Anda di halaman 1dari 9

1

Makalah Seminar Tugas Akhir


MAXIMUM POWER POINT TRACKING (MPPT) DENGAN KONVERTER DC-DC TIPE CUK
MENGGUNAKAN METODE LOGIKA FUZZY PADA FOTOVOLTAIK
Singgih Kurniawan
1
, Ir. Yuningtyastuti MT.
2
, Susatyo Handoko ST. MT.
2
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstract - The Potential of Power sun in Indonesian
can be used throughout the day, Its very advantageous
to generating electrical power by photovoltaic. The main
problem of the using photovoltaic is the low generate
electrical power at low radiation condition and the
amount electrical power is generated to change
periodical along with weather and temperature.
Maximum Power Point Tracking (MPPT) is one
of device used to increase photovoltaic power rasio.
Maximum Power point tracking (MPPT) used for
searching maximum point by raising and lowering
voltage using cuk converter. In this final project fuzzy
algorithm is used to adjust duty cycle value of Maximum
Power Point Tracking (MPPT) device, so that it can
increase photovoltaic power output ratio.
The result showed that the suprame power rasio
of photovoltaic modul after installation MPPT device
with variation of sun radiation is 78,63% at the condition
sun radiation 1000 W/m
2
. in 1000 W/m
2
solar radiation
conditions increasing the power rasio of 33,89%. The
suprame power rasio of photovoltaic modul after
installation MPPT device with variation of temperature is
80,09 % at temperature 46
o
C. At 46
o
C temperature
conditions, increasing the power rasio of 36,02%.. The
suprame power rasio of photovoltaic modul after
installation MPPT device with variation of sun radiation
and temperature is 79,069 % at radiation 1000 W/m
2
and
temperature 30
o
C. In 1000 W/m
2
radiation and 30
o
C
temperature conditions increasing the power rasio of
34,609%. Therefore the installation MPPT device using
fuzzy algorithm at photovoltaic module can increase
power ratio with an average increasing 29,69 %
compared to without MPPT device.
Keyword : Fotovoltaic, MPPT, Duty Cycle, Logika Fuzzy


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan utama pada penggunaan fotovoltaik
adalah pembangkitan tenaga listrik yang rendah, terutama
pada kondisi radiasi yang rendah. Dan jumlah daya listrik
yang dibangkitkan berubah secara berkala seiring dengan
perubahan cuaca.
[12]
Maximum Power Point Tracking (MPPT) adalah
peralatan yang digunakan untuk untuk meningkatkan rasio
daya fotovoltaik. Maximum Power point tracking (MPPT)
mencari point (titik) maksimum dari kurva karakteristik
daya dan tegangan input (P-V) serta kurva arus input dan
tegangan input (V-I) pada modul surya. Dengan metode
Maximum Power Point Tracking (MPPT) diharapkan daya
output akan selalu pada kondisi maksimal.
Terdapat beberapa algoritma MPPT yang telah
ditemukan dan ditulis pada jurnal ilmiah internasional
seperti Observe dan Incremental Conductance, Dynamic
Approach, Temperature Methods, Metode pengukuran
arus hubung singkat, Artificial Neural Network method,
Fuzzy Logic method dan lain-lain.
[22]
Semua algoritma
tersebut berbeda-beda dalam beberapa aspek termasuk
kesederhanaan, kecepatan, implementasi hardware, sensor
yang dibutuhkan, biaya, efektifitas, dan parameter yang
dibutuhkan.
Pada kurva karakteristik V-I pada fotovoltaik
memiliki persamaan yang tak linier dan hanya memiliki
satu persamaan titik operasi fotovoltaik untuk
mendapatkan kondisi maksimum pada kondisi tertentu.
[9]

Saat terjadi penurunan arus hingga mendekati nol
penggunaan boost konverter tidak dapat menurunkan nilai
tegangan keluaran sehingga nilai arus akan terus turun dan
nilai tegangan akan terus naik sehingga menghasilkan daya
keluaran yang kecil.
Untuk mengatasi masalah ini, maka
dikembangkan Maximum Power Point Tracking (MPPT)
dengan konverter cuk pada modul fotovoltaik
menggunakan logika fuzzy. Pengembangan teknologi
MPPT dengan konverter cuk menggunakan logika fuzzy
agar dapat menaikkan dan menurunkan tegangan keluaran
modul fotovoltaik dengan pengaturan duty cycle
menggunakan logika Fuzzy. Sehingga dapat meningkatkan
rasio daya keluaran modul fotovoltaik. Untuk
memudahkan analisa maka simulasi dibuat dengan
menggunakan software Matlab.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
1 Simulasi pemodelan modul fotovoltaik dengan
Maximum Power Point Tracking (MPPT) untuk
mencari titik operasi maksimum modul fotovoltaik
terhadap perubahan radiasi matahari dan suhu.
2 Analisa pengaruh pemasangan Maximum Power Point
Tracking (MPPT) pada modul fotovoltaik terhadap
peningkatan rasio daya keluaran modul fotovoltaik.

1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menyederhanakan permasalahan dalam
Tugas Akhir ini maka diberikan batasan - batasan sebagai
berikut :
1. Software yang digunakan pada simulasi ini adalah
MATLAB 2009 a
2. Simulasi modul fotovoltaik menggunakan sistem
dengan tipe Standalone modul fotovoltaik
3. Tidak membahas secara mendalam pengaruh
penggunaan bahan fotovoltaik
4. Simulasi modul fotovoltaik menggunakan nilai Rs
dan Rp yang tetap dengan 36 sel yang terhubung
pada modul tunggal modul fotovoltaik
5. Simulasi ini menggunakan standar STC (Standard
Test Condition) pada kondisi radiasi 1000 W/m
2
dan
suhu 25
o
C
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNDIP Semarang
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro UNDIP Semarang

2
6. Menggunakan konverter DC-DC dengan topologi
konverter cuk
7. Tidak membahas timbulnya harmonisa tegangan dan
arus baik pada sisi sumber maupun pada sisi beban
8. Pengujian pada tugas akhir ini menggunakan beban
statis

II. DASAR TEORI
2.1 Sel Fotovoltaik
[6][8][21]

Sel fotovoltaik merupakan komponen terkecil
didalam sistem energi surya fotovoltaik (SESF). Sel
Fotovoltaik terbuat dari bahan semikonduktor.
Bahan semikonduktor adalah bahan yang memiliki
lebar celah energi yang relatif kecil (1eV), Apabila energi
medan listrik yang diterapkan cukup untuk memindahkan
elektron dari pita valensi ke pita konduksi maka proses
penghantaran akan berlangsung pada bahan tersebut.
Tetapi apabila energi medan listrik yang diterapkan lebih
kecil dari energi pada celah energi sehingga elektron tidak
dapat berpindah dari pita valensi ke pita konduksi maka
proses penghantaran tidak akan terjadi pada bahan
tersebut.

Gambar 1 Prinsip kerja sel fotovoltaik
Energi dari cahaya matahari disebut juga sebagai
foton. Beberapa elektron ini akan mendapatkan cukup
energi untuk meninggalkan pita valensi dan berpindah ke
pita konduksi. Ketidakadaan elektron pada pita valensi
akibat perpindahan elektron ke pita konduksi
menghasilkan ikatan kovalen yang tidak lengkap yang
sering disebut hole atau lubang. Adanya pergerakan
elektron didalam pita konduksi dan valensi menyebabkan
timbulnya arus pada sel fotovoltaik.

2.2 Karakteristik V-I
[8][16][21]

Karakteristik keluaran dari fotovoltaik dapat
dilihat dari kurva performansi, disebut kurva I-V. Kurva I-
V menunjukkan hubungan antara arus dan tegangan
(Ouaschning, 2005) .

Gambar 2 Kurva Karakteristik V-I
[13]

Gambar 2 menunjukkan karakteristik kurva I-V. Tegangan
(V) adalah sumbu horizontal. Arus (I) adalah sumbu
vertikal. Kebanyakan kurva I-V diberikan dalam Standar
Test Conditions 1000 watt per meter persegi radiasi (atau
disebut satu matahari puncak/one peak sun hour) dan 25
derajat celcius suhu modul fotovoltaik.

2.3 Pemodelan Fotovoltaik
[13][14]
2.3.1 Sel Fotovoltaik Ideal
Modul fotovoltaik ideal dapat dituliskan dengan
persamaan matematik sebagai berikut :
=
,

,
exp

1 (2.1)
Dimana

,
= Arus yang dibangkitkan melalui peristiwa
cahaya (Arus yang dibangkitkan berbanding lurus
dengan radiasi matahari) [A]

= Persamaan Diode Shockley

,
= Arus saturasi balik atau arus bocor diode [A]
= Pengisian Elecktron atau electron charge
[1.60217646.10

]
= Konstanta Bolztmann [1.3806503.10

/]
T = Temperature [K]
= Konstanta Ideal Dioda [1.0]

2.3.2 Pemodelan Modul Fotovoltaik
Rangkaian ekivalen modul fotovoltaik seperti pada
Gambar 3 berikut :

Gambar 3 Rangkaian ekivalen fotovoltaik atau modul
[18
]

Rangkaian ekuivalen modul fotovoltaik sesuai
gambar diatas dapat dituliskan pada persamaan matematik
sebagai berikut :
=

(2.2)

,
=

(2.3)
Arus nominal yang dibangkitkan modul fotovoltaik
dapat ditentukan menggunakan parameter

dan

dan
dituliskan menurut persamaan berikut:

,
=

,
(2.4)
Besarnya arus yang dibangkitkan modul fotovoltaik
tergantung pada radiasi matahari dan juga dipengaruhi
oleh suhu sesuai dengan persamaan berikut :

=
,
+

(2.5)
Arus saturasi dioda

yang bergantung pada


perubahan temperature dapat dituliskan pada persamaan
berikut :

(2.6)
Dan
,
adalah saturasi arus nominal dengan
persamaan matematis sebagai berikut :

,
=

(2.7)

3
adalah arus saturasi dioda yang nilainya dapat
ditentukan secara acak antara range 1 1,5 dan dipilih
tergantung parameter I-V model.

2.4 Rasio Daya Modul Fotovoltaik
[2]
Rasio daya modul fotovoltaik adalah
perbandingan antara daya keluaran yang menuju ke beban
dengan daya maksimum name plate. Rasio daya dihitung
dengan cara pembagian antara daya keluaran yang menuju
ke beban dengan daya maksimal yang bisa dikeluarkan
oleh modul fotovoltaik. Makin tinggi nilai rasio daya maka
makin baik dan makin efisien kinerja modul fotovoltaik
tersebut. Rasio daya dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :

(2.8)
Dimana

dan

adalah daya keluaran dan


daya maksimum modul fotovoltaik.

2.5 Maksimum Power Point Tracking
(MPPT)
Maximum Power Point Tracker (MPPT) adalah
suatu sistem yang digunakan untuk mencari titik
maksimum dari tegangan dan arus keluaran modul
fotovoltaik sehingga didapat daya keluaran yang maksimal
pada modul fotovoltaik.
Prinsip kerja MPPT adalah dengan mengubah
titik operasi pada kurva karakteristik I-V dari modul surya
dengan menaikkan dan menurunkan tegangan kerja modul
fotovoltaik agar modul fotovoltaik dapat bekerja pada titik
operasi optimal pada kurva karakteristik I-V.

2.6 Konverter Dc-dc
2.6.1 Konverter Dc-dc Tipe Cuk
[4][17][19][25]

Konverter cuk merupakan regulator dc-dc yang
mampu menghasilkan tegangan keluaran lebih besar atau
lebih kecil dari tegangan masukkan. Tetapi tegangan
keluaran dari konverter cuk bersifat inverting atau
berlawanan arah dengan tegangan masukan.
Konverter dc-dc tipe cuk terdiri dari dua induktor
dan dua kapasitor, sebuah saklar (biasanya transistor atau
Mosfet) dan sebuah dioda, secara skematis dapat dilihat
pada Gambar 4 sebagai berikut:

Gambar 4 Rangkaian ekuivalen konverter dc-dc tipe cuk
[12]
Nilai tegangan keluaran konverter cuk dapat
dicari dengan persamaan sebagai berikut :

(2.9)
Ketika dioperasikan sebagai tracker kurva P-V,
besarnya nilai kapasior yang digunakan harus memenuhi
persamaan sebagai berikut :

>

(2.10)
Pada rangkaian konverter cuk memiliki nilai
tegangan ripple yang dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :

(2.11)
Dengan mengasumsikan nilai

pada
rangkaian konverter cuk maka kita dapat memperoleh nilai
kapasitor

.
Agar konverter cuk bekerja di modus CCM, maka
nilai induktansi

dan

rangkaian konverter cuk


harus memenuhi persamaan sebagai berikut

=
()

(2.12)
Sedangkan nilai

dapat ditentukan dengan


persamaan sebagai berikut :

=
()

(2.13)
Dengan D merupakan duty cycle minimum dari
rangkaian konverter cuk, R resistansi beban dan f adalah
frekuensi switching transistor.

2.6.2 Rangkaian Kontrol Konverter DC-
DC
[17]
Metoda rangkaian kontrol konverter dc-dc ini
lebih dikenal dengan istilah modulasi lebar pulsa (Pulse
Width Modulation).
[8]

Gambar 5 Blok fungsional modulasi lebar pulsa
[17]
Siklus kerja (duty cycle,D) didefinisikan sebagai
perbandingan antara waktu saklar on terhadap perioda T
s
.
Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persentase.
Secara matematis definisi tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut :
% 100 x
T
t
D
s
on
= (2.14)

2.7 Logika Fuzzy
[10][11][20]
Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk
memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output,
mempunyai nilai kontinyu. Fuzzy dinyatakan dalam
derajat dari suatu keanggotaan dan derajat dari kebenaran.
Oleh sebab itu sesuatu dapat dikatakan sebagian benar dan
sebagian salah pada waktu yang sama.

2.8 Metode Sugeno
[9][23]

Penalaran dengan metode Sugeno sistem tidak
berupa himpunan fuzzy, melainkan berupa konstanta atau

4
persamaan linear. Metode ini diperkenalkan oleh Takagi-
Sugeno Kang pada tahun 1985.
Pembuatan FIS Sugeno dilakukan melalui tahapan-
tahapan berikut:
a) Menentukan sejumlah aturan-aturan fuzzy
b) Fuzifikasi masukan menggunakan fungsi-fungsi
keanggotaan
c) Mengkombinasikan masukan yang telah
terfuzifikasikan dengan aturan-aturan fuzzy untuk
mendapatkan sebuah rule strength
d) Mendapatkan nilai konsekuen aturan dengan
menggabungkan rule strength dan fungsi
keanggotaan keluaran
e) Defuzifikasi keluaran untuk mendapatkan keluaran
tegas.
III. PERANCANGAN SISTEM
Diagram alir tahap perancangan dan pembuatan
program simulasi Pemodelan Maximum Power Point
Tracking (MPPT) dengan konverter dc-dc tipe cuk
menggunakan metode logika fuzzy pada aplikasi modul
fotovoltaik seperti pada Gambar 6 sebagai berikut :

Gambar 6 Blok diagram alir tahap pembuatan simulasi sistem
Simulasi menggunakan program Matlab 7.8
(R2009a) dengan menggunakan data modul fotovoltaik
dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 1 Data spesifikasi modul fotovoltaik
Performa Elektrik dibawah Standard Test Conditions
(*STC)
Daya Maksimum (P
max
) 135 (5% )
Tegangan Daya Maksimum (V
mpp
) 17.7 V
Arus Daya Maksimum (I
mpp
) 7.63 A
Tegangan Hubung Buka (V
oc
) 22.1 V
Arus Hubung Singkat (I
sc
) 8.37 A
Tegangan Sistem Maksimum 600 V
Koefisien Temperature (V
oc
) -8.0x10
-2
V/
o
C
Koefisien Temperature (I
sc
) 5.02x10
-3
A/
o
C
Jumlah Sel Per modul 36
*STC : Irradiance 1000 W/m
2
, AM1.5 spectrum, Cell Temperature 25
o
C

3.1 Perancangan Simulasi Sistem
Blok diagram perancangan simulasi ini dapat
dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut :

Gambar 7 Blok diagram sistem modul fotovoltaik dengan MPPT
3.2 Pemodelan Modul Fotovoltaik
3.2.1 Perancangan Konverter Dc-dc Tipe
Cuk
Perancangan konverter dc-dc tipe cuk pada tugas
akhir ini memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 2 Data spesifikasi konverter dc-dc tipe cuk
Tegangan Masukkan (

) * 22,1 V
Frekuensi Pemicuan (F) 5000 Hz
Maksimum Voltage Ripple 0,02 %
Duty Cycle 0,4-0,6
Hambatan Awal Beban (R) 6
Arus Keluaran (I
out
)* 1,63 A
Tegangan Keluaran (V
out
)* 17,7 V
Daya Maksimum* (P)* 135 W
* Sesuai dengan spesifikasi data pada tabel 1 pada kondisi STC
Dari perhitungan nilai L
1
, L
2
, C
1
dan C
2,
berdasarkan persamaan 2.10 hingga 2.13 maka didapatkan
nilai L
1
, L
2
, C
1
dan C
2
yang digunakan seperti dalam Tabel
3 berikut
Tabel 3 Data spesifikasi nilai L1, L2, C1 dan C2
Induktor L
1
2000H
Induktor L
2
2000H
Capasitor C
1
30F
Capasitor C
1
2762,5 F
Tampilan dari rangkaian pemodelan konverter
cuk seperti Gambar 8 sebagai berikut :
Gambar 8 Pemodelan konverter dc-dc tipe cuk
Pemodelan blok rangkaian kontrol konverter cuk
dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai berikut:

Gambar 9 Pemodelan rangkaian kontrol konverter dc-dc cuk



5
3.2.2 Logika Fuzzy untuk Penentuan
Tegangan Referensi Duty Cycle
Diagram alir dari logika fuzzy untuk penentuan
tegangan referensi duty cycle dapat dilihat pada Gambar 10
sebagai berikut:

Gambar 10 Flow chart logika fuzzy rangkaian kontrol
Fungsi keanggotan dari tegangan, arus, dan
tegangan referensi duty cycle dapat dilihat pada gambar
11,12 dan 13 sebagai berikut :

Gambar 11 Fungsi keanggotaan tegangan

Gambar 12 Fungsi keanggotaan arus

Gambar 13 Fungsi keanggotaan tegangan referensi duty cycle
Aturan untuk penentuan tegangan referensi duty
cycle dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4 Aturan untuk penentuan tegangan referensi duty cycle

3.2.3 Pemodelan Sistem Modul Fotovoltaik

Pemodelan modul fotovoltaik dengan Maximum
Power Point Tracking (MPPT) dapat dilihat pada Gambar
14 sebagai berikut :

Gambar 14 Pemodelan sistem modul fotovoltaik dengan MPPT

IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS
4.1 Hasil Pengujian Pemodelan Modul
Fotovoltaik dengan Variasi Radiasi,dan
Suhu
Hasil pengujian pemodelan modul fotovoltaik
dengan variasi radiasi,dan suhu dapat dilihat pada grafik
tegangan, arus, dan daya keluaran pada Gambar 15
berikut:

Gambar 15 Grafik arus, tegangan dan daya keluaran modul
fotovoltaik pada resistansi beban 10 dengan variasi suhu dan
radiasi
Pada Gambar 15, Pemodelan menggunakan nilai
resistansi beban 10 , dan didapatkan nilai yang arus,
tegangan dan daya keluaran modul fotovoltaik pada
kondisi radiasi 600 W/m
2
dan Suhu 22
o
C dengan nilai arus
sebesar 2,08 A, tegangan sebesar 20,81 V dan daya sebesar
43,32 Watt. Saat kondisi radiasi naik menjadi 1200 W/m
2
dan Suhu 38
o
C nilai arus yang dihasilkan sebesar 2,06 A,
tegangan sebesar 20,54 V dan daya sebesar 42,18 Watt.
Saat kondisi radiasi turun menjadi 1000 W/m
2
dan Suhu
30
o
C, nilai arus yang dihasilkan sebesar 2,10 A, tegangan
sebesar 20,93 V dan daya sebesar 43,80 Watt.

6

Gambar 16 Grafik arus, tegangan dan daya keluaran modul fotovoltaik
setelah pemasangan MPPT pada resistansi beban 10 dengan variasi
suhu dan radiasi
Gambar 16 diatas merupakan grafik hasil
pemodelan modul fotovoltaik setelah pemasangan MPPT.
Pemodelan tersebut menggunakan nilai resistansi beban 10
, dan didapatkan nilai yang arus, tegangan dan daya
keluaran modul fotovoltaik pada kondisi radiasi 600 W/m
2
dan suhu 22
o
C dengan nilai arus sebesar 2,31 A, tegangan
sebesar 23,06 V dan daya sebesar 53,18 Watt dengan duty
cycle sebesar 0,662. Saat kondisi radiasi naik menjadi
1200 W/m
2
dan suhu 38
o
C, nilai arus yang dihasilkan
sebesar 3,59 A, tegangan sebesar 35,87 V dan daya sebesar
128,69 Watt dengan duty cycle sebesar 0,68. Saat kondisi
radiasi turun menjadi 1000 W/m
2
dan suhu 30
o
C, nilai arus
yang dihasilkan sebesar 3,53 A, tegangan 35,35 sebesar
20,93 V dan daya sebesar 124,94 Watt dengan duty cycle
sebesar 0,664.
Selisih kenaikan daya sebelum dan setelah
pemasangan MPPT pada resistansi yang sama adalah
17,49 Watt saat kondisi radiasi 600 W/m
2
dan suhu 22
o
C,
49,94 Watt saat kondisi radiasi 1000 W/m
2
dan suhu 30
o
C,
dan 42,79 Watt saat kondisi radiasi 1200 W/m
2
dan suhu
38
o
C.

4.2 Pengaruh Perubahan Resistansi Beban
Terhadap Tegangan, Arus dan Daya
Keluaran Modul Fotovoltaik Sebelum
dan Setelah Pemasangan MPPT
Data hasil pemodelan modul fotovoltaik terhadap
perubahan nilai resistansi beban (R Beban) radiasi, dan
suhu dapat kita lihat seperti yang tertera pada Gambar 17
sebagai berikut.

Gambar 17 Grafik daya keluaran modul fotovoltaik sebelum pemasangan
MPPT dengan variasi radiasi, suhu dan resitansi beban

Berdasarkan Gambar 17, daya tertinggi yang
dapat dicapai dari pemodelan modul fotovoltaik sebelum
pemasangan MPPT dengan variasi radiasi, suhu dan
resistansi beban adalah 149,68 Watt pada resistansi beban
bernilai 2 saat radiasi 1200 W/m
2
dan suhu 38
o
C.
sedangkan nilai daya terendah adalah 4,47 Watt pada
resistansi beban bernilai 100 saat radiasi 1200 W/m
2
dan
suhu 38
o
C. Data-data pemodelan modul fotovoltaik setelah
pemasangan MPPT dengan variasi suhu radiasi dan
resistansi beban dapat dilihat pada Gambar sebagai 18
berikut :


Gambar 18 Grafik daya keluaran modul fotovoltaik setelah pemasangan
MPPT dengan variasi suhu, radiasi dan resistansi beban
Berdasarkan Gambar 18 pada setiap nilai
resistansi beban grafik nilai duty cycle dapat dilihat pada
Gambar 19 berikut

Gambar 19 Grafik duty cycle modul fotovoltaik setelah pemasangan
MPPT dengan variasi radiasi, suhu dan resistansi beban
Dari Gambar 19, daya tertinggi yang dapat
dicapai dari pemodelan pemodelan modul fotovoltaik
setelah pemasangan MPPT adalah 146,49 Watt pada
resistansi beban bernilai 5 saat radiasi 1200 W/m
2
dan
suhu 38
o
C dengan duty cycle sebasar 0,6. Sedangkan nilai
daya terendah adalah 24,21 Watt pada resistansi beban
bernilai 100 saat radiasi 1200 W/m
2
dan suhu 38
o
C
dengan duty cycle sebasar 0,70. Dari Gambar 19, duty
cycle yang dihasilkan dari rangkaian kontrol memiliki nilai
yang saling mendekati untuk setiap perubahan kondisi
radiasi.

4.3 Analisa Rasio Daya Modul Fotovoltaik
dengan Variasi Radiasi dan Suhu
Rasio daya modul fotovoltaik sebelum
pemasangan MPPT dan modul fotovoltaik setelah MPPT
pada kondisi perubahan radiasi dapat kita lihat pada
Gambar 20 sebagai berikut

7

Gambar 20 Grafik rasio daya modul fotovoltaik dengan kondisi
perubahan radiasi matahari
Dari Gambar 20 terlihat bahwa setelah
pemasangan perangkat Maximum Power Point Tracking
(MPPT) nilai rasio daya dari modul fotovoltaik terjadi
peningkatan berkisar antara 18% hingga 35%. Rasio daya
tertinggi terjadi pada saat radiasi matahari 1000 W/m
2

sebesar 78,63% dengan selisih rasio daya sebesar 33,89%
dibanding daya keluaran modul fotovoltaik tanpa MPPT.
Rasio daya yang dihasilkan dengan penambahan perangkat
MPPT pada setiap perubahan radiasi matahari dari interval
1300-600 W/m
2
sebesar 73,56% dengan kenaikan rasio
daya sebesar 27,44% dibandingkan dengan daya keluaran
modul fotovoltaik sebelum pemasangan perangkat MPPT.
Rasio daya pada setiap kondisi perubahan suhu
dari interval 18
o
C hingga 46
o
C. Rasio daya modul
fotovoltaik sebelum pemasangan MPPT dan modul
fotovoltaik setelah MPPT pada kondisi perubahan suhu
dapat kita lihat pada Gambar 21 sebagai berikut:


Gambar 21 Grafik rasio daya modul fotovoltaik dengan kondisi
perubahan suhu
Dari Gambar 21 terlihat bahwa setelah
pemasangan perangkat Maximum Power Point Tracking
(MPPT) nilai rasio daya dari modul fotovoltaik meningkat
berkisar antara 30% hingga 36%. Rasio daya tertinggi
terjadi pada saat suhu 46
o
C sebesar 80,09% dengan selisih
rasio daya sebesar 36,02% dibandingkan daya keluaran
modul fotovoltaik tanpa MPPT pada suhu yang sama.
Rasio daya yang dihasilkan dengan penambahan perangkat
MPPT pada setiap perubahan suhu dari interval 18
o
C-46
o
C
sebesar 79,18% dengan kenaikan rasio daya sebesar
32,09% dibandingkan dengan daya keluaran modul
fotovoltaik sebelum pemasangan perangkat MPPT.
Apabila radiasi dan suhu berubah secara
bersamaan maka nilai dari pengujian pemodelan modul
fotovoltaik sebelum pemasangan MPPT dan modul
fotovoltaik setelah pemasangan MPPT ini dapat kita lihat
pada Gambar 22 sebagai berikut:

Gambar 22 Grafik rasio daya modul fotovoltaik dengan kondisi
perubahan radiasi dan suhu
Dari Gambar 22 terlihat bahwa dengan penambahan
perangkat Maximum Power Point Tracking (MPPT) nilai
rasio daya dari modul fotovoltaik terjadi peningkatan
berkisar antara 17,92% hingga 35%. Rasio daya tertinggi
terjadi pada saat 1000 W/m
2
dan suhu 30
o
C sebesar
79,069% dengan selisih rasio daya sebesar 34,609%
dibandingkan daya keluaran modul fotovoltaik tanpa
MPPT. Rasio Daya yang dihasilkan dengan penambahan
perangkat MPPT pada setiap perubahan radiasi matahari
dan suhu sebesar 76,49% dengan kenaikan rasio daya
sebesar 29,54% dibandingkan dengan daya keluaran
modul fotovoltaik sebelum pemasangan perangkat MPPT.
Perangkat Maximum Power Point Tracking (MPPT)
mampu meningkatkan dan mempertahankan daya keluaran
modul fotovoltaik mendekati titik maksimum dengan cara
mengatur duty cycle menggunakan logika fuzzy.

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Titik operasi maksimum modul fotovoltaik
dipengaruhi oleh radiasi, suhu dan nilai resistansi
beban yang terpasang pada terminal keluaran modul
fotovoltaik.
2. Perangkat Maximum Power Point Tracking
(MPPT) dengan konverter dc-dc tipe cuk
menggunakan logika fuzzy dapat digunakan untuk
mencari titik operasi maksimum modul fotovoltaik
sehingga dapat meningkatkan rasio daya keluaran
modul fotovoltaik pada variasi suhu dan radiasi.
Kenaikan rasio daya pada variasi suhu dan radiasi
adalah sebagai berikut:
a. Rasio daya tertinggi modul fotovoltaik setelah
pemasangan MPPT dengan variasi nilai
radiasi matahari adalah 78,63 % saat radiasi
matahari 1000 W/m
2
dengan peningkatan
sebesar 33,89% dibandingkan modul
fotovoltaik tanpa MPPT.

8
b. Rasio daya tertinggi modul fotovoltaik setelah
pemasangan MPPT dengan variasi suhu
adalah 80,09 % saat suhu 46
o
C dengan
peningkatan sebesar 36,02% dibandingkan
modul fotovoltaik tanpa MPPT pada suhu
yang sama.
c. Rasio daya tertinggi modul fotovoltaik setelah
pemasangan MPPT dengan variasi radiasi dan
suhu adalah 79,069 % saat radiasi 1000 W/m
2

dan suhu 30
o
C dengan peningkatan sebesar
34,609% dibandingkan modul fotovoltaik
tanpa MPPT pada radiasi dan suhu yang sama.
3. Pemasangan perangkat MPPT pada modul
fotovoltaik dapat meningkatkan rasio daya
dengan kenaikan rata-rata 29,69% dibandingkan
sebelum pemasangan MPPT.

5.2 Saran
1. Perlu dikembangkan lebih lanjut untuk perancangan
Perangkat Maksimum Power Point Tracking
(MPPT) menggunakan metode logika yang lain
misalnya metode logika fuzzy type 2, Adaptif
Neuro Fuzzy Interference System (ANFIS), dan
kombinasi beberapa metode (Hybrid).
2. Dapat dikembangkan Pemodelan sistem Fotovoltaik
dengan Maximum Power Point Tracking (MPPT)
yang terhubung dengan jaringan listrik PLN
menggunakan inverter.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Amin, Rahardjo, dkk, Optimalisasi Pemanfaatan
Sel Surya Pada Bangunan Komersial Secara
Terintegrasi Sebagai Bangunan Hemat Energi,
Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Universitas
Lampung, 2008.
[2] Aprian, Farhan, Perancangan Stand Alone PV
System Dengan Maksimum Power Point Tracker
(MPPT) Menggunakan Metode Modified Hill
Climbing, Proceeding Seminar Tugas Akhir,
Institute Teknologi Sepuluh November, Surabaya,
Juni 2010.
[3] Chung-Yuen Won, Duk-Hoen Kim, Sei-Chan Kim,
Won-Sam Kim and Hack-sung Kim A New
Maximum Power Point Tracker Of Photovoltaik
Arrays using Fuzzy Controller, Sung Kyun Kwan
University, November 17, 2008.
[4] Darmawan, Dianggoro, Perancangan Maximum
Power Point Tracker (MPPT) Untuk Panel Surya
Menggunakan Konverter Cuk Dengan Metode Hill
Climbing, Jurusan Teknik Elektro Institut Sepuluh
November Surabaya.
[5] Dunlop, James P., Batteries and Charge Control in
Stand-Alone Photovoltaic System Fundamentals
and Application, Florida Solar Energy Center,
1997.
[6] Eric Anderson, Chris Dohan, Aaron Sikora, Solar
Panel Peak Power Tracking System,Worcester
Polytechnic Institute,2003.
[7] Ina, Duka, High Frequency DC/DC Boost
Converter, Worcester Polytechnic Institute, April
2011.
[8] Jacob Milman and christos C Halkias, Integrated
Electronics (Terjemahan), Erlangga, Jakarta,1997.
[9] Jang, J.-S.R., C.-T.Sun and E. Mizutani, Neurro-
Fuzzy and soft computing, Computer Science
Department, Tsing Hua University,Taiwan.
[10] Kurniawan Unggul Dzackiy, Tugas Akhir :
Optimasi Penempatan Kapasitor Menggunakan
Logika Fuzzy dan Algoritma Genetika Pada
Sistem,Universitas Diponegoro,2012.
[11] Kusumadewi, Sri,Analisa Desain Sistem Fuzzy
Menggunakan Tool Box Matlab, Jogjakarta:
Graha Ilmu, 2002.
[12] Marcelo Gradella Villava, Jonas Rafael Gazoli and
Ernesto Ruppert Filho, Modeling and Circuit Based
Simulation Of Photovoltaic Array, Brazilian
Journal of Power Electronic vol-14 no 1,
Brazil,2009.
[13] Marcelo Gradella Villava, Jonas Rafael Gazoli and
Ernesto Ruppert Filho, Comprehensive Approach
to Modeling and Simulation of Photovoltaic Arrays,
IEEE Transactions on Power Electronics, Vol 24,,
No 5, May 2009.
[14] Moertini Veronica S, Energi Baru dan Terbarukan
(EBT) : Kajian Potensi Dan Teknologi
Konversinya, SIGMA, Vol 5, No 1, Januari 2002.
[15] Moubayed Nazih, El-Ali Ali, dan Outbib Rachid, A
Comparison of Two MPPT Techniques For PV
System, WSEAS Transactions on Evironment and
Development,Issue 12,Volume 5, December 2009.
[16] M. G. Villalva, J. R. Gazoli, E. Ruppert F,
Modeling and Circuit-Based Simulation Of Phot
voltaic Arrays.University Of Campus-UNICAMP,
Brazil, 2009.
[17] Rashid, M , Power Electronics Circuit, Device, and
Aplication 2
nd
, Prentice-Hall International Inc,
1988.
[18] Salam, Dr Zainal,Power Electronics and
Drives(version 2),Pdfheart.com,
[19] Simonetti, D.S.L, J. Sebastian, F.S Dos Reis dan
J.Uceda,Desaign Criteria For Sepic and Cuk
Converters as Power Factor Preregulators in
Discontinous Conduction Mode, Universidad
Politecnica de Madrid, April 12, 2009.
[20] Sivanandam, S. N. Dkk. 2007. Introduction to
Fuzzy Logic using MATLAB. India: Springer-
Verlag Berlin Heidelberg
[21] Suhono, Inventarisasi Permasalahan Pada Instalasi
Solar Home System di Wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta, Universitas Gajah Mada,2009.
[22] Surojo, Ashari Mochammad, dan Purnomo
Mauridhi Heri, Desain dan Simulasi Maximum
Power Point Tracking (MPPT) Sel Surya
Menggunakan Fuzzy Logic Control Untuk Kontrol
Boost Konverter, 7th Basic Science National
Seminar Proceeding, Malang, 2010.
[23] Users Guide Version 2, Fuzzy Logic Toolbox For
Use With Matlab, January 10,1995
[24] Zeida Zeidane Bouna Ould, Contribution to the
study of the grid connected photovoltaic system,
Universite De Batna, 2006.
[25] Users Guide Version 2, Fuzzy Logic Toolbox For
Use With Matlab, January 10,1995
[26] http://www.wikipedia.com/uk_converter

9
[27] http://www.panelsurya.com/index.php/id/panel-
surya-solar-cells/
[28] http://teknologisurya.files.wordpress.com/2011/09/s
olar-insolation-nasa
[29] http://rifkymedia.wordpress.com/2009/11/13/bagai
mana-cara-kerja-solar-cell/

BIODATA PENULIS

Singgih Kurniawan lahir di
Pringsewu pada 9 Januari 1990.
Saat ini sedang menempuh
pendidikan tinggi di Jurusan
Teknik Elektro Universitas
Diponegoro. Konsentrasi
Energi Listrik.


Semarang, September 2012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I



Ir. Yuningtyastuti, MT,
NIP. 19520926 198303 2 001

Dosen Pembimbing II



Susatyo Handoko, ST., MT.
NIP. 19730526 200012 1 001

Anda mungkin juga menyukai