THE EFFECTIVENESS OF ANTI-CORRUPTION POLICY What has worked, what hasnt, and what we dont know
Dalam buku The effectiveness of anti-corruption policy : What has worked, what hasnt, and what we dont know ini membahas mengenai cara yang paling efektif dalam penanganan kasus korupsi yaitu melalui program monitoring dan insentif (monitoring and incentives programmes) serta program yang mengubah aturan sistem (programmes that change the rules of the system).
Penerapan program monitoring dan insentif ini didasarkan pada model principal-agent. Principal yang dimaksud disini adalah para pembuat kebijakan di level atas pemerintahan yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan agent adalah para birokrat atau pelaksana di pemerintahan untuk membantu mewujudkan tujuan tersebut. Dalam prakteknya terkadang seorang agent juga mempunyai kepentingan lain diluar kewajibannya untuk melaksanakan tugas yang diberikan principal. Kepentingan lain disini dapat berupa keinginan agent untuk mendapatkan penghasilan tambahan selain gaji yang sudah didapatnya. Dalam kondisi seperti ini cukup sulit bagi principal untuk bisa mengetahui apakan agent tersebut masih berada di jalur pencapaian tujuan bersama atau tidak. Maka dari itu, kebijakan yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan pengawasan/pemantauan terhadap kinerja agent dan/atau memberikan insentif (finansial dan/atau non-finansial) bagi agent. Hal ini dimaksudkan agar agent senantiasa fokus dan loyal dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan principal, bukan berfokus pada kepentingan agent itu sendiri. Sementara itu, penerapan program yang mengubah aturan sistem memberlakukan keadaan dimana program monitoring dan insentif ini tidak berjalan dengan baik mengingat antara principal dan agent masing-masing mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda. Dari pihak principal akan sulit untuk selalu mengawasi kinerja agent, sedangkan pihak agent akan berusaha mencari cara untuk menghindari/mengakali aturan yang sudah dibuat. Oleh karena itu, bentuk kebijakan yang bisa diambil adalah dengan mengubah salah satu aspek dari sistem pemerintahan itu sendiri.
Tanggapan : Implementasi kebijakan anti-korupsi di Indonesia saat ini pun bisa dikatakan sudah berjalan cukup baik. Hal ini bisa dilihat salah satunya dengan digulirkannya reformasi birokrasi yang diamanatkan kepada Kementerian Keuangan (dulu Departemen Keuangan) yang sudah dimulai sejak tahun 2007. Pada dasarnya, reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan yang mencakup penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan peningkatan manajemen sumber daya manusia (SDM) ini bertujuan untuk menciptakan suatu pelayanan prima (excellent service) kepada publik. Namun, tidak bisa dipungkiri juga bahwa adanya reformasi birokrasi ini juga sebagai wadah untuk memperbaiki citra Kementerian Keuangan di mata masyarakat luas ke arah yang lebih positif. Program remunerasi sebagai salah satu kebijakan dalam reformasi birokrasi ini pun secara tidak langsung merupakan langkah pencegahan tindakan korupsi melalui pemberian insentif atau tambahan penghasilan secara financial kepada pegawai Kementerian Keuangan. Selain program remunerasi, juga dikenal sistem whistle blower sebagai salah satu langkah pengawasan (monitoring), sekaligus untuk mencegah dan mengingatkan antarpegawai agar jangan sampai melakukan tindakan korupsi. Meskipun program-program ini belum dapat menghasilkan suatu bentuk kinerja yang benar-benar bersih, paling tidak ini merupakan sinyal positif bagi sistem kepemerintahan di Indonesia. Sudah ada kesadaran akan bahaya domino yang ditimbulkan oleh korupsi sehingga program kebijakan anti-korupsi ini dimasukkan ke dalam kebijakan strategis instansi pemerintahan. Dalam konteks pengawasan internal, di setiap instansi pemerintahan pasti terdapat unit pengendali internal seperti Inspektorat Jenderal. Ada juga unit pengendali dan pengawasan eksternal pemerintahan seperti BPK dan BPKP. Selain itu, ada juga KPK sebagai lembaga independen yang diberi wewenang untuk mengungkap dan memberantas korupsi di Indonesia. Berkat kinerja KPK, puluhan bahkan ratusan kasus korupsi berhasil diungkap tanpa pandang bulu siapa pelakunya, mulai dari politikus sampai ketua lembaga negara pun tidak luput dari pengungkapan KPK. Saat ini, sebagian besar rakyat Indonesia menaruh harapan besar pada KPK agar senantiasa menjaga integritasnya dalam mengungkap berbagai kasus korupsi yang ada. Rakyat Indonesia pasti sangat mengapresiasi kinerja KPK sampai sejauh ini tetapi sayangnya harus kembali gigit jari ketika ending dari perburuan KPK ini masuk ke dalam wilayah peradilan dan berakhir antiklimaks. Fakta dari beberapa kasus korupsi yang ternyata hanya berakhir dengan vonis hukuman ringan cukup membuat masyarakat geram bahwa penegakan hukum di negeri ini pun sudah tidak bisa diandalkan. Kita semua tahu bahwa korupsi akan menimbulkan efek buruk bukan hanya dalam tatanan negara melainkan juga ekonomi, politik, serta masyarakat. Adanya korupsi membuat ketidakadilan dimana-mana. Sebagai contoh dana yang seharusnya bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, peningkatan fasilitas kesehatan dan pendidikan, menjadi tidak jelas penggunaannya akibat dikorupsi oleh kelompok tertentu yang berada dalam pusaran tersebut. Harus diakui juga bahwa pengungkapan kasus korupsi itu tidaklah mudah. Pada umumnya korupsi dilaksanakan secara terstruktur, baik individu maupun berkelompok, serta secara diam- diam dan rahasia. Tidak semua pelaku korupsi akan langsung mengaku bahwa dirinya terlibat dikarenakan adanya ketakutan terhadap ancaman hukuman yang akan diterima jika benar-benar terbukti bersalah. Maka dari itu, dibutuhkan suatu proses panjang sampai kasus korupsi tersebut dapat terungkap. Beberapa tindakan yang dapat diambil agar upaya penegakan dan pemberantasan korupsi ini dapat berjalan secara efektif adalah : 1. Program monitoring dan insentif harus dikombinasikan. Sebagaimana sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa program monitoring dan insentif bisa dijadikan salah satu upaya efektif penegakan dan pemberantasan korupsi dengan model principal-agent. Untuk menjadikan upaya ini berhasil, maka antara monitoring dan pemberian insentif harus dilakukan secara sinergi dan berkelanjutan. Monitoring agar kinerja pegawai dapat selalu dikontrol serta insentif lebih sebagai pendorong agar pegawai semakin giat dan fokus bekerja tanpa harus memikirkan upaya mencari penghasilan tambahan melalui cara yang tidak seharusnya.
2. Meningkatkan upaya penerapan strategi anti-korupsi yang merubah aturan/sistem. Contoh implementasinya pada proses pengadaan barang dan jasa. Sekarang sudah dikembangkan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik sehingga meminimalisasi pihak-pihak yang terlibat untuk saling bertatap muka. Melalui proses elektronik ini diharapkan tidak akan terjadi praktik korupsi dikarenakan semuanya melalui proses yang sudah terkomputerisasi.
3. Media bisa menjadi sarana penegakan anti-korupsi yang ampuh. Media memegang peranan yang sangat besar dalam upaya pengungkapan korupsi selama ini. Semua kasus korupsi yang berhasil diungkap oleh KPK, mulai dari awal sampai akhir tidak luput dari perhatian media baik itu media cetak maupun elektronik. Misalnya dalam kasus Angelina Sondakh. Bukan hanya sang tersangka koruptor yang mendapat sanksi pidana dan sosial dari masyarakat, melainkan partai politik yang mengusungnya pun juga terkena imbasnya. Terbukti berdasarkan hasil quick count yang lalu perolehan suara partai politik tersebut maupun para kadernya mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan pemilu sebelumnya. Dengan kata lain, secara tidak langsung media juga ikut berperan dalam membuat masyarakat Indonesia untuk berpikir lebih cermat dalam menentukan siapa yang akan menduduki kursi pemerintahan negeri ini ke depannya.
4. Adanya penegakan hukum yang tegas. Penegakan hukum yang tegas dengan memberikan hukuman yang sangat berat kepada koruptor sangat diidamkan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Bagaimana negara ini bisa bersih dari korupsi jika para aparat penegak hukumnya saja lemah dalam memberikan vonis hukuman yang setimpal bagi para pelakunya. Padahal dengan penegakan hukum yang tegas ini diharapkan dapat memberikan efek jera bagi para koruptor serta menjadi peringatan dan upaya pencegahan bagi masyarakat lainnya agar tidak melakukan tindakan korupsi.