Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan
kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan
keadaan tersebut membuat pembangunan infrastruktur kota digiatkan. Berbagai
proses pembangunan infrastruktur kota dibangun untuk semakin menunjang
kegiatan di dalam perkotaan tersebut. Kebutuhan akan pembangunan infrastruktur
seringkali terbentur terbatasnya ketersediaan lahan menyebabkan terjadinya tarik
ulur berbagai kepentingan. Konsekuensi logis atas keadaan tersebut adalah
semakin sempitnya lahan kota yang tersisa untuk kawasan ruang terbuka hijau.
Dalam kondisi tersebut sering kali kota tetap dituntut untuk dapat memberikan
kenyamanan bagi masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan tata kota ruang
terbuka hijau dapat dimaksimalkan untuk mengatasi berbagai masalah dan
tuntutan yang ada pada lingkungan wilayah perkotaan untuk meningkatkan
kenyamanan bagi masyarakatnya.
Keberadaan ruang terbuka hijau di Kota Cirebon belum memadai sesuai
dengan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), saat ini menurut data
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Cirebon luas
Ruang Terbuka Hijau di Kota Cirebon mencapai 9% dari luas wilayah yang ada.
Hal ini masih jauh dari rencana Pemerintah Kota Cirebon yang tertuang dalam
Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang menargetkan alokasi ruang terbuka hijau
mencapai 20% sesuai dengan Perda RTRW.
Keberadaan lahan yang terbatas menyebabkan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) harus memiliki komposisi jenis yang sesuai dengan fungsi dan penggunaan
lahan agar keberadaan RTH tersebut dapat optimal. Pemilihan jenis pohon
penyusun RTH merupakan salah satu komponen yang penting dalam perencanaan
pengembangan ruang terbuka hijau. Seringkali aspek pemilihan jenis terkesan
diabaikan dan tidak didukung dengan kajian yang mendalam. Aspek pemilihan
jenis merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam pembangunan RTH
2

perkotaan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan analisis kesesuaian jenis pohon
penyusun RTH untuk dapat melihat tingkat kesesuaian jenis pohon pada RTH.
Jenis vegetasi yang ada harus dapat mengatasi segala permasalahan pada tipe
RTH terebut dan mampu bertahan serta tumbuh dengan baik dengan kondisi di
kawasan tempat tumbuhnya.
Menurut Miller (1997) pemilihan jenis dapat dilakukan dengan mengkaji
faktor budaya, faktor lingkungan, faktor ekonomi dan faktor sosial masyarakat.
Sedangkan menurut Irwan (2005) pemilihan jenis vegetasi sangat tergantung
fungsi kawasan tersebut, yaitu fungsi holtikultura dan fungsi fisik. Dilihat dari
berbagai faktor di atas dapat dijadikan sebagai dasar dilakukannya analisis
kesesuaian jenis dengan memperhatikan berbagai faktor penyusun RTH seperti
fungsi vegetasi, penggunaan lahan, faktor budaya, faktor sosial masyarakat dan
faktor fisik atau morfologi vegetasi pada RTH yang ada di Kota Cirebon.
Kota Cirebon sebagai kawasan jalur utama menuju ibukota Jakarta dan
perbatasan antara Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah menyebabkan kota ini
merupakan kota yang memiliki mobilitas yang tinggi sehingga Kota Cirebon
menjadi kawasan yang ideal untuk perkembangan perdagangan dan jasa. Saat ini
menurut data BAPPEDA, Pemerintah Kota Cirebon membagi bagian wilayah
Kota Cirebon meliputi 45,40% untuk perumahan/pemukiman (1.716 Ha), tanah
pertanian sebesar 10,63% (405 Ha), perdagangan dan jasa sebesar 32,25% (1.343
Ha) dan pesisir/kelautan sebesar 9,08% (346 Ha). Berdasarkan pembagian tata
guna lahan tersebut kawasan Kota Cirebon padat dengan kawasan perdagangan
dan jasa sebesar 1.343 Ha dialokasikan untuk kawasan tersebut. Konsekuensi
dengan semakin padatnya kawasan perdagangan dan jasa akan berakibat pada
peningkatan polusi pencemaran terutama di jalan-jalan yang merupakan kawasan
perdagangan dan jasa tersebut, hal ini dapat berakibat menurunnya tingkat
kenyamanan masyarakat Kota Cirebon. Selain peningkatan polusi dan
pencemaran keberadaan kawasan perdagangan dan jasa berimbas pada kepadatan
lalu lintas dan tingkat kebisingan pada jalan tersebut.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dapat ditempatkan RTH jalur
hijau sepanjang kawasan perdagangan dan jasa. Menurut Rencana Program Tata
3

Ruang Kota Cirebon saat ini dalam jangka pendek akan dibangun berbagai
kawasan perdagangan dan jasa yang meliputi jalan-jalan utama di Kota Cirebon,
yaitu: Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo, Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, Jalan
Kartini, Jalan Siliwangi, Jalan Tentara Pelajar dan Jalan Sudirman. Pembangunan
kawasan perdagangan dan jasa saat ini sudah digiatkan dengan tujuan untuk
mencapai Kota Cirebon yang metropolitan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini
mencoba menganalisis kesesuaian jenis pohon penyusun pada jalur hijau jalan
kawasan perdagangan dan jasa di Kota Cirebon. Diharapkan dengan mengetahui
kesesuaian jenis pohon pada jalur hijau sepanjang jalan kawasan perdagangan dan
jasa, pemerintah dapat mengoptimalkan jenis-jenis pohon yang sesuai dan dapat
menambah kenyamanan masyarakat Kota Cirebon dalam melakukan transaksi
perdagangan dan jasa serta dapat dijadikan sebagai acuan maupun bahan
pertimbangan dalam pengembangan RTH di Kota Cirebon

1.2 Perumusan Masalah
Setiap kota membutuhkan kawasan yang diperuntukan untuk ruang
terbuka hijau untuk meningkatkan kualitas hidup di lingkungan perkotaan.
Keterbatasan lahan yang semakin berkurang tentu menyebabkan keberadaan hutan
kota semakin terdesak. Berawal dari hal tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan
penelitian, berupa :
Bagaimana cara mengoptimalkan lahan yang terbatas untuk pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau ?
Pertanyaan tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan analisis
kesesuaian jenis penyusun pada RTH. Optimalisasai RTH pada ruang yang
semakin sempit yaitu diwujudkan dengan pemilihan jenis yang sesuai dengan
fungsi lahan dan penggunaanya. Dengan menempatkan jenis-jenis yang sesuai
diharapkan keberadaan RTH kian memberi dampak nyata bagi masyarakat. Dapat
kita bayangkan apabila ruang yang sempit tersebut ditempati oleh jenis-jenis yang
tidak sesuai maka keberadaan RTH tidak berfungsi secara optimal.
Keberadaan Kota Cirebon yang strategis sebagai perbatasan antara
propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadikannya sebagai pusat perdagangan
4

dan jasa untuk wilayah disekitarnya. Kota Cirebon telah menetapkan beberapa
ruas jalan yang dijadikan sebagai kawasan perdagangan dan jasa yang terintegrasi.
Dengan meningkatnya kegiatan perdagangan dan jasa akan berimbas pada
peningkatan kepadatan lalu lintas, kemacetan, polusi dan kebisingan yang dapat
mengganggu aktivitas perdagangan dan jasa serta kenyamanan masyarakat.
Pengembangan jalur hijau jalan dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang ditumbulkan oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Jalur hijau
jalan diharapkan memiliki kemampuan untuk menyerap polutan yang dihasilkan
kendaraan bermotor dan pabrik, meyerap debu, meredam
kebisingan akibat aktivitas lalu lintas atau aktivitas perdagangan dan jasa, sebagai
peneduh bagi pejalan kaki, sebagai penahan dan pemecah angin, menambah nilai
estetika dan sebagai identitas kota yang memiliki nilai filosofis atau budaya
sehingga dapat menambah kenyamanan kegiatan perdagangan dan jasa serta
masyarakat sebagai pengguna jalan. Hanya saja keberadaan pohon penyusun jalur
hijau jalan belum didasarkan pada fungsinya hanya sebatas anjuran penanaman
dan penanaman mandiri oleh pihak swasta pemilik ruang usaha perdagangan atau
jasa tersebut. Hal ini menyebabkan kemungkinan terdapat jenis-jenis yang tidak
sesuai dengan fungsinya untuk jalur hijau jalan kawasan perdagangan dan jasa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi jenis-jenis pohon penyusun
jalur hijau jalan di kawasan tepi jalan perdagangan dan jasa di Kota Cirebon
apakah sudah sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Penelitian dilakukan dengan
menilai kenampakan fisik tanaman apakah tanaman tersebut berperan dalam
sebagai penyerap polutan/debu, peredam kebisingan, penahan angin, peneduh
bagi pejalan kaki, atau berperan sebagai penambah nilai estetika. Penilaian
dilakukan dengan pengamatan terhadap kenampakan fisik pohon dari tajuk
sampai akar pohon yang mencakup kenampakan tajuk, kenampakan bunga, buah,
daun, batang dan jenis akar. Selain itu apakah tanaman tersebut memiliki nilai
filosofis atau budaya yang dapat dijadikan sebagai identitas kota tersebut.


5

Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan masalah yang harus
dijawab dalam penelitian ini, berupa:
1. Bagaimanakah jenis-jenis pohon penyusun RTH jalur hijau jalan pada
kawasan perdagangan dan jasa di Kota Cirebon?
2. Apakah pohon penyusun RTH jalur hijau jalan pada kawasan perdagangan
dan jasa di Kota Cirebon telah sesuai dengan fungsinya?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui komposisi jenis dan fungsi pohon penyusun jalur hijau jalan di
sepanjang tepi jalan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Cirebon.
2. Mengetahui tingkat kesesuaian jenis pohon penyusun di jalur hijau jalan di
sepanjang tepi jalan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Cirebon.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penataan tanaman penyusun jalur hijau jalan pada kawasan perdagangan
dan jasa di Kota Cirebon.
2. Informasi kepada masyarakat mengenai fungsi pohon penyusun jalur hijau
jalan yang sesuai untuk tepi jalan pada kawasan penelitian.
3. Sebagai bahan acuan yang berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai
RTH jalur hijau jalan khususnya di Kota Cirebon.
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembangunan kota
khusunya pengembangan RTH.
5. Untuk pengembangan ilmu pendidikan dan teknologi (IPTEK) dalam hal
RTH jalur hijau jalan.

Anda mungkin juga menyukai