangi terjadinya peningkatan penyalahgunaan NAPZA

42. Prosen Ketersediaan Obat sesuai Kebutuhan
a. Pengertian
Obat yang digunakan untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas
harus sesuai dengan populasi berarti jumlah (kuantum) obat yang
tersedia di gudang minimal harus sama dengan jumlah kebutuhan
obat yang seharusnya tersedia.

b. Definisi Operasional
Ketersediaan Obat untuk pelayanan kesehatan dasar di puskesmas
pada satu wilayah kerja tertentu.

c. Cara Perhituiigan / Pengukuran
Pembilang : Jumlah dan jenis obat yang dapat disediakan
43

untuk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas
Penyebut : Jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus
% ketersediaan
Obat sesuai
=
Jumlah dan jenis obat yang dapat
disediakan untuk pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas
x 100%
Jumlah dan jenis obat yang
dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas
% Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan tersebut dapat dihitung
dengan terlebih dahulu menghitung tingkat ketersediaan untuk
masing-masing jenis obat: Menghitung Tingkat Ketersediaan untuk
masing-masing jenis obat:
Rumus :
Tingkat Jumlah Obat yang tersedia x 100%
Ketersediaan = Pemakaian selama 1 tahun
Obat

d. Sumber Data
LPLPO; Kartu Stok; RKO (Rencana Kebutuhan Obat)

e. Kegunaan
Mengetahui tingkat ketersediaan obat untuk pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas
Mengetahui indikasi kesinambungati pelayanan obat untuk
mendukung pelayanan kesehatan di Puskesmas

f. Pedoman
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang diterbitkan oleh
Menteri Kesehatan
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
untuk Pelayan Kesehatan Dasar yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI

43. Prosen Pengadaan Obat Esensial
a. Pengertian
Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis,
terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia pada unit
pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.
Penetapan obat yang masuk dalam DOEN (Daftar Obat Esensial
44

Nasional) telah mempertimbangkan factor Drug Of Choice, analisis
biaya manfaat dan didukung dengan data kimia. Untuk pelayanan
kesehatan dasar maka jenis obat yang tersedia di puskesmas
HARUS sesuai dengan pola penyakit dan diseleksi berdasar DOEN
agar tercapai prinsip efektifitas dan efisiensi.
b. Definisi Operasional
Prosentase pengadaan obat esensial untuk pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas

c. Cara Perhitungan / Pengukuran
Pembilang : Jumlah item obat esensial yang diadakan untuk
pelayanan kesehatan dasar di puskesmas
Penyebut : Jumlah item obat esensial yang dibutuhkan
untuk pelayanan kesehatan dasar di puskesmas
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus :
% Pengadaan
Obat Esensial
=
Jumlah item obat esensial yang
diadakan untuk pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas
x 100%
Jumlah item obat esensial yang
dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas
d. Sumber Data
LPLPO; Kartu Stok; RKO; Dokumen Pengadaan Obat


e. Kegunaan
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan dana
pengadaan obat

f. Pedoman
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang diterbitkan oleh
Menteri Kesehatan
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
untuk Pelayan Kesehatan Dasar yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI

44. Prosen Pengadaan Obat Generik
a. Pengertian
OBAT GENERIK adalah obat dengan nama sesuai dengan zat
berkhasiat yang dikandungnya, dan dengan harga yang relatif
terjangkau oleh masyarakat. Sesuai Permenkes No.
085/Menkes/Per/1989 bahwa di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah wajib menggunakan obat generik sebagai penunjang
pelayanan kesehatan.
45


b. Definisi Operasional
Prosentase pengadaan Obat Generik untuk pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas

c. Cara Perhitungan / Pengukuran
Pembilang : Jumlah item obat generik yang diadakan untuk
pelayanan kesehatan dasar di puskesmas
Penyebut : Jumlah item obat generik yang dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan dasar di puskesmas
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus :
% Pengadaan
Obat Esensial
=
Jumlah item obat generik yang
diadakan untuk pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas
x 100%
Jumlah item obat generik yang
dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas
Dengan ketentuan bahwa Obat esensial yang termasuk dalam
DOEN untuk pelayai kesehatan dasar adalah Obat Generik, kecuali
apabila ada jenis obat yang tak tersedi; generiknya
d. Sumber Data
LPLPO; Kartu Stok; RKO; Dokumen Pengadaan obat

e. Kegunaan
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan dana
pengadaan obat

f. Pedoman
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang diterbitkan oleh
Menteri Kesehatan
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
untuk Pelayani Kesehatan Dasar yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasia dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI


45. Prosentase Penulisan Resep Obat Generik
a. Pengertian
OBAT GENERIK adalah obat dengan nama sesuai dengan zat
berkhasiat yan dikandungnya, dan dengan harga yang relatif
terjangkau oleh masyarakat. Sesuai Permenkes No.
085/Menkes/Per/1989 bahwa dokter-dokter yang bekerja c fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah wajib menulis resep obat generik.
46

b. Definisi Operasional
Prosentase penulisan obat generik di rumah sakit pemerintah

c. Cara Perhitungan / Pengukuran
Pembilang : Jumlah resep obat generik yang dituli
Penyebut : Jumlah resep yang ditulis
Konstanta : Prosentase (%)
Rumus :
% Penulisan
Resep Obat
Generik

=
Jumlah resep obat generik yang
dituli
x 100%
Jumlah resep yang ditulis
Dengan ketentuan bahwa dalam satu lembar resep dapat
mengandung lebih dari (satu) resep ( "RT )

d. Sumber Data
Arsip resep di RS atau Rekam medik
Laporan pemakaian obat generik di RS

e. Kegunaan
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi serta pemerataan
pelayanan obat

f. Pedoman
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang diterbitkan oleh
Menteri Kesehatan
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan untuk Pelayan^ Kesehatan Dasar yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasten dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Permenkes No. 085/Menkes/Per/1989

46. Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar
a. Pengertian
Penduduk yang memiliki kartu peserta Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Pra Bayar (PT. Askes, PT. Jamsostek, Bapel JPKM,
Dana Sehat, Asuransi Komersial dan Manajemen Kontrak) di suatu
wilayah kerja.
b. Definisi Operasional
Proporsi penduduk terlindungi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan /
JPK Pra Bayar (PT. Askes, PT. Jamsostek, Bapel JPKM. Dana
Sehat, Asuransi Komersial dan Manajemen Kontrak).
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah penduduk yang memiliki kartu peserta JPK
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah seluruh penduduk di satu wilayah pada
47

kurun waktu yang sama
Konstanta : Prosentase (%)


Rumus
Cakupan
JPK Pra
Bayar
=
Jumlah penduduk yang memiliki
kartu peserta JPK disatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. x 100%
Jumlah seluruh penduduk di satu
wilayah pada kurun waktu yang sama

d. Sumber Data
SIM Pelaporan JPK Kab/Kota dan BPS Kab/Kota

e. Kegunaan
Meningkatnya jumlah penduduk yang terlindungi kesehatannya
dengan sistem jaminan kesehatan

f. Pedoman
Pedoman Badan Pembina (BAPIM) JPKM dan
Pedoman Sistem Informasi Manajemen (SIM) JPKM

47. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin Dan
Masyarakat Rentan
a. Pengertian
Keluarga miskin (Gakin) dan masyarakat rentan yang terlindungi
oleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Subsidi Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Propinsi/Daerah/Kota) di suatu wilayah kerja. Yang
dimaksud masyarakat rentan adalah masyarakat yang tergolong
dalam PMKS atau Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
yang menurut daftar DEPSOS (informasi Direktur Jaminan
Kesejahteraan Sosial) mencakup sekitar 27 jenis.

b. Definisi Operasional
Proporsi Keluarga miskin dan masyarakat rentan menurut data
Depsos yang terlindungi JPK Gakin Pra Bayar (Subsidi Pemerintah
& Pemda) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah keluarga miskin dan masyarakat rentan
menurut data Depsos yang memiliki kartu JPK Gakin
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah seluruh keluarga miskin dan masyarakat
rentan di satu wilayah kerja pada kurun waktu sama
Konstanta : Prosentase (%)
48

Rumus :
Cakupan
An JPK
Pra Bayar
Gakin
=
Jumlah keluarga miskin dan
masyarakat rentan menurut data
Depsos yang memiliki kartu JPK
Gakin disatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
x 100%
Jumlah seluruh keluarga miskin dan
masyarakat rentan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu sama
d. Sumber Data
SIM Pelaporan JPK Kab/Kota dan BPS Kab/Kota
Depsos Kabupaten/Kota

e. Kegunaan
Meningkatnya jumlah Gakin dan masyarakat rentan yang
terlindungi kesehatannya oleh Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (Subsidi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Propinsi/Kab/Kota)

f. Pedoman
Pedoman JPK Gakin
Pedoman Sistem Informasi Manajemen (SIM) JPKM &
BPS Kab/Kota
Pedoman PMKS Depsos

48. Cakupan Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Formal
a. Pengertian.
Pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan atau
rehabilitatif sesuai dengan standar kepada pekerja yang terdaftar
pada suatu badan usaha milik pemerintah maupun milik swasta
oleh fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta.
b. Defmisi Operasional
Perbandingan antara jumlah pekerja formal yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar di fasilitas kesehatan
pemerintah maupun swasta dengan seluruh jumlah pekerja formal
di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah pekerja formal yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar di
fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta di satu
wilayah kerja tertentu dalam kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah seluruh pekerja formal di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : Prosentase ( % ).
Rumus :
49

Cakupan
Pelayanan
Kesehatan
kerja pada
Pekerja
Formal

=
Jumlah pekerja formal yang
memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai dengan standar di fasilitas
kesehatan pemerintah dan swasta
di satu wilayah kerja tertentu dalam
kurun waktu tertentu.
x 100%
Jumlah seluruh pekerja formal di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama
d. Sumber Data
Pencatatan dan pelaporan Puskesmas dan Rumah Sakit
Laporan klinik perusahaan
Dinas tenaga kerja Kab./Kota

e. Kegunaan
Mengetahui perkembangan penyakit akibat hubungan kerja di
satu wilayah kerja.


f. Pedoman
Pedoman pencatatan dan pelaporan Puskesmas dan Rumah
Sakit
Kepmenkes No. 1075/Menkes/SK/VII/2003 tentang SIM
Kesehatan Kerja
Kepmenkes No. 1758/Menkes/SK/XII/2003 tentang standar
pelayanan Kesehatan Kerja Dasar.


49. Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut Dan Usia Lanjut
a. Pengertian
Pemeriksaan kesehatan Usia Lanjut (> 60 th) di wilayah kerja
tertentu dalam kurun waktu tertentu yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan atau tenaga terlatih

b. Definisin Operasional
Perbandingan antara jumlah usia lanjut (> 60 th) yang mendapat
pelayanan kesehatan dengan jumlah usia lanjut yang ada

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah Usia lanjut yang mendapat pelayanan
kesehatan
Penyebut : Jumlah Usia lanjut yang ada
Konstanata : Prosentase ( % )
Rumus :
Cakupan
Yankes
=
Jumlah Usia lanjut yg mendapat
pelayanan kesehatan x 100%
x 100%
50

Usila

Jumlah Usia lanjut yang ada

d. Sumber Data
Jumlah Usia lanjut yang mendapat pelayanan kesehatan
diperoleh dari laporan Triwulan kesehatan Anak, Remaja dan
Usila
Jumlah Usia lanjut yang ada diperoleh dari laporan Triwulan
kesehatan Anak, Remaja dan Usila, data dasar

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan kesehatan
Usia Lanjut
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan Usia Lanjut

f. Pedoman
Buku pedoman Pembinaan kesehatan Usia Lanjut bagi petugas
kesehatan Depkes RI 2000

50. Cakupan Wanita Usia Subur Yang Mendapat Kapsul Yodium
a. Pengertian
Wanita Usia Subur (10-49 tahun ) mendapat kapsul yodium
terutama di daerah yang endemik berat dan sedang (sesuai
pedoman)

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah WUS (10-49 th) di satu daerah
endemik sedang dan berat yang mendapat kapsul yodium di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan jumlah seluruh
WUS di daerah endemik sedang dan berat yang ada di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah WUS di satu daerah endemik sedang dan
berat yang mendapat kapsul yodium di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah seluruh WUS di daerah endemik daerah
endemik sedangkan dan berat yang ada di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
Kosntanta : Prosentase (%)
Rumus :
Cakupan
WUS
Mendapat
KapIod
=
Jumlah WUS di satu daerah
endemik sedang dan berat yang
mendapat kapsul yodium di satu
wilayah kerja pada kurun waktu
x 100%
51

tertentu.
Jumlah seluruh WUS di daerah
endemik daerah endemik sedangkan
dan berat yang ada di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.

d. Sumber Data
Laporan khusus Distribusi kapsul yodium

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas di dalam upaya pelayanan gizi
masyarakat melalui cakupan distribusi kapsul yodium pada
WUS

f. Pedoman
Pedoman manajemen laktasi
Pedoman pengelolaan MP-AS
Pedoman MP-ASI

51. Cakupan Darah Donor Diskrining Terhadap HIV
a. Pengertian
100 % dari jumlah kantong darah donor diskrining terhadap HIV di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
Yang dimaksud dengan skrining HIV adalah pemeriksaan darah
donor dengan strategi I, yaitu satu kali pemeriksaan dengan
reagen yang mempunyai sensitifitas yang tinggi.

b. Definisi Operasional
Prosentase darah donor diskrining dengan menggunakan reagen
yang sensitif, yang direkomendasikan oleh Depkes dan UTD PMI
pusat. di suatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.

c. Cara Pengukuran / Perhitungan
Pembilang : Jumlah kantong darah donor diskrining HIV di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah seluruh kantong darah donor di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : Prosentase (100 %)
Rumus :
Cakupan darah
Donor
Diskrining
terhadap HIV
=
Jumlah kantong darah donor
diskrining HIV di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu 1 tahun.
x 100%
Jumlah seluruh kantong darah donor
di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu yang sama.

52

d. Sumber Data
UTD C PMI, RS

e. Kegunaan
Memastikan setiap darah donor yang akan digunakan bebas
HIV.
Mencegah penularan HIV melalui transfusi darah.
f. Pedoman
Buku Petunjuk Pelaksanaan Skrining darah donor PMI.

52. Annual Paracite Incidence (API)
a. Pengertian.
API atau Angka Kesakitan Malaria untuk mengetahui rata-rata
penderita malaria dalam suatu wilayah dengan menggunakan
pemeriksaan laboratorium sebagai diagnosa pasti malaria.

b. Definisi Operasional '
Jumlah penderita positif malaria dalam kurun waktu satu tahun
di bandingkan 1000 penduduk yang tinggal di desa/wilayah
reseptif / rawan malaria pada waktu yang sama.
Yang dimaksud dengan penderita positif adalah seseorang yang
dengan pemeriksaan Laboratorium di dalam darahnya
ditemukan Plasmodium.
Yang dimaksud dengan desa/wilayah reseptif/rawan malaria
adalah desa/wilayan yang berdasarkan penyelidikan entomologi
ditemukan nyamuk Anopheles beserta tempat perindukannya
dan desa/wilayah yang berada disekitarnya yang masih dalam
jarak terbang nyamuk.
c. Cara Pengukuran
Pembilang : Jumlah penderita positif malaria dalam kurun
waktu satu tahun.
Penyebut : Jumlah penduduk desa/wilayah reseptif/rawan
malaria dalam waktu yang sama.
Konstanta : Permil ( %o )
Rumus :
API : Jumlah penderita positif dalam 1 tahun x 1000
Jumlah penduduk di desa/wilayah reseptif
d. Sumber Data
Pencatatan dan pelaporan program P2 malaria.
Jumlah penduduk dari BPS.



e. Kegunaan
Menilai situasi malaria di suatu wilayah.
53

f. Pedoman
Model epidemiologi malaria.

53. Penderita Kusta Yang Selesai Berobat (RFT Rate)
a. Pengertian
RFT Rate adalah prosentase penderita Kusta yang dapat
menyelesaikan pengobatan sesuai jangka waktu yang telah
ditentukan :
PB = 6 blister, diselesaikan dalam waktu maksimal 9 bulan.
MB = 12 blister, diselesaikan dalam waktu maksimal 18 bulan.

b. Definisi Operasional
RFT Rate dihitung berdasarkan data kohort dari Kartu Monitoring
penderita Kusta, yaitu perbandingan antara jumlah penderita yang
dapat menyelesaikan pengobatan sesuai dengan jangka waktu
yang ditentukan dengan jumlah penderita yang mendapat
pengobatan pada kurun waktu 1 tahun.

c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah Penderita Kusta yang dapat menyelesaikan
pengobatan MDT pada kurun waktu yang ditentukan
dalam 1 tahun.
Penyebut : Jumlah Penderita Kusta yang mendapat pengobatan
MDT dalam 1 tahun.
Konstanta : Prosentase ( 100% ).
Rumus :
%
Kesembuhan
Penderita
Kusta (RFT
Rate)


=
Jumlah Penderita Kusta yang dapat
menyelesaikan pengobatan MDT
pada kurun waktu yang ditentukan
dalam 1 tahun. x 100%
Jumlah Penderita Kusta yang
mendapat pengobatan MDT dalam 1
tahun.
d. Sumber Data
Buku Register Penderita.
Laporan Bulanan Puskesmas.
Laporan Tribulan Kabupaten/Kota.
Laporan Tribulan Propinsi.
Kartu Monitoring Penderita

e. Kegunaan
Mengukur kinerja petugas program pelayanan pengobatan
penderita Kusta
Mengukur tingkat keberhasilan program pengobatan penderita
Kusta.
54


f. Pedoman
Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta. Depkes RI,
Dirjen P2M & PL. Cetakan XV. Tahun 2002.
Buku Pedoman Program P2 Kusta Bagi Petugas Puskesmas.
Sub Direktorat Kusta & Frambusia, Direktorat P2ML, Ditjen PPM
& PL. Tahun 2002.
Buku Pedoman Eliminasi Kusta. Sub Direktorat Kusta &
Frambusia, Direktorat P2ML, Ditjen PPM & PL. Tahun 2002.

54. Kasus Filaria Ditangani
a. Pengertian
Adanya gejala dan tanda tanda penyakit filarial (demam berulang )
dalam waktu 3 bulan terakhir di suatu wilayah dan pada kurun
waktu tertentu sesuai buku pedoman Yang dimaksud dengan gejala
penyakit Filaria adalah:
Demam berulang selama 3-5 hari
Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadentitis)
Pembesaran tungkai, lengan, payudara, kantong buah zakar
(early lympoedema)
Peradangan saluran kelenjar (limfangitis retrograde)
Adanya jaringan parut, bekas abses yang pecah (filarial scar)

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah tersangka penderita atau penderita
akut dan atau kronis yang ditangani disuatu wilayah pada kurun
waktu teilentu , dengan jumlah penduduk yang diperiksa di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Pengukuran /Perhitungan
Pembilang : Jumlah tersangka penderita/penderta akut /kronis
filarial yang ditangani di suatu wilayah tertentu
pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah penduduk yang,diperiksa di suatu wilayah
tertentu pada kurun waktu tertentu
Konstanta : Prosentase (100%)
Rumus:
ADR
/ACR

=
Jumlah tersangka
penderita/penderta akut /kronis
filarial yang ditangani di suatu
wilayah tertentu pada kurun waktu
tertentu.
x 100%
Jumlah penduduk yang,diperiksa di
suatu wilayah tertentu pada kurun
waktu tertentu

55

d. Sumber Data
Laporan SP2TP, Laporan Survey cepat.

e. Kegunaan
Mengukur kinerja penanganan kasus filarial
Mengukur angka kesakitan akut dan kronis
Mengukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemberantasan
penyakit Filaria.

f. Pedoman:
Buku pedoman Filaria No. 4,5,6 (965. 2. Ind. f )
BAB III
INDIKATOR YANG DIBUTUHKAN OLEH DINAS KESEHATAN
Merupakan indikator yang diperlukan oleh pemegang program
Dinas Kesehatan di luar SPM yang telah ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan.
A. SUBDIN KESGA DAN KB
1. Cakupan Ibu Hamil Mendapat Pemeriksaan K-1
a. Pengertian :
Ibu hamil mendapat pemeriksaan Kl adalah ibu hamil yang
kontak pertama kali dengan petugas kesehatan selama masa
kehamilan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar 5
T. standar 5 T yang dimaksud adalah : - Pemeriksaan /
pengukuran tinggi dan berat badan.
- Pemeriksaan / pengukuran tekanan darah.
- Pemeriksaan / pengukuran tinggi fundus.
- Pemberian imunisasi TT
- Pemberian tablet besi.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan ANC pertama ( K-1 akses ) disatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu terhadap seluruh sasaran ibu hamil
diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan ANC pertama ( K-1 akses ) disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Penyebut : Seluruh sasaran ibu hamil diwilayah kerja
dan pada Waktu yang sama
Konstanta : 100

56

Rumus :
Jumlah Bumil yg memperoleh
pelayanan
ANC pertama (K-1 akses) disatu
wilayah kerja pada
K-1 Bumil = kurun waktu tertentu x 100 %
Seluruh sasaran ibu hamil diwilayah
kerja dan pada waktu yang sama.

d. Standar pencapaian / Target:
95 % keatas
e. Sumber Data :
LB3 KIA, PWS KIA.

f. Kegunaan :
Mengukur tingkat kontak antara petugas dengan sasaran ibu
hamil.
Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam
penyelenggaraan pelayanan ibu hamil.
2. Cakupan KunjunganNeonatus 1 (KN-1)
a. Pengertian :
Kunjungan neonatus KN-1 adalah kontak yg pertama kali
(akses) neonatus 0-28 hari dengan petugas kesehatan didalam /
diluar institusi kesehatan.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah neonatal 0-28 hari yang kontak
dengan petugas kesehatan disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu terhadap seluruh sasaran neonatal diwilayah
kerja danr3ada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah neonatal 0-28 hari yang kontak dengan
petugas kesehatan disatu wilayah kerja pd kurun
waktu tertentu
Penyebut : Seluruh sasaran neonatal di wilayah kerja dan pd
waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
KN-1 =
Jumlah neonatal 0-28 hari yang kontak
dengan petugas kesehatan disatu
wilayah kerja pd kurun waktu tertentu x 100%
Seluruh sasaran neonatal di wilayah kerja
dan pd waktu yang sama.

d. Standar pencapaian / Target
57

90 % keatas.

e. Sumber Data :
LB3 KIA, PWS KIA.

f. Kegunaan :
Mengukur jangkauan program KIA dalam pelayanan
neonatal.
Mengukur kualitas pelayanan neonatal.

3. Cakupan Pelayanan Ibu Meneteki
a. Pengertian :
Pelayanan Ibu Meneteki adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan didalam atau diluar institusi
kepada ibu meneteki sampai dengan umur 24 bulan.
b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah ibu meneteki yang dilayani
kesehatanannya disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
terhadap seluruh sasaran ibu meneteki di wilayah kerja dan
pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu meneteki yang dilayani
kesehatanannya disatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu

Penyebut : Seluruh sasaran ibu meneteki diwilayah kerja
dan pada waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
Pelayanan
ibu
meneteki

=
Jumlah ibu meneteki yang dilayani
kesehatanannya disatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
x 100%
Seluruh sasaran ibu meneteki
diwilayah kerja dan pada waktu yang
sama.

d. Standar pencapaian / Target:
90 % keatas

e. Sumber Data :
LB3 KIA

f. Kegunaan :
Mengukur jangkauan program KIA dalam pelayanan kes. Ibu
meneteki.
58

Mengukur kualitas pelayanan kesehatan Ibu meneteki.

4. Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi Oleh NAKES
a. Pengertian :
Deteksi yang dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap ibu
hamil yang memiliki tanda-tanda resiko tinggi, baik didalam
maupun diluar institusi kesehatan.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah ibu hamil resiko tinggi yang
dideteksi petugas disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
terhadap seluruh jumlah perkiraan ibu hamil resiko tinggi ( 20%
dari sasaran Bumil ) diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang
sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang dideteksi
petugas disatu wilayah kerja pada waktu
tertentu
Penyebut : Seluruh perkiraan ibu hamil resiko tinggi di
wilayah kerja dan pada kurun waktu yang
sama
Konstanta : 100
Rumus
Deteksi
Bumil
Risti oleh
Nakes.
=
Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang
dideteksi petugas disatu wilayah kerja
pada waktu tertentu
x 100%
Seluruh perkiraan ibu hamil resiko
tinggi di wilayah kerja dan pada kurun
waktu yang sama
d. Standar pencapaian / Target:
Bumil resti sebesar 20% dari Ibu Hamil.
Target deteksi resti Nakes = 20%

e. Sumber Data :
PWS KIA

f. Kegunaan:
Mengetahui dan mengukur kinerja petugas dalam deteksi Ibu
hamil resiko tinggi.

5. Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi Oleh Masyarakat
a. Pengertian :
Deteksi yang dilakukan oleh masyafakat / kader kesehatan
terhadap ibu hamil yang memiliki tanda-tanda resiko tinggi.

59

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah ibu hamil resiko tinggi yang
dideteksi masyarakat disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
terhadap seluruh jumlah perkiraan ibu hamil resiko tinggi ( 20%
dari sasaran Bumil ) diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang
sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang dideteksi
masyarakat disatu wilayah kerja pada waktu
tertentu
Penyebut : Seluruh perkiraan ibu hamil resiko tinggi
diwilayah kerja dan pada kurun waktu yang
sama.
Konstanta : 100
Rumus :
Deteksi
Bumil
Risti oleh
masyaraka
t.
=
Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang
dideteksi masyarakat disatu wilayah
kerja pada waktu tertentu
x 100%
Seluruh perkiraan ibu hamil resiko tinggi
diwilayah kerja dan pada kurun waktu
yang sama.
d. Standar pencapaian / Target:
Bumil resti sebesar 20% dari Ibu Hamil.
Target deteksi resti Nakes = 10%

e. Sumber Data :
PWS KIA

f. Kegunaan :
Mengetahui dan mengukur tingkat partisipasi masyarakat
dalam deteksi Ibu hamil resiko tinggi.

6. Kematian Maternal Dilacak
a. Pengertian :
Kematian maternal dilacak adalah kematian ibu yang
diakibatkan oleh kehamilannya dan atau proses persalinannya
dan dilakukan pelacakan oleh petugas kesehatan dengan
menggunakan formulir pelacakan sesuai dengan pedoman
program yang ada.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah kematian maternal yang dilacak
disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap seluruh
kematian maternal di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang
sama.
60




c. Cara Perhitungan

Pembilang : Jumlah kematian maternal yang dilacak disatu
wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh kematian maternal di wilayah
kerja dan pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
Kematian
Maternal
dilacak
=
Jumlah kematian maternal yang
dilacak disatu wilayah kerja pada
waktu tertentu
x 100%
Jumlah seluruh kematian maternal di
wilayah kerja dan pada kurun waktu
yang sama.
d. Standar pencapaian dan target:
100% kasus yang layak.

e. Sumber Data :
LB3 KIA
f. Kegunaan :
Mengetahui / mengukur kinerja petugas kesehatan dalam
mengaudit kasus kematian Maternal
Mengetahui kelemahan pelayanan untuk menekan kasus
kematian maternal pada waktu mendatang.
Penelusuran penyebab kesakitan / kematian untuk dianalisa,
intervensi dan evaluasi.

7. Kematian Perinatal Dilacak
a. Pengertian :
Kematian perinatal dilacak adalah kematian bayi baru lahir yang
diakibatkan oleh kehamilan dan atau proses persalinan dan
dilakukan pelacakan oleh petugas kesehatan dengan
menggunakan formulir pelacakan sesuai dengan pedoman
program ada.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah kematian perinatal yang dilacak
disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap seluruh
kematian perinatal di wilayah kerja dan pada kurun waktu yang
sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah kematian perinatal yang dilacak disatu
61

wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh kematian perinatal di wilayah
kerja dan pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
Kematian
Maternal
dilacak
=
Jumlah kematian perinatal yang
dilacak disatu wilayah kerja pada
waktu tertentu
x 100%
Jumlah seluruh kematian perinatal di
wilayah kerja dan pada kurun waktu
yang sama.

d. Standar pencapaian dan target:
100% kasus yang layak.

e. Sumber Data :
LB3 KIA

f. Kegunaan :
Mengetahui / mengukur kinerja petugas kesehatan dalam
mengaudit kasus kematian Perinatal
Mengetahui kelemahan pelayanan untuk menekan kasus
kematian perinatal pada waktu mendatang.
Penelusuran penyebab kesakitan / kematian untuk dianalisa,
intervensi dan evaluasi.

8. Desa Dengan KP-KIA
a. Pengertian :
Desa dengan KP-KIA adalah Desa/Kelurahan yang memiliki
kelompok peminat kesehatan Ibu dan Anak minimal 1 kelompok
dan melakukan kegiatannya dengan teratur dan
berkensinambungan.
Sebaiknya jumlah kelompok sama dengan jumlah Posyandu
masing-masing Desa.
b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara Desa/Kelurahan dengan KP-KIA disatu
wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah seluruh
Desa/Kelurahan yang ada di wilayah kerja dan pada kurun
waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Desa/Kelurahan dengan KP-KIA disatu wilayah
kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh Desa/Kelurahan yang ada di
wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama
Konstanta : 100
62






Rumus
Desa
dengan
KP-KIA
=
Desa/Kelurahan dengan KP-KIA disatu
wilayah kerja pada waktu tertentu
x 100% Jumlah seluruh Desa/Kelurahan yang
ada di wilayah kerja dan pada kurun
waktu yang sama
d. Standar pencapaian dan target
50 % jumlah Desa/Kelurahan.

e. Sumber Data :
LB3 KIA

f. Kegunaan :
Mengukur kinerja petugas dim kegiatan motivasi / upaya
meningkatkan
partisipasi masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak.
Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dibidang
kesehatan ibu dan anak.
Meningkatkan cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan Balita.
9. Desa Dengan Gerakan Sayang Ibu (GSI)
a. Pengertian :
Desa dengan GSI adalah Desa/Kelurahan yang memiliki Sat
gas Gerakan Sayang Ibu dengan didukung SK Kepala
Desa/Kelurahan dan melakukan kegiatannya secara teratur dan
berkensinambungan.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara Desa/Kelurahan yang memiliki Satgas GSI
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah
seluruh Desa/Kelurahan yang ada di wilayah kerja dan pada
waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Desa/Kelurahan yg memiliki Satgas GSI disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh Desa/Kelurahan yg ada di
wilayah kerja dan pada waktu yang sama
Konstanta : 100
Rumus
Desadenga
n
=
Desa/Kelurahan yg memiliki Satgas
GSI disatu wilayah kerja pada kurun
x 100%
63

GSI waktu tertentu
Jumlah seluruh Desa/Kelurahan yg ada
diwilayah kerja dan pada waktu yang
sama

d. Standar pencapaian dan target:
Satgas GSI Desa/Kelurahan = 50 % Desa/Kelurahan.
Pokja GSI Kecamatan = 100 % Kecamatan.

e. Sumber Data :
LB3 KIA

f. Kegunaan :
Mengukur kinerja petugas dim kegiatan motivasi / upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dibidang ke$ehatan ibu
dan anak.
Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dibidang
kesehatan ibu dan anak.

10. Cakupan Peseiia KB Baru
a. Pengertian :
Peserta KB baru adalah pasangan usia subur yang
menggunakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang dilayani
oleh petugas sesuai dengan ketentuan / pedoman program
yang ada.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah akseptor baru disatu wilayah kerja
pada waktu tertentu terhadap jumlah pasangan usia subur
diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.


c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah akseptor KB baru disatu wilayah kerja
pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah pasangan usia subur diwilayah kerja
dan pada waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :
Akseptor
KB
Baru
=
Jumlah akseptor KB baru disatu
wilayah kerja pada waktu tertentu
x 100%
Jumlah pasangan usia subur diwilayah
kerja dan pada waktu yang sama.
d. Standar pencapaian dan target
Akseptor baru = 10 % PUS.

64

e. Sumber Data:
Laporan Tribulan Kespro.

f. Kegunaan :
Untuk mengetahu tingkat pencapaian program serta
kecenderungannya dari waktu ke waktu.

11. Kasus Efek Samping MKJP
a. Pengertian :
Kasus efek samping MKJP adalah gangguan kesehatan
sebagai efek samping yang dialami akseptor akibat dari
penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD, Implant,
MOW dan MOP).

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah kasus efek samping MKJP disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah
akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah kasus efek samping MKJP disatu wilayah
kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada
kurun waktu yang sama
Konstanta : 100
Rumus
Efek
samping
MKJP =
MKJP
=
Jumlah kasus efek samping MKJP
disatu wilayah kerja pada waktu
tertentu x 100%
Jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja
dan pada kurun waktu yang sama


d. Standar pencapaian dan target :
Angka toleransi :
Kasus efek samping = 12,6 % CU
Efek samping ( orang) = 1,26 % CU

e. umber Data :
Laporan Tribulan Kespro.

f. Kegunaan :
Mengetahui / mengukur tingkat kualitas medik pelayanan KB
( MKJP )


65

12. Kasus Komplikasi MKJP
a. Pengertian :
Kasus komplikasi MKJP adalah gangguan kesehatan sebagai
komplikasi yang dialami akseptor akibat dari penggunaan alat
kontrasepsi jangka panjang (IUD, Implant, MOW dan MOP).

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah kasus komplikasi MKJP disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah
akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah kasus komplikasi MKJP disatu wilayah
kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja dan
pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :
Komplikasi
MKJP =
MKJP
=
Jumlah kasus komplikasi MKJP disatu
wilayah kerja pada waktu tertentu
x 100%
Jumlah akseptor MKJP diwilayah kerja
dan pada kurun waktu yang sama.
d. Standar pericapaian dan target
Angka toleransi:
Kasus komplikasi = 3,70 % CU
Komplikasi ( orang) = 0,37 % CU


e. Sumber Data :
Laporan Tribulan Kespro.

f. Kegunaan :
Mengetahui / mengukur tingkat kualitas medik pelayanan KB
( MKJP )

13. Kasus Kegagalan MKJP
a. Pengertian :
Kegagalan MKJP adalah akseptor kontrasepsi jangka panjang
yang gagal dan mengalami kehamilan diluar kemauan /
kesengajaan.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah kegagalan MKJP disatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu terhadap jumlah seluruh
akseptor MKJP diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.

66

c. Cara Perhitungan
Pembilang : jumlah kegagalan MKJP disatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Penyebut : jumlah seluruh akseptor MKJP diwilayah kerja
dan pada waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
Kegagalan
MKJP =
MKJP
=
jumlah kegagalan MKJP disatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
x 100%
jumlah seluruh akseptor MKJP diwilayah
kerja dan pada waktu yang sama.
d. Standar pencapaian dan target
Angka toleransi :
Kasus kegagalan = 0,19% CU

e. Sumber Data :
Laporan Tribulan Kespro.

f. Kegunaan :
Mengetahui / mengukur tingkat kualitas medik pelayanan KB
( MKJP )

14. SD/MI Melaksanakan Program UKS
a. Pengertian :
SD/MI melaksanakan program UKS adalah SD dan MI yang
melaksanakan kegiatan UKS dengan didukung SK Kepala
Sekolah tentang Tim Pelaksana UKS.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah SD/MI yang melaksanakan
program UKS disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap
jumlah seluruh SD/MI yang ada diwilayah kerja dan pada kurun
waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah SD/MI yg melaksanakan program UKS
disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh SD/MI yg ada diwilayah kerja
dan pada kurun waktu yang sama
Konstanta : 100
Rumus :
Melaksanak
an Program
UKS =
MKJP
=
Jumlah SD/MI yg melaksanakan
program UKS disatu wilayah kerja
pada waktu tertentu x 100%
Jumlah seluruh SD/MI yg ada diwilayah
kerja dan pada kurun waktu yang sama
67



d. Standar pencapaian dan target
90% keatas.

e. Sumber Data :
Laporan Tribulan Kesehatan AREM

f. Kegunaan :
Mengukur kinerja petugas dalam meningkatkan pertisipasi
sekolah dibidang kesehatan.
Mengukur tingkat partisipasi sekolah dalam program UKS.

15. SLTP/SLTA Melaksanakan Program U!&
a. Pengertian :
SLTP/SLTA melaksanakan program UKS adalah SLTP dan
SLTA yang melaksanakan kegiatan UKS dengan didukung SK
Kepala Sekolah tentang Tim Pelaksana UKS.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah SLTP/SLTA yang melaksanakan
program UKS disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap
jumlah seluruh SLTP/SLTA yang ada di wilayah kerja dan pada
kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah SLTP/SLTA yang melaksanakan program
UKS disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh SLTP/SLTA yang ada diwilayah
kerja dan pada kurun waktu yang sama.

Konstanta : 100
Rumus
SLTP/SLTA
Melaksanak
an Program
UKS =
MKJP
=
Jumlah SLTP/SLTA yang
melaksanakan program UKS disatu
wilayah kerja pada waktu tertentu
x 100%
Jumlah seluruh SLTP/SLTA yang ada
diwilayah kerja dan pada kurun waktu
yang sama.
d. Standar pencapaian dan target
60 % keatas.

e. Sumber Data :
Laporan Tribulan Kesehatan AREM

f. Kegunaan :
68

Mengukur kinerja petugas dalam meningkatkan pertisipasi
sekolah dibidang kesehatan.
Mengukur tingkat partisipasi sekolah dalam program UKS.

16. Murid Terlayani Skrening UKS
a. Pengertian :
Murid terlayani skrening UKS adalah murid kelas I tingkat SD,
SLTP dan SLTA yang di-skrening kesehatannya oleh petugas
tim kesehatan. Frekwensi skrening : 1 kali / tahun (tahun ajaran
baru )

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah murid kelas I yang diskrening
disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah
seluruh murid kelas I yang ada diwilayah kerja dan pada kurun
waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah murid kelas I yg disekeliling disatu
wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh murid kelas I yang ada diwilayah
kerja dan pada kurun waktu yang sama
Konstanta : 100

Rumus
Skrening
UKS =
MKJP
=
Jumlah murid kelas I yg Skrening
disatu wilayah kerja pada waktu
tertentu
x 100%
Jumlah seluruh murid kelas I yang ada
diwilayah kerja dan pada kurun waktu
yang sama
d. Standar pencapaian dan target:
SD/MI = 80%keatas.
SLTP = 60%keatas.
SLTA = 60%keatas.

e. Sumber Data:
Laporan skrening kesehatan murid.

f. Kegunaan :
Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan
pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa.
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
siswa.

69

17. Cakupan Pemeriksaan Visus Mata Murid
a. Pengertian :
Pemeriksaan visus mata murid adalah pemeriksaan ketajaman
penglihatan dengan menggunakan Snellen Chan terhadap
murid tingkat SD, SLTP dan SLTA oleh petugas / tim kesehatan
/ Guru UKS atau Kader UKS. Frekwensi : 1 kali / tahun

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah murid yang diperiksa visus mata
disatu wilayah kerja pada waktu tertentu terhadap jumlah
seluruh murid yang ada diwilayah kerja dan pada kurun waktu
yang sama.
c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah murid yang diperiksa visus mata disatu
wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh murid yang ada diwilayah kerja
dan pd kurun waktu yang sama
Konstanta : 100
Rumus :
Pemeriksaa
n
visus mata
=
MKJP
=
Jumlah murid yang diperiksa visus
mata disatu wilayah kerja pada waktu
tertentu
x 100%
Jumlah seluruh murid yang ada
diwilayah kerja dan pd kurun waktu yang
sama
d. Standar pencapaian dan target
60% keatas.

e. Sumber Data :
Laporan skrening kesehatan murid.

f. Kegunaan :
Mengukur kinerja petugas penyelenggara pelayanan
pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa.
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
siswa.

18. Desa Dengan Posyandu USILA
a. Pengertian :
Desa dengan Posyandu Usila adalah Desa/Kelurahan yang
memiliki Posyandu Usila, minimal 1 Posyandu.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah Desa/Kelurahan yang memiliki
Posyandu Usila disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
terhadap jumlah seluruh Desa / Kelurahan yang ada diwilayah
70

kerja dan pada waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah Desa/Kelurahan yang memiliki Posyandu
Usila disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh Desa / Kelurahan yang ada
diwilayah kerja dan pada waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :
Desa dgn
Posyandu
Usila =
MKJP
=
Jumlah Desa/Kelurahan yang memiliki
Posyandu Usila disatu wilayah kerja
pada waktu tertentu
x 100%
Jumlah seluruh Desa / Kelurahan yang
ada diwilayah kerja dan pada waktu
yang sama.
d. Standar pencapaian dan target
60 % keatas.

e. Sumber Data:
Laporan bulanan Usila.


f. Kegunaan :
Mengukur kinerja petugas dalam upaya motivasi masyarakat
dalam pelayanan kesehatan Usia lanjut.
Mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan usia lanjut.


19. Balita Ditimbang (D/S)
a. Pengertian:
Balita ditimbang adalah balita yang datang di Posyandu dan
ditimbang berat badan ( BB ) nya.

b. Definisi Operasional
Perbandingan antara jumlah balita yang datang di Posyandu
dan ditimbang berat badannya disatu wilayah kerja pada waktu
tertentu dengan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja
tersebut.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah balita yang datang di Posyandu dan
ditimbang berat badannya disatu wilayah kerja
pada waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja
dan pada waktu yang sama.
71

Konstanta : 100
Rumus :
Balita
ditimbang MKJP
=
Jumlah balita yang datang di
Posyandu dan ditimbang berat
badannya disatu wilayah kerja pada
waktu tertentu. x 100%
Jumlah seluruh balita yang ada
diwilayah kerja dan pada waktu yang
sama.
d. Standar pencapaian dan target
80 % keatas.

e. Sumber Data :
LB3 Gizi

f. Kegunaan :
Untuk mengetahui / mengukur tingkat partisipasi masyarakat
palam kegiatan penimbangan Balita di Posyandu.

20. Balita KEP Total
a. Pengertian :
Balita yang mengalami kekurangan energi protein disatu wilayah
pada kurun waktu tertentu.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan antara jumlah balita kekurangan energi protein
disatu wilayah tertentu dengan seluruh balita yang diukur
dengan menggunakan indikator BB/U ( WHO-NCHS ) dalam
KMS diwilayah dan kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah balita kekurangan energi protein disatu
wilayah tertentu
Penyebut : Balita yang diukur dengan menggunakan
indikator BB/U ( WHO-NCJ-IS ) dalam KMS di
wilayah dan
kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :

Balita KEP
Total MKJP
=
Jumlah balita kekurangan energi
protein disatu wilayah tertentu
x 100%
Balita yang diukur dengan
menggunakan indikator BB/U ( WHO-
NCJ-IS ) dalam KMS di wilayah dan
kurun waktu yang sama.
72


d. Standar pencapaian dan target
Kurang dari 15 %

e. Sumber Data:
LB3 Gizi, Survey Pemantauan Gizi (PSG)

f. Kegunaan :
Untuk menentukan tingkat kerawanan gizi suatu daerah
serta menurunkan prevalensi gizi buruk.

21. Cakupan Ibu Hamil KEK
a. Pengertian :
Ibu Hamil KEK adalah Ibu hamil yang selama masa
kehamilannya mengalami kekurangan energi kronis.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara Ibu Hamil KEK disatu wilayah kerja pada
waktu tertentu dengan seluruh Ibu Hamil yang diperiksa
diwilayah kerja dan kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Ibu Hamil KEK disatu wilayah kerja pada waktu
tertentu
Penyebut : Seluruh Ibu Hamil yang diperiksa diwilayah kerja
dan kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
Cakupan
Bumil KEK MKJP
=
Ibu Hamil KEK disatu wilayah kerja
pada waktu tertentu
x 100% Seluruh Ibu Hamil yang diperiksa
diwilayah kerja dan kurun waktu yang
sama.
d. Standar pencapaian dan target
100%tertangani
e. Sumber Data :
LB3 Gizi

f. Kegunaan :
Mengetahui prevalensi ibu hamil KEK serta
kecenderungannya dari waktu ke waktu.
22. Cakupan Ibu Hamil Dengan Lila <= 23,5 Cm yang Ditangani
a. Pengertian :
Ibu hamil dengan LILA <=23,5 cm adalah Ibu hamil yang pada
pengukuran lingkar lengan atas kurang atau sama dengan 23,5
cm.
73


b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara Ibu hamil LILA <=23,5 cm yang diberi PMT
Bumil disatu wilayah kerja pada waktu tertentu dengan Ibu hamil
LILA <=23,5 cm yang ditemukan diwilayah dan kurun waktu
yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Ibu hamil LILA <=23,5 cm yang diberi PMT
Bumil disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Ibu hamil LILA <=23,5 cm yang ditemukan
diwilayah dan kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
Cakupan
Bumil LILA
<=23 cm
ditangani MKJP
=
Ibu hamil LILA <=23,5 cm yang diberi
PMT Bumil disatu wilayah kerja pada
waktu tertentu
x 100%
Ibu hamil LILA <=23,5 cm yang
ditemukan diwilayah dan kurun waktu
yang sama.

d. Standar pencapaian dan target
40% tertangani.

e. Sumber Data:
LB3 Gizi, LB3 KIA

f. Kegunaan :
Penanggulangan resiko tinggi Ibu Hamil.

23. Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
a. Pengertian :
Ibu Nifas mendapat Vitamin A adalah Ibu yang selama masa
nifas ( sampai 30 hari), yang mendapatkan kapsul Vitamin A
200.000 IU warna merah.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah ibu nifas yang mendapatkan
vitamin A disatu wilayah kerja pada waktu tertentu dengan
jumlah seluruh ibu nifas yang ada diwilayah dan pada kurun
waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu nifas yang mendapatkan vitamin A
disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh ibu nifas yang ada diwilayah dan
74

pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100


Rumus
Cakupan
Ibu Nifa
Mendapat
vit.A MKJP
=
Jumlah ibu nifas yang mendapatkan
vitamin A disatu wilayah kerja pada
waktu tertentu
x 100%
Jumlah seluruh ibu nifas yang ada
diwilayah dan pada kurun waktu yang
sama.

d. Standar pencapaian dan target
80 % keatas.

e. Sumber Data :
LB3 Gizi, Distribusi Vitamin A.
f. Kegunaan :
Mengukur kinerja petugas dalam upaya pelayanan gizi
masyarakat melalui cakupan distribusi Vitamin A pada Ibu
Nifas

24. Bayi 6-11 Bulan Mendapat Vitamin A
a. Pengertian :
Bayi berumur 6-11 bulan yang mendapatkan Vitamin A dosis
tinggi 100.000 IU ( kapsul biru ) sebanyak 1 kali.

b. Definisi Operasional : Perbandingan antara jumlah bayi 6-11
bulan yang mendapat vitamin A dosis tinggi 100.000 IU
sebanyak 1 kali disatu wilayah kerja pada waktu tertentu
dengan jumlah seluruh bayi 6-11 bulan diwilayah dan pada
waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A
dosis tinggi 100.000 IU sebanyak 1 kali disatu
wilayah kerja
pada waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh bayi 6-11 bulan diwilayah dan pada
kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
bayi
Mendapat
Vit. A
=
Jumlah bayi 6-11 bulan yang
mendapat vitamin A dosis tinggi
100.000 IU sebanyak 1 kali disatu
wilayah kerja
x 100%
75

MKJP pada waktu tertentu
Jumlah seluruh bayi 6-11 bulan
diwilayah dan pada kurun waktu yang
sama.
d. Standar pencapaian dan target
90% keatas.

e. Sumber Data :
LB3 Gizi, Laporan Bulan Vitamin A

f. Kegunaan :
Mengukur kinerja petugas dalam upaya pelayanan gizi
masyarakat melalui cakupan distribusi Vitamin A dosis tinggi
pada bayi.

25. Prevalensi Stunting Pada Anak Baru Sekolah (ABS)
a. Pengertian :
Tinggi badan anak baru sekolah (ABS) yang termasuk kategori
sangat pendek dibanding umur yang sesuai dengan pedoman
antropometri.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah ABS yang sangat pendek disatu
wilayah pada waktu tertentu dengan jumlah seluruh ABS yang
diukur antropometri di wilayah dan pada kurun waktu yang
sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah ABS yang sangat pendek disatu wilayah
padam waktu tertentu
Penyebut : Jumlah seluruh ABS yang diukur antropometri di
wilayah dan pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :

Prevalens
Stunting
ABS MKJP
=
Jumlah ABS yang sangat pendek
disatu wilayah padam waktu tertentu
x 100% Jumlah seluruh ABS yang diukur
antropometri di wilayah dan pada kurun
waktu yang sama.
d. Standar pencapaian dan target
Maksimal 1 %

e. Sumber Data :
Survey TB-ABS ( PSG-ABS )

76

f. Kegunaan :
Mengetahui / mengukur status gizi suatu daerah dan
kecenderungannya dari waktu-ke waktu.

26. Angka Gondok Total (TGR)
a. Pengertian :
Pembesaran kelenjar gondok yang teraba pada murid SD (
mulai grade I keatas )

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah murid SD yang mengalami
pembesaran kelenjar gondok ( dengan diraba ) terhadap seluruh
jumlah murid yang dipalpasi disatu wilayah kerja pada kurun
waktu yan^ sama

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah murid SD yang mengalami pembesaran
kelenjar gondok ( dengan diraba )
Penyebut : Jumlah seluruh murid yang dipalpasi disatu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
Konstanta : 100
Rumus
Angka
Gondok
Total (TGR) MKJP
=
Jumlah murid SD yang mengalami
pembesaran kelenjar gondok ( dengan
diraba )
x 100%
Jumlah seluruh murid yang
dipalpasi disatu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama
d. Standar pencapaian dan target:
Prevalens Rendah = 5 - 19 %
Prevalens Sedang = 20-30 %
Prevalens Tinggi = 30 % keatas

e. Sumber Data
Survey Palpasi Gondok

f. Kegunaan :
Mengukur / mengetahui tingkat kerawanan GAKY pada suatu
daerah.

27. Angka Gondok Nyata (VGR)
a. Pengertian :
Pembesaran kelenjar gondok yang terlihat (tanpa diraba ) pada
murid SD mulai grade II keatas.

b. Definisi Operasional :
77

Perbandingan antara jumlah murid SD yang mengalami
pembesaran kelenjar gondok yang terlihat ( tanpa diraba )
terhadap seluruh jumlah murid yang dipalpasi disatu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah murid SD yang mengalami pembesaran
kelenjar gondok yang terlihat (tanpa diraba )
Penyebut : Jumlah seluruh murid SD yang dipalpasi disatu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
Konstanta : 100
Rumus :
Gondok
Nyata
(VGR) MKJP
=
Jumlah murid SD yang mengalami
pembesaran kelenjar gondok yang
terlihat (tanpa diraba )
x 100%
Jumlah seluruh murid SD yang dipalpasi
disatu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama
d. Standar pencapaian dan target :
Prevalens Rendah = 5 - 19 %
Prevalens Sedang = 20 - 30 %
Prevalens Tinggi = 30 % keatas
e. Sumber Data
Survey Palpasi Gondok

f. Kegunaan:
Mengukur / mengetahui tingkat kerawanan GAKY pada suatu
daerah.
28. Keluarga Sadar Gizi
a. Pengertian :
Keluarga yang sudah menerapkan 5 langkah awal menuju
keluarga sadar gizi, yaitu :
1. Membiasakan sarapan pagi.
2. Mengikuti penimbangan balita dan upaya kesehatan
keluarga.
3. Menjalankan ASI eksklusif 6 bulan
4. Menggunakan garam beryodium
5. Keaneka-ragaman makanan.




b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah keluarga sadar gizi terhadap
jumlah seluruh keluarga yang disurvey disatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
78


c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah keluarga sadar gizi
Penyebut : Jumlah seluruh keluarga yang disurvey disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Konstanta : 100
Rumus :
% Kadarasi MKJP =
Jumlah keluarga sadar gizi
x 100%
Jumlah seluruh keluarga yang
disurvey disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
d. Standar pencapaian dan target
40 % keatas.

e. Sumber Data:
Survey Kadarzi

f. Kegunaan :
Mengukur / mengetahui tingkat kesadaran masyarakat
terhadap gizi.

29. Terselenggaranya SKD KLB GIZI.
a. Pengertian :
SKD KLB Gizi adalah sistim kewaspadaan dini terhadap
kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa Gizi melalui sistim
pelaporan mingguan se-cara rutin.

b. Definisi Operasional :
Perbandingan antara jumlah laporan mingguan W2 Gizi yang
dikirim dari satu wilayah kerja dengan jumlah minggu dalam
waktu satu tahun.

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah laporan mingguan W2 Gizi yang dikirim
Penyebut : Jumlah minggu dalam waktu satu tahun.
Konstanta : 100
Rumus :
SKD KLB
Gizi MKJP
=
Jumlah laporan mingguan W2 Gizi
yang dikirim
x 100%
Jumlah minggu dalam waktu satu
tahun.
d. Standar pencapaian dan target
Kelengkapan = 50 %

e. Sumber Data :
Laporan Mingguan W2 Gizi
79




f. Kegunaan :
Mengukur tingkat kewaspadaan dini terhadap kemungkinan
terjadinya KLB Gizi disuatu daerah.

B. Subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
1. Angka Kesakitan DBD per 1000 Penduduk
a. Pengertian:
Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu
wilayah per 1.000 penduduk.

b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu
wilayah dibanding jumlah penduduk suatu wilayah di kalikan
1.000

c. Cara Perhitungan :
Pembilang : Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Penyebut : Jumlah penduduk di suatu wilayah
Konstanta : 1.000
Rumus :
INSIDEN
RATE MKJP
=
Jumlah penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) x 100%
Jumlah penduduk di suatu wilayah
d. Sumber Data :
Laporan W1 dan W2

e. Kegunaan:
Untuk mengeahui tingkat kerawanan penyebaran penyakit
DBD di suatu wilayah.

2. Angka Kesakitan Malaria per 1000 Penduduk
a. Pengertian:
Jumlah penderita malaria positif (+) di suatu wilayah per seribu
penduduk.

b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita malaria positif (+) di suatu wilayah dibanding
jumlah penduduk wilayah tersebut dikalikan 1.000

c. Cara Perhitungan
Pembilang : Jumlah Penderita
Penyebut : Jumlah Penduduk
80

Konstanta : 1.000
Rumus :
API Jumlah penderita malaria positif x 100 &
: Jumlah penduduk
d. Sumber Data :
Laporan bulanan penyakit

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu daerah
terhadap ancaman penyakit malaria.

/
3. % Kesembuhan TB Paru
a. Pengertiam
Jumlah Penderita BTA positif, bila hasil pemeriksaan ulang
dahak dua kali berturut-turut hasilnya negatif salah satunya
pada akhir pengobatan (AP)

b. Definisi Operasional:
Jumlah Penderita BTA positif dengan pemeriksaan ulang dahak
dua kali berturut-turut hasilnya negatif di bagi jumlah penderita
BTA positif yang diobati.

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah Penderita BTA positif dengan
pemeriksaan ulang dahak dua kali berturut-turut
hasilnya negatif
Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diobati.
Konstanta :
Rumus :
%
Kesembuha
n
TB Paru MKJP
=
Jumlah Penderita BTA positif dengan
pemeriksaan ulang dahak dua kali
berturut-turut hasilnya negatif x 100%
Jumlah penderita BTA positif yang
diobati.
d. Sumber Data:
Kartu penderita di Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk indikator keberhasilan program

4. Jumlah penderita baru BTA positif yg ditemukan
a. Pengertian :
Jumlah suspek yang diperiksa dan ditemukan BTA positif
b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita baru BTA positif di bagi 100.000 penduduk
81

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah suspek positif
Penyebut : Jumlah penduduk yg ditemukan

Ukuran/Konstanta :
Rumus :
Jumlah
penderita
baru BTA
positif MKJP
=
Jumlah suspek positif
x 100%
Jumlah penduduk yg
ditemukan

d. Sumber Data:
Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui perkiraan jumlah penderita dengan BTA
positif

5. Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati
a. Pengertian:
Jumlah suspek dengan hasil pemeriksaan menunjukkan BTA
positif yang diobati

b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita dengan BTA positif yang diobati dibagi
dengan penderita BU positif yang diperiksa atau ditemukan

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah penderita dengan BTA positif yang
diobati
Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diperiksa
atau ditemukan
Konstanta : 100
Rumus :
Jumlah
penderita
baru BTA
positif yang
diobati MKJP
=
Jumlah penderita dengan BTA positif
yang diobati
x 100% Jumlah penderita BTA positif yang
diperiksa atau ditemukan

d. Sumber Data:
Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk memutuskan mata rantai penularan

6. Jumlah penderita BTA positif yang konversi
82

a. Pengertian:
Jumlah penderita BTA positif yang diobati dengan pemeriksaan
dahak ulang hasilnya negatif

b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita BTA positif setelah diobati fase intensif
diperiksa ukang dahak hasilnya negatif.

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah penderita BTA positif yang diobati
dengan pemeriksaan dahak ulang hasilnya
negatif
Penyebut : Jumlah penderita BTA positif yang diobati
Konstanta : 100


Rumus :
Jumlah
penderita
BTA positif
yang
konversi MKJP
=
Jumlah penderita BTA positif yang
diobati dengan pemeriksaan dahak
ulang hasilnya negatif x 100%
Jumlah penderita BTA positif yang
diobati

d. Sumber Data :
Puskesmas



e. Kegunaan :
Untuk mengetahui keteraturan minum obat

7. Jumlah penderita baru BTA negatif Rontgen positif yang diobati
a. Pengertian:
Jumlah suspek yang diperiksa dengan hasil BTA negatif dengan
rontgen positif

b. Definisi Operasional:
Jumlah suspek yang diperiksa dengan SPS hasilnya BTA
negatif dan pemeriksa arrontgen positif

c. Cara Perhitungan :
Pembilang : Jumlah suspek dengan hasil BTA negatif dan
rontgen positif
Penyebut : Jumlah suspek yang diepriksa
Konstanta : 100
Rumus :
83

Jumlah
penderita
baru BTA
negatif
Rontgen
positif
yang diobati
MKJP
=
Jumlah suspek dengan hasil BTA
negatif dan rontgen positif
x 100%
Jumlah suspek yang diepriksa
d. Sumber Data:
Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui penderita sudah sesuai kaidah OAT

8. Angka Kesakitan Penyakit Tertentu
a. Pengertian :
Suatu angka yang menggambarkan tingkat kerawanan dari
suatu penyakit tertentu yang diamati. Jenis penyakit yang
diamati ada 29 penyakit.
b. Definisi Operasional:
Suatu angka kejadian dari penyakit menular tertentu di suatu
daerah pada suatu waktu

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah penyakit tertentu
Penyebut : Jumlah penduduk yang beresiko
Konstanta : 1.000
Rumus :
Angka
Kesakitan
Penyakit
Tertentu MKJP
=

Jumlah penyakit tertentu
x 100%
Jumlah penduduk yang beresiko

d. Sumber Data
LB1.SST

e. Kegunaan:
- Untuk menggambarkan kerawanan suatu penyakit
- Sebagai bahan evaluasi terhadap tindakan pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular tertentu

9. Angka Kesakitan Penyakit Menular
a. Pengertian :
Suatu angka yang yang menggambarkan tingkat
kejadian/kerawanan dari suatu penyakit menular.

84

b. Definisi Operasional:
Angka kejadian dari suatu penyakit menular pada suatu daerah
dan pada saat tertentu
c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah suatu penyakit menular dalam 1 tahun
Penyebut : Jumlah penduduk yang berisiko
Ukuran
Konstanta :
Rumus :
Angka
Kesakitan
Penyakit
Menular MKJP
=

Jumlah suatu penyakit menular dalam
1 tahun
x 100%
Jumlah penduduk yang berisiko

d. Sumber Data
LB1,SST

e. Kegunaan:
Menggambarkan tingkat kerawanan suatu penyakit menular
pada suatu daerah
Sebagai bahan evaluasi terhadap upaya atau tindakan
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular



10. Cakupan UCI di Tingkat Desa
a. Pengertian :
Semua bayi 0-11 bulan memperoleh imunisasi lengkap, merata
di seluruh desa.
b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan indikator DPTI sebesar 95%,
DPT3, Polio, Campak dan HB3 sebesar 90%

c. Cara Perhitungan :
Pembilang : Jumlah desa yang mencapai UCI
Penyebut : Jumlah seluruh desa
Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
UCI di
Tingkat
Desa MKJP
=

Jumlah desa yang mencapai UCI
x 100%
Jumlah seluruh desa

d. Sumber Data:
Laporan Imunisasi per desa dari puskesmas

85

e. Kegunaan :
Untuk mengetahui pemerataan cakupan per desa secara
menyeluruh

11. Cakupan Imunisasi DPT1 ,
a. Pengertian:
Hasil imunisasi DPTI pada bayi

b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin DPT1

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT1
Penyebut : Jumlah seluruh bayi (Sasaran dari BPS)
Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
Imunisasi
DPT1 MKJP
=

Jumlah bayi yang mendapat imunisasi
DPT1 x 100%
Jumlah seluruh bayi

d. Sumber Data :
Laporan imunisasi bulanan puskesmas

e. Kegunaan :
Mengetahui cakupan imunisasi DPT1 ( untuk memberikan
kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus pada
bayi.

12. Cakupan Imunisasi HB3
a. Pengertian:
Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan
vaksin HB3 (Hepatitis B3)
b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi dengan vaksin Hepatitis B3 pada bayi

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah bayi di imunisasi HB3
Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi
Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
Imunisasi
HB3 MKJP
=

Jumlah bayi diimunisasi HB3
x 100% Jumlah seluruh sasaran bayi


86

d. Sumber Data:
Laporan imunisasi bulanan puskesmas

e. Kegunaan :
Mengetahui cakupan imunisasi HB3 (untuk memberikan
kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B pada bayi)

13. Cakupan Imunisasi Campak
a. Pengertian:
Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan
vaksin Campak.

b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin Campak

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah bayi diimunisasi Campak
Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi
Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
Campak MKJP
=

Jumlah bayi diimunisasi Campak
x 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi

d. Sumber Data:
Laporan imunisasi bulanan puskesmas

e. Kegunaan :
Untuk mengetahui cakupan imunisasi campak dalam
memberikan kekebalan terhadap penyakit campak pada bayi.

14. Cakupan Imunisasi Polio4
a. Pengertian:
Imunisasi yang dilakukan pada bayi dengan menggunakan
vaksin Polio 4

b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin Polio 4

c. Cara Perhitungan :
Pembilang : Jumlah bayi diimunisasi
Penyebut : Jumlah seluruh sasaran bayi
Ukuran/Konstanta :
Rumus :
Cakupan
Polio4 MKJP
=

Jumlah bayi diimunisasi
x 100%
87

Jumlah seluruh sasaran bayi
d. Sumber Data :
Laporan imunisasi bulanan puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui cakupan imunisasi Polio 4 dalam
memberikan kekebalan terhadap penyakit polio pada bayi

15. Cakupan Imunisasi DT murid SD/MI kfs I
a. Pengertian :
Imunisasi yang dilakukan pada murid SD/MI kls I dengan
menggunakan vaksin DT.

b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi bayi dengan vaksin DT pada waktu bulan
imunisasi anak sekolah (BIAS).

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah murid SD/MI kls I diimunisasi DT
Penyebut : Jumlah seluruh murid SD/MI kls I
Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
DT
murid
SD/MI MKJP
=

Jumlah murid SD/MI kls I diimunisasi
DT
x 100%
Jumlah seluruh murid SD/MI kls I
d. Sumber Data:
Laporan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui cakupan imunisasi DT dalam memberikan
kekebalan terhadap penyakit Difteri dan Tetanus pada murid
SD/MI kls I.

16. Cakupan Imunisasi TT murid SD/MI kls II s/d III
a. Pengertian:
Imunisasi yang dilakukan pada murid SD/MI kls II s/d III dengan
menggunakan vaksin TT.

b. Definisi Operasional:
Cakupan imunisasi TT pada murid SD/MI kls II s/d III dengan
vaksin TT.

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah murid SD/MI kls II s/d III di imunisasi TT
Penyebut : Jumlah seluruh murid SD/MI kls II s/d III
88

Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
TT murid
SD/MI kls II
s/d VI MKJP
=
Jumlah murid SD/MI kls II s/d III di
imunisasi TT
x 100%
Jumlah seluruh murid SD/MI kls II s/d III
d. Sumber Data:
Laporan imunisasi bulanan puskesmas
e. Kegunaan :
Untuk mengetahui cakupan imunisasi TT dalam memberikan
kekebalan terhadap penyakit Tetanus Neonatorum.

17. % Kecamatan Yang Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD)
a. Pengertian :
Suatu upaya pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) secara dini dengan melakukan kegiatan
pengumpulan data kasus baru penyakit potensial KLB yang
dilaksanakan oleh Kecamatan.

b. Definisi Operasional:
Kecamatan yang melakukan upaya Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD)
c. Cara Perhitungan:

Pembilang : Jumlah Kecamatan yang melakukan SKD
Penyebut : Jumlah Kecamatan yang ada
Konstanta : 100
Rumus :
%
Kecamatan
SKD MKJP
=
Jumlah Kecamatan yang melakukan
SKD
x 100%
Jumlah Kecamatan yang ada
d. Sumber Data
KDRS,W2,W1,LB1

e. Kegunaan:
Mengetahui adanya kemungkinan KLB (memprediksi dan
mencegah terjadinya KLB) sedini mungkin, sehingga dapat
dilakukan upaya penanggulangan secepatnya.

18. % Kecamatan yang Melaksanakan Surveilans Epidemiologi
a. Pengertian:
Kecamatan yang melakukan upaya pengumpulan data, analisa
data dan intepretasi data serta penyebarluasan informasi
sebagai tindak lanjut bagi pengelola surveilan epidemiologi.
89


b. Defmisi Operasional:
Kecamatan/Puskesmas yang melaksanakan kegiatan
pengumpulan data, analisa data dan interpretasi data sebagai'
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah Kecamatan yang melaksanakan surveilan
epidemiologi
Penyebut : Jumlah Kecamatan yang ada
Konstanta : 100
Rumus :
Kec. SE MKJP =
Jumlah Kecamatan yang
melaksanakan surveilan epidemiologi x 100%
Jumlah Kecamatan yang ada

d. Sumber Data
KDRS,W1, W2, LB1.SST

e. Kegunaan :
Tersedianya data dan hasil kegiatan epidemiologi dari penyakit
yang diamati untuk bahan pengambilan keputusan serta
mengetahui perubahan epidemiologi penyakit menular.

19. Jumlah rumah dilakukan PJB
a. Pengertian:
Pemeriksaan jentik di rumah-rumah penduduk setiap bulan
sekali.
b. Definisi Operasional
Pemeriksaan jentik pada 100 rumah per desa secara acak yang
dilakukan setiap tiga bulan.
c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Rumah bebas jentik
Penyebut : Rumah di periksa
Konstanta : 100
Rumus :
ABJ MKJP =
Rumah bebas jentik
x 100%
Rumah di periksa
d. Sumber Data:
Laporan dari puskesmas

e. Kegunaan:
Pemantauan wilayah setempat

20. Persentase Desa melakukan PSN
a. Pengertian:
90

Semua desa melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

b. Definisi Operasional:
Semua desa melakukan PSN melalui gerakan 3 M (Menguras,
Menutup dan Mengubur) oleh masyarakat seminggu sekali terus
menerus

c. Cara Perhitungan:
Pembilang : Jumlah Desa melakukan PSN
Penyebut : Jumlah Desa seluruhnya
Konstanta : 100
Rumus :
Persentase
Desa
melakukan
PSN MKJP
=
Jumlah Desa melakukan PSN
x 100%
Jumlah Desa seluruhnya
d. Sumber Data
Puskesmas

e. Kegunaan :


C. Subdin Pelayanan Kesehatan
1. % Kunjungan penduduk per tahun
a. Pengertian :
Jumlah penduduk yang memanfaatkan fasilitas Puskesmas,
Puskesmas Pembantu maupun Polindes pada waktu tertentu.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan penduduk yang memanfaatkan fasilitas
Puskesmas, Puskesmas Pembantu maupun Polindes dengan
jumlah penduduk pada tahun yang sama.


c. Cara Perhitungan :
Konstanta : 100
Rumus :
%
Kunjungan
penduduk
per tahun MKJP
=
Jumlah seluruh kunjungan penduduk
di
puskesmas, pustu & polindes dlm 1
tahun
x 100%
Jumlah penduduk

d. Sumber Data
LB4

91

e. Kegunaan:
Mengetahui pemanfaatan gedung Puskesmas, Puskesmas
Pembantu maupun Polindes.
Memudahkan perencanaan pembangunan Puskesmas,
Puskesmas Pembantu maupun Polindes.
Memudahkan perencanaan tenaga dan sarana Puskesmas,
Puskesmas Pembantu maupun Polindes.



2. Rata-rata kunjungan per hari per puskesmas
a. Pengertian:
Jumlah rata-rata penduduk yang memanfaatkan Puskesmas,
Puskesmas Pembantu maupun Polindes.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan penduduk yang memanfaatkan Puskesmas,
Puskesmas Pembantu maupun Polindes dalam satu tahun
dengan jumlah hari dalam 1 tahun.




c. Cara Perhitungan
Konstanta : 10
Rumus :
Rata2
kunjungan
Rata2
kunjungan
puskesmas MKJP
=
Jml seluruh kunjungan penduduk
puskesmas, pustu & polindes dim 1
tahun x 100%
300 hari kerja
d. Sumber Data: LB4

e. Kegunaan :
Mengetahui beban kerja Puskesmas, Puskesmas Pembantu
maupun Polindes dalam 1 hari.

3. % Penanganan kasus gawat darurat per tahun
a. Pengertian:
Jumlah penderita gawat darurat maternal, neonatal, bayi, balita,
kecelakaan lalu lintas, KLB yang memanfaatkan Puskesmas,
Puskesmas Pembantu maupun Polindes.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan pertolongan pada gawat darurat dalam 1 tahun
dengan jumlah penduduk.
92

c. Cara Perhitungan
Konstanta :
Rumus :
%
Penangana
n
kasus
gawat
darurat per
tahun MKJP
=
Jmh kasus gawat darurat maternal,
neonatal, bayi, balita, kecelakaan, klb
dll dalam 1 tahun
x 100% Jumlah penduduk

d. Sumber Data: P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam menangani kasus-kasus gawat darurat.

4. % Kepatuhan petugas terhadap pro tap pengobatan
a. Pengertian:
Kepatuhan petugas terhadap protap yang ditetapkan dalam
penanganan kasus.
b. Definisi Operasional:
Pembagian pelaksanaan item yang dilaksanakan dalam
penanganan kasus dengan seluruh item yang ada pada protap.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 10
Rumus :
%
Kepatuhan
terhadap
protap
pengobatan MKJP
=
Jumlah butir kegiatan sesuai protap
pengobatan yang dilaksanakan
petugas x 100%
Jumlah butir keg.dlm protap
Jumlah butir keg.dlm protap
d. Sumber Data: P2K Puskesmas
e. Kegunaan:
Untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan oleh petugas.

5. % Perawatan gigi seluruhnya
a. Pengertian:
Perawatan gigi yang diberikan pada Bumil, Balita, TK/Apras,
Masyarakat umum dalam 1 tahun.

b. Definisi Operasional:
Jumlah perawatan gigi yang diberikan pada Bumil, Balita,
TK/Apras, Masyarakat umum dalam 1 tahun dibanding jumlah
penduduk pada tahun yang sama.
93


c. Cara Perhitungan
Konstanta : 10
Rumus :
%
Perawatan
Gigi
seluruhnya MKJP
=
Jmh perawatan gigi bumil, balita,
TK/Apras, masyarakat umum dim 1
tahun
x 100%
Jumlah penduduk
d. Sumber Data:
LT Gigi dan Mulut

e. Kegunaan :
Untuk mengetahui jumlah pasien gigi dalam satu tahun.
6. Rasio tambal gigi terhadap cabut gigi
a. Pengertian:
Tindakan penambalan atau pencabutan gigi pada pasien.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan antara jumlah penambalan gigi terhadap
pencabutan gigi dalam 1 tahun.







c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100
Rumus :
Rasio
tambal gigi
terhadap
cabut gigi MKJP
=
Jml penambalan gigi dim 1 tahun
x 100%
Jml pencabutan gigi dim 1 tahun

d. Sumber Data:
LB4

e. Kegunaan :
Untuk mengetahui perbandingan jumlah gigi yang ditambal
dan yang dicabut.

7. Rata-rata Penggunaan Tempat Tidur RS(BOR)
a. Pengertian:
Angka penggunaan tempat tidur di rumah sakit

b. Definisi Operasional:
94

Jumlah hari perawatan di rumah sakit pada suatu tempat, waktu
tertentu dibagi dengan jumlah tempat tidur dikalikan jumlah hari
dalam periode waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 100

Rumus :
BOR RS MKJP
=
Jml hari rawat dalam 1 tahun
x 100%
jumlah hari dlm 1 thn x jml tempat tidur
d. Sumber Data
RL1

e. Kegunaan :
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.

8. Rata-rata Penggunaan Tempat Tidur (BOR) Puskesmas Rawat
Inap
a. Pengertian :
Angka penggunaan tempat tidur di Puskesmas Rawat Inap.

b. Definisi Operasional:
Jumlah hari perawatan di Puskesmas Rawat Inap pada suatu
tempat, waktu tertentu dibagi dengan jumlah tempat tidur
dikalikan jumlah hari dalam periode waktu yang sama.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 10
Rumus :
BOR
Puskesmas
MKJP
=
Jml hari rawat dalam 1 tahun
x 100%
jumlah hari dlm 1 thn x jml tempat tidur
d. Sumber Data:
Laporan Puskesmas Rawat Inap

e. Kegunaan :
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.

9. Rata-rata Lama Hari Perawatan Di RS (ALOS)
a. Pengertian:
Rata-rata lamanya pasien dirawat di rumah sakit.

95

b. Definisi Operasional:
Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup + mati) di
rumah sakit di bagi dengan jumlah pasien rawat inap yang
dikeluarkan (hidup + mati) di rumah sakit.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 100
Rumus :
ALOS RS MKJP
=
Jml hari rawat pasien keluar
hidup+mati dalam 1 tahun
x 100%
Jml pasien keluar ludup+mati dalam 1
tahun
d. Sumber Data: RL1

e. Kegunaan:
Untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit.
Untuk mengukur mutu pelayanan rumah sakit.

10. Rata-rata Lama Hari Perawatan (ALOS) Puskesmas Rawat Inap
a. Pengertian:
Rata-rata lamanya pasien dirawat di Puskesmas Rawat Inap.

b. Definisi Operasional:
Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup + mati) di
Puskesmas Rawat Inap di bagi dengan jumlah pasien rawat
inap yang dikeluarkan (hidup + mati) di Puskesmas Rawat Inap.

c. Cara Perhitungan :

d. Konstanta : 100
Rumus :
ALOS RS
Puskesmas
Rawat Inap MKJP
=
Jml hari rawat pasien keluar
hidup+mati dalam 1 tahun
x 100%
Jml pasien keluar ludup+mati dalam 1
tahun

e. Sumber Data:
Laporan Rawat Inap Puskesmas

f. Kegunaan:
Untuk mengukur efisiensi pelayanan Puskesmas Rawat
Inap.
Untuk mengukur mutu pelayanan Puskesmas Rawat Inap.
11. Net Death Rate (NDR) di RS
a. Pengertian:
96

Angka kematian netto di rumah sakit

b. Definisi Operasional:
Jumlah kematian pasien di rumah sakit yang meninggal kurang
dari 48 jam pada suatu periode waktu tertentu dibagi dengan
jumlah pasien keluar hidup dan mati di rumah sakit tersebut
pada periode yang sama.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100
Rumus :
NDR
RS MKJP
=
Jml kematian < 48 jam di RS
x 100%
Jml pasien keluar
d. Sumber Data : RLl

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan di rumah
sakit.

12. NDR Puskesmas Rawat Inap
a. Pengertian:
Angka kematian netto di Puskesmas Rawat Inap.

b. Definisi Operasional:
Jumlah kematian pasien di Puskesmas Rawat Inap yang
meninggal kurang dari 48 jam pada suatu periode waktu tertentu
dibagi dengan jumlah pasien keluar hidup dan mati di
Puskesmas Rawat Inap tersebut pada periode yang sama

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 10
Rumus :
NDR
Puskesmas
Rawat Inap MKJP
=
Jml kematian < 48 jam di RS
x 100% Jml pasien keluar
d. Sumber Data : Laporan Rawat Inap Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan di
Puskesmas Rawat Inap.

13. % gangguan jiwa yang ditemukan dan diobati
a. Pengertian :
Penderita yang mengidap gangguan jiwa ditemukan dan diobati
dalam 1 tahun.

97

b. Definisi Operasional:
Jumlah seluruh kasus jiwa yang ditemukan dan diobati dalam 1
tahun dibanding dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 100
Rumus :
%
gangguan
jiwa yang
ditemukan MKJP
=
Jml seluruh kasus jiwa yang ditemukan
dan diobati dalam 1 tahun
x 100%

d. Sumber Data: LT
e. Kegunaan:
Untuk mengetahui penderita jiwa dalam 1 tahun.
14. % pemeriksaan gangguan indera
a. Pengertian :
Gangguan indra adalah gangguan yang terjadi pada indra
penglihatan dan pendengaran.

b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita gangguan penglihatan dan pendengaran yang
diperiksa dalam 1 tahun dibanding dengan yang ditemukan
dalam 1 tahun.


c. Cara Perhitungan :
Konstanta : 100
Rumus :
%
pemeriksaa
n
gangguan
indera MKJP
=
Jml penderita gangguan penglihatan &
pendengaran yang diperiksa dalam 1
tahun x 100%

d. Sumber Data: P2K Puskesmas
e. Kegunaan:
Untuk mengetahui jumlah penderita gangguan indra.

15. % pemeriksaan calon j emaah haj i
a. Pengertian;
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada calon jemaah haji
oleh tim kesehatan pemerintah.

b. Definisi Operasional:
Jumlah calon jemaah haji diperiksa oleh tim kesehatan
pemerintah dalam 1 tahun.

98

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 100
Rumus :
%
pemeriksaa
n calon
jemaah haji MKJP
=
Jml CJH diperiksa oleh tim kesehatan
pemerintah dalam 1 tahun
x 100% JML CJH terdaftar di Kandepag
Kabupaten dalam tahun yang sama

d. Sumber Data: P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui secara dini penyakit yang diderita calon
jemaah haji sehingga mudah ditangani.

16. Pelacakaan jemaah haji yang menderita meningitis
a. Pengertian:
Pelacakan yang dilaksanakan oleh petugas bagi jemaah haji
yang baru pulang.

b. Definisi Operasional:
Jumlah penderita meningitis yang ditemukan dibanding
dengan jumlah jemaah haji.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 100
Rumus :
% Penderita
Meningitis MKJP
=
Jumlah penderita meningitis ditemukan
x 100% Jumlah jemaah haji yang berangkat
dalam satu periode
d. Sumber Data: P2K Puskesmas
e. Kegunaan:
Untuk mengetahui dan melacak kejadian meningitis yang
ditemukan.

17. Tingkat kepatuhan petugas terhadap pro tap pelayanan
a. Pengertian:
Adalah si stem pemantauan kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan sudah memenuhi standar atau ketetentuan.

b. Definisi Operasional:
Jumlah kegiatan penanganan dari masing-masing kasus
dibanding dengan jumlah item pelayanan kasus tersebut.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 100
Rumus :
99

Tingkat
kepatuhan MKJP
=
Jumlah kegiatan yang dilaksanakan
x 100% Jumlah seluruh kegiatan yang narus
dilaksanakan sesuai dengan Protap
d. Sumber Data:
Kartu Status Penderita

e. Kegunaan:
Sistem analisis
Supervisi/bimbingan

18. Kelengkapan sarana medik
a. Pengertian:
Kelengkapan sarana medis yang diperlukan sesuai prosedur
tetap (Protap) penanganan kasus.

b. Definisi Operasional:
Jumlah sarana yang ada dibanding dengan jumlah sarana yang
diperlukan.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100
Rumus :
Tingkat
kepatuhan MKJP
=
Jumlah sarana yang tersedia
x 100%
Jumlah sarana yang diperlukan
d. Sumber Data:
Buku Inventarisasi Puskesmas


e. Kegunaan:
Mengukur kualitas pelayanan
Perencanaan

19. Tingkat kepuasan petugas
a. Pengertian:
Kepuasan petugas terhadap fasilitas kerja, hubungan dengan
atasan, hubungan dengan teman kerja, tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dan hasil yang dicapai.

b. Definisi Operasional:
1. Perbandingan antara fasilitas kerja yang tersedia dengan
fasilitas kerja yang seharusnya.
2. Perbandingan antara tugas yang dibebankan dengan tugas
yang seharusnya

c. Cara Perhitungan
Ukuran/Konstanta
100

Rumus :
Rumus 1 MKJP
=
Fasilitas yang ada
x 100%
Fasilitas yang seharusnya ada
Rumus 2 MKJP
= Jumlah tugas yang dibebankan x 100%
Tugas yang seharusnya ada

d. Sumber Data :
Checklis pada Format PK Puskesmas dan wawancara

e. Kegunaan:
Untuk perencanaan dan pembinaan

20. Tingkat pengetahuan konsumen
a. Pengertian
Tingkat pengetahuan konsumen terhadap penatalaksanaan
pelayanan ANC, Imunisasi, Diare, Batuk dan kesulitan bemafas,
DBD, Malaria, Kesehatan bayi, Balita KEK/Anemia, Kontrasepsi
dan Kesehatan Gigi Mulut.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan pengetahuan konsumen dengan item
pemeriksaan / pelayanan masing-masing kasus.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta :
Rumus :
Tingkat
Pengetahua
n
konsumen MKJP
=
Jumlah pengetahuan konsumen
masing-masing item
x 100% Jumlah item pemeriksaan/pelayanan
masing-masing kasus

d. Sumber Data:
Wawancara dan Kartu Rawat Jalan


e. Kegunaan:
Untuk mengevaluasi aktivitas dan efektivitas penyuluhan oleh
petugas puskesmas.

21. Tingkat kepuasan konsumen
a. Pengertian:
Kepuasan konsumen terhadap informasi pelayanan, fasilitas,
aksesibilitas, privasi dan kenyamanan dalam menerima
pelayanan kesehatan.
b. Definisi Operasional:
Perbandingan antara kepuasan yang diterima dengan seluruh
101

aspek pelayanan kesehatan yang seharusnya diterima

c. Cara Perhitungan
Konstanta :
Rumus :
Tingkat
Kepuasan
konsumen MKJP
=
Jumlah Kepuasan yang diterima
x 100% seluruh

kepuasan yang seharusnya
diterima
d. Sumber Data
Wawancara dengan checklist

e. Kegunaan:
Untuk evaluasi dan perencanaan

22. % sarana yankes (Pemerintah dan Swasta) teregisterasi
a. Pengertian :
Jumlah sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta di Kabupaten Tulungagung yang dilakukan
registerasi (dicatat).

b. Definisi Operasional:
Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang teregisterasi
dibanding dengan jumlah sarana pelayanan kesehatan yang
ada.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100
Rumus :
% Yankes
teregisterasi MKJP
=
% Yankes Jumlah Yankes teregisterasi
x 100%
Jumlah Yankes yang ada
d. Sumber Data:
Data registerasi dan akreditasi

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui sarana pelayanan kesehatan (Yankes) yang
teregisterasi.

23. % sarana yankes swasta memiliki ijin operasional / tanda daftar
a. Pengertian:
Jumlah sarana yankes swasta yang memiliki ijin/tanda daftar di
Kabupaten Tulungagung.


b. Definisi Operasional:
Jumlah sarana yankes swasta yang memiliki ijin/tanda daftar
dibanding dengan jumlah sarana yankes swasta yang ada.
102


c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100

Rumus :
% sarana
yankes
swasta
memiliki ijin MKJP
=
Jumlah sarana yankes swasta yang
memiliki
ijin/tanda daftar
x 100%
Jumlah sarana yankes swasta yang ada
d. Sumber Data:
Data registerasi dan akreditasi

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui Yankes swasta yang memiliki ijin/ daftar.

24. % sarana yankes swasta daftar ulang setiap tahun
a. Pengertian:
Jumlah sarana yankes swasta yang melaksanakan daftar ulang
setiap tahunnya.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan jumlah sarana Yankes swasta berijin dan daftar
ulang dengan jumlah yankes swasta yang berijin seluruhnya.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 100
Rumus :
% sarana
yankes
swasta
daftar
:
ulang
setiap tahun MKJP
=
Jumlah sarana Yankes swasta berijin
dan
daftar ulang x 100%
Jumlah yankes swasta yang berijin
seluruhnya
d. Sumber Data:
Data registerasi dan akreditasi

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui Yankes swasta berijin melaksanakan
daftar ulang.

25. % sarana yankes swasta terakreditasi
a. Pengertian:
Jumlah sarana yankes swasta (BP/RB/BKIA) yang terakreditasi.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan antara sarana yankes swasta yang terakreditasi
dengan sarana yankes swasta seluruhnya.
103





c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100
Rumus :
% sarana
yankes
swasta
terakreditasi MKJP
=
Jumlah sarana yankes swasta
(BP/RB/BKIA)
daftar ulang
x 100%
Jumlah sarana yankes swasta
seluruhnya


d. Sumber Data:
Data registerasi dan akreditasi

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui persentase sarana yankes swasta
(BP/RB/BKIA) yang terakreditasi

26. Rata-rata Jumlah Puskesmas Per Kecamatan
a. Pengertian:
Adalah rata-rata jumlah Puskesmas yang ada di satu
Kecamatan dalam periode tertentu.

b. Definisi Operasional:
Perbandingan antara jumlah Puskesmas yang ada di satu
kecamatan dalam tahun tertentu.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100
Rumus :
Rata-rata
Jumlah
Puskesmas
Per MKJP
=
Jumlah puskesmas dalam 1 tahun
x 100%
Jumlah kecamatan dalam tahun
yang sama
d. Sumber Data: P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui penyebaran Puskesmas dalam rangka
pemerataan pelayanan kesehatan.



27. Rasio Pustu Terhadap Puskesmas
104

a. Pengertian:
Adalah jumlah Pustu yang ada di satu Puskesmas dalam
periode tertentu

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan anata jumlah Pustu di suatu wilayah dan
waktu tertentu dengan jumlah Puskesmas di wilayah dan
periode yang sama



c. Cara Perhitungan:
Konstanta :
Rumus :
Rasio
Pustu
Terhadap
Puskesmas MKJP
=
Jumlah puskesmas dalam 1 tahun
x 100%
jml puskesmas dalam tahun yang sama

d. Sumber Data:
P2K Puskesmas

e. Kegunaan :
Untuk melihat luasnya jangkauan pelayanan Puskesmas
terhadap penduduk di wilayah Puskesmas
28. Rasio Pusling Terhadap Puskesmas
a. Pengertian:
Adalah rata - rata jumlah Pusling di suatu Puskesmas dalam
periode tertentu.

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan antara jumlah Pusling disuatu Puskesmas
dalam tahun tertentu dengan jumlah Puskesmas dalam tahun
yang sama.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100
Rumus :
Rasio
Pusling
Terhadap MKJP
=
Jumlah pusling dalam 1 tahun
x 100%
tahun yg sama
d. Sumber Data:
P2K Puskesmas.

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui luasnya jangkauan pelayanan terhadap
105

penduduk diwilayah Puskesmas

29. % Anak Usia < 6 Thn Yang Bebas Karies Gigi
a. Pengertian:
Adalah jumlah balita < 6 tahun yang dinyatakan bebas karies
gigi.

b. Definisi Operasional:
Adalah jumlah balita < 6 thn yang dinyatakan bebas karies gigi
disbanding baliata < 6 thn yang diperiksa giginya.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 100
Rumus :
% Anak
Usia < 6
Thn Yang
Bebas
Karies Gigi MKJP
=
Jml. Balita < 6 tahun yang dinyatakan
bebas karies gigi
x 100%
Balita < 6 tahun yang diperiksa giginya
d. Sumber Data :
P2K Puskesmas dan skrining Gigi dan Mulut di TK

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui jumlah balita < 6 thn yang bebas karies gigi
30. Rasio Dokter Umum Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Adalah jumlah tenaga Dokter Umum diwilayah dalam periode
waktu tertentu.

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah Dokter Umum diwilayah dan
periode tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah dan
periode tertentu.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 10.000
Rumus :
Rasio
Tenaga
Dokter
Umum
Terhadap
Penduduk MKJP
=
Jumlah tenaga Dokter Umum dalam 1
Tahun
x 100%
Jml penduduk pada tahun yg sama
d. Sumber Data
P2K Puskesmas

106

e. Kegunaan:
Untuk mengukur ketersediaan tenaga Dokter Umum
Puskesmas diwilayah tertentu dalam memberi pelayanan
kesehatan.

31. Rasio Dokter Gigi Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Jumlah tenaga Dokter Gigi dalam 1 tahun

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah Dokter
f
Gigi diwilayah dan periode
tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah dan periode
tertentu.

c. Cara Perhitungan
Konstanta : 10.000
Rumus :
Rasio
Tenaga
Dokter Gigi
Thd
Penduduk MKJP
=
Jml tenaga Dokter Gigi dalam 1 tahun
x 100%
Jml penduduk pada tahun yg sama
d. Sumber Data:
P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengukur ketersediaan tenaga Dokter Gigi Puskesmas
diwilayah tertentu dalam memberi pelayanan kesehatan

32. Rasio Dokter Keluarga Terhadap Keluarga
a. Pengertian:
Adalah jumlah Dokter Keluarga diwilayah dan periode waktu
tertentu

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah Dokter Keluarga dalam 1 tahun
dengan jumlah keluarga pada tahun yang sama.
c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 10.000




Rumus :
Rasio =
Jml tenaga Dokter Keluarga dalam 1
x 100%
107

Tenaga
Dokter
Keluarga
Terhadap
Keluarga MKJP
tahun
Jml keluarga pada tahun yg sama
d. Sumber Data:
P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengetahui jangkauan pelayanan kesehatan pada
keluarga

33. Rasio Dokter Spesialis Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Adalah jumlah tenaga Dokter Spesialis diwilayah dalam periode
waktu tertentu

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah Dokter Spesialis diwilayah dan
periode tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah dan
periode tertentu.

c. Cara Perhitungan

Konstanta : 10.000
Rumus :
Rasio
Tenaga
Dokter
Spesialis
Penduduk MKJP
=
Jml tenaga Dokter Spesialis dalam 1
tahun
x 100%
Jml penduduk pada tahun yg sama
d. Sumber Data:
P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengukur ketersediaan tenaga Dokter Spesialis
Puskesmas di wilayah tertentu dalam memberi pelayanan
kesehatan.

34. Rasio Perawat Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Adalah jumlah tenaga Perawat diwilayah dalam periode waktu
tertentu.

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah Perawat diwilayah dan periode
108

tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah dan periode
tertentu.

c. Cara Perhitungan
Konstanta: 10.000

Rumus:
Rasio
Tenaga
Perawat
Terhadap
Penduduk MKJP
=
Jml tenaga Perawat dalam 1 tahun
x 100%
penduduk pada tahun yang sama

d. Sumber Data:
P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengukur ketersediaan tenaga Perawat Puskesmas
diwilayah tertentu dalam memberi pelayanan kesehatan

35. Rasio Bidan Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Adalah jumlah tenaga Bidan diwilayah dalam periode waktu
tertentu.

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah Bidan diwilayah dan periode
tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah dan periode
tertentu

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 10.000

Rumus :
Rasio
Tenaga
Perawat
Terhadap
Penduduk MKJP
=
Jml tenaga Bidan dalam 1 tahun
x 100%
Jml Penduduk pada tahun yang sama
d. Sumber Data:
P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengukur ketersediaan tenaga Bidan Puskesmas
diwilayah tertentu dalam memberi pelayanan kesehatan

109

36. Rasio Apoterker Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Adalah jumlah tenaga Apoteker diwilayah dalam periode waktu
tertentu.

b. Definisi Operasional
Adalah perbandingan jumlah Apoteker diwilayah dan periode
tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah dan periode
tertentu.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 10.000
Rumus :
Rasio
Tenaga
Apoteker
Terhadap
Penduduk MKJP
=
J ml tenaga Apoteker dalam 1 tahun
x 100%
penduduk pada tahun yg sama
d. Sumber Data
P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengukur ketersediaan tenaga Apoteker Puskesmas
diwilayah tertentu dalam memberi pelayanan kesehatan.

37. Rasio SKM Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Adalah jumlah tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat diwilayah
dalam periode waktu tertentu.

b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah Sarjana Kesehatan Masyarakat
diwilayah dan periode tertentu dengan jumlah penduduk di
wilayah dan periode tertentu.

c. Cara Perhitungan:
Konstanta : 10.000
Rumus :
Rasio
Tenaga
SKM
Terhadap
Penduduk MKJP
=
Jml tenaga SKM dalam 1 tahun
x 100%
jml penduduk pada tahun yang sama X
10.000
d. Sumber Data:
P2K Puskesmas
e. Kegunaan:
110

Untuk mengukur ketersediaan tenaga SKM Puskesmas
diwilayah tertentu dalam memberi pelayanan kesehatan.
38. Rasio Tenaga Gizi Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Adalah jumlah tenaga gizi diwilayah dalam periode waktu
tertentu
b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah tenaga gizi diwilayah dan periode
tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah dan periode
tertentu.
c. Cara Perhitungan
Konstanta : 10.000
Rumus :
Rasio
Tenaga
Gizi
Terhadap
Penduduk
MKJP
=
Jml tenaga Gizi dalam 1 tahun
x 100%
Jml penduduk pada tahun yang sama
d. SumberData
P2K Puskesmas

e. Kegunaan:
Untuk mengukur ketersediaan tenaga gizi Puskesmas diwilayah
tertentu dalam memberi pelayanan kesehatan.

39. Rasio Tenaga Sanitasi Terhadap Penduduk
a. Pengertian:
Adalah jumlah tenaga sanitasi diwilayah dalam periode waktu
tertentu
b. Definisi Operasional:
Adalah perbandingan jumlah tenaga sanitasi diwilayah dan
periode tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah dan
periode tertentu
c. Cara Perhitungan :
Konstanta : 10.000
Rumus :
Rasio
Tenaga
Penduduk
Sanitasi
Terhadap
MKJP
=
Jumlah tenaga Sanitasi dalam 1 tahun
x 100%
Jumlah penduduk pada tahun yang
sama
d. Sumber Data:
P2K Puskesmas

111

e. Kegunaan:
Untuk mengukur ketersediaan tenaga saniatasi Puskesmas
diwilayah tertentu dan memberi pelayanan kesehatan.

D. Subdin Penyehatan Lingkungan
1. Institusi Yang Dibina
a. Pengertian
Institusi yang dibina adalah institusi yang memberi pelayanan
kepada masyarakat dan mempunyai risiko dampak kesehatan
bila tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Institusi yang dibina
meliputi RS, Puskesmas, Sekolah, PDAM, Kantor, Industri,
Tempat penampungan/ pengungsian, dan rumah.
Pembinaan dalam aspek teknis, meliputi : pelatihan,
pemantauan, pedoman, uji petik, sosialisasi dan penyuluhan.

b. Definisi Operasional\
Persentase institusi yang dibina sesuai persyaratan minimal
yang ditentukan disuatu wilayah kerja tertentu pada kurun vvaktu
1 tahun dibanding dengan jumlah institusi yang ada disuatu
wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama.

c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Institusi yang dibina sesuai persyaratan
minimal yang ditentukan disuatu wilayah
kerja tertentu pada kurun waktu 1 tahun
Penyebut : jumlah institusi yang ada di suatu wilayah
kerja dan pada kurun waktu yang sama
Konstanta : 100
Rumus :
% institusi
yang dibina
MKJP
=
Institusi yang dibina sesuai persyaratan
minimal yang ditentukan disuatu wilayah
kerja tertentu pada kurun waktu 1 tahun
x 100%
jumlah institusi yang ada di suatu
wilayah kerja dan pada kurun waktu
yang sama
d. Sumber Data :
Laporan Puskesmas dan Rumah Sakit

e. Kegunaan
Institusi yang dibina memenuhi persyaratan minimal kesehatan
lingkungan.

f. Langkah Kegiatan :
Tentukan jumlah institusi yang ada di satu wilayah
(diperbarui setiap tahun).
Diukur masing-masing jenis institusi sesuai persyaratan
112

minimal yang dibina.
\
2. P D A M Yang Dibina
a. Definisi Operasional
PDAM adalah Badan Usaha milik Daerah yang mengelola air
minum untuk keperluan masyarakat.
PDAM yang dibina adalah peningkatan kemitraan antara sektor
kesehatan dengan PDAM dalam upaya kegiatan pengawasan
kualitas air minum secara ekstemal agar air minum yang
diproduksi terjamin kualitasnya sesuai persyaratan kualitas air
minum.
Persyaratan Kualitas Air Minum adalah persyaratan kualitas air
yang tertuang dalam KepMenkes:907/Menkes/SK/VII/2002 yang
meliputi persyaratan bakteriologis terutama E.Coli dan total
bacteri Coliform, kimiawi, radio aktif dan fisik.

b. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Adalah jumlah PDAM yang dibina yang
memenuhi persyaratan minimal disuatu
wilayah kerja dalam kurun waktu 1 tahun
Penyebut : Adalah jumlah PDAM yang disuatu wilayah
kerja dan pada kurun waktu yang sama
Konstanta : 100
Rumus :
% PDAM
yang dibina
MKJP
=
Adalah jumlah PDAM yang dibina
yang memenuhi persyaratan minimal
disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu
1 tahun x 100%
Adalah jumlah PDAM yang disuatu
wilayah kerja dan pada kurun waktu
yang sama
PDAM yang memenuhi syarat : Adalah PDAM yang telah
melaksanakan pengawasan internal (oleh PDAM) dan
eksternal (oleh Dinas Kesehatan) sesuai KepMenkes
907/Menkes/SK/V 11/2002 dengan jumlah sampel yang
memenuhi persyaratan bacteriologist 95%, dan tidak ada
parameter kimiawi yang berdampak langsung terhadap
kesehatan pada sampel air minum.
c. Sumber Data
Laporan pengawasan kualitas air P,DAM dan Dinas
Kesehatan.
Alat Ukur: Kuesioner, hasil pemeriksaan sampel kualitas air.


113

d. Langkah Kegiatan

e. Inspeksi Sanitasi
Pengambilan dan pemeriksaan kualitas air secara bakteriologi
Analisis hasil inspeksi sanitasi dan kualitas air
- Tindak Lanjut
Memberikan rekomendasi pada PDAM
Penyuluhan pada masyarakat pengguna PDAM
- Pelatihan
Monitoring dan evaluasi

3. Rumah Sakit Yang Dibina
a. Pengertian
Rumah Sakit adalah Rumah Sakit baik milik Pemerintah
maupun Swasta.

b. Definisi Operasional
Rumah Sakit yang dibina diwajibkan mengelola limbah cair dan
limbah padat (medis dan domestik), penyehatan air dan hygiene
sanitasi makanan dan minuman sesuai persyaratan minimal
yang ditentukan di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu
1 tahun.

c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah rumah sakit yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja dalam
waktu 1 tahun
Penyebut : Jumlah rumah sakit yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :
% RS yang
dibina
MKJP
=
Jumlah rumah sakit yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun
x 100%
Jumlah rumah sakit yang diperiksa di
satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas.

e. Langkah Kegiatan
Inspeksi Sanitasi
- Pengambilan dan pemeriksaan kualitas sampel effluent, air
dan makanan.
- Analisis hasil inspeksi sanitasi, kualitas effluent, air dan
makanan.
114

- Tindak Lanjut
Pembubuhan kaporit
Rekomendasi perbaikan sarana
- Pelatihan
- Pengadaan
- desinfektans Membuat rencana perbaikan
- Monitoring dan evaluasi


4. Puskesmas Yang Dibina
a. Pengertian
Puskesmas : termasuk Pustu, Balai Pengobatan baik milik
Pemerintah maupun Swasta/Perusahaan.

b. Definisi Operasional
Puskemas yang dibina diwajibkan mengelola Hmbah cair dan
limbah padat (medis dan domestik), tersedia air cukup kuantitas
dan kualitas, hygiene sanitasi makanan dan minuman (khusus
puskesmas perawatan) yang ditentukan di satu wilayah kerja
tertentu pada kurun waktu 1 tahun.

c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah puskesmas yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja dalam
waktu 1 tahun
Penyebut : Jumlah diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta :
Rumus :
%
Puskesmas
yang dibina
MKJP
=
Jumlah puskesmas yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun x 100%
Jumlah diperiksa di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama..
d. Sumber Data
Hasil pemeriksaan lapangan.

e. Kegunaan
Puskesmas memenuhi persyaratan minimal kesehatan
lingkungan.

f. Langkah Kegiatan
Inspeksi Sanitasi
- Pengambilan dan pemeriksaan kualitas sampel air dan
makanan (khusus puskesmas perawatan).
- Analisis hasil inspeksi sanitasi, kualitas air dan makanan.
115

- Tindak Lanjut
Pembubuhan kaporit
Rekomendasi perbaikan sarana
- Pelatihan
- Pengadaan desinfektans
- Membuat rencana perbaikan
- Monitoring dan evaluasi
-
5. Sekolah Yang Dibina
a. Pengertian
Sekolah adalah tempat pendidikan mulai sekolah dasar sampai
sekolah mengah atas termasuk tempat pendidikan agama.
b. Definisi Operasional
Sekolah yang dibina diwajibkan mengelola sanitasi dasar
meliputi penyehatan air, limbah padat, limbah cair, jamban,
penerangan dan ventilasi yang ditentukan di satu wilayah kerja
tertentu pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Sekolah yang dibina diwajibkan mengelola
sanitasi dasar yang diperiksa dan memenuhi
syarat di satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
Penyebut : Sekolah yang dibina diwajibkan mengelola
sanitasi dasar yang diperiksa di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100
Rumus :
% Sekolah
yang dibina
MKJP
=
Sekolah yang dibina diwajibkan
mengelola sanitasi dasar yang diperiksa
dan memenuhi syarat di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun.
x 100%
Sekolah yang dibina diwajibkan
mengelola sanitasi dasar yang diperiksa
di satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
d. Sumber Data
Laporan dari Dinas Pendidikan dan Puskesmas.

e. Kegunaan
Sekolah memenuhi persyaratan minimal kesehatan
lingkungan.
f. Langkah Kegiatan
Pendataan
Inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih, jamban, gedung
sekolah termasuk penerangan dan ventilasi.
116

Analisis hasil inspeksi sanitasi. dan kualitas air.
Tindak Lanjut
Pembubuhan kaporit
Rekomendasi perbaikan sarana
Pelatihan
Pengadaan desinfektans
Membuat rencana perbaikan
Monitoring dan evaluasi



6. Perkantoran Yang Dibina
a. Pengertian
Perkantoran termasuk perkantoran pemerintah dan swasta.

b. Definisi Operasional
Perkantoran yang dibina diwajibkan mengelola sanitasi dasar
meliputi penyehatan air, limbah padat, limbah cair, jamban,
penerangan dan ventilasi yang ditentukan di satu wilayah kerja
pada kurun waktu 1 tahun.

c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah perkantoran yang mengelola sanitasi
dasar yang diperiksa dan memenuhi syarat di
satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah perkantoran yang mengelola sanitasi
dasar yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.

Konstanta : 100
Rumus :
%
perkantoran
yang dibina
MKJP
=
Jumlah perkantoran yang mengelola
sanitasi dasar yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun. x 100%
Jumlah perkantoran yang mengelola
sanitasi dasar yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
d. Sumber Data :
Laporan hasil pembinaan.
e. Kegunaan
Kantor memenuhi persyaratan minimal kesehatan lingkungan.
e. Langkah Kegiatan
Pendataan
117

Inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih, jamban, gedung
kantor termasuk penerangan dan ventilasi.
Analisis hasil inspeksi sanitasi, dan Analisis kualitas air.
Tindak Lanjut
Pembubuhan kaporit
Rekomendasi perbaikan sarana
Pelatihan
Pengadaan desinfektans
Membuat rencana perbaikan
Monitoring dan evaluasi

7. Industri Yang Dibina
a. Pengertian
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang
jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk
penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.

b. Definisi Operasional
Industri yang dibina diwajibkan mengelola limbah padat, limbah
cair, penyehatan air, penerangan dan ventilasi yang ditentukan
di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu 1 tahun.

c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah industri yang mengelola limbah padat,
limbah cair, penyehatan air, penerangan dan
ventilasi yang diperiksa dan memenuhi syarat
di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah industri yang mengelola limbah padat,
limbah cair, penyehatan air, penerangan dan
ventilasi yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
% industri
yang dibina
MKJP
=
Jumlah industri yang mengelola limbah
padat, limbah cair, penyehatan air,
penerangan dan ventilasi yang diperiksa
dan memenuhi syarat di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun.
x 100%
Jumlah industri yang mengelola limbah
padat, limbah cair, penyehatan air,
penerangan dan ventilasi yang diperiksa
di satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
d. Sumber Data:
118

Laporan hasil pembinaan dan dari Disperindag/Disnakertrans.

e. Kegunaan
Industri memenuhi persyaratan minimal kesehatan lingkungan.

f. Langkah Kegiatan
Pendataan
Inspeksi sanitasi
Pengambilan dan pemeriksaan kualitas effluent, air dan
udara.
Analisis hasil inspeksi sanitasi dan Analisis kualitas air.
Tindak Lanjut
Pembubuhan kaporit
Rekomendasi perbaikan sarana
Pelatihan
Membuat rencana perbaikan
Monitoring dan evaluasi
8. empat Penampungan/Pengungsi Yang Dibina
a. Pengertian
Tempat penampungan/pengungsian adalah lokasi
bangunan/tenda/barak yang digunakan untuk menampung dan
tinggal bagi pengungsi.

b. Definisi Operasional
Tempat penampungan/pengungsian yang dibina diwajibkan
mengelola limbah cair dan limbah padat (medis dan domestik),
penyehatan air dan hygiene sanitasi makanan dan minuman
serta vektor yang ditentukan di satu wilayah kerja tertentu pada
kurun waktu 1 tahun.

c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah Tempat penampungan/pengungsian
yang dibina diperiksa dan memenuhi syarat di
satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun
Penyebut : Jumlah Tempat penampungan/pengungsian
yang dibina diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama
Konstanta : 100



Rumus :

%
penampung
an/pengung
=
Jumlah Tempat
penampungan/pengungsian yang dibina
diperiksa dan memenuhi syarat di satu
x 100%
119

sianyang
dibina
MKJP
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun
Jumlah Tempat
penampungan/pengungsian yang dibina
diperiksa di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama
d. Sumber Data:
Laporan dari Kankesos, Bagbinsos dan hasil pembinaan.

e. Langkah Kegiatan
Pendataan.
Analisis kualitas air.
Analisis hasil inspeksi sanitasi.
Tindak Lanjut
Penyuluhan
Rekomendasi perbaikan sarana
Pelatihan
Pengadaan desinfektans
Membuat rencana perbaikan
Monitoring dan evaluasi

9. Pengendalian Vektor
a. Pengertian
Pengendalian Vektor : adalah kegiatan yang
dilaksanakan mulai dari pengukuran dan
pengendalian populasi vektor.
Pengukuran : adalah mengukur angka bebas jentik
nyamuk penular (vektor) dan lalat yang
ditemukan dirumah, bangunan, sekolah,
kantor, tempat umum, gudang dan
tempat penyimpanan air lainnya
Pengendalian Populasi : adalah kegiatan operasional
pemberantasan vektor dengan
menggunakan cara kimia atau biologi
berdasarkan dengan data pengukuran
yang dilaksanakan (ABJ) dan Angka
Kepadatan Lalat (AKL).

b. Definisi Operasional
Persentase rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes
aegypti, Malaria dan Lalat disutau wilayah kerja pada kurun
waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah rumah/bangunan/tempat
penampungan air dan atau tempat
perindukan vektor lain yang bebas jentik
120

nyamuk dan lalat di satu wilayah kerja dalam
waktu 1 tahun

Penyebut : Jumlah rumah/bangunan/tempat
penampungan air dan atau tempat
perindukan vektor lain diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100

Rumus :
Tempat
umum yang
memenuhi
syarat MKJP
=
Jumlah rumah/bangunan/tempat
penampungan air dan atau tempat
perindukan vektor lain yang bebas jentik
nyamuk dan lalat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun
x 100%
Jumlah rumah/bangunan/tempat
penampungan air dan atau tempat
perindukan vektor lain diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama.
d. umber Data
Laporan hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan serta
laporan Program Pemberantasan Vektor (DBD, Malaria, Lalat).

e. Kegunaan
Mengukur kinerja program pemberantasan DBD, Malaria dan
Penyakit Perut.
Mengukur tingkat pengendalian vektor penyakit.

10. Hygiene Sanitasi Di Tempat-Tempat Umum
a. Pengertian
Tempat-tenpat umum : adalah sarana yang dimanfaatkan oleh
masyarakat umum seperti: hotel, terminal, pasar, pertokoan,
bioskop, tempat wisata, kolam renang, restoran, t. ibadah, jasa
boga, tempat jajanan, depot air minum dan Iain-lain.

b. Defmisi Operasional
Tempat umum yang diawasi dan yang memenuhi persyaratan
hygiene sanitasi adalah tempat umum yang mempunyai akses
sanitasi dasar (air bersih, jamban, limbah dan sampah) sesuai
dengan standar di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu
1 tahun.


c. Cara Pengukuran Perhitungan
121

Pembilang : Jumlah tempat umum yang diawasi dan yang
memenuhi syarat hygiene sanitasi di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah tempat umum yang diawasi di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100

Rumus :
Cakupan air
bersih MKJP
=
Jumlah tempat umum yang diawasi dan
yang memenuhi syarat hygiene sanitasi
di satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
x 100%
Jumlah tempat umum yang diawasi di
satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
d. Sumber Data:
Laporan dari Puskesmas dan hasil pembinaan.

e. Kegunaan
Tempat umum memenuhi persyaratan minimal kesehatan
lingkungan.

f. Langkah Kegiatan
Pendataan
Penyiapan formulir pemeriksaan kesehatan lingkungan (I
Sanitasi) TTU.
Melakukan inspeksi sanitasi, dan Pengambilan sampel.
Tindak Lanjut
Penyampaian informasi dan hasil analisa kepada sektor
terkait.
Stimulan sarana, Penyuluhan, dan Pelatihan
Monitoring dan evaluasi

11. Cakupan Air Bersih
a. Pengertian
Cakupan sarana air bersih adalah jumlah penduduk
(perkotaan/perdesaan) yang dilayani air bersih untuk keperluan
sehari-hari (minum, masak, mandi, cuci).

b. Definisi operasional
Persentase jumlah penduduk (perkotaan/perdesaan) yang
dilayani air bersih dibanding jumlah penduduk yang ada satu
wilayah pada kurun waktu 1 tahun.

c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pengukuran dan perhitungan cakupan sarana air bersih
adalah melalui : pendataan/survei.
122

Pembilang : Jumlah penduduk yang dilayani air bersih di
satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah penduduk di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus

Cakupan
kualitas air
bersih MKJP
=
Jumlah penduduk yang dilayani air
bersih di satu wilayah kerja dalam waktu
1 tahun.wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
x 100%
Jumlah penduduk di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama..
d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah penduduk yang dilayani air bersih.

12. Cakupan Kualitas Air Bersih
a. Pengertian/definisi operasional
Jumlah sampel air bersih yang diambil dari sarana air bersih
(SAB) yang diperiksa secara bakteriologis/kimia di laboratorium
dan memenuhi syarat seperti yang telah ditetapkan di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.

b. Cara Pengukuran Perhitungan
Persentase jumlah sampel sarana air bersih yang diperiksa dan
memenuhi syarat dibanding dengan jumlah sampel air bersih
yang diperiksa yang ada di satu wilayah dalam kurun waktu 1
tahun.

Pembilang : Jumlah sampel air bersih yang
diperiksa dan memenuhi syarat di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah sampel air bersih yang diperiksa di
satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100
Rumus :
Cakupan
rumah
memenuhi
syarat MKJP
=
Jumlah sampel air bersih yang
diperiksa dan memenuhi syarat di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun..
x 100%
Jumlah sampel air bersih yang diperiksa
di satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
123


d. Kegunaan
Diketahui persentase sampel bersih yang memenuhi syarat.

13. Cakupan Rumah memenuhi syarat
a. Pengertian/definisi operasional
Rumah adalah sarana/bangunan yang digunakan oleh
penduduk sebagai tempat tinggal sehari-hari.

b. Cara Pengukuran
Persentase Rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat
sesuai standar yang ditetapkan (kartu rumah) dibanding rumah
yang diperiksa di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.

c. Perhitungan
Pembilang : Jumlah rumah yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah rumah yang diperiksa di satu
wilayah kerjab dalam kurun waktu yang
sama.
Konstanta : 100



Rumus
cakupan
jamban
keluarga
memenuhi
syarat MKJP
=
Jumlah rumah yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa di satu
wilayah kerjab dalam kurun waktu yang
sama.
d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas

e. Kegunaan
Diketahui jumlah rumah yang memenuhi syarat.

14. Cakupan Jamban keluarga memenuhi syarat
a. Pengertian/definisi operasional
Jamban keluarga adalah sarana/bangunan yang digunakan oleh
penduduk(WC angsa trine/plengseng/cemplung, empang,
sungai, kolam, dll) untuk keperluan buang
hajat besar.

b. Cara Pengukuran
124

Persentase Jamban Keluarga yang diperiksa dan memenuhi
syarat sesuai standar yang ditetapkan dibanding Jamban
Keluarga yang diperiksa di satu wilayah pada kurun waktu 1
tahun.

c. Perhitungan
Pembilang : Jumlah jamban keluarga yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja dalam
waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah jamban keluarga yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100



Rumus :
Cakupan
SPAL
memenuhi
syarat MKJP
=
Jumlah jamban keluarga yang diperiksa
dan memenuhi syarat di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun.
x 100%
Jumlah jamban keluarga yang diperiksa
di satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas

e. Kegunaan

Diketahui jumlah jamban keluarga yang memenuhi syarat.
15. Cakupan SPAL memenuhi syarat
a. Pengertian/definisi operasional
SPAL atau Sarana Pembuangan Air Limbah adalah
sarana/bangunan yang digunakan oleh penduduk) untuk
keperluan membuang limbah cair hasil kegiatan rumah tangga
sehari-hari.

b. Cara Pengukuran
Persentase SPAL yang diperiksa dan memenuhi syarat sesuai
standar yang ditetapkan dibanding SPAL yang diperiksa di satu
wilayah pada kurun waktu 1 tahun.

a. Perhitungan
Pembilang : Jumlah SPAL yang diperiksa dan memenuhi
syarat di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah SPAL yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
125

Rumus :

Jumlah
TPM
memenuhi
syarat MKJP
=
Jumlah SPAL yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
x 100%
Jumlah SPAL yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama
Laporan dari Puskesmas
b. Kegunaan
Diketahui jumlah SPAL yang memenuhi syarat.


15. Jumlah TPM memenuhi syarat
a. Pengertian
TPM (Tempat Pengolahan Makanan/minuman) ; adalah tempat yang
digunakan untuk mengolah dan atau menjual/mengedarkan
makanan/minuman (Jasa Boga, Warung, Restoran, Swalayan, Toko
Makanan dan Minuman).
b. Definisi operasional
Persentase TPM yang diperiksa dan memenuhi syarat sesuai standar
yang ditetapkan dibanding TPM yang diperiksa di satu wilayah pada
kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah TPM yang diperiksa dan memenuhi syarat di
satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah TPM yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :

Jumlah
TPM
Memenuhi
Syarat

=
Jumlah TPM yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun. x 100
% Jumlah TPM yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama.


d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas

e. Kegunaan
Diketahui jumlah TPM yang memenuhi syarat.
16. Jumlah IRTP memenuhi syarat
126

a. Pengertian
IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan) : adalah tempat yang
digunakan untuk memproduksi Pangan (Kerupuk, Kacang atom,
Roti, Minuman segar, dll).
b. Definisi operasional
Persentase IRTP yang diperiksa dan memenuhi syarat sesuai
standar yang ditetapkan dibanding IRTP yang diperiksa di satu
wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah IRTP yang diperiksa dan memenuhi syarat
di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah IRTP yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :
Jumlah
IRTP
Memenuhi
Syarat

=
Jumlah IRTP yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun. x 100
% Jumlah IRTP yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu 1
tahun

d. Sumber
Data Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah IRTP yang memenuhi syarat.

17. Jumlah IRTP memiliki ijin edar
a. Pengertian
Ijin Edar IRTP adalah sertifikat pangan yang dapat dipergunakan
oleh IRTP sebagai ijin edar, dan sebagai bukti bahwa IRTP yang
bersangkutan telah mengikuti penyuluhan/pelatihan tentang
keamanan pangan.
b. Definisi operasional
Persentase IRTP yang diperiksa dan telah memiliki ijin edar dalam
bentuk SP dibanding IRTP yang diperiksa di satu wilayah pada
kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah IRTP yang diperiksa dan memiliki SP di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah IRTP yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100
Rumus
Jumlah
IRTP
=
Jumlah IRTP yang diperiksa dan
memiliki SP di satu wilayah kerja
x 100
%
127

Memiliki ijin
edar

dalam waktu 1 tahun.
Jumlah IRTP yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.



d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah IRTP yang telah memiliki ijin edar (SP).

18. Jumlah IRTP menggunakan BTM yang memenuhi syarat
a. Pengertian
BTM (Bahan Tambahan Makanan) : adalah bahan kimia yang
disyaratkan dan aman untuk dipergunakan sebagai bahan
tambahan pada pangan (makanan/minuman).
b. Definisi operasional
Persentase IRTP yang diperiksa dan menggunakan BTM yang
memenuhi syarat sesuai standar yang ditetapkan dibanding IRTP
yang menggunakan BTM yang diperiksa di satu wilayah pada
kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah IRTP yang diperiksa dan menggunakan
BTM memenuhi syarat di satu wilayah kerja dalam
waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah IRTP yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus

Jumlah IRTP
Menggunakan
BTM yang
memenuhi
Syarat

=
Jumlah IRTP yang diperiksa dan
menggunakan BTM memenuhi syarat
di satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
x 100
%
Jumlah IRTP yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama

.
d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah IRTP yang menggunakan BTM memenuhi syarat.

19. Jumlah Tempat Pariwisata memenuhi syarat
a. Pengertian
Tempat Pariwisata : adalah tempat/sarana yang digunakan oleh
128

penduduk untuk berwisata.
b. Definisi operasional
Persentase Tempat Pariwisata yang diperiksa dan memenuhi
syarat sesuai standar yang ditetapkan dibanding T.Par yang
diperiksa di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah T.Par yang diperiksa dan memenuhi syarat
di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah T.Par yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100


Rumus :
T. Par
Memenuhi
Syarat

=
Jumlah T.Par yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun. x 100
% Jumlah T.Par yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama

d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah Tempat Pariwisata yang memenuhi syarat.


20. Jumlah penduduk dilayani air bersih di perkotaan/perdesaan
a. Pengertian/definisi operasional
Adalah jumlah penduduk (perkotaan/perdesaan) yang untuk
keperluan sehari-hari (minum, masak, mandi, cuci) menggunakan
air yang berasal dari Sarana Air Bersih yang di ada satu wilayah
pada waktu pendataan.
b. Cara Pengukuran Perhitungan
Pengukuran dan perhitungan Jumlah penduduk dilayani air bersih
adalah melalui: pendataan/survei.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah penduduk yang dilayani air bersih.

21. Jumlah Sarana Air Bersih (SAB)
a. Pengertian/definisi operasional
Adalah jumlah SAB yang digunakan penduduk (perkotaan/
perdesaan) untuk keperluan sehari-hari (minum, masak, mandi,
cuci) meliputi: Mata air (penampungan/ perpipaan/perlindungan),
129

sumur gali, sumur pompa tangan/listrik, PDAM, air hujan, dll. di satu
wilayah pada waktu pendataan.
b. Cara Pengukuran Perhitungan
Pengukuran dan perhitungan jumlah sarana air bersih yang
digunakan penduduk adalah melalui : pendataan/survei.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah sarana air bersih yang dimanfaatkan
penduduk di perkotaan/perdesaan.

22. Jumlah Sarana Air Bersih (SAB) diperiksa
a. Pengertian/definisi operasional
Jumlah sarana air bersih yang diperiksa adalah jumlah SAB yang
dilakukan pemeriksaan dengan Inspeksi Sanitasi,
b. Cara Pengukuran Perhitungan
Persentase jumlah sarana air bersih yang di inspeksi sanitasi
dibanding jumlah sarana air bersih yang ada di satu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun.
Pembilang : Jumlah SAB yang di Inspeksi Sanitasi di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah SAB yang ada di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :
Jumlah SAB
yang
diperiksa

=
Jumlah SAB yang di Inspeksi Sanitasi
di satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
x 100
%
Jumlah SAB yang ada di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama.

c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan :
Diketahui jumlah sarana air bersih yang di IS.

23. Jumlah Sarana Air Bersih (SAB) dengan kategori R dan S
a. Pengertian/definisi operasional
Jumlah sarana air bersih (SAB) dengan kategori R dan S yang dari
IS adalah kategori SAB yang ada disesuaikan dengan standar yang
telah ditetapkan dalam pedoman IS.
b. Cara Pengukuran Perhitungan
Persentase jumlah sarana air bersih dengan kategori R atau S
dibanding jumlah sarana air bersih yang di inspeksi sanitasi yang
ada di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.
Pembilang : Jumlah SAB dengan kategori R atau S hasil
130

Inspeksi Sanitasi di satu wilayah kerja dalam waktu
1 tahun.
Penyebut : Jumlah seluruh SAB yang dilaksanakan IS di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
Jumlah SAB
dengan
kategori R
dan S

=
Jumlah SAB dengan kategori R atau S
hasil Inspeksi Sanitasi di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun. x 100
% Jumlah seluruh SAB yang
dilaksanakan IS di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan ,
Diketahui jumlah sarana air bersih dengan kategori R dan S.

24. Jumlah sampel air bersih yang diambil untuk pemeriksaan Bakteriologi
dan Kimia
a. Pengertian
Sampel air bersih adalah sampel air bersih yang diambil dari
sarana air bersih yang dipergunakan oleh penduduk untuk
keperluan sehari-hari yang diperiksakan ke laboratorium untuk
pemeriksaan bacteriologis/kimia.
b. Definisi operasional
Jumlah sampel air bersih yang diperiksa di laboratorium untuk
pemeriksaan bakteriologi maupun kimia di satu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah sampel air bersih yang diperiksa di laboratorium.

25. Jumlah sampel air bersih yang memenuhi syarat Bakteriologi dan
Kimia
a. Pengertian
Sampel air bersih adalah sampel air bersih yang diambil dari
sarana air bersih yang dipergunakan oleh penduduk untuk
keperluan sehari-hari yang diperiksakan ke laboratorium untuk
pemeriksaan bacteriologis/kimia.
b. Definisi operasional
Persentase jumlah sampel air bersih yang diperiksa di laboratorium
dan memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku dibanding
jumlah sampel air bersih yang di ambil yang ada di satu wilayah
dalam kurun waktu 1 tahun.
131

c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah sampel air bersih yang diperiksa di
laboratorium dan memenuhi syarat di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah sampel air bersih yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
Sampel air
yang
memenuhi
syarat

=
Jumlah sampel air bersih yang
diperiksa di laboratorium dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
x 100
%
Jumlah sampel air bersih yang
diperiksa di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama.

d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah sampel air bersih yang memenuhi syarat.

26. Jumlah sampel air minum yang diambil untuk pemeriksaan Bakteriologi
dan Kimia
a. Pengertian
Sampel air minum : adalah sampel air minum yang diambil dari
sarana air bersih yang dipergunakan oleh penduduk untuk
keperluan sehari-hari yang diperiksakan ke laboratorium untuk
pemeriksaan bacteriologis/kimia.
b. Definisi operasional
Jumlah sampel air minum yang diperiksa di laboratorium untuk
pemeriksaan bakteriologi maupun kimia di satu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah sampel air minum yang diperiksa di laboratorium.


27. Jumlah sampel air minum yang memenuhi syarat Bakteriologi dan
Kimia
a. Pengertian
Sampel air minum : adalah sampel air minum yang diambil dari
sarana air bersih yang dipergunakan oleh penduduk untuk
keperluan sehari-hari yang diperiksakan ke laboratorium untuk
pemeriksaan bacteriologis/kimia.
b. Definisi operasional
132

Persentase jumlah sampel air minum yang diperiksa di laboratorium
dan memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku dibanding
jumlah sampel air minum yang di ambil yang ada di satu wilayah
dalam kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah sampel air minum yang diperiksa di
laboratorium dan memenuhi syarat di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah sampel air minum yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus
Sampel air
minum yang
memenuhi
syarat
=
Jumlah sampel air minum yang
diperiksa di laboratorium dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
x 100
%
Jumlah sampel air minum yang
diperiksa di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama.

d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah sampel air minum yang memenuhi syarat.

28. Jumlah Kelompok Pemakai Air yang dibentuk
a. Pengertian
Kelompok Pemakai Air : adalah kelompok yang dibentuk di
lingkungan sarana air bersih yang dibangun beranggotakan para
pemakai air dari sarana air bersih yang bersangkutan, yang
berkewajiban untuk mengelola Sarana air bersih (pembangun^flr
-""" pemeliharaan, pengelolaan).
b. Definisi operasional
Persentase jumlah kelompok pemakai air yang dibentuk dibanding
jumlah sarana air bersih yang di bangun yang ada di satu wilayah
dalam kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah kelompok pemakai air yang dibentuk di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah seluruh SAB yang dibangun satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100




133


Rumus
Jumlah
Kelompok
Pemakai Air
yang
dibentuk

=
Jumlah kelompok pemakai air yang
dibentuk di satu wilayah kerja dalam
waktu 1 tahun. x 100
% Jumlah seluruh SAB yang dibangun
satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama

d. Sumber Data:
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah Kelompok Pemakai Air yang dibentuk.

29. Jumlah desa yang mendapat penyuluhan ttg air bersih
a. Pengertian
Penyuluhan tentang air bersih : adalah penyuluhan tentang air
bersih yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan kepada
masyarakat baik perorangan maupun kelompok.
b. Definisi operasional
Jumlah penyuluhan tentang air bersih yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan kepada masyarakat baik perorangan maupun
kelompok, yang ada di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data:
Laporan, dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah penyuluhan tentang air bersih yang dilaksanakan.

30. Jumlah desa yg mendapat perbaikan kualitas air bersih
a. Pengertian
Perbaikan kualitas air bersih : adalah kegiatan yang dilakukan
untuk memperbaiki kualitas air bersih baik melalui
pembangunan/perbaikan sarana maupun dengan menggunakan
perlakuan pembubuhan bahan-bahan kimia yang memenuhi syarat
(perbaikan sumur gali, pembangunan sumur pompa tangan,
desinfektans, penjernihan air, dll).
b. Defenisi operasional
Jumlah kegiatan perbaikan kualitas air bersih yang dilakukan
oleh petugas kesehatan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu 1
tahun.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah kegiatan perbaikan kualitas air bersih.

31. Jumlah rumah yang ada di Perkotaan/Perdesaan
134

a. Pengertian
Rumah adalah sarana/bangunan yang digunakan oleh penduduk
sebagai tempat tinggal sehari-hari di satu wilayah pada kurun waktu
1 tahun.
b. Defenisi operasional
Jumlah seluruh Rumah yang ada di perkotaan dan perdesaan.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah rumah yang ada baik diperkotaan maupun
perdesaan.

32. Jumlah rumah yang diperiksa di Perkotaan/Perdesaan
a. Pengertian ,
Rumah diperiksa adalah sarana/bangunan yang digunakan oleh
penduduk sebagai tempat tinggal sehari-hari dan sudah diperiksa
dengan menggunakan alat yang sudah ditentukan (Kartu Rumah)
baik oleh tenaga kesehatan atau tenaga lain yang sudah dilatih
(misal: kader PKK).
b. Defenisi operasional
Jumlah seluruh Rumah yang diperiksa dengan menggunakan alat
yang sudah ditentukan (Kartu Rumah) baik oleh tenaga kesehatan
atau tenaga lain yang sudah dilatih (misal: kader PKK) yang ada di
perkotaan dan perdesaan di satu wilayah pada kurun waktu 1
tahun.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah rumah yang diperiksa.

33. Jumlah rumah yang memenuhi syarat di Perkotaan/Perdesaan
a. Pengertian
Rumah memenuhi syarat : rumah yang komponennya telah
memenuhi sebagian besar atau seluruhnya persyaratan yang
ditetapkan dalam kartu rumah.
b. Definisi operasional
Persentase rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat dibanding
rumah diperiksa yang ada di perkotaan dan perdesaan di satu
wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah rumah yang diperiksa clan memenuhi
syarat di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah rumah yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100
Rumus
135


Cakupan
Jaga
Kumulatif
yang
berfungsi

=
Jumlah rumah yang diperiksa clan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
x 100
%
Jumlah rumah yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.

d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah rumah yang memenuhi syarat.

34. Jumlah Jaga baru yang dibangun di Perkotaan/Perdesaan
a. Pengertian
Jamban keluarga : adalah sarana/bangunan yang digunakan oleh
penduduk(WC angsa trrine/plengseng/cemplung, empang, sungai,
kolam, dll) untuk keperluan buang hajat besar.
b. Definisi operasional
Jamban keluarga dibangun : adalah Jamban Keluarga baru yang
dibangun baik oleh pemerintah/sawsta maupun masyarakat di satu
wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan :
Diketahui jumlah jamban keluarga baru yang dibangun.

35. Jumlah Jaga kumulatif yang berfungsi di Perkotaan/Perdesaan
a. Pengertian/definisi operasional
Jumlah Jamban keluarga kumulatif berfungsi : adalah
bertambahnya jumlah jamban keluarga baru secara kumulatif dan
dimanfaatkan oleh masyarakat/pemiliknya di satu wilayah pada
kurun waktu 1 tahun.
b. Cara Pengukuran
Jamban Keluarga yang diperiksa dan berfungsi dibandingkan
dengan Jamban Keluarga yang diperiksa di satu wilayah pada
kurun waktu 1 tahun.
Pembilang : Jumlah Jamban Keluarga yang diperiksa dan
berfungsi di satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
Penyebut : Jumlah Jamban Keluarga yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun
Konstanta : 100
Rumus
Cakupan
jaga
=
Jumlah Jamban Keluarga yang
diperiksa dan berfungsi di satu
x 100
%
136

kumulatif
yang
berfungsi

wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.

Jumlah Jamban Keluarga yang
diperiksa di satu wilayah kerja dalam
waktu 1 tahun
c. Sumber Data:
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan :
Diketahui jumlah jamban keluarga yang berfungsi.


36. Jumlah SPAL kumulatif yang berfungsi di Perkotaan/Perdesaan
a. Pengertian/definisi operasional
Jumlah SPAL kumulatif berfungsi : adalah bertambahnya jumlah
SPAL baru secara kumulatif dan dimanfaatkan oleh
masyarakat/pemiliknya di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
b. Cara Pengukuran
SPAL yang diperiksa dan berfungsi dibandingkan dengan SPAL
yang diperiksa di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
Pembilang : Jumlah SPAL yang diperiksa dan berfungsi di
satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah SPAL yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100

Rumus

Cakupan
SPAL
kumulatif
yang
berfungsi

=
Jumlah SPAL yang diperiksa dan
berfungsi di satu wilayah kerja dalam
waktu 1 tahun.
x 100
%
Jumlah SPAL yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.

c. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan:
Diketahui jumlah SPAL yang berfungsi.

37. Jumlah TP3 yang ada/diperiksa
a. Pengertian
TP3 adalah sarana/bangunan yang digunakan untuk menyimpan
dan mengedarkan Pestisida.
b. Definisi operasional
TP3 yang ada dan diperiksa: adalah jumlah TP3 yang ada dan
yang diperiksa dengan menggunakan format baku untuk
137

Pengawasan TP3 di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan :
Diketahui jumlah jamban keluarga baru yang dibangun.

38. Jumlah TP3 yang memenuhi syarat
a. Pengertian
TP3 memenuhi syarat : TP3 yang pada saat pemeriksaan
komponennya telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
kartu Pengawasan Pestisida.
b. Definisi operasional
Persentase TP3 yang diperiksa dan memenuhi syarat dibanding
TP3 diperiksa yang ada di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah TP3 yang diperiksa dan memenuhi syarat
di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah TP3 yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100
Rumus

Cakupan
TP3
Memenuhi
Syarat

=
Jumlah rumah yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun. x 100
%
Jumlah rumah yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
d. Sumber Data:
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan :
Diketahui jumlah TP3 yang memenuhi syarat.

39. Jumlah pemeriksaan sampel (residu) pestisida pada produk pertanian
a. Pengertian
Sampel Residu Pestisida : adalah residu pestisida produk pertanian
yang diketemukan melalui pemeriksaan choline esterase pada
sampel darah penjamah pestisida atau penduduk yang mungkin
tercemar pestisida.
b. Definisi operasional
Pemeriksaan sampel residu pestisida produk pertanian yang
dilaksanakan di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan
Diketahui jumlah pemeriksaan sampel residu pestisida produk
pertanian.
138


40. Jumlah sampel (residu) pestisida pada produk pertanian yang negatif
a. Pengertian
Sampel (residu) pestisida pada produk pertanian yang negatif :
adalah tidak diketemukannya residu pestisida pada sampel darah
penjamah atau penduduk yang mungkin tercemar pestisida pada
pemeriksaan choline esterase darah.
b. Definisi operasional
Persentase Sampel (residu) pestisida pada produk pertanian yang
negatif dibanding jumlah sampel (residu) pestisida pada produk
pertanian yang diperiksa di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah sampel residu pestisida yang diperiksa dan
negatif di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah sampel residu yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100
Rumus

Jumlah
sampel
(residu)
pestisida
pada produk
pertanian
yang negatif

=
Jumlah sampel residu pestisida yang
diperiksa dan negatif di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun.
x 100
%
Jumlah sampel residu yang diperiksa
di satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun.
d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah sampel (residu) pestisida pada produk pertanian
yang negatif
41. Jumlah TPS/TPA yang ada
a. Pengertian
TPS/TPA adalah sarana/bangunan yang digunakan oleh penduduk
untuk membuang sampah baik sementara (TPS) maupun akhir
(TPA) sebagai hasil samping (limbah padat) kegiatan rumah tangga
sehari-hari.
b. Definisi operasional
Jumlah TPS/TPA yang ada di satu wilayah pada kurun waktu 1
tahun.
c. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan :
Diketahui jumlah TPS/TPA yang ada.

139

42. Jumlah TPS/TPA yang diperiksa
a. Pengertian
TPS/TPA diperiksa : TPS atau TPA yang telah dilakukan
pemeriksaan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan format
baku (formulir pengawasan sampah).
b. Definisi operasional
Jumlah TPS/TPA yang diperiksa oleh petugas kesehatan di satu
wilayah pada kurun vvaktu 1 tahun.
c. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan :
Diketahui jumlah TPS/TPA yang diperiksa.

43. Jumlah TPS/TPA yang memenuhi syarat
a. Pengertian
TPS/TPA memenuhi syarat adalah TPS atau TPA yang telah
dilakukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan dan memenuhi
persyaratan seperti yang tercantum dalam format baku (formulir
pengawasan sampan).
b. Definisi operasional
Persentase TPS/TPA yang diperiksa dan memenuhi syarat
dibanding TPS/TPA diperiksa yang ada di perkotaan dan
perdesaan di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah TPS/TPA yang diperiksa dan memenuhi
syarat di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah TPS/TPA yang diperiksa di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun
Konstanta : 100
Rumus

Jumlah
TPS/TPA
Memenuhi
Syarat

=
Jumlah TPS/TPA yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun x 100
%
Jumlah TPS/TPA yang diperiksa di
satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun

d. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan :
Diketahui jumlah TPS/TPA yang memenuhi syarat.

44. Jumlah sampel tanah yang diperiksa
a. Pengertian
Sampel Tanah : adalah contoh tanah yang diambil di satu tempat
untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
140

b. Definisi operasional
Jumlah sampel tanah yang diambil untuk keperluan pemeriksaan
laboratorium di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan :
Diketahui jumlah sampel tanah yang diperiksa.

45. Jumlah sampel tanah yang memenuhi syarat
a. Pengertian
Sampel tanah memenuhi syarat : adalah sampel tanah yang
setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium tidak mengandung
zat kimia atau bakteri yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan.
b. Definisi operasional
Persentase. sampel tanah yang diperiksa dan memenuhi syarat
dibanding sampel tanah diperiksa yang di satu wilayah pada kurun
waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah sampel tanah yang diperiksa dan
memenuhi syarat di satu wilayah kerja dalam waktu
1 tahun.
Penyebut : Jumlah sampel tanah yang diperiksa di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100






Rumus :

Cakupan
sampel
tanah
memenuhi
syarat

=
Jumlah sampel tanah yang diperiksa
dan memenuhi syarat di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun
x 100
%
Jumlah sampel tanah yang diperiksa di
satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun

d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas, Laporan hasil pemeriksaan Laboratorium.
e. Kegunaan
Diketahui jumlah sampel tanah yang memenuhi syarat.

46. TPM yang terdaftar/diperiksa/memenuhi syarat
141

a. Pengertian
TPM : adalah tempat yang dipergunakan untuk mengelola makanan
yang meliputi Jasa boga, Rumah makan, Restoran, Makanan
jajanan, dan Industri makanan Rakyat.
b. Definisi operasional
TPM yang terdaftar/diperiksa/memenuhi syarat adalah jumlah TPM
terdaftar, Jumlah TPM yang diperiksa serta jumlah TPM yang
memenuhi syarat yang ada di satu wilayah pada kurun waktu 1
tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah TPM yang diperiksa dan memenuhi syarat
di satu wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah TPM yang diperiksa di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun.
Konstanta : 100

d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
e. Kegunaan
Diketahui jumlah TPM terdaftar/diperiksa dan memenuhi syarat.

47. Jumlah kumulatif Jasa Boga/Rumah Makan/Restoran yang memiliki ijin
penyehatan makanan.
a. Pengertian/definisi operasional
Jumlah kumulatif Jasa Boga/Rumah Makan/Restoran yang memiliki
ijin penyehatan makanan : adalah bertambahnya jumlah Jasa
Boga/Rumah Makan/Restoran yang memiliki ijin penyehatan
makanan secara kumulatif di satu wilayah pada kurun waktu 1
tahun.
b. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
c. Kegunaan
Diketahui jumlah Jasa Boga/Rumah Makan/Restoran yang
memiliki ijin penyehatan makanan.

48. Jumlah sampel makanan/minuman yang diperiksa
a. Pengertian
Sampel Makanan/minuman : adalah contoh makanan/minuman
yang diambil dari TPM/IRTP atau penjual/pengedar makanan
keliling untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
b. Definisi operasional
Jumlah sampel mak/min yang diambil untuk keperluan pemeriksaan
laboratorium di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan ,
142

Diketahui jumlah sampel makanan/minuman yang diperiksa.

49. Jumlah sampel makanan/minuman yang memenuhi syarat
a. Pengertian
Sampel Makanan/minuman yang memenuhi syarat : adalah sampel
makanan/minuman setelah diperiksa di laboratorium tidak
mengandung bahan/zat yang dapat menimbulkan gangguan bagi
kesehatan, seperti yang dipersyaratkan.
b. Definisi operasional
Sampel Makanan/minuman yang memenuhi syarat adalah sampel
makanan/minuman yang diperiksa ^ang memenuhi syarat
dibandingkan jumlah sampel makanan/minuman yang diperiksa di
satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Cara Pengukuran/Perhitungan
Pembilang : Jumlah sampel makanan/minuman yang
diperiksa dan memenuhi syarat di satu wilayah
kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah sampel makanan/minuman yang
diperiksa di satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
Konstanta : 100

Rumus

Jumlah sampel
makanan/minuman
memenuhi syarat

=
Jumlah sampel
makanan/minuman yang
diperiksa dan memenuhi syarat di
satu wilayah kerja dalam waktu 1
tahun..
x 100
%
Jumlah sampel
makanan/minuman yang
diperiksa di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.

d. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas, laporan hasil pemeriksaan Laboratorium.
e. Kegunaan
Diketahui jumlah sampel makanan/minuman memenuhi syarat.

50. Kejadian keracunan makanan :
a. Pengertian
Keracunan makanan : adalah kejadian keracunan di masyarakat
yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan baik yang
berasal dari restoran, rumah makan, jasa boga, makanan jajajan,
industri makanan rakyat, dll.
b. Definisi operasional
Jumlah keracunan karena makanan/minuman yang terjadi di satu
143

wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data:
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan:
Diketahui jumlah keracunan karena makanan/minuman.



51. Kejadian keracunan makanan :
a. Pengertian
Adalah meliputi jumlah kejadian, jumlah penderita, jumlah
meninggal karena keracunan makanan di masyarakat yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan baik yang berasal dari
restoran, rumah makan, jasa boga, makanan jajaj an, industri
makanan rakyat, dll.
b. Definisi operasional
Jumlah kejadian keracunan karena makanan meliputi : jumlah
kejadian, jumlah penderita dan yang meninggal yang terjadi di satu
wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data:
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan:
Diketahui jumlah kejadian keracunan karena makanan.

52. Makanan penyebab keracunan berasal dari:
a. Pengertian
Penyebab keracunan makanan : adalah zat atau bahan yang
terkandung di dalam makanan baik secara alami atau ditambahkan
sebagai bahan tambahan makanan, atau karena timbul sebagai
akibat rusaknya makanan yang berasal dari restoran, rumah
makan, jasa boga, makanan jajajan, industri makanan rakyat, dll.
b. Definisi operasional
Asal penyebab keracunan karena makanan meliputi : restoran,
rumah makan, jasa boga, makanan jajajan, industri makanan
rakyat, dll. di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.
c. Sumber Data
Laporan dari Puskesmas
d. Kegunaan:
Diketahui asal penyebab keracunan karena makanan.

53. Penyehatan Tempat-tempat Umum
a. Pengertian
Tempat-tempat umum : adalah sarana yang dimanfaatkan oleh
masyarakat umum seperti : Hotel Melati, Hotel Bintang, Kolam
Renang, Pasar, Terminal, Gedung Pertunjukan, Masjid Gereja,
Klenteng, Wihara, Pondok Pesantren, Rumah Sakit, Asrama
144

Transito, Pangkas Rambut, Salon, Panti Pijat Melati, Kantor
Sekolah, pertokoan,- bioskop, tempat wisata, restoran, tempat
jajanan, depot air minum dan Iain-lain.
b. Definisi Operasional
Tempat umum yang diawasi dan yang memenuhi persyaratan
hygiene sanitasi adalah tempat umum yang mempunyai akses
sanitasi dasar (air bersih, jamban, limbah dan sampah) sesuai
dengan standar di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu 1
tahun.
c. Cara Pengukuran Perhitungan
Pembilang : Jumlah tempat umum yang diawasi dan
yang memenuhi syarat hygiene sanitasi di satu
wilayah kerja dalam waktu 1 tahun.
Penyebut : Jumlah tempat umum yang diawasi di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100


Rumus

Tempat
umum yang
memenuhi
syarat

=
Jumlah tempat umum yang
diawasi dan yang memenuhi syarat
hygiene sanitasi di satu wilayah kerja
dalam waktu 1 tahun..
x 100
%
Jumlah tempat umum yang diawasi di
satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
d. Sumber Data :
Laporan dari Puskesmas dan hasil pembinaan.
e. Kegunaan
Tempat umum memenuhi persyaratan minimal kesehatan
lingkungan.


145

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................. 1-1
BAB II. INDIKATOR KESEHATAN ................................................. 3-55
BAB III. INDIKATOR PROGRAM SUB BIDANG DINAS KESEHATAN
SUB DINAS KESGA DAN KB ......................................................... 55-144
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai