Jurnal Kualitatif
Jurnal Kualitatif
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai
pengungkapkan diri seorang mantan
narapidana dalam masyarakat, sehingga
mantan narapidana dapat berinteraksi
kembali dengan masyarakat dan dapat
diterima dimasyarakat, dan diharapkan
agar seorang mantan narapidana tidak
melakukan perbuatan melanggar hukum
lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengungkapan Diri
1. Pengertian Pengungkapan Diri
Dalam kehidupan sosial di
masyarakat, individu seringkali
dirundung rasa curiga dan tidak percaya
diri yang kuat sehingga tidak berani
menyampaikan berbagai gejolak atau
pun emosi yang ada di dalam dirinya
kepada orang lain, apalagi jika
menyangkut hal-hal yang dianggapnya
tidak baik untuk diketahui orang lain.
Akibatnya individu tersebut lebih banyak
memendam berbagai persoalan hidup
yang akhirnya seringkali terlalu berat
untuk ditanggung sendiri sehingga
menimbulkan berbagai masalah
psikologis maupun fisiologis (Fattah,
2008).
Pada bab terdahulu telah
dikatakan dalam suatu ruang konseling,
banyak individu yang mengatakan
bahwa mereka sulit sekali
mengungkapkan diri (mengatakan
pendapat, perasaan, cita-cita, rasa
marah, jengkel, dan sebagainya) kepada
orang lain, bahkan tidak pernah berbagi
informasi jika tidak diminta atau ditanya,
yang menarik adalah mereka mengakui
bahwa kondisi tersebut sangat tidak
nyaman dan cenderung membuat
mereka dijauhi oleh rekan atau pun
anggota keluarganya sendiri. Meskipun
di satu sisi mereka merasa ragu dan
takut untuk mengungkapkan diri, namun
di sisi lain mereka merasa bahwa hal
tersebut sangat diperlukan untuk
meringankan beban diri sendiri (Fattah,
2008).
Menurut Handoyo (1987),
pengungkapan diri adalah suatu bentuk
komunikasi dimana seseorang membagi
dan mengungkapkan hal-hal atau
informasi yang sifatnya pribadi dan
rahasia dan saat dimana seseorang
menceritakan perasaannya kepada
orang lain yang ia percayai.
Pengungkapan diri dapat menjadi hal
penting dalam membangun hubungan
ke tingkat yang lebih intim.
Selanjutnya Fattah (2008),
mengatakan pengungkapan diri dapat
diartikan sebagai pemberian informasi
tentang diri sendiri kepada orang lain.
Informasi yang diberikan tersebut dapat
mencakup berbagai hal seperti
pengalaman hidup, perasaan, emosi,
pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya.
Pengungkapan diri haruslah di landasi
dengan kejujuran dan keterbukaan
dalam memberikan informasi, atau
dengan kata lain apa yang disampaikan
kepada orang lain hendaklah bukan
merupakan suatu topeng pribadi atau
kebohongan belaka sehingga hanya
menampilkan sisi yang baik saja.
Johnson (1997), mendefinisikan
pengungkapan diri sebagai pengutaraan
kepada orang lain tentang bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi saat
ini dan bagaimana dia memberikan
informasi tentang masa lalu secara
relevan, sehingga orang lain dapat
memahami tindakan yang di ambil saat
ini. Dengan pengungkapan diri pada
seseorang, itu berarti individu
mengatakan pada seseorang mengenai
perasaannya tentang apa yang telah ia
lakukan atau katakan atau perasaannya
terhadap suatu peristiwa yang baru saja
terjadi.
Berdasarkan uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa
pengungkapan diri adalah suatu bentuk
komunikasi dimana di dalamnya terjadi
suatu pemberian informasi kepada
orang lain, terhadap situasi saat ini dan
bagaimana dia memberikan informasi
tentang masa lalu secara relevan,
4
g. Jenis kelamin
Pada umumnya pria kurang terbuka
dibandingkan wanita, wanita yang
maskulin kurang membuka diri
dibandingkan dengan wanita feminin,
selanjutnya pria feminin lebih
membuka diri lebih besar
dibandingkan pria yang nilai skala
feminitasnya lebih rendah.
6. Dampak Positif Pengungkapan Diri
Johnson (1981), mengatakan
dampak positif dari pengungkapan diri
dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran diri (self-
awareness)
Dalam proses pemberian informasi
kepada orang lain, anda akan lebih
jelas dalam menilai kebutuhan,
perasaan, dan hal psikologis dalam
diri anda. Selain itu, orang lain akan
membantu anda dalam memahami
diri anda sendiri, melalui berbagai
masukan yang diberikan, terutama
jika hal itu dilakukan dengan penuh
empati dan jujur.
b. Membangun hubungan yang lebih
dekat dan mendalam, saling
membantu dan lebih berarti bagi
kedua belah pihak
Keterbukaan merupakan suatu
hubungan timbal balik, semakin anda
terbuka pada orang lain maka orang
lain akan berbuat hal yang sama.
Dari keterbukaan tersebut maka akan
timbul kepercayaan dari kedua pihak
sehingga akhirnya akan terjalin
hubungan persahabatan yang sejati.
c. Mengembangkan keterampilan
berkomunikasi
Memungkinkan seseorang untuk
menginformasikan suatu hal kepada
orang lain secara jelas dan lengkap
tentang bagaimana ia memandang
suatu situasi, bagaimana
perasaannya tentang hal tersebut,
apa yang terjadi, dan apa yang
diharapkan.
d. Mengurangi rasa malu dan
meningkatkan penerimaan diri (self
acceptance)
Jika orang lain dapat menerima anda
maka kemungkinan besar anda pun
dapat menerima diri anda.
e. Memecahkan berbagai konflik dan
masalah interpersonal
Jika orang lain mengetahui
kebutuhan anda, ketakutan, rasa
frustrasi anda, dan sebagainya, maka
akan lebih mudah bagi mereka untuk
bersimpati atau memberikan bantuan
sehingga sesuai dengan apa yang
anda harapkan.
f. Memperoleh energi tambahan dan
menjadi lebih spontan
Harap diingat bahwa untuk
menyimpan suatu rahasia dibutuhkan
energi yang besar dan dalam kondisi
demikian seseorang akan lebih cepat
marah, tegang, pendiam dan tidak
riang. Dengan berbagi informasi hal-
hal tersebut akan hilang atau
berkurang dengan sendirinya.
7.Dampak Negatif dari Pengungkapan
diri
Walaupun pengungkapan diri dapat
meningkatkan rasa suka dan
perkembangan suatu hubungan, tetapi
dapat juga berdampak negatif De Vito
(1983), menyatakan dampak negatif
dari pengungkapan diri ialah sebagai
berikut :
a. Keacuhan
Individu mungkin akan berbagi
informasi dengan individu lain untuk
memulai suatu hubungan. Kadang-
kadang keterbukaan yang dilakukan,
adalah hubungan timbal balik oleh
individu lain yang membangun suatu
hubungan pada lain waktu. Namun
keterbukaan tersebut, terkadang
membuat individu lain bersikap acuh
dan tidak tertarik sama sekali untuk
mengenal diri individu tersebut.
b. Penolakan (rejection)
Informasi yang diungkapkan tentang
diri sendiri, dapat membawa diri
sendiri kepada suatu penolakan
sosial.
c. Hilang Kendali (loss of control)
7
d. Lama hukuman
Berdasarkan lama hukuman
narapidana digolongkan berdasarkan
lamanya masa hukuman yang di
jatuhkan vonis pengadilan
terhadapnya yaitu ; seumur hidup, 1-
20 tahun (klasifikasi B-I), 4-12 bulan
(klasifikasi B-IIa), 1-3 bulan
(klasifikasi B-IIb), pidana denda
(klasifikasi B-IIIc) yang sudah
ditentukan pengadilan.
3. Bentuk-bentuk Penjelmaan
Kejahatan
Soesilo (1985), mengemukakan
tentang pembagian bentuk-bentuk
kejahatan yang dapat dilakukan melalui
2 jalan, yaitu :
a. Dilihat dari perbuatannya, maka jenis
kejahatan dapat dibagi atas 2 macam
; yang pertama yaitu dari caranya
dilakukan dan yang kedua dari objek
hukum yang diserangnya.
1) Dilihat dari caranya kejahatan itu
dilakukan dapat dibagi sebagai
berikut :
a) Kejahatan yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga si
penderita dapat melihat baik
perbuatan maupun pelakunya,
tanpa atau dengan menyadari
bahwa perbuatannya itu
merupakan suatu pelanggaran
hukum, misalnya penganiyaan,
penghinaan, pencurian dengan
kekerasan, berbagai macam
penipuan, kejahatan seks dan
sebagainya, dan sebaliknya
kejahatan yang dilakukan
sedemikian rupa, sehingga si
penderita pada waktunya
dilakukan tidak dapat melihat
perbuatannya atau pelakunya
misalnya penggelapan,
penadahan, peracunan, berbagai
kejahatan pemalsuan dan
sebagainya.
b) Kejahatan dilakukan dengan
menggunakan alat-alat bantu
khusus berupa senjata, perabot,
bahan-bahan kimia, dan
sebagainya, atau kejahatanyang
dilakukan tanpa alat-alat bantu.
c) Kejahatan yang dilakukan
dengan memakai kekerasan fisik,
tipu daya pembujukan, atau
dengan cara yang biasa.
2) Dilihat dari objek hukum yang
diserangnya, maka kejahatan
dapat dibagi misalnya atas :
a) Kejahatan atas keamanan
negara.
b) Kejahatan terhadap martabat
kedudukan Presiden dan Wakil
Presiden.
c) Kejahatan terhadap ketertiban
umum.
d) Kejahatan terhadap kekuasaan
umum.
e) Kejahatan terhadap kesusilaan.
f) Kejahatan terhadap kebebasan
orang.
g) Kejahatan terhadap jiwa orang.
h) Kejahatan terhadap harta benda,
dan sebagainya yang dapat kita
jumpai pada pembagian dalam
kitab undang-undang hukum
pidana.
b. Dilihat dari pembuat atau pelakunya
maka ada dua jalan kemungkinan
untuk membaginya, yaitu :
1) Melihat motif atau alasan yang
dipakai oleh pelaku, dan
2) Melihat sifat-sifat dari si penjahat
atau pelaku.
Dalam perkembangannya
banyak ahli mulai merumuskan
pembagian kejahatan menurut tipe
penjahat itu dengan tidak selalu
membedakan alasannya, motif atau sifat
dari penjahat. Pembagian kejahatan
menurut seorang Guru Besar dalam
Ilmu Kedokteran Kehakiman Lombroso
(dalam Soesilo, 1985) yang
membedakan antara lain :
a. Penjahat sejak lahir
Penjahat sejak lahir adalah orang-
orang yang mempunyai kelainan
bentuk badan yang terlihat dari
bagian-bagian badan yang abnormal,
cacat, dan kekurangan-kekurangan
badaniah sejak lahir.
b. Penjahat karena sakit jiwa
Penjahat karena sakit jiwa disini
misalnya gila, setengah gila, sinting,
idiot, , melancholi, paralise epilepsi,
histeri, demensia, palagra, dan lain-
lain termasuk pula pemabuk alkohol.
c. Penjahat terdorong oleh nafsu birahi.
9