Anda di halaman 1dari 30

KISI - KISI SOAL UAS PPU

Pengertian Pencemaran udara, sumber dan cara mengatasinnya.


Pencemaran udara adalah masuknya ataudimasukkannya zat, energi, dan/ataukomponen lainnya ke dalam
udara ambien olehkegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu
yangmenyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Pencemaran dapat di artikan juga sebagai masuknya atau tercampurnya unsur unsur berbahaya ke
dalam atmosfer yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara
umum menurunkan kualitas lingkungan.
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan / atau komponen lain ke
dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.

Jenis Pencemaran Udara
Sumber Titik
Sumber titik merupakan sumber diam yang hanya berasal dari satu titik, misalnya dari satu cerobong
asap pada satu pabrik. Emisi dari sumber titik atau sumber tidak bergerak ini yang paling sering dipantau adalah
NOx, SO
2
, H
2
S.
Sumber Bergerak
Sumber bergerak, merupakan integrasi dari sumber-sumber titik yang berjajar membentuk garis.
Adapun contoh dari sumber emisi bergerak ini adalah aktivitas lalu lintas kendaraan bermotor yang melewati
jalan raya. Emisi yang dihasilkan dari sumber bergerak ini adalah CO, SO
2,
NO.

Metode Pengendalian pencemara udara, jenisnya, dan manfaat
Dispersi, jatuhan gravitasi, flokulasi, adsorpsi, pengipasan dan absorpsi merupakan mekanisme untuk
mengurangi pencemaran udara.
Proses dispersi oleh angin akan menjadikan konsentrasi plutan mengecil dan jatunhan gravitasi untuk jatuhan
partikel yang besar, demikian mekanisme lainnya yang juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lainnya seperti hujan
angin, adsorpsi dll.
Pengendalian polusi udara
1. Dilusi kontaminan di athmosfir
Pengendalian dengan dilusi kontaminan di atmosfir dilakukan dengan menggunakan cerobong asap yang dapat
dirancang berdasarkan sifat dispersi dan sifat atmosfir lokasi tempat pembuangan kontaminan ke udara.
2. Pengendalian kontaminan dari sumbernya.
Pengendalian kontaminan dari sumbernya dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang telah dikembangkan
seperti untuk pengendalian kontaminan partikulat dan gas.

Cara Monitoring kualitas Udara, tujuan, jenis, manfaat dan alat yang digunakan
2.1 Monitoring Emisi
Monitoring Emisi adalah kegiatan evaluasi terhadap data, laporan dan informasi untuk mengetahui
kecenderungan pencemaran emisi udara.
Program Monitoring Kualitas Udara meliputi :
1. Pengambilan sampel (sampling)
2. Analisa di Laboratorium
3. Pengolahan data dengan metoda statistika
2.2.1 Tujuan Monitoring Emisi
Tujuan Spesifik dari Monitoring Emisi antara lain untuk:
1. Data pemenuhan baku mutu
2. Evaluasi kinerja alat pengendali pencemaran udara
3. Pengendalian proses
4. Pembuktian dalam proses hukum
5. Penelitian
6. Mengetahui besaran emisi agar bisa dibandingkan dengan baku mutu
7. Mengetahui laju tingkat emisi
8. Pengukuran emisi dan prakiraan sebaran bahan pencemaran
9. Pemecahan masalah lingkungan khususnya pencemaran udara akibat emisi
cara v
2.2.2 Monitoring Untuk Emisi Titik
Salah satu contoh sumber emisi titik adalah cerobong asap pada satu pabrik.. Adapun emisi- emisi yang
diukur adalah oksida nitrogen (NOx), oksida- oksida sulfur (SOx), Karbon monoksida (CO). Teknik
monitoring yang biasa digunakan ada dua yaitu:
1. Teknik tangkapan: yaitu teknik monitoring kualitas udara dengan cara menangkap sejumlah volume
contoh udara yang ditarik kedalam container khusus yang kemudian dianalisis di laboratorium dengan
instrument analisis GC,GC- MSD,HPLC, dsb. Teknik ini mampu mengumpulkan sampling dalam
jumlah besar dengan frekuensi berulang sehingga cocok untuk monitoring udara emisi. Prosedur
monitoring dengan metode tangkapan dapat dilakukan secara sesaat, pasif dan aktif. Pada teknik
monitoring sesaat, contoh diambil secara simultan dalam rentang waktu sesaat dengan membuka katup
pada container atau dengan menambahkan tabung resistor berupa kolom kapiler untuk mengendalikan
laju alir sample. Pada teknik monitoring pasif monitoring diambil dalam waktu yang lebih lama tanpa
bantuan pompa udara namun laju alir dikendalikan dengan alat pengendali aliran mekanis. Pada
monitoring secara aktif monitoring dilakukan dengan bantuan pompa udara dilengkapi dengan
pengendali laju alir mekanis.
2. Teknik pemekatan : monitoring ini dilakukan dengan memekatkan sejumlah volume. Contoh : udara
yang ditarik kedalam media tertentu.

2.2.3 Monitoring Untuk Emisi Bergerak
Monitoring untuk emisi bergerak biasa menggunakan AQMS (Air Quality Measurement System). Data
yang dianalisis adalah rata-rata harian dan rata-rata bulanan konsentrasi NOx, NO
2
, SO
2
, dan CO dari
pengamatan setiap 30 menit. AQMS merupakan system monitoring secara berkelanjutan. Bisa juga dilakukan
secara individu yaitu dengan uji emisi suatu kendaraan menggunakan emission analyzer.

Untuk mengumpulkan gas dari udara ambien diperlukan suatu teknik pengumpulan dan
peralatan tertentu. Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk menangkap gas di
udara ambien adalah teknik absorpsi, adsorpsi, pendinginan dan pengumpulan pada kantong
udara (bag sampler atau tube sampler).
Teknik absorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas pencemar
bereaksi dengan pereaksi kimia (absorber). Pereaksi kimia yang digunakan harus spesifik artinya
hanya dapat bereaksi dengan gas yang dianalisis dengan metode colorimetri, selalu menggunakan
teknik absorpsi untuk mengumpulkan contoh gas, misalnya pengukuran gas SO2 dengan metode
pararosaniline.
Teknik adsorpsi yaitu berdasarkan kemampuan gas teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent
(karbon aktif atau aluminium oksida), terutama untuk gas-gas hidrokarbon yang mampu terserap
dalam permukaan karbon aktif.
Teknik pendinginan yaitu teknik sampling dengan cara membekukan gas pada titik bekunya,
sedangkan pengumpulan contoh dengan kantong udara sering digunakan untuk gas pencemar yang
tidak memerlukan pemekatan contoh udara.
Untuk pengumpulan contoh udara diperlukan peralatan pengambilan contoh udara yang pada
umumnya terdiri dari collector, flowmeter dan pompa vacuum. Collector berfungsi untuk
mengumpulkan gas yang tertangkap, dapat berupa impinger, fritted bubbler atau tube adsorber.
Untuk mengetahui volume udara ambien yang terkumpul digunakan flowmeter baik berupa dry gas
meter, wet gas meter atau rotameter. Pompa vacuum dihindari digunakan untuk menghisap udara
kedalam collector. Kesalahan yang harus dihindari adalah kebocoran dari sistem pengambilan contoh.
Susunan peralatan sampling udara ambien adalah sebagai berikut:

Susunan peralatan pengumpulan gas/ debu untukpengumpulan gas pencemar atau debu
diperlukan peralatan pengambilan contoh udara yang pada umumnya terdiri dari collector , floemeter
dan pompa vacuum .
Collector berfungsi untuk mengumpulkan debu / gas yang tertangkap contohnya
Kertas filter untuk menangkap debu
Tabung impinger , fritted bubbler untuk mengumpulkan gas dengan metode absorbsi
Tube adsorbent karbon aktif untuk mengumpulkan gas hidrokarbon dengan metode adsorpsi
Flowmeter (rotameter) : berfungsi untuk mengetahui laju aliran udara ambien yang terkumpul ,
sehingga volume gas/ udara yang dikumpulkan dapat diketahui.
Pompa vaccum : berfungsi untuk menarik gas / udara dari luar masuk ke dalam collector dan
flowmeter .

2.3 Alat Monitoring Kualitas Udara Emisi
2.3.1 Flue Gas Analysis Model
Alat untuk memonitoring cerobong asap. Parameter yang di ukur adalah: CO, O2, TS, DP TA.
FGAM PM 10
2.3.2 Alat Uji Particulate Matter 10
Alat untuk mengukur konsentrasi PM10.

2.3.3 AAS ( Atomic Adsorbtion Spectofotometry )
Spektrofotometri serapan atom (SSA) adalah prosedur spektrofotomeri untuk penentuan
kualitatif dan kuantitatif unsur-unsur kimia menggunakan penyerapan radiasi optik (cahaya) oleh atom-
atom bebas dalam bentuk gas. Digunakan untuk mengetahui konsentrasi zat pencemar apa yang
terkandung di dalamnya. Setelah uji sampling diadakan analisis dengan menggunakan AAS tersebut.


2.4.4 Exhaust Gas Analyzer
Alat ini digunakan untuk menguji kendaraan bermotor. Hasil uji akan menentukan apakah
kendaraan bermotor tersebut mengeluarkan emisi dalam batas ambang yang telah ditentukan atau tidak.

Alat Monitoring Pencemaran Udara
Peralatan yang lazim dignakan dalam sampling kualita udara adalah perlatan impinger untuk
sampling gas gas dan HVAS untuk sampling partikulat udara . Tersedia juga CO meter portable yang
berguna untuk mengukur kaddar CO diudara.

1. High Volume Sampler (HV Sampler)
Fungsinya untuk mengambil sampel SPM (Suspended Particle Matter). Prinsip kerjanya
yaitu: udara yang mengandung partikel debu dihisap mengalir melalui kertas filter dengan
menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu akan menempel pada kertas filter yang
nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan
sesudah sampling di samping itu dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapat
konsentrasi debu tersebut.

2. Automatic Rain Sampler
Fungsinya adalah untuk mengambil sampel air hujan yang akan diukur konsentrasi kimia
Air Hujan.Automatic Rain Sampler adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel air
hujan Wet dan Dry. Prinsip kerjanya jika terjadi hujan maka sensor akan memberikan trigger
kepada sistem kontrol untuk membuka tutup tempat penampungan air yang digerakkan oleh motor
listrik, selama hujan penutup tersebut tetap terbuka kemudian setelah hujan berhenti maka penutup
akan bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang di tempat penampungan tak terkena
kotoran lain karena tertutup rapat.
ARS AS
3. Aerosol Sampler
Fungsinya untuk mengambil sampel aerosol. Aerosol sampler mempunyai sistem kerja
hampir sama dengan HV Sampler. Perbedaannya hanya pada ukuran dan bentuk kertas filter
dimana udara masuk melalui kertas filter yang dipasang pada tempat filter yang berbentuk bulat
dengan dihisap menggunakan motor pompa debu akan menempel di kertas filter.

4. Passive Sampler
Passive sampler merupakan peralatan untuk mengambil sampel SO2 dan NO2 dari udara
ambient. Prinsip kerjanya tidak membutuhkan power listrik karena bersifat pasif dimana alat ini
berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat kertas filter yang sudah diberi cairan khusus dari bahan
kimia yang fungsinya untuk menangkap gas SO2 dan NO2 yang ada di udara sekeliling. Setelah
sampling kemudian passive sampler tersebut dianalisa di Laboratorium Kualitas Udara BMKG
Jakarta untuk mendapatkan data SO2 dan NO2.
PS OA
5. Ozone Analyzer
Ozone Analyzer adalah peralatan sampling otomatis untuk mengukur konsentrasi Ozon
permukaan yang berada di udara sekeliling. Fungsinya untuk mengukur konsentrasi Ozone
Permukaan dengan pengukuran UV Photometry. Prinsip kerjanya adalah udara di sekeliling
dihisap masuk melalui inlet yang berbahan plastik atau teflon kemudian dialirkan melalui pipa
slang plastik menuju Surface Ozone Analyzer di mana di dalamnya terdapat kolom pipa yang
melalui lampu UV dan Detector sehingga udara yang mengalir akan melalui pancaran sinar Ultra
Violet yang akan diterima oleh detektor di dalam kolom tersebut. Secara garis besar prinsipnya
untuk mengukur UV Absorption oleh molekul Ozone.

6. Carbon Dioxide Analyzer
Fungsinya mengukur konsentrasi gas Karbondioksida dengan metode pengukuran
menggunakan sistem sinar Infra merah. Carbon Dioxide Analyzer adalah peralatan untuk
mengukur konsentrasi gas CO2 dimana mempunyai prinsip kerja udara ambient dihisap masuk
melalui inlet dan mengalir melalui pipa slang plastik masuk ke CO2 Analyzer dimana konsentrasi
sampel gas CO2 diukur dengan cara mengukur seberapa banyak sinar infra merah yang diserap
sampel gas yang mengalir melalui korelasi multi-cell diisi memutar pada satu sisi dengan referensi
CO2 cell.
CDA CMA

7. Corbon Monoxide analyzer
Peralatan untuk mengukur konsentrasi gas CO dimana mempunyai prinsip kerja hampir
sama dengan CO2 Analyzer yang membedakan hanya gas standar yang dipakai untuk kalibrasinya.
Di samping itu juga ada yang menggunakan sistem Ultra Violet Photometry.

8. Nephelometer
Nephelometer adalah peralatan sampling otomatis untuk mengukur parameter aerosol
ukuran PM 2.5. Prinsip kerja udara ambient dihisap melalui inlet secara kontinyu mengalir melalui
pipa slang plastik udara ambient masuk ke M9003 Nephelometer Analyzer yang terdapat kolom
pipa yang isinya lampu LED dan detektor dimana data dihasilkan dengan mengukur light
scattering (hamburan sinar) yang dipengaruhi oleh konsentrasi PM 2,5 yang diterima oleh detektor
. NEPHELOMETER BAM

9. BAM 1020 analyzer
Beta Atteunation Monitoring (BAM) 1020 Analyzer adalah peralatan sampling otomatis
untuk mengukur parameter aerosol ukuran PM 10. Prinsip kerjanya udara ambient dihisap dengan
motor listrik masuk melalui inlet cyclone, jika partikel itu kecil akan mengalir melalui pipa
aluminium karena beratnya ringan dan jika partikel lebih besar dari PM 10 maka akan berputar-
putar dan tidak masuk ke BAM 1020 Analyzer. Lalu partikel debu mengalir melalui kertas filter
melalui Nozzel dan menempel di kertas filter yang nantinya akan diukur dengan sinar Beta dengan
metode pengecilan atau pelemahan sinar beta oleh ketebalan konsentrasi debu PM 10 yang
menempel di kertas filter.

10. Solar radiation Monitoring
Adalah peralatan untuk mengukur radiasi matahari secara langsung. Menggunakan
pyranometer dengan prinsip kerja thermo couple dimana sifat benda hitam/black body yang lebih
banyak menyerap radiasi panas sinar matahari, perubahan dari perbedaan suhu antara kedua benda
yang akan menimbulkan gaya gerak listrik sehingga menimbulkan tegangan yang nantinya akan
dikonversi ke satuan radiasi matahari seperti joule/jam atau watt/jam.
SAR AKFS
11. Air Kit Flash sampling
Fungsinya untuk mengambil sampel udara yang akan dianalisa dengan menggunakan gas
Kromatografi

Polutan Kriteria dan Polutan Non Kriteria
Polutan kriteria
Polutan umumnya diklasifikasikan sebagai polutan kriteria-kriteria atau non polutan. Federal dan
California standar kualitas udara ambien telah ditetapkan untuk kriteria polutan sedangkan tidak ada standar
ambien telah ditetapkan untuk non-kriteria polutan. Untuk beberapa polutan kriteria, standar terpisah telah
ditetapkan untuk berbagai periode. Kebanyakan standar telah ditetapkan untuk melindungi kesehatan
masyarakat. Untuk beberapa polutan, standar telah didasarkan pada nilai-nilai lain (seperti perlindungan
tanaman, perlindungan bahan, atau menghindari kondisi gangguan). Kriteria polutan terbesar
keprihatinan di Sacramento County adalah karbon monoksida (CO), ozon, partikulat inhalable Hal kurang dari
10 mikron dalam diameter (PM 10), Dan partikulat kurang dari 2,5
dengan diameter mikron (PM 2.5).
EPA menggunakan ini "polusi kriteria" sebagai indikator kualitas udara. Masing-masing kriteria
polutan akan dibahas secara rinci di bawah:
Karbon Monoksida (CO), adalah tidak berbau, gas berwarna terbentuk ketika karbon dalam bahan
bakar tidak terbakar sepenuhnya. knalpot kendaraan bermotor menyumbang sekitar 60 persen dari seluruh emisi
CO nasional (Terbaru Menemukan Kualitas Udara Nasional 2002). Jalan non-mesin dan kendaraan (seperti
peralatan konstruksi dan perahu) menyumbang sekitar 22 persen dari seluruh emisi CO nasional. Tingginya
tingkat CO umumnya terjadi di daerah dengan kemacetan lalu lintas berat. Di kota-kota, 95 persen dari seluruh
emisi CO bisa berasal dari knalpot kendaraan bermotor. Sumber-sumber emisi CO termasuk proses industri
(seperti pemrosesan logam dan kimia manufaktur), pembakaran kayu perumahan, dan sumber-sumber alam
seperti kebakaran hutan. kompor gas Woodstoves,, asap rokok, dan unvented gas dan pemanas ruang minyak
tanah merupakan sumber dalam ruangan CO. Tingkat tertinggi dari CO di udara luar biasanya terjadi selama
bulan-bulan dingin tahun ketika emisi CO otomotif lebih besar dan kondisi inversi malam hari lebih
sering. Dalam kondisi inversi polusi udara menjadi terjebak dekat tanah di bawah lapisan udara hangat.
Sulfur Oksida (SOx) adalah gas berwarna dibentuk oleh belerang dan api. gas SOx terbentuk ketika
bahan bakar yang mengandung belerang, seperti batubara dan minyak, dibakar, dan ketika bensin diekstrak dari
minyak atau logam diekstraksi dari bijih. Sulfur dioksida (SO2) adalah polutan kriteria yang merupakan
indikator konsentrasi oksida sulfur di udara ambien. SO2 larut dalam uap air untuk membentuk asam, dan
berinteraksi dengan gas-gas lain dan partikel di udara untuk membentuk sulfat dan produk lainnya yang dapat
berbahaya bagi manusia dan lingkungan mereka. Lebih dari 65% dari SO2 dilepaskan ke udara, atau lebih dari
13 juta ton per tahun, berasal dari utilitas listrik, terutama yang membakar batubara. Sumber-sumber lain dari
SO2 adalah fasilitas industri produk mereka yang berasal dari bahan baku seperti bijih logam, batubara, dan
minyak mentah, atau yang membakar batubara atau minyak untuk menghasilkan panas proses. Contohnya
adalah kilang minyak, pabrik semen, dan fasilitas pengolahan logam. Selain itu, lokomotif, kapal-kapal besar,
dan beberapa peralatan diesel nonroad saat ini membakar bahan bakar belerang tinggi dan melepaskan emisi
SO2 ke udara dalam jumlah besar.
Nitrogen Oksida (NOx), adalah istilah generik yang digunakan untuk menggambarkan jumlah NO, dan
NO2 oksida nitrogen. NOx adalah sekelompok gas yang sangat reaktif yang memainkan peran utama dalam
pembentukan ozon. Banyak dari oksida nitrogen tidak berwarna dan tidak berbau. Namun, satu polutan yang
umum, nitrogen dioksida (NO2) bersama dengan partikel di udara sering bisa dilihat sebagai lapisan coklat
kemerahan di daerah perkotaan banyak. Nitrogen oksida terbentuk ketika bahan bakar dibakar pada suhu tinggi,
seperti dalam proses pembakaran. Sumber utama NOx adalah kendaraan bermotor, utilitas listrik, dan sumber-
sumber industri, komersial, dan rumah penduduk yang membakar bahan bakar.
Ozon (O3) adalah gas yang terdiri dari tiga atom oksigen. Ini adalah senyawa berwarna yang memiliki
bau listrik discharge-tipe. Ini adalah kriteria yang unik polutan dalam bahwa itu adalah eksklusif polutan
sekunder. Hal ini biasanya tidak dipancarkan secara langsung ke udara, tapi di permukaan tanah yang dibuat
oleh reaksi kimia antara oksida nitrogen (NOx) dan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) dengan
adanya panas dan sinar matahari. Konsentrasi ozon di suatu daerah tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk konsentrasi NO2 dan VOC di daerah tersebut, intensitas sinar matahari, dan kondisi cuaca lokal. Ozon
dan bahan kimia yang bereaksi membentuknya dapat dilakukan ratusan mil dari asal-usul mereka, menyebabkan
polusi udara di atas wilayah yang luas. (Angka: Lead sumber emisi 1970 & 1997). Ozon memiliki struktur kimia
yang sama apakah itu terjadi mil di atas bumi atau di permukaan tanah dan dapat menjadi "baik" atau "buruk,"
tergantung pada lokasi di atmosfer. "Baik" ozon terjadi secara alami di stratosfer dan membentuk lapisan yang
melindungi kehidupan di bumi dari sinar berbahaya matahari atau radiasi ultraviolet. Dalam atmosfer bumi yang
lebih rendah, atau troposfer, ozon tingkat-daratan dianggap "buruk". Ozon merupakan bahan kimia yang lazim
ditemukan dalam polusi fotokimia udara, atau asap.
Timbal (Pb) adalah logam yang ditemukan secara alami di lingkungan serta dalam produk
diproduksi. Karena sifat fisik yang unik yang memungkinkan untuk dengan mudah dibentuk dan dibentuk,
memimpin telah digunakan di banyak aplikasi. Sumber utama emisi timbal secara historis kendaraan bermotor
(seperti mobil dan truk) dan sumber industri. Karena keluar penghapusan timbel, pengolahan logam adalah
sumber utama emisi mengarah ke udara saat ini. Tingkat tertinggi timbal di udara umumnya ditemukan di dekat
smelter timah. sumber tidak bergerak lainnya adalah sampah insinerator, utilitas, dan produsen timbal-asam
baterai.
Partikel adalah istilah umum yang digunakan untuk campuran heterogen partikel padat dan tetesan cair
yang ditemukan di udara, termasuk debu, kotoran, jelaga, asap, dan tetesan cair. Partikel bisa ditunda di udara
untuk jangka waktu yang lama. Beberapa partikel yang besar atau cukup gelap untuk dilihat sebagai jelaga atau
asap. Lain sangat kecil bahwa secara individual mereka hanya dapat dideteksi dengan mikroskop elektron. PM
dapat menjadi polutan primer atau sekunder. "Primer" partikel, seperti debu atau karbon hitam (jelaga) yang
langsung dipancarkan ke udara. Mereka datang dari berbagai sumber seperti mobil, truk, bus, pabrik, lokasi
konstruksi, bidang digarap, jalan beraspal, menghancurkan batu, dan pembakaran kayu. "Sekunder" partikel
terbentuk di udara dari perubahan kimia dari emisi gas primer. Mereka tidak langsung terbentuk ketika gas dari
pembakaran bahan bakar bereaksi dengan sinar matahari dan uap air. Ini dapat hasil dari pembakaran bahan
bakar pada kendaraan bermotor, pada pembangkit listrik, dan dalam proses industri lainnya. PM2.5
menggambarkan "halus" partikel yang kurang dari atau sama dengan 2,5 pM dengan diameter. PM10 mengacu
pada semua partikel kurang dari atau sama dengan 10 pM dengan diameter (sekitar satu-tujuh diameter rambut
manusia).

Polutan Non Kriteria
Polutan non kriteria adalah mereka pencemar yang dikategorikan sebagai toksik atau berbahaya oleh
undang-undang atau peraturan. Polutan non kriteria dibagi dalam dua sub kategori lebih lanjut tergantung pada
undang-undang yang mendefinisikan polutan. Secara umum, polusi udara yang berbahaya dapat menimbulkan
berbagai efek kesehatan (iritasi, sesak napas, dll), sedangkan fokus racun pada respon fisiologis yaitu toksisitas.
Polutan non kriteria telah dipelajari dalam pengaturan kebersiahan industri. Dalam udara ambien, polutan non
kriteria cenderung menjadi beberapa kali lebih rendah konsentrasi dibandingkan kriteria polutan.
Pada umumnya memiliki dua dasar standar yang dapat ditetapkan. Ini termasuk tingkat pemaparan
dalam pekerjaan standar berbasis standar dan berbasis resiko. Ada dua pendekatan utama untuk menentukan
tingkat kualitas udara diterima kontaminan non kriteria. Pertama, dari pendekatan ini didasarkan pada efek
kesehatan manusia dan ekstrapolasi dari data epidemiologi. Pendekatan ini mencakup tingkat pemaparan dalam
pekerjaan dikoreksi oleh beberapa faktor kurang dari 1,00. Pendekatan lain adalah resiko kesehatan penilaian,
dimana resiko individu dan sosial untuk masyarakat yang terekspose adalah faktor dalam penentuan konsentrasi
udara diterima. Perhitungan ini didasarkan pada probabilitas resiko dan berasumsi bahwa karsinogen, mutagen,
dan teratogen menimbulkan resiko dalam jumlah berapapun.

Faktor Emisi
Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang dihasilkan oleh
terbakarnya sejumlah bahan bakar selama kurun waktu tertentu. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa jika
faktor emisi sesuatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari proses pembakarannya dapat
diketahui jumlahnya persatuan waktu.

Emisi udara, jenis , sumber polutan.
Emisi adalah zat, energi, dan /atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan
/ atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan / atau tidak mempunyai potensi sebagai
unsur pencemar.
Sumber emisi adalah setiap usaha dan / atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber bergerak,
sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak maupun sumber tidak bergerak spesifik. Sumber emisi di bagi
menjadi dua, yaitu :
1. Stationary Source (Sumber tidak bergerak)
Adalah pencemaran udara yang di sebabkan oleh sumber yang tidak bergerak / tidak dapat
berpindah pindah / menetap pada satu titik saja / sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.
Sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat yang berasal
dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah
batas kadar maksimal dan/ atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambien.
Contoh : Pembakaran hutan dan lahan, proses industri misalnya proses produksi di pabrik -
pabrik, pembangkit tenaga listrik.
2. Mobile Source (Sumber Bergerak)
Adalah pencemaran udara yang di sebabkan oleh sumber yang bergerak / dapat berpindah
pindah / tidak hanya menetap pada satu titik saja. Pengertian lain, sumber bergerak adalah sumber
emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berawal dari kendaraan bermotor.
Sumber bergerak spesifik adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat
yang berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan berat lainnya.
Contoh : Semua emisi yang di hasilkan pipa pembuangan / knalpot dari sektor transportasi seperti
: Kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, mobil.

1.4 Solusi untuk Mengatasi Masalah Pencemaran Udara Pada Sumber Emisi
a. Kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara
Pengendalian pencemaran udara pada sumber emisi adalah upaya pencegahan dan/ atau
penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara. Tujuan dari kegiatan ini adalah
mengurangi atau meminimalkan pencemaran udara yang dihasilkan oleh sumber yang bergerak
maupun sumber yang tidak bergerak. Contoh pengendalian pencemaran dari sumber yang bergerak
adalah :
1. Bahan bakar bersih
2. Disversifikasi energy
3. Pemakaian alat pengendali
4. Memberikan pendidikan atau pengetahuan kepada masyarakat
5. Peremajaan angkutan
6. Melakukan uji emisi

Contoh pengendalian pencemaran dari sumber yang tidak bergerak adalah:
1. Reduksi emisi, meliputi gabungan usaha multidisiplin: modifikasi proses (alternatif proses
produksi, teknik produksi, substitusi bahan dan pengendalian).
2. Modifikasi pabrik / Pengoperasian pabrik, meliputi mengendalikan pengurangan debu,
pembuatan stack (cerobong asap),recycling.
Relokasi pabrik, memilih lokasi lahan yang tepat untuk membangun suatu gedung perindustrian di suatu
daerah agar tidak merugikan orang yang tinggal disekitarnya.

2.3 Sumber Sumber Pencemaran Udara
Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/ atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke
udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana menstinya. Yang merupakan sumber
sumber pencemaran udara adalah:
1. Kegiatan Manusia
Kegiatan Transportasi
Kegiatan Perindustrian
Pembangkit Listrik
Pembakaran
Gas Pembuangan Pabrik
2. Sumber Alami
Gunung Berapi
Kebakaran Hutan
Proses Nitrifikasi
Proses Denitrifikasi

Menurut emisi, sumber antropogenik dapat di bagi menjadi tiga, yaitu :
1. Point Source ( Sumber Titik ) Cerobong asap, Knalpot motor dan mobil.
2. Line Source ( Sumber Garis ) Jalan untuk kendaraan.
3. Area Source ( Sumber Area ) Daerah perindustrian, daerah pabrik pabrik.

Sumber-sumber partikulat (PM1.0,PM2.5,PM10,TSP)
Emisi knalpot kendaraan berbahan bakar gas dan diesel.
Pembakaran kayu dan arang kayu yang digunakan untuk memasak
Pembakaran sampah.
Debu tertiup angin di jalan dan sumber lainnya.
Reaksi kimia di atmosfer
Setiap jenis bahan bakar (batu bara, minyak, dan gas bumi)

Sumber-sumber gas (O3,NO2,CO2,HC,SO2)
Emisi knalpot kendaraan yang berbahan bakar Benzine atau sejenisnya
Kebocoran pipa-pipa gas alam
Hasil Pembakaran Industri dengan menggunakan Gas Alam atau Fosil
Efek Rumah Kaca
Pembakaran Sampah

PENCEMARAN UDARA SKALA MIKRO, MESO, MAKRO
Dalam kaitannya dengan pencemaran udara, pasquil (1983), membagi skala waktu dan ruang
atmosferik dalam :
1. Skala Mikro (lokal)
Dengan orde jangkauan sampai dengan satuan kilometer, dan skala waktu dalam orde detik sampai
beberapa menit. Skala ini sering pula disebut sebagai skala lokal. Pada skala lokal/mikro, pencemaran udara
berdampak pada kesehatan manusia. Misalnya udara yang tercemar gas karbon monoksida (CO) jika dihirup
seseorang akan menimbulkan keracunan. Jika orang tersebut terlambat ditolong maka dapat mengakibatkan
kematian.
2. Skala Meso (regional)
Jangkauan kilometer sampai dengan ratusan kilometer, dan dengan segala skala waktu menit sampai
beberapa jam. Contohnya peristwa kebakaran hutan di Kalimantan.
3. Skala Makro (jangka panjang/global)
Dengan jangkauan di atas ribuan kilometer, dan dengan skala waktu lebih besar dari pada satu hari.
Jangkauan yang jauh pada saat ini, menyebabkan skala ini sering dikenal sebagai Skala Kontinental. Unsur-unsur
pencemar yang relative stabil, akan dapat bertahan tetap dalam bentuknya, dan mencapai jarak jangkauan yang jauh.
Dampak pencemaran udaara berskala makro,misalnya fenomena hujan asam dalam skala regional,
sedangkan dalam skala global adalah efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon.

A. Dampak Pencemaran Udara Ambien Skala Makro, Mikro dan Meso
Dinamika atmosfer merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam masalah
pencemaran udara. Dalam kaitannya dengan pencemaran udara Schnelle dan Dey (2000) dalam Satria
(2006) membagi skala waktu dan ruang atmosferik seperti yang ditunjukkan dalam Tabel sebagai berikut:

1. Dampak Dalam Skala Makro (Global)

Efek Rumah Kaca
Secara alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh permukaan bumi
akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi. Sebagian dari panas ini akan dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi ke angkasa luar sebagai radiasi infra merah gelombang panjang. Sebagian panas
sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi (disebut
gas rumah kaca seperti : uap air, karbon-dioksida/CO2 dan metana ) sehingga panas sinar tersebut
terperangkap di atmosfer bumi. Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (ERK) karena peristiwanya
sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat
menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada
Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Semua kehidupan di Bumi
tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya, planet ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya
pemanasan bumi akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut.

Perubahan Iklim
Meningkatnya suhu bumi dan atmosfer bumi akibat pembakaran fosil (minyak bumi dan batu
bara) memberikan dampak terjadinya perubahan iklim. Hal ini terjadi karena panas yang dipantulkan
permukaan bumi terhalang CO2 yang berlebihan dan memantul kembali ke bumi.
Perubahan iklim ini dapat mengakibatkan daerah yang jarang hujan akan mendapat curah hujan
tinggi, sedangkan daerah lainnya mengalami kekeringan yang hebat. Selain itu, perubahan iklim dapat
menyebabkan es di daerah kutub mencair. Jika ini terjadi, maka permukaan air laut meningkat dan
beberapa kota pantai akan tenggelam.
Terbentuknya Lubang Ozon


















2. Dampak Dalam Skala Meso (Regional)

Hujan Asam
Dua gas yang dihasilkan dari pembakaran mesin kendaraan serta pembangkit listrik tenaga disel dan
batubara yang utama adalah sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2). Gas yang dihasilkan tersebut
bereaksi dengan oksigen dan uap air di udara membentuk asam. Misalnya, sulfur dioksida dengan oksigen
membentuk sulfur trioksida:
2 SO2 + 2 O2 SO3
Sulfur trioksida kemudian bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat:
SO3 + H2O H2SO4

Uap air yang telah mengandung asam ini menjadi bagian dari awan yang akhirnya turun ke bumi sebagai
hujan asam. Hujan asam juga mengakibatkan berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam misalnya jembatan
dan rel kereta api, serta rusaknya berbagai bangunan. Selain itu, hujan asam juga dapat menyebabkan menurunnya
pH tanah, sungai, dan danau, sehingga mempengaruhi kehidupan organisme tanah dan air, serta kesehatan manusia.

3. Dampak Dalam Skala Mikro (Lokal)

Gangguan Pernapasan Akibat Partikel SOx dan NOx
Peningkatan konsentrasi sulfur di atmosfer dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia, terutama menyebabkan penyakit bronkhitis, pneumonia, dan gagal jantung. Partikel partikel
tersebut biasanya sulit dibersihkan jika sudah mencapai alveoli sehingga menyebabkan iritasi dan gangguan
pertukaran gas. Nitrogen oksida memainkan peranan penting dalam penyusunan jelaga fotokimia.
Peroksiasil nitrat yang dibentuk dalam jelaga sering menyebabkan iritasi pada mata dan paru-paru.
Keracunan Timah
Timah dapat ditemukan di udara, air dan makanan yang kita makan. Keracunan timah dapat terjadi jika
timah terakumulasi di dalam tubuh dalam periode yang lama. Dalam konsentrasi tinggi, timah dapat menyebabkan
tubuh kehilangan kontrol terhadap tangan dan kaki, kram, koma dan kematian.


Keracunan Gas CO
Bila masuk ke dalam tubuh, gas ini mempunyai afinitas (daya ikat) terhadap haemoglobin (Hb) lebih tinggi
daripada oksigen. Oleh sebab itu, bila CO masuk ke dalam peredaran darah maka Hb akan lebih banyak mengikat
CO daripada mengikat oksigen, menghasilkan HbCO. Bila 70 80 % Hb telah mengikat CO akan menyebabkan
kematian.

TINDAKAN SKALA MESO, MIKRO, MAKRO
Tindakan skala makro
Meliputi wilayah yang luas berupa penataan ruang. Dengan menata ruang yang wujudnya adalah
penggunaan lahan yang diatur struktur dan fungsinya untuk mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan
buatan. Secara fungsional penataan ruang untuk melestarikan daya dukung dan daya tampung yang berarti mampu
mendukung dan menampung kehidupan secara berkelanjutan. Termasuk dapat menetralisir pencemaran yang terjadi
secara alami.

Tindakan skala meso
Dengan meningkatnya aktivitas manusia jenis dan lokasinya berbeda maka diperlukan penataan ruang
secara lebih rinci dalam kawasan kegiatan intensif tertentu misalnya pada kawasan perkotaan. Alokasi setiap fungsi
lahan secara lebih tegas dan terukur. Sebagai contoh dari hasil penelitian untuk kota-kota metropolitan catu lahan
menunjukkan pola tertentu untuk dapat terhindar dari pencemaran udara dari aktivitas di perkotaan. Bila terjadi
penyimpangan secara otomatis akan terjadi tingkat pencemaran melebihi NAB yang ditentukan.

Tindakan skala mikro
Tindakan skala mikro dilakukan dengan menekankan pengurangan pencemaran pada sumbernya, atau
dengan menggunakan NAB emisi. Pencemaran oleh sumber pencemar ditekan sampai memenuhi syarat NAB emisi.
Skala mikro juga dapat dilakukan dengan penambahan jalur transportasi alternatif di tempat (ruang) yang berbeda
lokasinya. Skala mikro dapat menjadi skala meso bila perlakuan diperluas dengan perangkat perundang-undangan
misalnya dengan peraturan daerah Kabupaten/Kota.

Tindakan/Polutan Kriteria dan Non Kriteria di Manajemen Kualitas Udara Ambien
Pengukuran kualitas udara ambien bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat pencemar yang ada di
udara. Data hasil pengukuran tersebut sangat diperlukan untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui
tingkat pencemaran udara di suatu daerah atau untuk menilai keberhasilan program pengendalian pencemaran udara
yang sedang dijalankan. Dalam pelaksanaan pengukuran kualitas udara ambien dapat dilakukan secara kontinyu
menggunakan peralatan automatik yang dapat mengukur zat pencemar secara langsung dan dengan cepat , sehingga
fluktuasi konsentrasi zat pencemar di udara ambien dapat dipantau . Metode pengukuran tersebut memerlukan
biaya yang tinggi, baik untuk biaya investasi maupun biaya operasional dan peralawatannya . Metode yang lebih
murah adalah pengukuran secara manual /konvensional dengan teknik pengambilan sampel dan analisis
menggunakan metode yang standar , yang telah diketahui tingkat presisi dan akurasi.

Metode kualitas udara terdiri dari CO2,SO2,NO dan senyawa lainnya.
Bagaimana cara memberi tahu masyarat tetang ISPU?


Apa itu EP, Cara kerja EP, gambar dan contoh kasus

Berfungsi untuk memindahkan gas dan abu sebelum gas tersebut keluar dari stack
dimana:
w = jarak antar kawat
A = luasan plat pengumpul
Q = kapasitas yang diinginkan dari EP

Elektrostatik merupakan salah satu cabang fisika yang berhadapan dengan gaya yang dikeluarkan oleh
medan listrik statik (tidak berubah) kepada sebuah objek yang bermuatan. Aplikasi elektrostatik dalam
dunia industri digunakan untuk mengatasi masalah limbah debu. Industri yang banyak mengaplikasikannya
yaitu seperti PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), pabrik gula, dan pabrik semen. Salah satu
penerapannya yaitu penggunaan electrostatic precipitator (ESP).
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu dengan effisiensi tinggi
(diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan electrostatic
precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16%
(dimana efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%).
Ukuran EP mempengaruhi waktu treatment; lebih lama partikel tinggal di EP maka peluang untuk terikat
oleh EP akan semakin besar. Memaksimalkan kekuatan medan listrik akan membuat kinerja EP jadi lebih maksimal
juga. Efisiensi daya ikat EP juga dipengaruhi oleh resistivitas debu, temperatur gas, komposisi kimia, ukuran
partikel. (Cheremisinoff, 2002)
2.1 System kerja alat Electrostatic Precipitator (EP)
Prinsip dasar dari pengumpulan debu hanya sebatas pada penggunaan energi listrik untuk memberi muatan
(negatif) ke partikulat di udara kotor atau aliran gas. Partikel yang sudah diberi muatan tadi berpindah dan terikat
pada collecting surface yang muatannya berlawanan (positif). Tujuan akhirnya adalah membersihkan partikulat yang
telah terkumpul tadi. Prinsip dasarElectrostatic Precipitator.

Prinsip kerja alat ini adalah mengalirkan udara kotor melewati sebuah medan listrik yang berada di antara
elektroda yang mempunyai polaritas berlawanan. Ada dua macam tipe dari elektroda yang terdapat di dalam alat
pengumpul debu ini, yaitu elektoda pengumpul (collecting electrode) dan elektroda pelepasan (discharge
electrode). Elektoda pengumpul adalah berupa pelat-pelat yang diletakkan berderet dan elektroda ini dihubungkan
dengan bumi (ground). Sedangkan elektroda pelepasan adalah berupa kawat-kawat juga diletakkan berderet, dekat
dengan elektroda pengumpul dan elektroda pelepasan tersebut dihubungkan dengan tegangan yang tinggi.
Di antara eletroda pelepasan (discharge electrode) dengan elektroda pengumpul (collecting
electrode) terdapat suatu tegangan DC yang tinggi. Ini disebabkan karena discharge electrodemempunyai polaritas
negatif sedangkan collecting electrode mempunyai polaritas positif. Tegangan lebih tingggi timbul dari
sekitar discharge electrode. Perpindahan elektron-elektron tersebut mempunyai kecepatan yang agak tinggi. Ketika
tegangan meningkat, terjadi fenomena corona yang terlihat sebagai kilau sinar pada permukaan discharge
electroda. Corona menimbulkan ion gas dalam jumlah besar yang akan mengionisasi gas yang ada di sekitarnya
sehingga terbentuk ion negatif dan sebagian kecil ion positif dari gas. (Parker, 2007)
Gas atau udara yang mengandung debu melewati medan dari tegangan tersebut (voltage field). Maka dengan
demikian gas-gas dan udara yang mengandung partikel-partikel debu itu akan dimuati oleh elektron-elektron.
Potensial listrik mengakibatkan perpindahan partikel-partikel debu yang bermuatan elektron tadi kearah pelat-pelat
pengumpul debu (collecting plate) dan kemudian partikel-partikel debu tadi yang menempel pada pelat-pelat itu
akan melepaskan muatan listriknya (electric charge).
Debu-debu yang menempel pada pelat-pelat itu kemudian dijatuhkan kebawah dengan cara memukul pelat-
pelat itu oleh suatu pemukul (proses rapping). Pemukulan pertama dengan pemukulan kedua, pemukulan ketiga dan
seterusnya mempunyai suatu interval (selang waktu) yang dapat diatur lamanya dengan suatu percobaan dan juga
melihat tebalnya debu-debu yang menempel pada pelat-pelat. Setelah itu maka debu-debu tadi jatuh berhamburan ke
bawah dan semuanya ditampung pada suatu tempat penampungan yang diletakkan di bawah pelat-pelat
(hopper) yangselanjutnya dipindahkan pada mechanical conveyor (drag chain atau scew conveyor) ataupun
dengan pneumatic system.

2.3 Faktor yang mempengaruhi cara Kerja EP
Faktor-faktor yang mempengaruhi desain dan kinerja electrostatic precipitator adalah sebagai berikut :
1. Resistivitas Debu (Dust Resistivity)
Salah satu sifat debu yang sangat penting adalah resistivitasnya, yaitu tahanan jenis listrik (specific
electrical resistance). Resistivitas debu sangat tergantung pada komposisi fisik dan kimia serta distribusi
ukuran partikel debu. Di samping itu, faktor lain yang mempengaruhi resistivitas adalah kandungan uap air
dan suhu dari gas.

2. Ukuran Partikel Debu (Particle Size)
Seperti diketahui bahwa EP beroperasi dengan cara memberikan gaya listrik kepada setiap individu dari
partikel debu. Dengan demikian maka kinerjanya sangatlah tergantung pada ukuran partikel debu yang
dapat diberikan gaya listrik. Debu halus akan lebih sulit untuk ditangkap dibandingkan dengan debu yang
kasar. Dengan demikian partikel debu dengan ukuran 1 mikron akan lebih efektif ditangkap dengan
penangkap debu selain EP.
3. Aliran Gas (Gas Flow)
Semakin tinggi kecepatan aliran udara berakibat pada makin tingginya kecepatan berpindah ion-ion. Maka
akan semakin sulit partikel untuk tertangkap oleh collecting plate.
4. Suhu Gas (Gas Temperature)
Temperatur gas yang masuk ke dalam EP harus dikendalikan agar berada di dalam jangkauan optimum
yang menyebabkan debu dapat ditangkap. Efektivitas bisa turun karena suhu terlalu tinggi atau terlalu
rendah dari spesifikasi alat. Tertutupnya elemen elektroda konektor oleh debu yang sudah mengeras
disebabkan oleh rendahnya suhu pada EP dibanding suhu spesifikasi, sehingga debu yang lewat menjadi
lembab dan mudah mengeras pada elektroda konektor. Bila suhu terlalu tinggi, maka pengionisasi debu
kurang optimal sehingga debu banyak lolos.
5. Kandungan Uap Air pada Gas (Moisture Content)
Kandungan uap air sendiri sangat menentukan suhu, dimana kandungan uap air yang rendah mencerminkan
tingginya suhu, dan sebaliknya jika kandungan uap air tinggi berarti temperatur rendah, dan efisiensi EP
akan berkurang.
6. Kandungan Gas CO
Efektivitas EP juga bisa terganggu apabila kandungan CO melebihi kadar tertentu, sehingga peralatan
otomatis akan mati untuk alasan keamanan. Apabila masih dalam kondisi operasi, maka berpotensi
menimbulkan ledakan.

2.4 Keuntungan dan Kelemahan alat Electrostatic Precipitator (EP)
Kelebihan dan kekurangan penggunaan Electrostatic Precipitator menurut Cooper (1986)dalam Jati
E.K, (2010), adalah :
1. Kelebihan
a. Memiliki biaya operasi yang rendah kecuali hendak mencapai efisiensi yang tinggi
b. Efisiensi sangat tinggi untuk partikel yang berukuran sangat kecil
c. Dapat mengatasi volume gas yang tinggi dengan penurunan tekanan yang rendah
d. Dapat melakukan dry colection untuk material yang akan digunakan
e. Dapat di desain untuk skala gas yang tinggi
2. Kekurangan
a. Harganya mahal
b. Tidak dapat mengontrol emisi gas
c. Sangat tidak fleksibel untuk berubah sesuai kondisi operasional
d. Memerlukan tempat yang luas
e. Tidak bekerja pada partikulat dengan resistivitas elektrikal yang tinggi
Contoh Soal :
Single-Stage EP digunakan untuk menyisihkan partikulat dari industri semen dengan proses kering. EP ini terdiri dari
beberapa saluran yang dibentuk oleh 2 plat kolektor dengan ukuran tinggi x lebar = 16 ft x 14 ft. Laju alir gas 2400 acfm,
konsentrasi debu 5 grains/ft
3
, kecepatan migrasi berdasar uji coba di lapangan 0,23 ft/detik. Tentukan efisiensi debu yang
masuk dan kuantitas debu (ton) yang terkumpul dalam 1 hari.
Keterangan : 1 gram = 0,064799 grains

Diketahui.
t x l = 16 ft x 14 ft
Q = 2400 acfm
W = 0,23 ft/detik
Konsentrasi debu = 5 grains/ ft
3
Ditanya.
a) Kuantitas debu yang terkumpul dalam 1 hari
b) Efisien debu
Jawab.
a) t x l = 16 ft x 14 ft = 224 ft
2
, karena 2 plat maka A = 224 ft
2
x 2 = 448 ft
2

Q = 2400 acfm = 40 ft
3
/detik
W = 0,23 ft/detik
Konsentrasi debu = 5 grains/ ft
3
= 0,32 gr/ft
3



0,92

Debu yang terkumpul dalam 1 hari = efisiensi x debu yang masuk
=

x (

)
= 1,03 ton/hari
b) Efisiensi debu yang masuk = x massa
= 92 % x 1,03
= 94,76 %

Apa itu FABRIC FILTER, Cara kerja FABRIC FILTER , gambar dan contoh kasus


Apa itu Cyclone, Cara kerja Cyclone, gambar dan contoh kasus
Siklon merupakan peralatan penangkap debu yang bekerja berdasarkan gaya centrifugal dimana udara yang
masuk secara tangensial, menyebabkan material digerakkan ke arah luar dari kerucut dan dikeluarkan melalui
hopper, sedangkan udara bersih akan dikeluarkan melalui bagian atas dari siklon. Kadang-kadang siklon
dipasang untuk pengendalian awal debu pada boiler penyimpan panas dan boiler limbah kayu untuk mengurangi
beban ke Precipitator. Rata-rata efisiensi siklon 65% untuk diameter partikel 40 micron. Cyclone adalah salah
satu dari jenis dust separator yang paling sederhana dan juga murah.

2.2.2 Mekanisme Kerja
Cara kerjanya seperti terlihat pada gambar di bawah ini : Gerakan pusaran (cyclonic) dari aliran udara akan
menyebabkan terjadinya gaya sentrifugal pada partikel debu, akibatnya partikel debu akan terkumpul pada
dinding cyclone dan selanjutnya jatuh melalui lubang bawah, sedangkan udara yang bersih akan keluar melalui
cerobong.
Penyisihan partikel dilakukan dengan membuat aliran udara di dalam unit membentuk pola melingkar
(spiral) sehingga timbul pengaruh gaya sentrifugal yang menyebabkan partikulat terlempar dari aliran udara
pembawa dan partikulat itu membentur dinding cyclone.

Gambar 2. Cyclone

2.2.3 Jenis Cyclone
2.2.3.1 Hydrocyclone
Hydrocyclone adalah suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan padatan atau gas dari cairan berdasarkan
perbedaan gravitasi setiap komponen.
Hydrocyclone bekerja dengan cara memutar zat yang dimasukan di dalam ruang dalam yang berkontur.
Material yang lebih berat dialirkan ke bawah melalui jalur spiral di sepanjang dinding ruangan, sementara
material yang lebih ringan diarahkan ke ruang penampungan di bagian atas.
Keunggulan hydrocyclone :
Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah
Tidak memerlukan sumber energi yang terpisah
Biaya perawatan yang murah
Mudah diterapkan dalam berbagai dunia industri
Pemasangan yang cepat
Kemungkinan kesalahan dalam pemasangan relatif kecil.

Gambar 3. Hydrocyclone dalam industry

2.2.3.2 Multicyclone
Ketika harus menangani volume gas dalam jumlah besar dan efisiensi tinggi maka digunakan beberapa
cyclone dengan diameter kecil yang biasanya dipasang bersama membentuk multicyclone.

Gambar 4. Multicyclone di industry
2.2.3.2 Turbin ventilator cyclone
Cyclone Turbine Ventilator Otomatis akan berputar hanya dengan hembusan angin yang lemah sekalipun,
tetapi juga mampu menahan angin berkecepatan tinggi. Berputarnya Cyclone Turbine Ventilator Otomatis juga
disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara didalam dan diluar ruangan, dimana secara alamiah udara
panas didalam dan diluar ruangan akan mengalir dan menekan keluar melalui sirip sirip turbine dan membuat
Cyclone Turbine Ventilator Otomatis berputar. Dengan demikian ada atau tidak ada angin Cyclone Turbine
Ventilator akan selalu berputar menghisap udara panas dalam ruangan.
Telah terbukti mampu mengatasi masalah udara panas, pengap, dan kotor dari dalam ruangan, mengurangi
kelembaban. bebas biaya listrik ( operational free ) bebas biaya perawatan ( maintenance free ) kuat dan ringan,
tidak berkarat, tidak berisik membuat ruangan kerja lebih nyaman ( sirkulasi udara normal / layak ) sehingga
dapat meningkatkan produktivitas karyawan.
cocok untuk berbagai aplikasi jenis atap.

Gambar 5. Turbin Ventilator Cyclone

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Cyclone
Kelebihan dari cyclone adalah:
Biaya instalasi rendah
Dapat dioperasikan pada temperatur tinggi
Sedikit memerlukan pemeliharaan;
Kekurangan dari cyclone adalah :
Efisiensi penyisihan (h) tinggi hanya pada partikel berukuran besar
Tingginya biaya operasional akibat kehilangan tekanan (pressure drop) yang relatif besar. Oleh
karena itu, sering dipakai sebagai unit pengolahan pendahuluan, dan multicyclones digunakan
untuk meningkatkan nilai h.





Wet Scrubber
2.2 Definisi Scrubber Secara Umum
Scrubber merupakan suatu variasi peralatan yang besar untuk pemisahan zat padat atau cairan dari gas
dengan menggunakan air untuk menggosok partikel dari gas itu. Scrubber dapat juga dikatakan berfungsi untuk
mengurangi polutan udara yang dihasilkan oleh gas buang suatu industri. Pengendalian pencemaran udara dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian
pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan
limbah gas yang akan di proses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia,
pengendalian pencemaran udara terdiri dari 2 bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi
senyawa pencemar.
Keuntungan Wet Scrubber :
Kebutuhan tempat kecil
Scrubber mengurangi temperature dan volume arus gas produser. Oleh karena itu, ukuran vessel termasuk fan
dan duct yang mengarah downstream lebih kecil dari pada yang terdapat pada alat lain. Maka, ukuran wet
scrubber lebih kecil. Ukuran yang lebih kecil menghasilkan biaya pokok yang lebih kecil dan lebih fleksibel
dalam penempatan lokasi.
Tidak adas umber pengotor kedua
Begitu partikel terkumpul, partikel tidak dapat keluar selama proses berjalan.
Dapat mengatasi gas dengan temperatur tinggi dan humiditas tinggi
Tidak ada batas temperature atau masalah kondensasi yang terjadi pada bag house atau ESPs.
Minimal dengan kecelakaan ledakan
Beberapa jenis pengotor kering mudah terbakar. Menggunakan cairan dapat menghilangkan kemungkinan
terjadi ledakan.
Wet Scrubber dapat memindahkan gas dan partikel padat
Wet Scrubber dapat menetralkan gas yang bersifat menghancurkan

2.2.2 Kerugian Wet Scrubber
Masalahkorosi
Air dan polutan terlarut dapat membentuk suatu senyawa asam yang sangat korosif. Konstruksi material yang
sesuai sangat penting, dan juga area yang rentan akan keadaan basah-kering dapat menimbulkan korosif.
Kebutuhan Power Tinggi
Efisiensi pembuangan tinggi untuk partikel padat hanya dapa ttercapai pada pressure drop yang tinggi, yang
berujung pada biaya operasi yang tinggi
Masalahpembuangan air
Kemungkinan dibutuhkan penetral imbah air bekas pencucian (untuk skala besar) agar tidak mencemari lingkungan

2.4 Mekanisme Kerja Wet Scrubber
Berikut adalah tahapan mekanisme kerja wet scrubber, antara lain sebagai berikut:
1. Impingement (pengontakan)
Suatu campuran gas debu masuk dengan cepat melalui inlet lalu di kontakkan dengan cairan
yang ada di dalam scrubber sehingga partikel debu akan tersangkut dalam cairan.
2. Difusi
Partikel partikel debu tersebut di aliri oleh gas yang kemudian menyebabkan partikel tersebut
berupa tetesan tetesan yang tersimpan melalui proses difusi.
3. Humidifikasi
Tetesan debu tersebut lalu diflotasikan dengan cara humidifikasi, yaitu mengubah permukaan
tetesan tetesan tersebut menjadi elektrostatis. Lalu, memisahkan berdasarkan ukuran tetes ( besar dan
kecil ) secara mekanik. Cara seperti ini biasanya digunakan untuk debu berkonsentrat tinggi dan tergantung
pada kondisi spesifik debu dan gas gas lain yang terlibat.
4. Kondensasi
Apabila tetesan tetesan itu telah mencapai dew point (titik embun), maka akan terjadi peristiwa
pengembunan ( yang mana tetesan tetesan berukuran kecil akan menjadi nukleus pengembunan ). Proses
yang dilakukan secara mekanik ini akan mengembunkan tetesan namun lebih efektif dan ukurannya lebih
seragam atau uniform. Mekanisme ini penting untuk gas panas dengan konsentrasi debu yang kecil. Untuk
konsentrasi yang lebih besar, perlu di tambahkan dengan jumlah proses kondensasi tersebut.

5. Wetting (pembasahan)
Proses ini sebenarnya tidak berperan penting dalam scrubber. Ini dilakukan agar tidak terjadi
naiknya partikel debu setelah menjadi tetesan ( proses pembasahan dilakukan agar partikel partikel yang
yang telah menjadi tetesan tidak ikut keluar bersama gas lagi ).
6. Partisi gas
Jika pada suatu gas di lewatkan cairan atau busa, gas akan di pecah menjadi elemn elemen yang
kecil dimana jarak antara partikel yang tersuspensi dan cairan yang melingkupinya relatif kecil. Dalam
beberapa proses terjadi pemisahan yang di akibatkan gaya gravitasi dan gerakan brown dalam elemen,
dalam hal ini cairan bertindak sebagai awal pemisahan.
7. Dust disposal
Dalam beberapa scrubber, cairan tidak dipisahkan oleh gas tetapi mengalir sebagai pengisi di atas
permukaan. Terkecuali dari efek humidifikasi dan wetting ( pembasahan ), kerja cairan yang demikian adalah
untuk membersihkan permukaan dan mencegah debu naik kembali ke atas, hasil yang nyata terjadi juga
karena melibatkan tindakan mekanik yang spesifik.
8. Elektronik precipitation
Faktor ini juga berperan dalam proses scrubbing, namun mekanismenya sulit dipahami dan hanya
untuk kondisi yang amat penting serta hanya terjadi dalam beberapa proses.

Udara Ambien
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah
yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur
lingkungan hidup lainnya.
Pemantauan kualitas udara ambien merupakan salah satu upaya untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan
program pengendalian pencemaran udara yang telah dilakukan. Hasil pemantauan kualitas udara ambien dapat
dijadikan indikator untuk menentukan prioritas program pengendalian pencemaran udara yang perlu dilakukan.
Secara spesifik pemantauan kualitas udara ambien bertujuan untuk:
1) Mendapatkan data pemantauan kualitas udara yang mewakili ruang dan waktu sebagai dasar pengambilan
keputusan.
2) Menetapkan status mutu udara ambien daerah.
3) Bahan pertimbangan dalam menetapkan baku mutu udara ambien (selanjutnya disebut BMUA) daerah.
4) Mengevaluasi efektivitas kebijakan pengendalian pencemaran udara .
5) Mengamati kecederungan pencemaran udara pada daerah yang diamati
6) Memvalidasi model dispersi pencemaran udara untuk memprediksi kontribusi sumber pencemar dan jenis
pencemarnya.
7) Memprediksi mutu udara di masa depan.
8) Memberikan informasi mutu udara kepada masyarakat (ISPU).
9) Pengawasan penaatan serta penanganan kasus pencemaran udara
10) Pelaksanaan audit lingkungan hidup, ISO 14000.
11) Pelaksanaan RKL(Rencana pengelolaan lingkungan hidup )/RPL(rencana pemantauan lingkungan hidup)
atau UKL-UPL.

Anda mungkin juga menyukai