Bab Satu Jake! Keluar! kami semua berteriak sambil melompat menutupi Tahnee yang malang. Apa dia melihatnya? tanyanya gugup. Tidak, aku kira kita aman, jawabku menenangkan. Meskipun Tahnee adalah anggota geng yang paling berani, paling lucu, dan paling percaya diri, dia tetap saja tidak nyaman saat adik laki-lakiku yang berumur delapan tahun melihatnya berlenggak- lenggok hanya menggunakan bra. Siapa yang mau? Tadi, Tahnee sedang bergaya berputar-putar menirukan supermodel Kate Moss di panggung peragaan busana Parisbedanya adalah dia hanya mengenakan celana pendek PJ merah mudanya dan salah satu bra usang milik ibuku. Dan tentu saja dia tidak menggandeng aktor sekeren Johnny Depp disampingnya. Di tengah-tengah ruang belajar lantai atas, Dene, Maddy, dan aku meringkuk dibalik karpet beruang Rufus-ku yang besar. Rufus adalah kulit seekor beruang kelabu yang ayahku warisi dari neneknya di Kanada. Keluargaku adalah pencinta hewan bertubuh besar jadi kami sungguh-sugguh tidak menginginkannya, tapi untuk menghormati nenek, Ayah tetap menjaganya. Rufus masih memiliki gigi asli tapi matanya harus diganti dengan kaca. Sahabatku, Maddy, dan aku telah bergabung dengan kelompok perlindungan hewan. Maddy telah menjadi anggota selama setahun penuh sekarang, sementara aku baru saja bergabung. Maddy telah meminta Ayah ribuan kali untuk membuang Rufus, tapi Ayah tidak mau. Kadang-kadang Tahnee menutupi dirinya dengan Rufus dan melompat-lompat di jendela kamar tidurku untuk menakuti anak-anak tetangga. Anak-anak sebelah kami panggil memuakkan. Memuakkan adalah kata terbaru kami bulan ini dan diperoleh dari gabungan huruf yang lebih terkenal, muak. Pada dasarnya, anak-anak sebelah membuat kami gila. Jadi mereka mengapitkan BH-nya padaku lalu menuangkan cangkir berisi jelly seperti ini. Tahnee menuangkannya perlahan, jelly sebesar biji kacang besar berlendir itu kemudian ia letakkan didalam bra ibuku. Tiba-tiba dia punya payudara! Aku mulai cekikikan. Melingkar! Melingkar! Lihatlah wanita gila dengan satu payudara! Semuanya ada di Nuclear Power Plant-mu, aku berkoar seperti seorang pembawa acara dalam pertandingan tinju. Buih minuman ringan keluar dari hidung Dene. Oh menjijikkan, Deno. Kami semua tertawa lepas sampai kami hampir tidak dapat bicara. Wajah Maddy tiba-tiba berubah dari histeris menjadi sedih. Teman, itu tidak lucu. Ada banyak wanita dengan satu payudara. Maksudmu? Tahnee mendengus, masih tetap cekikikan dan melompat-lompat disekitar ruangan dengan seperangkat PJ dan bra-nya. Kanker payudara, kata Maddy dengan muram. Kami semua berhenti tertawa. Dia benar. Ini tidak lucu. Aku memilih mengganti topik. Jadi, Tahnee, aku masih belum mengerti. Mengapa mereka memberimu payudara yang lebih besar? Tahnee mendapat peran pada drama TV remaja terbaru, Dolphin Call, acara yang sedikit berkaitan dengnan seks yang kebanyakan dari para orang tua tidak akan membiarkan kita mengikuti audisinya. Acara itu berhubungan dengan hal-hal seperti pacar, merokok dan semua hal-hal bertemakan dewasa yang tentu saja belum boleh terekspos oleh kami yang masih terlalu muda. Hal itu membuat aku, Maddy, dan Dene marah. Kami semua sudah dewasa. Aku kira aku perlu memperkenalkan diri. Namaku Louie Eary dan aku adalah salah satu anggota tertua dari The Shooting Stars. The shooting Stars adalah sekolah drama dan agensi yang diikuti olehku dan teman-temanku. Saat kami tidak di sekolah atau mengerjakan PR, Dene, Maddy, Tahnee, dan aku biasanya berlatih peran, berlatih untuk sebuah audisi, mempelajari aksen ataupun membaca skenario. Kami ingin menjadi aktor yang hebat. Shelley Sotheby menjalankan Shooting Stars dan dia mengikutsertakan kami ke audisi untuk pekerjaan berakting profesional dalam acara TV, film dan teater. Kami semua berakting tapi Maddy juga menyanyi dan Dene kadang-kadang menjadi model. Maddy sering diminta menyanyikan lagu untuk iklan. Baru-baru ini dia menyanyikan lagu untuk iklan tisu toilet dan kami terus menyanyikannya kapanpun ada dia. Itu membuatnya gila. Maddy memang agak pemalu. Orang tuanya mengirimnya ke sekolah drama untuk membangun kepercayaan dirinya. Dia benar- benar lebih berani dibandingkan sebelumnya. Sebagai aktor, kami dikelompokkan berdasarkan penampilan kami. Aku dikenal sebagai gadis muda bersanding dengan rambut pirang model bob stroberi, mata biru-persik dan kulit wajah yang kuning langsat. Maddy Wilkinson mendapat peran sebagai Jane yang polos karena dia punya rambut cokelat lurus, mata cokelat besar dan kulit pucat. Tahnee Caruso selalu berperan sebagai pelawak lucu dan sinting karena rambut merah panjangnya, bintik-bintiknya, mata birunya, dan tubuh mungilnya. Tahnee itu anak paling pendek di kelas kami. Dene Runga adalah si cantik nan eksotis. Dia punya kulit cokelat gelap yang hampir bersinar sempurna, mata hitam besar dan hidung mungil paling indah yang pernah kau lihat. Dene itu sangat cantik hingga orang-orang sering memandangnya kagum. Yeah, si cantik menyambung, Aku juga tidak mengerti. Aku pikir karaktermu hanya seorang anak 12 tahun? Mengapa dia perlu payudara besar? Itu bodoh. Karena, Deno, dia dianggap sebagai seorang yang benar-benar dewasa sebelum waktunya dan karena itulah dia digoda oleh teman-temannya. Ohhh, jawab kami satu suara. Ibu Tahnee adalah seorang artis dan sangat gaul. Dia adalah ibu paling keren dan selalu mendukung Tahnee untuk melakukan apapun yang dia mau. Dia tidak bermasalah dengan adanya Tahnee di Dolphine Call. Orang tuaku akan ketakutan jika itu aku. Aku telah meminta Tahnee setidaknya seratus kali apakah kita bisa bertukar orang tua untuk sementara. Dia selalu menatapku seolah aku ini gila. Aku pikir aku punya yang cukup baik. Ibuku adalah seorang penulis koran dan Ayahku adalah seorang arsitek. Ayah itu sangat pintar dan mendesain sendiri keseluruhan rumah kami. Kami menyebutnya Rumah Pohon karena dia membangunnya disekitar pohon ek besar. Orang-orang dulu tidak percaya saat mereka lewat, ek raksasa ini muncul dari lantai ruang tamu kami. Teman-temanku menyukai rumah pohon kami. Itulah mengapa pesta piyama Minggu malam kami selalu diadakan di tempatku. Rumah ini seperti sebuah pondok orang Inggris zaman dulu dengan jendela kaca berbintik dan atap yang rendah. Dene sendiri menyukai tangga spiral yang menuju lantai atas dimana ada kamar tidur Jake dan aku serta tempat belajar kecil kami masing-masing. Aku bahkan punya jendela kecil yang terbuka keatas atap. Kami sering duduk disana dan melihat bintang-bintang. Rumahku benar-benar keren. Apa kau malu saat mereka memberimu payudara? Dan tolong katakan padaku kau punya asisten busana perempuan! ucap Dene, ketakutan. Ya, asisten busana perempuan dan, tidak, aku tidak malu. Agensinya telah mengatakan hal itu sebelum kami ikut audisi jadi itu bukanlah kejutan besar atau apapun, Tahnee menjelaskan. Tapi, kau tau, kawan, BH ini sangat kecil. Aku lebih baik berdada rata setiap hari daripada menggunakan hal bodoh satu ini. Semua teman-temanku berdada rata. Beberapa gadis di sekolah memakai bra tapi teman-temanku tidak ada yang melakukannya. Tahnee menceritakan pada kami informasi yang sangat penting. Apa yang kau perbuat dengan talinya, Tahnee Caruso? Maddy suka memanggil semua orang dengan nama lengkap mereka. Kau hanya menaik-turunkannya untuk memastikan bra-nya pas dengan benar. Ohhh, jawab kami semua. Tahnsta! Kau muncul! Dengan kasar, kami menyerbu TV portabel tua yang aku seret dari garasi. Merapat sedekat mungkin, kami berhimpitan bersama dibawah Rufus dan dengan perlahan menyalakan volumenya. Ayah dan ibu tidak suka kami menonton TV tapi kami harus melihat Tahnee di Dolphin Call. Kami berharap Rufus dapat meredam seluruh suara TV di dalam bulu cokelatnya yang tebal. Apa itu tidak terlalu keras? tanya Tahnee, tampak gugup. Nah, tidak mungkin mereka bisa mendengarnya, jawab Dene dengan pede. Lagu pembuka acaranya mulai dan kami semua menyanyikannya bersama-sama dengan bisik-bisik. Tahnee tampak pucat. Tahnee, kau baik, kan? tanyaku. Hmm, dia bergumam. Tahnee benar-benar gugup. Aku juga pasti begitu. Aku tidak suka melihat diriku sendiri di TV. Tapi kadang aku lebih tidak suka lagi menyaksikan teman-temanku. Aku merasakan perasaan aneh dan menjemukan di perutku. Aku telah melakukan ribuan iklan tapi bukan acara TV; khususnya bukan Dolphin Call. Dolphine Call sangat susah didapatkan. Tahnee pantas mendapatkan pujian tinggi tapi ada sesuatu yang menahanku untuk memberinya selamat. Aku juga tidak pernah bisa melakukan hal itu dengan baik. Mengapa aku tidak ikut audisinya? Itu kau! Dene berteriak. Shhh! ucap kami semua, berharap Ayah dan Ibu tidak mendengarnya. Itu Tahnee, rambut merah panjangnya bergerai di udara saat dia berjalan menyusuri pantai bersama dengan tokoh utamanya, Josh. Dene mulai cekikikan, lalu aku, kemudian Maddy, dan bahkan akhirnya Tahnee juga terkikih. Kami tidak tahan memandangi payudara palsunya. Salah satunya sedikit miring tapi tidak mungkin aku mengatakan padannya. Jadi, bagaimana ... tokoh itu? tanya Maddy saat dia memandangi lelaki tampan di layar. Maksudmu Josh, kan Madds? Menurutmu dia juga tampan, huh? goda Dene. Maddy bersemu merah. Namanya bukan Josh, Deno, tapi Nick. Yeah, yeah, yeah, terserah. Seperti apa dia itu? Ehh, dia agak manis. Meski sedikit tinggi hati juga, tau? Kami semua mengangguk. Kami telah menetapkan kalau kebanyakan orang-orang di TV itu sombong. Khususnya aktor anak-anak. Aaaaaaaaghhhhhhhhh! Dene meneriaki TV. Deno! Diam. Ayah dan Ibu nanti bisa kesini, bisikku. Maaf, Lou, gadis-gadis bodoh itu lagi. Iklan es krim coklat muncul dan menampilkan si kembar ini, Evie dan Cameron Billingham, yang kami semua benci. Mereka mendapatkan semua pekerjaan yang mereka ikuti audisinya. Evie dan Cameron bergabung dengan agensi yang berbeda dari milik Shelley bernama Actors Alive. Actors Alive juga sebuah agensi, tapi tidak punya teater sekolah seperti The Shooting Stars. Kami belum pernah berbicara dengan mereka atau apapun, tapi yang kami tau mereka memuakkan. Jika kau mengikuti audisi dan dua orang mengerikan ini ada, kau bisa melupakan audisi itu. Tidak mungkin ada kesempatan yang kecil sekalipun untuk mendapatkan peran itu. Mereka selalu mendapatkan apapun yang mereka ikuti. Aku sangat lega mereka tidak ada di iklan mobil itu, Pooey Louie, kata Maddy. Aku dan Maddy baru saja mendapatkan iklan yang mempromosikan produk baru dari kendaraan roda empat. Maddy belum pernah mendapat iklan jadi dia menyilangkan jarinya, kakinya dan apapun yang bisa dia silangkan; dia benar-benar menginginkannya! Hal paling pertama yang kami lakukan ketika masuk ke ruang kasting adalah mencari-cari Evie dan Cameron. Mereka tidak ada jadi kami pikir kami masih punya kesempatan. Evie dan Cameron adalah talenta-talenta alami seperti Mickey Meikle, salah satu aktor terbaik di agensi kami. Itu berarti mereka tidak butuh pelajaran apapun tentang bagaimana cara berakting; mereka sudah bagus secara alami. Meskipun Mickey dikenal sebagai talenta alami di tempat Shelley, dia tetap mengambil beberapa kelas disana-sini. Mickey punya suara yang lemah jadi dia harus melatihnya setiap saat. Suaraku juga tidak terlalu kuat jadi Shelley memasangkan kami untuk praktek membaca keras bersama-sama. Kami bertemu sepulang sekolah satu atau dua kali seminggu. Betapa hebat perbedaan yang terjalin. Karakter Tahnee, Debra, kembali muncul di layar jadi kami berhenti bicara lalu menontonnya. Tahnee hebat. Dia bahkan lebih bagus daripada beberapa aktor utamanya. Ceritanya sangat menyedihkan. Dia memerankan seorang gadis yang tidak punya teman karena dia selalu bercumbu dengan pria-pria. Aku tidak tahu bagaimana dia melakukannya. Aku pasti akan sangat gugup harus bercumbu dengan pria. Mereka cukup susah untuk diajak bicara apalagi bercumbu. Aku bahkan tidak berpikir aku tahu bagaimana untuk bercumbu.
Acaranya pun berakhir dan kami semua bertepuk tangan dan bersorak. Tahnee hebat. Wajahnya bersemu merah karena malu tapi terlihat sangat bahagia saat kami mengatakan betapa bagusnya dia. Dapat bayaran berapa kau? tanya Maddy. Madds! Kau tidak boleh menanyakan itu, ujarku. Kenapa tidak? tanyanya, sedikit sedih. Karena itu kasar. Kau baiknya jangan pernah bertanya berapa dia dibayar. Itu adalah urusan pribadinya. Privasi Schmivate! Aku ingin tahu juga! Dene berseru. Itu tidak penting seberapa aku dibayar, ucap Tahnee. Maksudmu? tanya Maddy. Oke, itu semua masuk ke yayasan keuangan dimana aku tidak bisa menyentuhnya sampai aku berumur delapan belas tahun. Itu idenya Ayah. Bayangkan semua baju baru yang dapat kau beli, ucap Dene. Bayangkan semua ikan emas lucu yang bisa kau dapatkan, tambah Maddy. Bayangkan semua buku dan majalah yang dapat kau beli, ujarku. Kami bertiga duduk terpaku selama beberapa saat, melamunkan semua hal yang sangat kami inginkan. Hei, anak-anak, ada beberapa ibu berkata sambil menerobos masuk ke tempat belajar. Tahnee si pemikir cepat melemparkan Rufus ke TV portabel yang tadi kami tonton. Dengan malu kami semua berdiri menunggu untuk dimarahi. Jadi, apa kalian bersenang-senang? tanyanya, tanpa memperhatikan apapun. Um, yeah, kami sedang bermain permainan Space Jump. OK, ada sedikit cemilan tengah malam yang kubuat untuk kalian. Ibu memberiku secangkir besar cokelat panas cair dan sepiring biskuit dengan permen ditengahnya. Nikmatilah, gosok gigimu dan aku kira kalian lebih baik segera pergi tidur. Ini hampir jam 10.30, sayang. Yap, bukan masalah , Nyonya Eary. Aku tahu anak-anak nakal ini tampak mengantuk, tidak mengeluarkan kicauan sedikit pun! Tahnee bernyanyi untuk ibuku. Semua orangtua kami menyukai Tahnee. Dia selalu melakukan hal-hal yang benar dihadapan mereka, yang sangat lucu adalah karena dia biasanya menjadi satu-satunya orang yang menyebabkan semua masalah. Ketika ibu pergi, Dene mengeluarkan teriakan lainnya. Aaaaaaagggggghhhh! Dene! Ada apa? Lihat! dia berteriak, menunjuk bungkus biskuit. Apa itu laba-laba? teriak Maddy si phobia laba- laba langsung bersembunyi dibawah kantung tidurnya. Dene menunjukkan bungkusan itu pada kami; lebih buruk dari seeokor laba-laba. Itu adalah Evie dan Cameron. Foto si kembar mengerikan itu ada di biskuit kegemaran kami! Sejak kapan mereka mengiklankan Toffee Bombs? tanya Dene tidak percaya. Sejak sekarang, pastinya, jawab Tahnee. Oh, siapa peduli? Toffee Bombs ya Toffee Bombs, dan aku tidak peduli dari mana asalnya, Tahnee berpantun sambil berusaha memasukkan tiga biskuit ke mulutnya. Pantun itu sangat tidak masuk akal, Tahnsta, tantangku. Dua orang mengerikan itu telah menghancurkan makanan kita, tapi rasa dari biskuit ini memang jauh lebih baik dari pada kopi. Itu masih tidak masuk akal! aku, Maddy dan Dena berteriak. Cameron dan Evie, Sudah membuat kita benci. Karena menghancurkan selera makan kita, Dengan tampilan mereka yang mengganggu. Tapi jangan marah, Jawabannya jelas. Toffee Bombs sangat lezat, Bagi kita untuk dilahap! Tampilan apa maksudmu? Dene berteriak, lalu Tahnee mulai meringkuk untuk berlindung. Tapi terlambat. Bantal Dene telah melesat kearah kepala Tahnee. Maddy menyambar bantalnya dan memukul tangan Tahnee. Perang bantal telah dimulai Jake! Apa yang sedang kau lakukan! kami mendengar ibu berteriak dari lantai bawah. Kami meletakkan bantal-bantal kami dan merangkak diam- diam ke landasan tangga. Menempelkan kepala kami ke sisi tangga spiral dan kami dapat melihat Jake sedang berjalan-jalan disekitar ruang tamu. Tapi bukan itu yang membuat ibu marah. Yang membatnya marah adalah apa yang dikenakannya bra sutera berwarna merah cerah yang diisi penuh dengan tisu toilet. Louie! Turun kesini! teriak ibu. Aku dalam masalah. Masalah besar.
Bab Dua Kau sedang melayang-layang dengan tenang di atas awan wol kapas putih berbulu seolah-olah matahari dapat mencium wajahmu, dendang Shelley dengat lembut sambil dia berjalan perlahan mengitari ruangan. Ini adalah kelas Selasa sore kami di The Shooting Stars dan kami selalu mulai dengan meditasi. Kami harus berbaring diatas karpet Persia tebal dengan tubuh yang benar-benar santai dan tulang punggung kami lurus ketika kami bernapas perlahan. Kami juga meletakkan bantal bulat ungu didepan mata kami untuk menutupi cahaya sore. Meski begitu, sejauh ini kami belum pernah berhasil berlalu selama sepuluh menit penuh. Tiba-tiba telinga kananku seperti tertusuk. Apa aku tadi mendengar sebuah deheman? Tidak! Tidak mungkin! Aku berusaha berkonsentrasi pada napasku. Sekali lagi, tampaknya kami tidak akan menyelesaikan meditasi Selasa sore. Batuk muncul dari bawah, lalu kiriku, lalu kanan terdekatku. Maddy yang sedang berbaring disebelahku, berpura-pura terbatuk. Terbatuk adalah sinyal samaran kami untuk tawa. Maddy tidak suka terlibat masalah, jadi kalau dia batuk, itu pastilah hal yang sangat lucu. Aku mendengarkan langkah Shelley menjauhi sisi karpet. Perlahan aku mengangkat bantal bulat unguku dari wajahku dan dengan cepat melirik Tahnee. Dia sedang bernapas perlahan, seperti seharusnya, kecuali poni merahnya yang terbang naik-turun di setiap hembusan nafasnya. Aku mendengar dua batuk lagi disekitar ruangan. Ketika Shelley kembali menuju kearahku, aku mendorong bantal bulat kembali ke wajahku. Saat kau melayang, lihatlah kebawah dan perhatikan bahwa kau sedang melewati sebuah samudra biru yang dalam. Mungkin kau dapat melihat seekor lumba-lumba atau beberapa ikan tropis. Aku berusaha menahannya, tapi aku tak bisa. Sebuah batuk yang sangat keras keluar dari mulutku. Tidak lama aku mendengar beberapa batuk lain muncul disekitar ruangan. Suara Shelley mulai kasar. Konsentrasilah pada napasmu. Itu sangat-sangat terlambat. Batuk-batuk tadi berubah menjadi kikihan, lalu menjad tawa, lalu menjadi histeria yang pecah. Lima belas murid bergulung-gulung memegangi perut mereka tapi Tahnee tetap lanjut bernapas dengan tenang sementara poninya melakukan push up. BUKK! Kami semua melompat. Apa tadi itu? Bantal bulat terangkat dari wajah ketika anak-anak mencari-cari melihat apa yang terbentur tadi. Sengaja. Salah satu taktik Shelley untuk mendapatkan perhatian kami. Tampaknya meditasi ini berakhir lagi. Bagaimana perasaanmu, Tahnee? Kau satu-satunya yang menjaga konsentrasi. Yang lain tampaknya memiliki masalah alergi hari ini. Bulumata merah panjang Tahnee berkedip-kedip tak berdosa kearah Shelley. Sambil memamerkan wajah bodoh, Tahnee dengan sempurna menjaga eksprseinya tetap datar. Tak seperti kami. Alergi! Benarkami semua punya alergi. Shelley bisa menjadi lebih tegas jika dia mau. Apa dia mau meneriaki kami? Semuanya duduklah melingkar, tolong. Aku memiliki beberapa pengumuman agensi. Tentu saja tidak. Maddy melihatku, mata coklat besarnya membesar. Ini dia! Dia menarik tanganku dan menyeretku duduk disampingnya diatas lantai. Dengan segera dia menutup matanya rapat-rapat. Tolong jangan katakan kau sedang berdo'a, Sad- Mad, ucapku tersenyum. Memang, Pooey. Aku akan mengusahakan apapun untuk mendapatkan iklan ini. Jangan terlalu bersemangat, Maddy. Itu mungkin akan jadi syuting yang sangat membosankan. Itu hanya iklan, ujarku, berusaha mempersiapkannya untuk yang terburuk. Louie Eary, kau telah melakukan ribuan iklan jadi ini tidak berarti apapun bagimu tapi bagiku ini ya. Dia masih menutup matanya. Ketukan pintu membuat semua orang kaget. Masuk, ucap Shelley dengan keras. Salah satu anak muda dengan malu-malu menempelkan kepalanya di pintu. Bu, Pak Hammill memintamu datang ke kelas kami. Salah satu anak perempuan jatuh dari panggung dan kakinya terluka. Anak-anak, berbincanglah dengan tenang. Aku akan segera kembali, ucap Shelley. Segera setelah dia meninggalkan ruangan, kelas meledak dalam percakapan yang keras. Aku penasaran apakah Shelley akan membuat pengumuman yang membuang waktu selama empat jam di akhir pekanku, ucap Dene marah-marah. Apa yang sedang kau bicarakan? tanyaku. Aku dikirim ke kasting pria lainnya, jawab Dene. Tahnee mulai tertawa. Ini tidak lucu, kawan. Deno yang malang. Karena namanya, dia selalu dianggap seorang laki-laki. Ada dua laki-laki yang juga dipanggil Dene di The Shooting Stars jadi ketika orang kasting meminta Dene, mereka kadang mengirim orang yang salah. Sejauh ini dia telah dikirim ke lima audisi yang hanya diperuntukkan bagi laki-laki. Tidak, Deno. Kau sebaiknya bersyukur, ujar Tahnee, Maddy berusaha keras tidak terkikih. Apa maksudmu, kepala merah? tanya Dene curiga. Oke, kau ikut audisi dua kali lebih banyak dari kita. Aku benar-benar tidak terima dan cemburu. Alangkah tidak adil dan tidak sensitifnya dirimu. Aku pikir aku perlu protes ke Bu Shelley. Kikihan Maddy menular. Aku pura-pura sedang batuk. Louie, berhenti berpura-pura. Maddy, diam dan kau, ucap Dene sambil menunjukkan jari kuku merah muda berkilaunya pada Tahnee, diamlah, kepala merah, atau kau akan segera menjadi kepala mati! dia bermain-main mencubiti lengan Tahnee. Aku memperhatikan Maddy memejamkan matanya lagi. Maddy, tenang! Ini bukan hal besar. Untuk apa dia melakukan itu? Aku dan teman- temanku melihat kearah laki-laki baru dikelas, Jason Malouf. Dia baru dua minggu ada di tempat Shelley dan mendapati banyak hal yang membingungkan. Aku dan Maddy terdaftar untuk iklan mobil dan kita pikir kita akan mengetahui hasilnya hari ini, ucapku. Apa itu terdaftar? tanyanya. Terdaftar itu adalah ketika kau telah mengikuti audisi beberapa kali untuk sebuah peran dan sekarang giliranmu dan aktor lainnya, jawab Maddy. Aku terkejut. Aku belum pernah mendengar Maddy berbicara pada dengan laki-laki sebelumnya! Aku memandanginya. Matanya masih tertutup rapat membuat wajahnya berkerut tapi aku bisa bilang kalau dia bersemu merah tipis. Ada yang naksir. Jason masih tampak bingung. Itu artinya kau sangat dekat untuk mendapatkan pekerjaan itu, jelasku. Aku dulu juga sangat susah berkomunikasi dengan laki-laki tapi The Shooting Stars telah membantuku melupakan rasa itu. Kami diajari bahwa hanya perlu memperlakukan setiap orang seolah semuanya sejajar denganmu dan kau akan merasa baik-baik saja. Sekarang aku mulai sering berbicara dengan laki-laki, tapi biasanya hanya di sekolah drama. Pria disekolahku tetap saja memuakkan. Maddy masih baru disini dan masih sangat malu- malu. Tapi dia tidak malu di dekat Jason. Dia memang naksir. Ini gosip! Apa audisinya untuk yang berumur sebelas dan tigabelas tahun? tanya Dene padaku. Sebenarnya, tapi mereka merubahnya menjadi usia antara sebelas dan tigabelas untuk masing- masing karakter. Lagi pula, aku masih bisa memainkan yang sebelas tahun. Aku tampak muda di layar, ingat? Oh, benar. Semua orang tampak berbeda di TV. Beberapa tampak lebih cantik, beberapa tampak lebih tua, beberapa tampak lebih tinggi, dan beberapa tampak lebih muda, sepertiku. Kamera televisi membuat gambar yang kau lihat di TV agak bengkok dan jadilah semua orang tampak sedikit berbeda. Aku memerankan anak di usia-usia sebelas tahun selama dua tahun belakangan ini. Itu benar-benar memalukan. Yeah, jangan terlalu bersemangat, Madds, si kembar mengerikan itu mungkin akan mendapatkannya, kata Tahnee. Tidak, Tahnee Caruso, mereka tidak ada ditempat kasting, ingat? Kasting itu apa? tanya Jason. Maddy segera menjawab, Kasting itu adalah kata dalam dunia akting untuk wawancara. Kebanyakan industri melakukan wawancara untuk mendapatkan pekerjaan. Kita menyebutnya kasting. Oh, kata Jason, menganggukkan kepalanya. Madds, hanya karena mereka tidak ada disana di hari yang sama denganmu, bukan berarti mereka tidak ikut audisi, ujar Tahnee. Apa maksudmu? Maddy terdengar cemas. Audisi sering dilaksanakan selama beberapa hari, bukan hanya sehari. Mereka bisa saja ikut audisi di hari setelah kau dan Louie dites. Dites? Kalian harus ikut tes? Jason benar-benar bingung sekarang. Bukan, tes itu hanya sebutan lain untuk audisi, jawabku. Aku kira itu agak membingungkan. Apakah ada kamus kata-kata akting yang bisa kumiliki? tanyanya padaku. Tidak ada, maaf. Kau hanya perlu mempelajari jargon yang kami katakana tadi; dalam pekerjaan ini. Apa itu jargon? tanyanya. Tahnee memutar matanya. Jason yang malang benar-benar tidak tahu apapun. Yang itu pasti ada di kamus, jawabku. Maddy tersenyum minta maaf padanya. Aku kira aku telah sedikit kasar. Shelley selalu menganjurkan kami bertanya. Dia bilang kau harus cukup berani menanyakan sesuatu yang tidak kau pahami. Itulah alasan kau sukses dalam hidup. Jason hanya melakukan sarannya dan aku malah menjadi nona Pooey Louie yang kasar. Pastilah akan jauh lebih mudah bersikap manis jika Maddy tidak tersenyum padanya seperti kucing Cheshire, meyakinkan. Itu benar, Madds, si kembar tidak akan melewatkan pekerjaan itu, kataku. Dia langsung berhenti tersenyum. Kalau si pirang pengganggu itu mengambil pekerjaanku, aku akan membunuh mereka! ucap Maddy dengan nafas yang dalam. Ada kesempatan yang cukup besar bagi mereka, tahu, Dene memberitahunya. Maddy bersandar padaku memohon. Ini milik kita, Louie. Dadunya juga mengatakan hal yang sama, bisiknya. Maddy punya dadu-dadu bodoh tempat dia membuat semua keputusan. Dia mengocoknya enam kali dan jika ada lebih banyak angka genap daripada yang ganjil maka jawaban dari pertanyaan yang dia tanyakan adakah iya. Jika yang lebih banyak adalah yang ganjil, maka jawabannya tidak. Maddy suka apapun yang dilakukan dengan angka. Mereka itu bersaudara, Madds. Aku dan kau pastinya tidak tampak sama, iya kan? Apa yang salah dari mereka? Jason bertanya tentang si kembar sambil mengendus penasaran bantal bulat miliknya. Dan apa yang ada di dalam sini? Lavender. Itu dibuat untuk menyegarkanmu selama meditasi. Dan, Evie dan Cameron Billingham adalah anak kembar identik paling mengganngu yang pernah kau temui. Mereka punya rambut pirang panjang yang menjijikkan dan mulut mungil yang menggeramkan dengan gigi putih yang sempurna, Maddy nyerocos dalam satu napas. Dia benar-benar menginginkan pekerjaan ini; aku belum pernah mendengarnya berkata seperti itu. Dia datang! Dene memperingatkan kami. Kami semua diam saat Shelley memasuki ruangan. Dia duduk di karpet dan menyilangkan dua kakinnya. Kalian pasti telah memperhatikan bahwa Jackson Smith tidak ada di kelas malam ini, Shelley bergemuruh dalam suara Inggris teatrikalnya. Jackson adalah satu-satunya anak laki-laki di kelas yang menurutku sedikit manis. Aku tidak mau orang lain tahu itu. Jackson tidak bisa hadir malam ini karena dia sedang syuting untuk peran utama di iklan kendaraan roda empat terbaru! Ayo beri dia tepuk tangan. Semua orang bertepuk tangan tapi Maddy menatapku ngeri. Bagaimana bisa dia jadi seperti dua saudara itu? bisiknya sambil menggertakkan giginya. Simpati untuk semua anak perempuan yang ikut audisi untuk peran itu tapi, seperti kata mereka, itu hanyalah bisnis. Hal seperti ini terjadi setiap saat, jadi terbiasalah, ucap Shelley. Pundak Maddy turun. Aku merasa sedikit pusing. Tidak akan membahagiakan mengetahui bahwa kau tidak mendapatkan pekerjaan. Itu sangat bodoh. Mengapa mereka harus repot- repot mengaudisi kita jika mereka akan menggunakan seorang laki-laki? Maddy memekik. Madds, itulah yang namanya permainan, ujarku, mengulang prase yang sering digunakan Shelley. Mereka selalu berubah pikiran. Oke, minimal si kembar bodoh itu tidak mendapatkan pekerjaan itu, kata Maddy mengomel. Itu pasti lah jadi yang pertama, ujar Tahnee. Yeah, aku yakin mereka pasti marah. Aku harap mereka menangisinya, dasar sombong. Aku belum pernah mendengar Maddy bersikap sangat jahat terhadap siapapun. Jangan jadi jahat begitu, Madds. Mereka bisa jadi sangat baik, ujar Dene. Dene sering merasa terhina karena kulit gelapnya. Dia tahu pasti bagaimana rasanya diejek dan dicela. Permisi, suara Shelley menggema kearah kami. Bisakah kalian ikut denganku, tolong? Yang lainnya, aku ingin kalian menyiapkan improvisasi tentang ketinggalan bis sekolah. Apa itu improvisasi? tanya Jason. Apa tadi Shelley mendengarkan kami? Kami akan mendapat masalah besar! Aku tidak akan punya pekan yang indah. Pertama ibu menceramahiku, kemudian Shelley. Dengan gugup, aku dan Maddy mengikuti Shelley ke lantai atas menuju kantornya. Baiklah, silahkan duduk. Aku dan Maddy hanya pernah sekali berada di kantor Shelley ini sebelumnya. Saat kami menandaftar di agensi, kami harus bertemu dengannya dan orangtua kami jadi dia dapat menjelaskan semuanya. Banyak hal yang telah berubah sejak terakhir kali aku ke sini. Sekitar enam- puluh foto wajah anak-anak menutupi dinding berwarna merah gelap. Foto-foto itu disebut dengan pasfoto dan foto-foto itu dikirimkan ke sutradara untuk menunjukkan bagaimana penampilan setiap anak. Untuk beberapa alasan foto-foto yang Shelley gunakan selalu berwaran hitam dan putih yang menurutku sangat bagus karena itu membuat wajah tampak lebih dewasa. Fotoku ada di sebelah kanan atas bersebelahan dengan beberapa gadis lainnya yang rambut pirang. Foto itu diambil setahun yang lalu. Aku kira aku mungkin sudah sedikit menua sejak saat itu dan perlu untuk memperbaruinya. Apapun untuk dapat peran yang lebih dewasa. Aku benci berperan jadi anak yang lebih muda dibanding aku yang sesungguhnya. Tiba-tiba aku merasa tangan Maddy memegang tanganku. Oops. Aku lupa. Kami hampir mendapat masalah. Aku kembali pada rasa takutku. Shelley biasanya suka berdiskusi mengenai apapun di depan kelas jadi semua anak bisa belajar tentang naik-turunnya menjadi seorang aktor. Ini aneh. Kami ada di dalam, dalam masalah. Dari belakang kami, aroma coklat panas buatan sendiri menyeruak masuk. Shelley selalu punya segelas besar coklat panas didekatnya. Tapi siapa yang sedang memasakknya? Biasanya Shelley meminta salah satu anak untuk membuatnya tapi tidak kali ini. Aku berputar diatas bangkuku dan itulah dia. George. Dia dengan lesu mengaduk cairan panas bergelembung diatas kompor saat aku dan Maddy memandanginya kagum. George dulunya seorang artis cilik. Dia membuat film bersama Robert Niro, Leonardo di Caprio, Anthony Hopkins, dan Julia Roberts. Tidak ada seorang pun yang tahu mengapa dia berhenti berakting. Dia tampak tidak suka banyak bicara. Dia hanya banting tulang di tempat Shelley melakukan pekerjaan kantor. Saat aku memandangi raut wajahnya, aku sadar bahwa dia sungguh mirip Brad Pitt. George benar-benar tampan. Aku merasakan wajahku sedikit memerah saat dia menoleh dan mengangguk hai padaku. Segera aku memutar balik bangkuku menghadap Shelley. George berkata hai padaku! Nah, hampir ... Apa kalian tahu Evie dan Cameron Billingham? Shelley menanyai kami. Aku dan Maddy sama-sama duduk tegap di bangku kami. Shelley tidak suka sikap tubuh yang buruk. Dia bilang itu buruk bagi suara kami. Mereka kembar, tambah Shelley. Aku menoleh ke Maddy. Dia juga tengah memandangiku. Um, yeah, kami tahu mereka. Mereka kadang- kadang ikut audisi yang sama dengan kami, ucapku dengan berani. Apakah Shelley memang mendengarkan kami yang mengeluhkan si kembar itu? Kami akan segera merasakannya. Mengeluhkan anak-anak lain yang mendapatkan pekerjaan adalah larangan terbesar di sekolah. Aku mengambil napas panjang dan bersiap untuk dicaci-maki. Aku ingin meminta kalian sebuah pertolongan, ucap Shelley tersenyum.
Apa yang terjadi! Tahnee menjerit sambil menggiring kami ke sisi gedung. Sesaat setelah kalian pergi, seisi kelas membicarakannya. Semua orang pikir kalian akan didepak dari agensi. Memang, jawabku. Sebenarnya, aku juga sempat memikirkan hal yang sama. Ini semua salahku, gumam Maddy sedih. Apa? tanya Dene. Aku hampir membunuh Cameron Billingham! teriak Maddy, hampir menangis. Apa? Tahnee dan Dene berteriak. Cameron sekarang benar-benar cacat karena aku yang melempar dadu. Dia ditabrak mobil dan separuh wajahnya robek. Maddy memegang kepalanya dengan tangan ketika dia menjatuhkan diri ke rerumputan. Madds. Kau benar-benar berlebihan. Bagaimana mungkin apa yang terjadi itu karena apa yang kau lakukan? ujarku, berusaha menenangkannya. Aku mengocok dadunya, ingat? Aku bertanya apakah si kembar akan ikut audisi iklan itu dan ia mengatakan tidak! Aku mengutuk Cameron dan dia mengalami kecelakaan! Aku menggelengkan kepala. Dia ini gila. Kalau aku tidak bertanya, mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi, dia berbisik padaku dengan gugup. Maddy, dadu-dadu itu tidak bekerja. Kadang mereka benar dan kadang salah. Dengan kata lain, mereka tidak berfungsi. Ini bukan salahmu, oke? ujarku sambil duduk disampingnya. Selalu ada awal untuk segala hal, Louie Eary, jawabnya muram. Matematika itu hal yang luar biasa. Bisakah seseorang menjelaskan pada kami apa yang sedang terjadi? tanya Tahnee. Evie dan Cameron masuk kesekolah kita; bisa percayai itu? Oh, aku hampir lupa berceritakami melihat George! ucapku pada Dene dan Tahnee. Kau bercanda. Kau melihat George? Itu sangat menarik! sembur Dene. Tahan . . . kembalilah ke wajah seseorang yang jadi cacat. Jelaskan, jelaskan, jelaskan, pinta Tahnee. Shelley memanggil kami ke ruangannya bukan untuk memarahi kami tapi meminta bantuan kami. Cameron dan Evie Billingham akan masuk ke sekolah drama kami dan dia meminta aku dan Maddy untuk mengawasi mereka. Shelley khawatir beberapa anak akan menggoda mereka atau menyusahkan mereka. Kecemburuan adalah masalah besar diantara para aktor, katanya. Laki-laki terutama. Cameron baru mengalami kecelakaan mobil dan baru saja keluar dari rumah sakit. Maddy yakin bahwa pelemparan dadunya lah yang menyebabkan kecelakaan itu. Teman, aku benci jadi pembawa berita buruk tapi kita harus muncul dengan sebuah impro untuk kelas berikutnya, ucap Dene, si bijaksana di grup. Aku tidak dapat memikirkan apapun sekarang. Tidak setelah apa yang aku lakukan, ucap Maddy. Madds, jangan merasa seperti itu, ucap Tahnee sambil membantu Maddy bangun dari rerumputan. Impronya tentang ketinggalan bis, ya? Kami semua mengangguk. Oke, ini adalah yang akan kita lakukan . . . Tahnee suka mengambil alih. Dia juga pintar dalam memunculkan ide-ide untuk impro. Beberapa aktor tampak lebih baik dalam hal itu dibanding yang lainnya. Aku cukup bagus untuk hal seperti itu tapi aku lebih baik membiarkan Tahnee yang mengatur. Kami semua mendiskusikan ceritanya. Tahnee akan menjadi sopir bis menyeramkan yang sedang mengalami hari yang buruk dan tidak mau mengantar siapapun. Kami bertiga adalah orang-orang yang menunggu di pemberhentian bis. Aku adalah seorang wanita tua, Dene menjadi anak sekolahan yang akan mengikuti ulangan dan Maddy adalah seorang pengamat bis yang menyamar jadi seorang turis. Segera kami terkikih dan tertawa, Maddy juga. Tahnee menunjukkan suara parau pria yang akan dia pakai. Impro kami telah ditentukan. Tahnee telah melakukan hal yang hebat. Oke, para penumpang kecilku, Ini waktunya kita berkelana mengarungi lautan, Menuju tempat tinggal kita yang kita sebut rumah. Aku akan bicara pada kalian, melalui telepon! Tahnee berpantun saat kami mengambil ransel kami. Cayo, cantik! dia bernyanyi sambil melompat masuk ke Volvo tua ibunya. Dia benar-benar gila! ujar Dene sambil melambai ke Tahnee mengucapkan sampai jumpa. Tampang yang lucu muncul di matanya saat dia mengatur tali-tali di ranselnya. Lou? Aku belum mengerti. Si kembar itu artis yang hebat, iya kan? Yeah, aku kira, aku mengaku ogah-ogahan. Jadi mengapa mereka masuk sekolah drama? Harusnya mereka tidak membutuhkan pelajaran lebih lagi. Dene benar. Aku menoleh ke Madds. Dia mengangkat bahunya. Mengapa kah si kembar jelek itu bergabung di sekolah drama kita?
Bab Tiga Dene, Tahnee, dan Madds ternyata punya pendapat yang sama denganku. Kami sangat putus asa mencari tahu apa yang terjadi dengan si kembar mengerikan itu yang membuat kami kembali ke kelas berikutnya di tempat Shelley dua puluh menit lebih awal. Aku memasukkan satu Toffee Bomb ke dalam mulutku dan menawarkannya pada teman-temanku yang duduk di sofa beludru cokelat yang usang. Aku tidak percaya mereka akan ke sini. Ini sangat aneh! teriak Dene. Dia menggunakan sapuan kilauan perak dan merah muda di pipi dan kelopak matanya. Biasanya Dene tidak menggunakan riasan jadi aku tahu dia pasti dari acara peragaan busana. Apa yang kau peragakan hari ini, Deno? aku berusaha bicara dengan mulut penuh dengan Toffee Bomb. Perlengkapan fantasi untuk New Years Eve. Aku jadi seorang peri. Oh, aku ingin jadi peri, pekik Tahnee. Tahnee adalah pecinta berat dunia khayal. Setiap tahun dia bertanya pada Shelley apakah kami bisa menampilkan A Midsummer Nights Dream untuk konser akhir tahun. Tahnee sebenarnya tidak menyukai A Midsummer Nights Dream, dia hanya ingin berdandan menjadi salah satu peri. Mengapa ruang hijau itu tidak pernah hijau? Tahnee berpikir keras sambil menatap dinding di balik sofa coklat lusuh yang sedang kami duduki. Ruang hijau adalah ruang santai para aktor. Di sini lah kami berlatih skenario dan beristirahat dari latihan dan pertunjukan. Kami semua memandangi hiasan dinding berwarna ungu gelap. Mengapa kah ini disebut ruang hijau, Louie? tanya Dene padaku. Semua orang tampaknya berpikir aku tahu segalanya karena aku yang telah berakting paling lama, tapi untuk masalah mengapa ruangan santai para aktor dinamakan ruang hijau, aku tidak tahu. Aku ingin tahu apa yang akan dipakai si kembar, komentar Maddy. Mungkin pakaian sepadan merek baru, jawabku. Aku benci mereka, jawab Dene, menunduk menatap rok selutut berwarna hijau kebiruan lusuh yang telah dimilikinya sejak kelas lima. Kami menatap foto si kembar di kemasan Toffee Bomb. Kami semua meras muak. Mereka itu sangat cantik. Dan rambut pirang panjang itu tampak tidak nyata. Tidak ada rambut manusia yang bisa sepanjang itu, iya kan? Aku yakin mereka pasti memakai rambut palsu. Apa kalian pikir si Billingham secantik itu? tanya Dene. Baiklah, riasan TV memang sangat dapat memperbaiki tampilan orang-orang, kata Tahnee. Yeah, mereka mungkin lumayan jelek di kehidupan nyata, ucap Madds. Mereka mungkin punya jerawat kecil-kecil begini di sekujur kulit mereka dan kutil-kutil dan bau mulut dan Tahnee menunjukkan ekspresi yang sangat aneh padaku dan itu tidak dimaksudkan untuk membuatku tertawa. Semua temanku mengangkat alis mereka kearah pintu. Saat aku menoleh, rasanya seperti perutku ini jungkir balik 180 derajat. Evie dan Cameron Billingham sedang berdiri di lorong pintu. Dalam sekejap, salah satu dari mereka telah menyambar tangan yang lainnya dan menariknya ke koridor. Aku ingin mati saja. Aku ingin sofa coklat tua dan kotor ini menyeretku masuk kedalamnya. Tepat pada waktunya, Pooey. Kau memilih waktu yang paling tepat, ejek Tahnee. Apa mereka mendengarnya? tanyaku, suaraku tertahan. Tiga temanku mengangguk. Oh tidak! Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang perlu diucapkan. Aku takut, ucapku. Bayangkan bagaimana perasaan mereka, ucap Maddy. Madds! teriakku. Maaf. Keren. Mereka mungkin diejek seperti tadi itu setiap saat, ucap Tahnee. Mereka mungkin sudah biasa seperti itu. Jangan khawatir, Lou, kata Dene sambil merangkulku. Yeah, tapi aku yakin mereka tidak diejek sesering itu oleh orang yang diminta untuk menjaga mereka. Dengan pasrah aku berharap salah satu temanku akan mengatakan sesuatu yang dapat membuat perasaan sakit di perutku ini menghilang. Shelley akan membunuh kita, iya kan? ujar Maddy, memegang tanganku. Ini karma, tahu. Karena kita mengatakan semua hal buruk tentang mereka, maka kita kan mendapatkannya. Tahnee menepuk jam tangannya. Ini saatnya masuk kelas. Aku dan Maddy bertatapan ngeri. Aku merasa sedikit sakit, ucap Maddy pelan. Oh dasar! Ayo masuk. Hadapi akibatnya, dasar pecundang. Menjadi aktor itu harus juga menjadi berani. Tahnee menyambar tangan kami dan menyeret kami ke dalam kelas.
Kalau Evie dan Cameron telah bercerita pada Shelley tentang apa yang telah kami katakan, dia tidak tampak cemas mengenai itu. Selama meditasi, semua orang mengangkat bantal mata mereka agar bisa melirik ke dua bintang TV yang sedang memasuki ruang karpet Persia kami. Tahnee bahkan tidak berusaha membuat kami terkikih. Peluh membasahi dahiku. Shelley pasti akan marah. Baik sekali, teman! Harus aku akui itu tadi meditasi yang fantastis. Kalian berkembang dengan pesat. Louie Eary Maddy berbisik padaku, semua rambutnya habis! melirik kearah si kembar, aku bisa lihat rambut Cameron telah dipangkas menjadi gaya potongan pendek. Dia tampak sangat berbeda. Hey, bergegaslah! Shelley memperingatkan kami ketika kami mengembalikan bantal mata kami ke lemari. Apa dia tahu? Dia tidak tampak begitu marah. Tidakkah kalian mau memperkenalkan diri ke dua artis baru kita? bisik Shelley padaku. Dia memang tidak tahu apa yang telah terjadi. Perlahan aku berjalan kearah mereka. Aku tidak tahu apa lagi yang perlu diperbuat. Mata mereka seakan meluncurkan belati-belati kecil kearahku. Ini tidak akan mudah. Aku mengulurkan tanganku seperti yang Shelley ajarkan untuk memperkenalkan diri secara formal. Entah mereka tidak tahu cara berjabat tangan atau mereka memang mengacuhkanku. Um, hai! Namaku Louie dan um, oke, um aku yang paling tua di kelas ini, ceplosku bodoh. Kau kira kami peduli? ucap Evie, memalingkan pandangan. Oke, aku minta maaf soal yang tadi, bisikku. Kami hanya bercanda. Tolong jangan dianggap serius atau apapun. Dua gadis itu masih mengacuhkanku. Aku duduk di samping mereka, berharap Shelley tidak memperhatikan reaksi mereka. Melirik ke rambut pendeknya Cameron, aku perhatikan dia punya luka-luka kecil yang tersebar di seluruh wajahnya. Semuanya tolong duduk melingkar dan aku tidak ingin melihat postur yang buruk, Shelley berseru di ruangan ini. Aku menyarankan Maddy, Tahnee dan Dene untuk duduk denganku dan si kembar, tapi para pengecut itu tetap duduk tepat dimana mereka sebelumnya berada. Apa latihan selanjutnya? tanya Evie, masih tidak menatapku. Aku kaget, dua gadis ini tampak agak gugup. Oh, aku tidak tahu. Mungkin improvisasi, jawabku. Aku sangat lega dia mulai mau bicara padaku. Apa itu improvisasi? tanyanya, tampak semakin gugup dan tidak nyaman. Aku terkejut. Bagaimana bisa Evie dan Cameron Billingham tidak tahu apa itu improvisasi? Mereka sudah bermain selama bertahun- tahun. Semua orang yang berakting tahu apa itu improvisasi. Aku berusaha menjelaskan bahwa itu adalah sandiwara singkat dan tidak ada latihan. Keduanya masih tampak bingung. Jadi! Siapa yang telah melakukan sesuatu yang spontan minggu ini? suara Shelley menunjuk kami dari sisi lain lingkaran. Semua orang bengong kearahnya. Tidak ada satupun yang tahu apa yang sedang dia bicarakan. Shelley sering berbicara berbelit-belit. Menurutku itu adalah caranya untuk membuat kami berpikir lebih cepat. Evie dan Cameron memandangiku dengan putus asa. Yang bisa kulakukan adalah mengangkat bahuku ke arah mereka. Aku juga tidak tahu. Ayo! Salah satu dari kalian yang tidak rapi ini pasti telah melakukan sesuatu yang menarik dan spontan minggu ini, ujarnya, menekankan kata spontan. Matt Parker mengangkat lengannya. Ada sebuah gips baru berwarna hijau ngejreng di peregelangan tangannya. Bukan, Matt. Mematahkan tulangmu bukan sesuatu yang kau pilih untuk dilakukan secara spontan. Baiklah, aku pikir bukan. Kelly! sebagian dari kami meluruskan punggung dengan lega karena dia memilih Kelly Shinosaki yang malang. Apa yang telah kau lakukan minngu ini yang bersifat spontan? Um, aku tidak mengerti apa yang kau maksud, Shelley . . . ucap Kelly terbata, gugup. OK. Aku sedang membahas tentang terjatuh di jalan atau tersenyum pada orang asing atau menelpon teman lama. Hal-hal semacam itu. Tidak perlu hal yang besar, hanya sesuatu yang kalian lakukan tanpa pikir panjang. Aku mengangkat tanganku. Ya, Louie? Tanya Shelley. Semua temanku menatapku mengantisipasi. Aku tidak yakin apakah ini yang sedang kau bicarakan, tapi bisakah Cameron yang mencukur rambutnya ini menjadi sesuatu yang spontan? aku tersenyum kearah Cameron, tapi dia sudah tidak ada. Dia secara spontan telah separuh jalan melewati kelas dan menuju pintu keluar. Evie menatapku sangar sebelum bangkit dan mengikuti saudaranya. Ketika pintunya dibanting setelah dia keluar, kelas benar- benar terdiam. Untuk kedua kalinya di hari itu, sekelompok aktor tercengang; harusnya ini jadi rekor dunia. Semua orang menatap Shelley saat dia bermain-main dengan cincin bulat perak di jari- jarinya yang panjang. Ini tampak seperti satu jam telah berlalu sebelum dia berbicara. Baiklah. Louie? Pergi dan lihat apakah si kembar itu baik-baik saja dan kita akan mulai sebuah improvisasi, bisa? semua anak bangkit, lega karena ketegangan telah pecah. Saat aku melewati pintu, Tahnee mengacungkan jempolnya. Aku memalingkan wajah dengan yeah, benar padanya. Tidak mungkin semuanya akan jadi keren. Aku mendapati mereka berhimpitan di sudut ruang beryanyi. Dengan ragu aku mendekati mereka. Apa kalian baik-baik saja? tanyaku, berdiri di sana dengan canggung. Menurutmu, dasar pengecut? Pergi saja sana, bentak Evie marah padaku. Kau telah cukup melakukannya dalam sekejap, begitu kan? Dia benar. Aku memang orang terakhir yang membantu mereka. Mereka membenciku. Tapi Shelley akan membunuhku bila aku tidak melakukannya. Aku harus berusaha lagi. Aku sangat, sangat, sangat mohon maaf untuk yang tadi. Itu hanya, baiklah, um . . . aku tidak tahu apa yang perlu diucapkan ke mereka. Mengapa aku bisa jadi sangat menyeramkan bagi Evie dan Cameron? Aku bahkan tidak mengenal mereka. Kau hanya iri karena kami telah melakukan banyak sekali pekerjaan akting, Cameron berusaha bicara di sela sesenggukkannya. Hidung dan matanya memerah karena menangis. Aku merasa seperti Wicked Witch of the West. Apa yang aku katakan tadi, aku hanya bercanda. Aku bahkan belum pernah berbicara denganmu jadi mengapa aku harus menghinamu? Aku benar-benar minta maaf. Lihat, Cam, itu bukan karena wajahmu, ucap Evie. Cameron mulai menangis lagi. Kau bilang bahwa rambut Cam itu disengaja, iya kan? Kau membuatnya sedih. Membuatnya kembali mengingat kecelakaan itu, ucap Evie sambil memeluk saudaranya yang sedang menangis. Bukan, aku hanya mengira dia mencukur rambutnya. Aku tidak Pergi saja sana! teriak Evie padaku. Perlahan aku kembali ke kelas. Aku ini menjijikkan. Aku ini memuakkan. Aku ini orang yang memuakkan. Cameron yang malang telah berpikir aku ini bercanda tentang kecelakaannya. Ketika aku memasuki ruang kelas, semua orang menghentikan apa yang sedang mereka lakukan dan menatapku. Jadi, apa hasilnya, Louise? tanya Shelley padaku. Um, mereka hanya ingin sendiri dulu sementara waktu. Dia menganggukan kepalanya dan anak-anak melanjutkan kegiatan mereka. Tahnee, Dene dan Madds menatapku. Aku melontarkan dua kata ke mereka: MASALAH BESAR. Aku memang dalam masalah besar.
Bab Empat Semburan angin hangat menyambutku saat aku mundur dengan cepat melewati pintu utama yang terbuat dari kayu besar. Ayah dan Ibu terobsesi dengan perapian dan cerobong asap. Rumah kami punya empat. Aku sering berkhayal, persis seperti dalam Mary Poppins, kau bisa terbang ke atas cerobong asap dan menari di atas atap sepanjang malam. Sekarang ini aku benar-benar ingin tersedot kedalam sebuah cerobong asap. Berapa lama lagi sampai Shelley akan memanggangku? Dia pasti sangat marah saat tahu akulah yang menyebabkan Cameron menangis. Dengan malas aku membuang ranselku ke samping Rufus si karpet beruang coklat besar dan menarik tubuhku sendiri ke ruang tengah. Louie! Louie! Louie! Aku ada di teeveeee! teriak Jake sekeras-kerasnya. Jake, diamlah. Aku ini sedang migrain, bentakku. Sayang, kau tidak migrain. Kau masih terlalu muda. Kau cuma sakit kepala, ucap Ibu. Baiklah ini sakit kepala yang beralih menjadi migrain, jawabku. Faktanya aku memang punya dua sakit kepala, satu bernama Evie dan satunya bernama Cameron. Aku kenal seorang gadis penyebab migrain karena mereka itu berdua, bu, jadi aku benar-benar bisa memiliki salah satunya. Ibu memutuskan untuk mengganti topik. Bagaimana kelas dramanya tadi, sayang? Comme i, comme a, jawabku sambil mengambil Mozzie, kucing Himalaya pemalas milik kami, dari lantai. Hidung kecilnya berusaha bersembunyi dibalik kerahku. Comme i, comme a? Apa itu? Tanya Jake. Itu bahasa Perancis untuk baik-baik saja. Kau harus banyak membaca, Jake, jawabku ketus. Aku sudah melakukannya. Aku telah banyak membaca! teriaknya padaku. Dia benar. Aku baru saja bertindak kasar. Jake memang pembaca terbaik untuk anak seumur dia. Mengapa kau sangat ketus, Lou? tanya ibu padaku. Hari yang buruk. Baiklah, jangan melimpahkannya pada saudaramu. Itu tidak adil. Maaf, Jake. Jake ternyata sudah lupa kalau dia sedang marah padaku dan sekarang sedang menggonta-ganti saluran TV. Itu ada aku lagi! teriaknya. Jake telah syuting iklan mentega kacang beberapa minggu lalu dan sekarang iklannya telah muncul di TV. Ini adalah akting pertama yang Jake selesaikan. Dia sangat bahagia. Lihat! Lihat! Itu aku! Perannya adalah mengigau tentang mengapa mentega kacang miliknya itu lebih baik dari mentega kacang yang lain. Dia cukup baik untuk iklan pertamanya. Aku ingin mengungkapkannya hanya saja tidak dapat keluar dari mulutku. Jake, jangan besar kepala atau apapun. Itu hanya iklan, malah itu yang keluar. Bibir bawahnya mulai bergetar, ibu memelototiku. Baiklah, dia perlu tetap rendah hati. Ingat seperti apa kau dulu ketika kau menyelesaikan iklan pertamamu? ibu bertanya sambil menunjukku. Aku ingat seseorang mengadakan pesta karena dia sangat bahagia berada di TV. Jake menatapku sendu. Jake, tadi itu keren bagaimana kau berusaha untuk memadatkan roti isi daging itu ke mulutmu. Wajahnya langsung berubah tersenyum. Yeah! Dan coba tebak, Louie? Apa? Mau tahu rahasia? Jake menyeretku ke sisi lain ruangan. Dizzie, kucing kami yang lain, sedang tertidur di kursi goyang. Aku menyentil telinganya. Orang-orang TV itu membuatku memuntahkan roti isi daging padahal baru satu gigitan. Mereka membuang enam roti isi daging itu, Louie! Enam! Dia mengacungkan enam jarinya untuk menekankan maksudnya. Apa Ayah akan marah? tanyanya, melotot. Yeah, jawabku setuju. Saat kalian makan di iklan atau TV, orang-orang TV itu tidak akan pernah membiarkanmu benar-benar makan benda yang diiklankan karena jika tidak kalian akan kekenyangan padahal baru beberapa kali pengambilan gambar. Mereka selalu membuatmu memuntahkan makananmu ke dalam ember. Jake kira mereka tidak bertanggung jawab dan membuang- buang makanan. Dia anak yang lucu. Aku memikirkan lagi iklan terakhir yang aku lakukan. Empat bulan yang lalu. Perutku tiba-tiba geli. Kau mau melihatnya lagi, Louie? Ibu merekamnya. Tidak, Aku harus pergi dan mengerjakan PR- ku, ucapku berbohong. Aku berjalan ke dapur dan mengambil gagang penerima telepon tua kami. Kau berbicara melalui kotak kayu yang dipasang di dinding dan mendengar melalui tuter kuningan yang terlihat seperti perkakas yang tersambung dengan kabel. Kau harus meletakkan tuternya tepat di depan telingamu saat kau bersandar dan berbicara. Ini sedikit keren dan aneh. Aku menghubungi nomor Maddy. Hallo? dia langsung menjawab. Hey, Sad-Mad. Ini aku. Apa kau ada di telepon aneh itu lagi? komplain Maddy. Yaaaaaa. Kau tahu aku benci telepon itu; terdengar seperti kau ada di kamar mandi atau apa lah, ejek Maddy. Kau mengatakannya setiap kali aku menelponmu! Berhentilah! Itu tidak benar! kataku, puas. Aku tahu Maddy akan menghiburku. Baiklah itu benar. Terdengar seperti kau sedang di toilet atau apa, ucapnya, mulai terkekeh. Itu tidak benar, sahutku. Aku harap Mickey tidak berpikir kau sedang di toilet setiap kali kalian melakukan percakapan romantis. Maddy! Diam, kau bodoh. Itu bukan percakapan romantis, terima kasih banyak. Dan tidaklah terdengar seperti aku berada didalam toilet. Aku mendengar Maddy berusaha menahan tawa di seberang sana. Benarkah? tanyaku ragu. Maaf mengganggumu saat kau ternyata sedang buang air, tapi Maddy! Jorok! Memalukan sekaliapa semua orang berpikir aku sedang di toilet ketika aku menelpon mereka? Jadi Mickey Meikle benar menyukaimu, teriak Maddy. Apa? Wajahku tiba-tiba berubah semerah karpet merah. Nah, kau tidak menyangkal kalau dia menelponmu, Pooey Louie, jadi memang jelas dia melakukannya. Maddy kecil yang pemalu ini juga baru saja menjadi Maddy kecil yang super pintar. Ayah selalu berkata bahwa orang yang tidak banyak bicara itu dijamin pintar karena mereka berpikir setiap saat. Ayah memang selalu benar. Louie suka Mickey! Louie suka Mickey! dia bernyanyi-nyanyi di telepon. Tidak. Kau terdengar seperti bayi, Maddy, ucapku marah. Louie dan Mickey duduk di bawah pohon, b-e-r- c-i-u-m-a-n! Jangan menyangkalnya, Louie, aku tahu kau menyukainya, jawabnya terkekeh. Itu benar. Aku memang menyukainya. Meskipun aku pastinya tidak akan mungkin mengatakannya pada Maddy. Itu pasti akan tersebar di sekolah drama dalam beberapa menit saja. Aku akan diolok-olok setiap hari selama sisa hidupku. Kau seperti seorang ratu drama, Maddy. Kami hanya saling membantu dalam kerjasama vokal, itu saja. Aku mulai takut. Bagaimana jika Maddy membuat rumor? Aku memilih berganti topik untuk mengalihkan perhatiannya. Aku penasaran apakah dua kembar mengerikan itu telah berhenti menangis. Maddy berhenti tertawa. Dia masih berpikir kalau itu adalah salahnya yang membuat Cameron tertabrak mobil saat sedang bersepeda. Dene berkata padaku bahwa Maddy bahkan sudah mengubur dadu ajaibnya di bawah batu yang ada di dalam akuarium ikannya. Tidak ada satupun dari prediksi dadu Maddy yang pernah berhasil jadi aku tidak tahu mengapa dia itu sangat khawatir. Apa kau telah mendengar sesuatu, Louie? tanyanya ragu-ragu. Aku bisa saja mengarang cerita bohong untuk membuatnya merasa lebih bersalah tapi aku tidak bisa melakukannya. Itu terlalu jahat. Tidak. Aku tidak mendengar apapun. Hey? Apa kau kira mereka bergabung dengan agensi plus sekolah drama? Tidak. Tidak mungkin. Cameron dan Evie itu di Actors Alive, Louie. Jadi? Mengapa Maddy harus mengatakan itu? Actors Alive tidak lebih baik dari yang Shelley punya. Jadi? Actors Alive itu agensi terbaik di kota ini, itu saja. Hey, suruh Tahnee mencari tahu, teriaknya. Ide bagus, Sad-Mad. Aku menelponmu kembali segera. Aku berlari ke ruang belajar dan mengirimi Tahnee e-mail. Tahnee selalu menjelajah internet. Sambil menunggunya menelpon, aku merenungi kegagalan besar pada telepon tadi. Aku memutuskan untuk berbicara dengan Ibu dan Ayah untuk membeli telepon yang baru. Berapa banyak orang yang berpikir kami sedang ada di toilet ketika kami menghubungi mereka? Sekembalinya ke dapur aku membuat roti isi sambil menunggu panggilan dari Tahnee. Saat aku membuka tempat penyimpanan makanan, beberapa kantong plastik mentega kacang menghujani kepalaku. BU! teriakku, menggosok kepalaku yang memar. Apa? ucap ibu langsung meluncur ke dapur. Kau baik-baik saja? Apa-apaan mentega-mentega kacang ini? Baru saja menyerangku. Ibu tertawa dan dia menjelaskan bahwa selain dibayar, Jake juga diberi persediaan mentega kacang selama setahun untuk iklan itu. Semoga kau suka mentega kacang, Louie, karena sepertinya kita akan terus memakannya. Ibu tertawa sendirian dan kembali lagi ke ruang tengah. Ibu memang sering tertawa dengan leluconnya sendiri. Aku melompat ketika telepon di sampingku bergetar. Tahnee? jawabku semangat. Siap melayani, Pooey Louie, ujarnya dengan aksen bahasa Inggris yang anggun. Jadi apa yang terjadi? Apakah mereka bergabung dengan agensi atau tidak? Nah, aku menelpon Shelley dan Suara apa yang kau gunakan? selaku. Aku menjadi Tall Tony, pemilik toko grosir mainan dan sepeda terbesar di kota ini! ujar Tahnee dengan suara pembawa acara TV andalannya. Apa Shelley mempercayaimu? Kaitkan, ulur, dan lemparkan, Pooey. Tahnee mengeluarkan suara berat dan serak Tall Tony. Jadi Shelley, kami berencana untuk membuat iklan baru untuk perluasan mainan anak-anak perempuan di tahun ini dan uh, nah, kami ingin tahu apa kau tahu bagaimana menghubungi si kembar pirang Billingham itu. Aku tertawa. Tahnee memang baik sekali menirukan suara orang lain; dia benar-benar terdengar seperti Tall Tony. Jadi apa yang dia katakan, Tahnee? Dia bilang bahwa mereka baru saja memutuskan untuk bergabung dengan agensinya setelah berada di Actors Alive selama bertahun-tahun. Tidak ada kesan buruk tapi mereka hanya merasa mereka perlu perubahan. Tapi tahu apa yang paling aneh, Louie? tanya Tahnee. Apa? Dia bilang bahwa mereka tidak akan lagi bekerja sebagai kembaran. Dia berkata bahwa mulai sekarang mereka akan digambarkan sebagai aktor yang terpisah dan tidak akan mengerjakan pekerjaan kembar apapun lagi. Dia juga berkata bahwa The Shooting Stars merasa terhormat dan bahagia karena dapat mewakili mereka . . . memuakkan! Aku penasaran apa Shelley pernah berkata dia merasa terhormat dan bahagia karena mewakiliku. Aku menutup telepon dan menelpon Madds. Ini aneh, Louie. Mengapa kau mau meninggalkan Actors Alive demi Shooting Stars? Shooting Stars juga tidak seburuk itu, Madds. Membicarakan Actors Alive mulai membuatku sakit kepala. Aku putuskan untuk berganti topik lagi. Apa kau sibuk? Ayo lakukan tugas spontan yang Shelley ajarkan. Aku meminta Maddy mengambil pena dan kertas. Segera aku memberinya daftar bahan-bahan lengkap untuk membuat makanan pencuci mulut kesukaanku, astor coklat. Langkah demi langkah kami membuat kuenya melalui telepon. Akhirnya, saat kami meletakkannya di oven, kami sepakat untuk mengerjakan beberapa pe-er. Kami berdua yakin kalau pe-er tidak akan sesukar itu dengan astor coklat yang menanti untuk dilahap. Baru saja aku memulai pe-er aljabarku, telepon berbunyi lagi. Aku meluncur menuruni pagar tangga spiral dan berlari ke dapur. Hallo? Mereka itu mengerikan dan mereka itu menyedihkan, lawan dari keceriaan; misterius dan menjemukan, The Eerie Family! Mickey Meikle bernyanyi di ujung telpon. Mickey. Orang yang menciptakan The Adams Family akan membongkar makam mereka setiap kali kau menyanyikan lagu itu. Louie, The Adams Family dibuat ketika TV masih berwarna hitam-putih. Dan The Eerie Family itu lebih menakutkan daripada The Adams Family. Apa kau lihat episode minggu lalu? Kau benar-benar gila, Mickey. The Eerie Family itu dibayar murah dibandingkan The Adams Family dan kau tahu itu, ucapku seraya wajahku memerah, penasaran apakah dia berpikir aku sedang berada di dalam toilet. Aku gila? Kau itulah orang yang tinggal di rumah berhantu dan memiliki banyak hewan peliharaan. Acara kesukaan Mickey adalah The Eerie Family. Dia pikir seru untuk menggangguku karena memiliki nama belakang yang mirip. Baiklah, Lou, aku menelpon karena aku tidak akan mengikuti sesi latihan suara besok. Aku akan ikut audisi. Keren. Mungkin kita bisa melakukannya melalui telepon? saranku. Kami sedang membaca To Kill a Mockingbird, buku kesukaanku, akhir-akhir ini. Kami mengambil giliran membaca buku kesukaan kami untuk berlatih pita suara kami. Ternyata, pita suara di tenggorokanmu itu hanya seperti otot yang ada di kaki ataupun tanganmu. Semakin kau melatihnya, semakin kuatlah ia. Jadi, bagaimana kabarmu, Louie yang cantik? Apa Mickey baru saja memanggilku cantik? Tiba-tiba aku merasa ingin mengunyah bola tenis. Um, ah, tahulah, tidak banyak. Baiklah, sebenarnya, aku hampir bermasalah dengan Shelley, akuku, akhirnya aku dapat menyusun kalimat dengan benar. Mengapa? Apa yang telah kau perbuat? Kau tahu si kembar pirang bodoh itu, Evie dan Cameron? Si kembar Billingham? Yeah. Mereka baru saja bergabung dengan Shelley dan mereka tidak sengaja mendengarku berkata bahwa mereka jelek. Mengapa kau mengatakan itu? Mereka itu sangat manis. Rasanya seperti seseorang baru saja memukul perutku. Apa maksudnya dia berkata bahwa mereka itu manis? Oke, kau tahu, aku hanya bercanda dan mereka mendengarnya. Tidak ada masalah sebenarnya tapi salah satu yang baru mengalami kecelakaan mobil mulai menangis dan sesenggukan. Salah satu dari mereka baru saja megalami kecelakaan dan kau malah bersikap kasar terhadap mereka? Mengapa harus kau lakukan itu? Itu sangat jahat, Lou, ujar Mickey. Mengapa dia sangat aneh? Si kembar itu memang memuakkan, semua orang tahu itu. Mickey! Mereka itu si kembar Billingham, anak paling mengganggu di dunia! Kenapa? Apa yang teah mereka lakukan? tanyanya. Kau tahu . . . aku mulai sadar bahwa mereka sebenarnya tidak melakukan apapun. Louie, aku kira kau sudah berubah seperti monster bermata hijau. Apa itu, Mickey? Kau iri. Aku takut. Aku tidak iri dengan kembar idiot itu. Tidak! Ya. Aku telah bekerjasama dengan mereka beberapa kali dan mereka itu baik. Apa masalahmu? ucapnya sambil menutup telepon. Mickey menutup teleponku! Ini adalah hari terburuk dalam hidupku. Ibu marah padaku, si kembar itu marah, Mickey juga marah dan Shelley juga akan marah saat dia tahu aku telah mencemooh si kembar itu. Aku berusaha melihat sisi positifnya; minimal tidak ada hal yang dapat lebih buruk lagi. Louie, bau gosong apa itu? ucap Jake saat dia masuk ke dapur. Astor coklatku!
Bab Lima Selama seharian berada di sekolah, semua yang bisa aku pikirkan hanya mengenai Mickey yang menutup teleponku. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya dengan jelas. Si kembar itu juga jahat. Aku tahu alasan Shelley akan memakiku tapi Mickey itu temanku. Dia harusnya mendukungku. Si kembar itu menjengkelkan. Aku tidak yakin dia pikir mereka itu cantik. Laki-laki memang dapat menjadi sangat bodoh. Ketika tiba di rumah, api menyembur dari dalam perapian. Aku berdiri di depan perapian dan menutup mataku, berharap Mary Poppins akan mendengar doaku dan menghisapku ke cerobong asap. Tidak ada yang berhasil. Kakiku masih dengan kuat menempel di lantai. Louie? Ada pesan di mesin penjawab telepon dari Shelley. Dia perlu bicara denganmu segera, teriak Ayah dari ruang kerjanya. OK, aku akan segera menghubunginya, jawabku dengan muram lalu beranjak menuju dapur. Aku hampir mendapatkannya. Tidak, dia ingin kau menemuinya di kantornya sendirian. Uh-oh! Aku benar-benar akan mendapatkannya. Dengan murung aku kembali ke luar setelah aku mengambil apel dan ranselku. Lima menit adalah waktu yang aku butuhkan hanya dengan berjalan kaki menuju The Shooting Stars. Aku juga hanya butuh waktu lima menit sebelum aku mendapat omelan terbesar. Atau mungkin hal yang lebuh buruk dari itu. Mungkin juga aku hanya punya waktu lima menit sebelum aku dikeluarkan dari agensi. Pintu depan kantor menimbulkan bunyi bukk saat aku menutupnya kembali.
Saat aku memasuki bangunan tua berlantai tiga ini, aku mengambil nafas dalam-dalam. Nafas yang dalam itu dianggap dapat menangani kegugupan. Aku meyakinkan diriku sendiri untuk tetap tenang dan mengendalikan diri. Aku hanya perlu menghadapi akibat perbuatanku itu persis seperti apa yang telah Tahnee katakan. Si kembar ternyata telah duduk di kantor. Begitu juga Tahnee! Shelley tersenyum padaku dan menyuruhku untuk duduk. Dia dapat menjadi sangat manis terhadap seseorang yang tidak disukainya. OK, anak-anak, sekarang setelah kalian semua ada di sini, aku ingin mengucapkan selamat atas dimintanya kalian untuk mengikuti audisi Endless Exile. Aku menoleh ke Tahnee yang sedang berseri- seri. Aku tidak mendapatkan masalah apapun. Endless Exile merupakan film roman seharga tujuh juta dolar dan mereka sedang mencari dua anak perempuan untuk berperan sebagai saudara. Agen kasting dari studio filmnya memilih kalian berempat berdasarkan audisi terakhir yang kalian lakukan tahun lalu. Hanya ada dua puluh anak lainnya yang dipilih untuk ikut audisi. Shelley memberikan kami masing- masing satu naskah untuk dipelajari. Audisinya diadakan hari Jumat depan. Mereka memberi kalian waktu satu minggu untuk mempelajari adegan-adegan untuk audisinya dengan serius, untuk berlatih kemampuan anggarmu dan untuk mengahafal aksen Latin. Film ini dibuat di Alabama. Apa itu anggar? tanya Tahnee pada Shelley. Anggar itu perkelahian yang menggunakan pedang. Anggar dimainkan di Olimpiade dengan pakaian putih dan pelindung wajah dari kawat. Kalian harus memiliki tingkat kemampuan yang baik dalam anggar untuk dapat mendapatkan perannya. Aku telah menyuruh George untuk mengajari kalian setiap malam selama satu minggu ini. Apa kalian siap? tanya Shelley bersemangat. Kami semua mengangguk. Film roman seharga tujuh juta dolar? Tentu saja kami siap. Shelley membawa kami ke ruang kostum yang ada di sebelah ruangannya dan mengambilkan empat buah pelindung wajah anggar. Kalian akan berlatih dengan pedang tumpul jadi tidak ada kemungkinan kalian akan terluka tapi mata kalian perlu dilindungi setiap saat. Paham? Ini sangat penting, nak, kecuali jika tentu saja kalian hanya ingin mendapat peran seperti Cyclops. Kami semua mengangguk. Tahnee memakai pellindung wajahnya. Ugh, baunya seperti kaus kaki kotor. Banyak tespian yang berkeringat di topeng- topeng itu untuk membuat Richard the Third maupun Romeo and Juliet menjadi nyata dan hidup. Rengkuhlah aromanya. Terlambat! Itu memang sedang merengkuhku, menyengat! Apa itu tespian? Evie bertanya pada Cameron. Apa itu menyengat? Cameron bertanya ke Evie. Si kembar ini memang bodoh. Tespian itu artinya aktor, jawabku. Aku dan Tahnee memutar mata kami dan mengikuti Shelley ke aula. Dan menyengat itu deskripsi paling baik untuk bau saat kalian ada, bisik Tahnee padaku. Dia dapat saja menjadi jahat ketika dia mau. Mereka sangat menyebalkan, bisikku ke Tahnee. Sama seperti iklan mereka, dia tertawa pelan. George yang menawan sedang menunggu kami. Dia dengan lembut membagikan masing-masing kami sebuah pedang berbahan logam tipis dan mencontohkan gerakan-gerakan dasar dalam anggar. Aku dan Tahnee mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi; dia tampak mirip sekali dengan Brad Pitt. Dia memakai kaos putih tipis dengan bercak- bercak merah dan jingga yang tersebar di seluruh permukaan bajunya dan celana panjang berwarna kuning kecokelatan. Apapun yang George pakai, dia pasti tampak keren. Aku kira semua bintang film berusaha melakukannya. Apakah ada seseorang yang mengajarkan mereka melakukan itu atau hal itu muncul dengan sendirinya? Evie dan Lou, kalian dapat berpasangan dan Tahnee dan Cam, kalian jadi pasangan lainnya. Aku dengan geram mengelilingi Evie. Saat kami mulai bermain anggar, kata-kata Mickey berputar- putar dikepalaku: Mereka itu manis. Aku melakukan serangan tajam ke paha Evie. Ow! teriaknya. Kau tidak disuruh memukul sekeras itu. Selanjutnya aku mengarah ke betisnya dan memukulnya dengan pas. Louise memukulku dengan sangat keras, dia mengeluh pada George. Tidak; kau tidak melindungi dirimu sendiri dengan baik. George mengawasi kami bermain anggar sebentar. Aku mengendalikan diri hanya karena ada George di sana. Evie itu memang anak cengeng. Dia mengeluh setiap lima detik. Aku tidak bisa menahannya kalau aku ini lebih gesit dibanding dia. Setelah satu jam berlatih, waktunya pulang. Aku dan Tahnee mengucapkan sampai jumpa pada Goerge dan mengabaikan si kembar. Shelley berteriak pada kami saat kami melewati ruangannya: Anak-anak, jangan lupa kalau kalian ada kelas aksen besok jam empat, oke? ucap Shelley berbinar. Aku tidak tahu banyak mengenai film, tapi dari reaksinya, itu pasti hal yang besar. Apa kau tahu mengapa Shelley berhenti berakting? tanyaku pada Tahnee saat kami keluar gedung. Aku tidak tahu. Padahal dia itu fenomenal. Dia mengerjakan banyak peran saat masih kecil. Dia mungkin tidak berkualitas, komentar Evie, beberapa langkah di belakang kami. Aku dan Tahnee mengabaikan mereka. Yeah, apa yang kau katakan, Evie? Orang yang tidak bisa mengajar? si kembar itu tertawa, mengikuti di belakang kami. Lalu mengapa kalian datang ke sini, kalau kalian pikir Shelley tidak dapat berakting? ujarku marah. Shelley adalah guru terbaik yang pernah kumiliki. Dia menginspirasi, penuh gairah, antusias, dan penuh semangat. Setiap kali aku keluar dari kelasnya otakku dipenuhi dengan ide-ide dan gagasan-gagasan. Tidak ada satupun guru drama di sekolah tinggi yang dapat mendekati kualitas Shelley. Dia itulah seorang guru. Hanya karena dia tidak dapat berakting bukan berarti dia tidak dapat mengajar, Nona Eary, ejek Cameron dengan malu-malu. Bagaimana kau tahu nama belakangku? Mereka itu mengerikan dan mereka itu menyedihkan, lawan dari keceriaan; misterius dan menjemukan, The Eerie Family, si kembar itu bernyanyi bersama. Apa yang telah Mickey katakan pada mereka? Bagaimana bisa dia membicarakan tentangku pada mereka? Apa yang telah dia katakan? Apa ini maksudnya kalau dia ada di pihak mereka? Si kembar itu tertawa sementara aku berusaha memberi jawaban yang tepat. Terdiam kau, bintang aneh? ejek Cameron. Yeah, tidak heran kalau kau itu tidak dapat mendapatkan acara drama, menjadi bagian dari keluarga itu. Oh, sadarlah! Setidaknya Louie punya otak yang lengkap. Tidak seperti kalian berdua, dimana otak kalian itu pasti terbelah saat selnya terbagi. Pasti menyedihkan hanya memiliki lima puluh persen dari semua hal yang ada, ucap Tahnee seraya menggandeng lenganku dan menjauhkanku dari si Billingham. Pengecut sekali. Mereka menonton The Eerie Family! Orang-orang itu memang tidak punya selera yang bagus, iya kan Tahnee? Tiba-tiba aku diputar kebelakang. Evie memegang lenganku. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja dariku dan dia melotot garang padaku. Apa masalahmu sebenarnya? desaknya. Kau sendiri apa? jawabku sambil mendorong bahunya. Aku dan Tahnee terus berjalan. Hey! ucap Evie sambil menarik bahuku dan memutarku lagi. Kami tidak mengenal siapapun di sini dan kami telah mengalami saat-saat yang sulit akhir-akhir ini. Hal yang harusnya kalian lakukan adalah bersikap sopan. Evie menunjukkan tatapan sendu dari wajahnya. Mungkin aku dapat sedikit tenang. Lupakanlah, Evie. Mereka hanya iri karena kita mendapatkan lebih banyak peran di banding mereka, ucap Cameron pada saudaranya. Hal terakhir yang dia kerjakan adalah iklan pasta gigi itu. Beraninya dia! Jadi bagaiman kalau memang itulah hal terakhir yang aku kerjakan? Siapa yang peduli? Kalian itu hanya orang sombong yang tinggi hati. Hanya karena kalian mengerjakan banyak acara TV dan film tidak menjadikan kalian lebih baik dari kami, teriakku pada Cameron. Kami tidak pernah mengatakannya, jawab Evie. Kalian hanya mampir ke sekolah dan agensi kami dan berharap bisa diperlakukan seperti puteri. Sebaiknya lupakan hal itu. Kami benci kalian. Tidak ada seorangpun yang akan menyukai kalian di sini, ucap Tahnee sambil menggandeng lenganku daan membawaku pergi. Itu akan mengajari mereka, ucapnya padaku saat kami berlalau dengan segera. Sebelum kami berbelok di persimpangan, salah satu dari mereka berteriak lagi. Setidaknya kami punya payudara yang asli! Kami berbalik tapi si kembar itu sudah tidak tampak lagi. Kami berjalan pulang dengan terus terdiam. Kami berdua sangat marah. Beraninya mereka berbicara pada kami seperti itu. Sampai pada akhirnya Tahnee berdehem. Apa payudaraku tampak palsu di Dolphin Call? tanyanya gugup. Tidak mungkin kalau aku mengakui pada Tahnee bahwa itu benar. Dia pasti akan hancur. Jadi aku berbohong. Tidak mungkin. Keduanya tampak bagus, Tahnsta. Si Billingham itu pasti telah menguping pembicaraan kita suatu hari di kelas. Ingat saat Dene membicarakan tentang Jake yang menggunakan BH? Hmm, mungkin. Tahnee benar-benar sedih. Aku belum pernah melihatnya sediam ini. Itu memang benar! Tidak mungkin mereka tahu. Tenang, Tahnsta. Aku melingkarkan lenganku di atas bahunnya sambil terus menyusuri jalan. Sepertinya aku akan bertemu kau dan dua orang bermasalah itu lagi besok? ujarnya murung. Sepertinya iya. Aku masih tidak percaya kita harus berlatih bersama dengan para pecundang itu. Itulah hidup, kawan, ucap Tahnee saat belok di persimpangan. Tahnee yang malang. Dia biasanya selalu ceria dan bahagia. Apa coba yang Mickey pikirkan? Dua orang bermasalah itu memang mengerikan. Mereka hampir saja membuat Tahnee menangis. Memungut sebatang ranting yang jatuh ke tanah, aku mengambil posisi anggar. Dengan tangan kiri di belakang dan yang kanan mengayunkan pedang palsu, aku menyerang bayanganku di jendela rumah, menganggap itu adalah Evie dan Cameron. Tiba-tiba aku menyerang sebuah mulut berukuran besar menempel di kaca. Jake membuat hembusan nafas di kaca. Dia tertawa sambil berlari menjauh. Aku berlari memasuki rumah dan menangkapnya saat dia berusaha melarikan diri menuju tangga spiral. Ibu! teriaknya disela tertawanya ketika aku mengelitikinya di ruang tengah. Menggumulinya di atas sofa, aku mengambil Rufus dan mengikatkannya ke lengan Jake. Akhirnya aku membebaskannya. Saat dia berdiri dan berusaha mengelitikiku balik, di sadar dia telah menjadi seekor rufus yang sedang berjalan dan berbicara! Ibu! Louie mengikatkan Rufus padaku. Tiba- tiba kami memiliki seekor beruang buas besar berkeliling di sekitar rumah kami dengan dua kaki. Ibu! Ibu! Lepaskan Rufus dariku! Tolong! Jake menjadi histeris sambil berlari-lari berusaha melepaskan beruang besar itu dari punggungnya. Kepala Rufus bergerak naik turun di atas tubuh Jake. Aku tertawa keras sampai aku berguling-guling di lantai. Jake tampak sangat manis. Aku sedikit kecewa karena dia ternyata mengacuhkan wajah manisnya itu. Saat aku telah tenang, aku membawa diriku menaiki tangga spiral dan menuju ruang belajar. Waktunya mengerjakan pe-er. Aku harus membuat lukisan untuk pelajaran seni. Aku ingin mengambil gambar milik Ayah saat sedang membuat gambar arsitekturnya, tapi satu-satunya gambar yang muncul di pikiranku adalah si bodoh Evie Billingham. Hidung kecilnya yang pesek dan mata birunya yang masih saja menatapku saat aku berusaha membuat sketsa. Dia itu tetap saja pengganggu meski dia tidak ada. Louie? ucap ibu seraya memasuki ruang belajar. Apa aku bisa berbicara sebentar denganmu? Aku harus menyelesaikan lukisan ini, bu . . . tapi dia telah duduk. Apa yang terjadi? Ibu akan duduk hanya untuk pembicaraan yang serius. Aku berhenti menggambar. Apa ada hal serius yang perlu dibicarakan? Apa ibu tahu aku telah memakan biskuit cokelat simpanannya? Atau mungkin sesuatu yang berhubungan dengan karma. Maddy yakin bahwa karma bertanggung jawab atas semua hal buruk yang terjadi padamu. Jika kau melakukan atau mengatakan sesuatu yang buruk, ternyata hal itu akan kembali padamu sepuluh kali lebih kuat. Apakah hal-hal yang telah aku katakan akhir-akhir ini adalah hal yang buruk? Mungkinkah mengenai lelucon tentang wanita berpayudara satu itu? Oh-tidak! Ibu menderita kanker payudara! Aku mengambil nafas dalam-dalam dan mengatur diriku untuk tetap tenang; aku sedang menjadi seorang ratu drama. Jakey mengalami hari yang sangat buruk hari ini dan aku tahu kau hanya bercanda soal Rufus tadi tapi hal itu benar-benar membuatnya sedih, ucapnya dengan lembut. Aku bernafas lega. Anak-anak di sekolah tampaknya memberinya waktu yang sulit sekarang ini. Mengapa? tanyaku. Karena iklannya, menurutku, Lihat kan, aku telah mengatakannya padamu. Bukankah aku telah mengatakan padamu bahwa dia akan menjadi besar kepala dan menyombongkan dirinya kepada semua teman-temannnya? Jake tidak seperti itu, Louise. Aku telah berbicara panjang lebar dengannya mengenai itu dan dia mengerti tidak akan melakukannya. Anak-anak itulah yang menjadi kasar, titik. Aku telah mengantarnya tidur agar dia tenang. Mengikatkan Rufus padanya benar-benar bukan hal yang patut dilakukan saat ini. Aku hanya bercanda, rengekku. Louise. Kau itu kakak perempuannya. Bantulah adikmu itu. Dia butuh wajah yang penuh senyum dan perhatian sekarang. Dia baru berumur delapan tahun dan dia sekarang tersiksa. Aku yakin kau juga pernah mengalaminya dalam panggung kehidupanmu. Tidak menyenangkan bukan? Aku langsung memikirkan Evie dan Cameron yang mengejekku dengan lagu utama dalam The Eerie Family dan Tahnee yang diolok-olok mengenai payudara palsunya yang miring. Ibu benar; itu tidak menyenangkan. Baiklah, aku akan memastikan apa dia itu baik- baik saja, aku meletakkan kertas dan krayon hitamku dan beralih menuju kamar Jake. Kedua kamar kami ini memiliki jendela kaca berbintik yang menakjubkan. Punyaku berupa seekor kupu-kupu sedangkan milik Jake adalah seekor naga. Bulan mulai menerangi nafas naga yang menyala-nyala itu. Cahaya jingga, merah, dan hijau berpancaran ke bawah ke arah bantal putih Jake. Dia meringkuk di dalam sebuah bola, menghisap jempolnya dan memeluk boneka beruangnya, Toto. The Wizard of Oz adalah film kesukaan Jake jadi dia menamai bonekanya sama dengan anjing milik Dorothy. Aku duduk di tepi tempat tidur. Hey, Jakey. Masih terjaga? bisikku. Jake tetap menutup matanya tapi mengangguk iya. Kau baik-baik saja? dia menggoyangkan kepalanya menandakan tidak. Kau mau menceritakan padaku apa yang terjadi? tanyaku. Jake melompat bangun dan memelukku erat. Louie, mengerikan. Sangat mengerikan. Mereka sangat jahat, ujarnya di pundakku. Aku mendudukkannya kembali dan menenangkannya dengan menyelimutinya. Mengapa? Apa yang terjadi? Ceritakan cerita lengkapnya. Baiklah, pertama anak-anak ini menertawakanku karena aku ada di iklan itu lalu anak-anak lainnya bertanya apa yang sedang mereka bicarakan dan langsung semua orang berkata bahwa kupikir aku ini luar biasa karena ada di TV padahal menurut mereka tidak. Apa kau menceritakan pada mereka mengenai itu? Tidak. Ibu berkata padaku jangan karena Ibu bilang mereka dapat menjadi iri tapi mereka malah melihatnya sendiri. Apa yang mereka katakan padamu? Ben Biggs bilang aku ini sombong dan seorang richy-poo, katanya, matanya masih merah karena menangis. Apa itu richy-poo? tanyaku. Orang kaya. Jake yang malang tidak hanya diganggu karena berada di TV, dia juga diejek karena menghasilkan uang. Anak-anak dapat menjadi sangat jahat. Terlebih saat masih kecil. Anak-anak sering menggodaku saat aku juga ada di TV, tapi setelah beberapa saat mereka terbiasa dengan hal itu dan sadar bahwa aku ini hanya anak biasa sama seperti mereka. Jake, saat aku seusiamu, hal yang sama terjadi juga padaku. Benarkah? ucapnya. Dia telah tampak lebih gembira. Yeah. Semua anak kira aku mengagumi diriku sendiri karena ada di TV. Mereka tidak sadar kalau itu hanya sebuah hobi sama seperti menari atau sepakbola. Tapi pada akhirnya mereka akan sadar dan berhenti mengejekmu. Aku janji. Kapan? tanyanya bersemangat. Aku tidak tahu. Segera. Tapi untuk sementara waktu, kau hanya perlu mengabaikan komentar- komentar mereka dan jangan pernah berbangga diri atas apa yang telah kau lakukan. Wajahnya masih tampak sedih. Hey, mungkin kau bisa membawa beberapa mentega kacang itu dan memberikannya pada mereka untuk peraganya. Itu caramu dapat menjelaskan bagaimana kau mengerjakan iklan lalu membagikannya ke semua orang. Mungkin kemudian mereka akan lebih mengerti. Tapi kau bilang untuk tidak membicarakannya, ucapnya, bingung. Yeah, aku tahu, tapi kadang hal semacam itu membantu menjelaskan sehingga mereka tidak berpikir itu adalah penglaman yang ajaib. Mereka perlu memahami bahwa itu hanya sebuah pekerjaan sama seperti seorang loper koran ataupun pelayan. Baiklah, ucap Jake, wajahnya sedikit santai. Aku menyelimutinya rapat-rapat sampai menjadi seperti kepompong kemudian membacakannya cerita. Enid Blyton adalah penulis kesayangan anak-anak. Saat ini Jake masih membaca The Magic Faraway Tree. Suatu ketika tokoh-tokohnya berada di Topsy- Turvy Land dimana segala sesuatunya terbalik. Jake terkikih saat aku mencotohkannya dengan Toto. OK, Jakeys. Waktunya tidur. Aku mematikan lampu dan kembali ke kamarku. Beberapa potong krayon hitamku keluar dari tas sekolahku. Sebuah ide tiba-tiba muncul di kepalaku. Aku mengambil beberapa kertas dan mengendap lagi ke kamar Jake. Melalui cahaya bulan dari naga, aku membuat sketsa raut wajahnya saat dia tertidur. Gambar yang keren. Perlahan kugulung kertas tadi dan mengendap-endap kembali ke kamarku kemudian berganti piyama. Sudah jam sepuluh-tiga puluh dan aku lelah. Sebuah lagu muncul di kepalaku seolah-olah menghantam bantalku, Mereka itu mengerikan dan mereka itu menyedihkan, lawan dari keceriaan, misterius dan menjemukan, The Eerie Family. Evie, Cameron, dan Mickey bernyanyi bersama sambil menertawaiku. Aku menarik selimut sampai ke kepalaku untuk menghalangi suara-suara khayalan itu. Pada akhirnya aku hanyut dalam tidur tapi tidak dalam keadaan yang tenang.
Bab Enam Logat bukanlah titik terkuatku. Tahnee dan Mickey hebat dalam hal itu, sedangkan aku, Dene, dan Maddy benar-benar buruk. Aku pernah mengerjakan iklan susu dan aku harus menggunakan logat Swedia. Semua orang yang melihatnya berpikir bahwa aku terdengar seperti orang Jepang yang cadel. Aku memang membutuhkan kelas aksen ini kalau tidak aku tidak akan memiliki kesempatan unutk Endless Exile. Dene, Tahnee dan Madds ada di halaman luar dari gedung agensi Shelley saat aku tiba. Tahnee sedang mengajari mereka bagaimana bermain anggar. Menggunakan payung. Apa yang sedang kalian lakukan? tanyaku pada tiga pahlawan bertopeng yang sedang menyeringai ini. Hanya karena kami tidak ikut audisi bukan berarti kami tidak boleh belajar bagiamana bermain anggar, Dene berteriak seraya mendorong Maddy dengan tiba-tiba ke taman bunga. Dene Runga! teriaknya. En garde! tantang Dene. Maddy bergerak cepat dengan payungnya dan mengayunkannya pada Dene dengan pukulan yang sangat kuat. Dene jatuh terungkur ke rumput yang basah dan berlumpur. Kau baik-baik saja, Deno? tanyaku ragu. Dene mencoba bicara tapi mulutnya dipenuhi rumput. Tahnee menahan tawa. Maddy memandang Dene ketakutan. Maaf, Deno. Kau baik-baik saja? periksanya perlahan. Secara tidak terduga, Dene mengayunkan payungnya tepat di kaki Maddy. Pantat Maddy jatuh menghempas rerumputan dan orang-orang yang lewat melihatnya heran. Aku dan Tahnee menertawai dua teman berlumpur kami yang gila ini. Kadang aku pikir kau harusnya tidak mengajari mereka bagaimana bermain anggar, Tahnsta Tiba- tiba, aku dan Tahnsta telah terduduk di rumput juga. Dene dan Maddy tersenyum licik. Kami semua berlumuran rumput basah dan lumpur. Kalian! teriak Tahnee sambil membersihkan lumpur dari celana jins barunya. Aku baru membelinya kemarin! Nah, sekarang kau tidak perlu memakainya lagi, iya kan? ucap Deno. Hmmm, lihatlah babi-babi kecil yang ada di tempat mandi berlumpur mereka. Bukankah itu tempat yang sempurna untuk mereka? Evie Bilingham berkata pada saudaranya saat mereka berjalan melewati kami. Keren. Mari manfaatkan waktu bersama dengan si kembar dari neraka ini, ucap Tahnee sambil menjulurkan lidahnya ke mereka. Semoga berhasil, kawan, ucap Maddy bersemangat. Aku dan Tahnee membersihkan tubuh kami lalu menuju ruang musik. Aku penasaran siapa yang akan mengajar kita hari ini? ujarku pada Tahnee saat kami memasuki ruang latihan tua yang besar ini. Pertanyaanku langsung terjawab. Mickey Meikle sedang duduk diatas bangku piano menanti kami. Hai, teman-teman, ucapnya, sengaja tidak menatap mataku. Hatiku hancur. Ini akan menjadi minggu terburuk dalam hidupku. Shelley memintaku untuk membantu aksen Latin kalian karena pelatih vokalnya sakit hari ini. Dia memberiku beberapa catatan untuk diberikan pada kalian yang akan membantu kalian saat berlatih di rumah. Mickey mungkin punya suara yang kecil, tapi dia ahli dalam aksen. Shelley sering memintanya melatih anak-anak yang lebih muda. Apa dia juga perlu memintanya untuk kami? Evie dan Cameron tersenyum berseri-seri dengannya. (Ugh! Dimanakah George menyimpan pedang-pedang itu?) Mickey lanjut menjelaskan, masih tidak menatapku. Hal paling penting untuk diingat adalah bahwa semua kata diucapkan secara berlebihan dan suara yang dihasilkan lebih panjang dari khas Amerika. Contohnya, nama Wayne menjadi Way-un. Kami berempat menirukan. Semua yang ingin aku lakukan adalah keluar dari tempat ini, tapi aku harus mengikuit kelas ini; audisi itu sangat sayang untuk dilewatkan. Penderitaan selama sejam ini akhirnya berakhir juga dan aku keluar kelas secepat mungkin. Tahnee berlari mengikuti di belakangku. Apa yang terjadi, Lou? Kau tidak sekalipun berbicara dengan Mickey. Aku kira kalian itu berteman baik. Dulunya. Sampai dia mengagung-agungkan si Billingham dan mengatakan bahwa aku jahat dan menyeramkan. Tahnee mendengus. Dia sungguh mengatakan kalau kau itu jahat dan menyeramkan? Tidak secara langsung memang, tapi dia bermaksud begitu. Ini benar-benar salah, Tahnee, dan sekarang aku harus menghabiskan sisa pekan ini untuk direndahkan olehnya. Jangan khawatir. Pelatih vokalnya akan kembali besok. Aku harap begitu. Tahnee melingkarkan lengannya padaku dan kami pulang kerumah dengan tetap terdiam.
Aku melemparkan tasku di lantai dapur dan berjalan menuju kulkas. Jake ternyata telah mendahuluiku. Hey, kurcaci kecil. Aku biasanya membuka kulkas ini karena aku sedang merasa sedih akan sesuatu. Apa alasanmu? Jake memandangku dengan mata bengkak dan merah. Oh, Jakeys! Apa yang terjadi? Kami membuat es krim cokelat sambil Jake menceritakan harinya di sekolah. Semua anak membenciku, Louie. Mereka masih menganggapku tukang pamer. David Myers mengambil bekalku dan meletakkannya di toilet wanita dan tidak ada satupun dari anak perempuan yang mau mengambilkannya. Mereka juga membenciku. Jake mulai menangis lagi. Kau yakin tidak menyombongkan diri, Jakeys? tanyaku hati-hati. Tidak! Aku tidak melakukannya, Louie. Aku telah mengatakannya padamu. Baiklah, baiklah, aku hanya memastikan, jawabku cepat. Nah, apa kau telah membawa mentega kacang itu untuk peraganya seperti yang aku sarankan? Jake mangagguk lemas. Ya, dan tidak ada satupun dari mereka yang mau memakannya. Mereka semua berkata bahwa itu adalah mentega kacang paling buruk yang pernah ada. Guruku pun terpaksa membuangnya. Semua yang dapat kulakukan adalah memberinya pelukan erat. Aku tidak tahu apa lagi selain itu. Anak- anak memang nakaljelas dan sederhana. Aku mengajakknya ke ruang tengah dan kami menyalakan TV. Meskipun aku dan Jake tidak ingin menontonnya, Ibu sendiri sebenarnya membolehkan kami menonton film-film dokumenter. Ada salah satunya yang menceritakan tentang beruang kutub yang aku yakin akan Jake sukai. Dia menatap penasaran ketika beruang berbulu kutub utara itu berenang mengitari gunung es. Jake duduk tenang memakan es krimnya dan menonton beruang kutub itu, harinya yang mengerikan itu telah dilupakannya. Berikan padaku! ucap anak perempuan berambut pirang di iklan permen batangan yang menggantikan gambar beruang putih besar tadi. Tidak! Itu milikku! ucap kembaran identiknya. Hebat. Salah satu iklan Evie dan Cameron. Itu memang yang aku butuhkan. Ugh. Aku tidak dapat menahan kalian berdua! teriakku ke TV. Kenapa? Apa yang mereka lakukan? tanya Jake, penasaran. Mereka sangat menjengkelkan, anak-anak itu. Hanya karena mereka telah mengerjakan banyak iklan dan hal lain, mereka kira mereka itu puteri atau sejenisnya, kataku sambil marah-marah. Apa kau merasa seperti apa yang anak-anak di sekolah rasakan padaku? tanya Jake sedih. Aku memandang wajah imutnya. Tentu saja tidak. Mereka itu jahat dan menjengkelkan. Sedangkan kau itu luar biasa, Jake. Kau tidak melakukan apapun yang membuat orang lain tersinggung. Seburuk itukah apa yang telah mereka lakukan? tanya Jake. Ya, mereka . . . mereka um, mereka . . . Apa yang telah si kembar itu lakukan yang membuatku sangat membenci mereka? Tentu, mereka pada akhirnya mengejekku tapi sebelum itu mereka memang tidak melakukan apapun. Mereka hanya kesal ketika mereka mendengarku mengatakan hal- hal buruk tentang mereka di tempat Shelley. Aku memperhatikan mata merah Jake dan mulai merasa mual. Dan itu bukan karena kami telah memakan hampir satu mangkuk penuh es krim. Itu merupakan rasa sakit yang berbeda di perutku yang berasal dari rasa yang selalu aku rasakan setiap kali aku memikirkan Evie dan Cameron. Itu merupakan perasaan sedih, bukan marah. Mata Jake mulai berair. Kau baik-baik saja, Jakey? Jangan menangis, semua akan baik-baik saja. Tidak, aku kira aku akan menyuapi adikmu setengah mangkuk es krim untuk menghiburnya bisa jadi ide yang bagus sampai mereka merusak kaos kesayanganmu. Jake muntah di atas sofa dan tubuhku. Aku membawanya ke kamar mandi dan membantunya membersihkan diri. Dia mulai menangis lagi. Untunglah Ibu datang dan mengambil alih. Ibu pandai mengira-ngira apa yang terjadi dengan segera. Apa anak-anak di sekolah mengejekmu lagi, sayang? tanyanya. Jake hanya mengangguk sedih. Karena Ibu telah mengurusnya, aku memutuskan untuk beristirahat di kamarku. Cahaya bulan baru saja menerangi kaca kupu-kupuku. Cahaya merah, hijau, dan biru berkilauan di lantai. Sebenarnya, semua yang aku inginkan adalah tidur. Setiap kali aku memikirkan Evie dan Cameron aku merasa lelah. Aku merangkak ke tempat tidur, masih belum berganti pakaian dan bersembunyi di balik bantalku. Aku tidak sedang bersikap seperti anak-anak di sekolah Jake, iya kan? Aku ini lebih tua dan lebih dewasa dibanding mereka . . . Saat aku mulai nyenyak tertidur, aku dapat mendengar Jake masih tersedu-sedu di kamarnya. Mungkin aku memang tidak sedewasa itu.
Bab Tujuh Apa kau pernah dengar tentang latihan dimana seseorang menggunakan jari-jari kecilnya untuk mengangkat orang yang utuh? Kelly Shinosaki menanyai temannya. Waktu belajar di The Shooting Stars tiba lagi. Ini biasanya menjadi hal paling menyenangkan di pekanku tapi hari ini aku akan sangat lebih bahagia dengan dua puluh jam mengerjakan aljabar. Kelas anggar dan vocal telah berjalan dengan baik karena aku memutuskann untuk tetap diam dan mengikutinya saja. Aku melakukan usaha yang sadar untuk tidak menjadi orang yang kasar, tapi aku masih tidak dapat bersikap baik terhadap si kembar itu. Mickey juga masih mengacuhkanku dan dia tidak berusaha mengikuti sesi latihan vokal denganku. Dia memang tidak mau melakukan apapun bersamaku. Apa aku segitu menyebalkannya? Apa aku memang telah melakukan hal yang buruk? Aku kira tidak. Hey, apa kau lihat mereka di iklan es krim itu? Sangat norak. Aku lebih baik mati daripada ada di iklan itu, Kelly berbisik pada rekannya saat dia merefleksikan gerakan-gerakan tubuhnya. Ini adalah latihan yang Shelley sering perintahkan. Latihan ini butuh konsentrasi penuh dan insting untuk bergerak sama persis dengan pasanganmu secara bersamaan. Kelly sedang membicarakan Evie dan Cameron. Sama seperti yang pernah aku, Tahnee, Maddy, dan Dene lakukan. Aku memiringkan tubuhku lebih dekat padanya untuk mendengar apa yang sedang dia katakan. Hey, Pooey, kau tidak berkonsentrasi, Maddy memakiku saat aku salah menirukan apa yang ada di kaca. Maaf. Aku sedang berusaha mendengarkan apa yang sedang Kelly ucapkan, terangku. Dia sedang membicarakan tentang Evie dan Cameron, masalah besar. Maddy meluruskan tangannya ke udara. Aku menirunya perlahan. Mereka pikir mereka itu seperti supermodel atau apa begitu, bisik Kelly. Kelly, kenapa kau tidak suka Evie dan Cameron? bisikku padanya. Tahulahmereka pikir mereka luar biasa, ucapnya, sedikit kaget. Yeah, apa yang mereka lakukan sehingga membuatmu kesal? Kelly menatapku seolah aku ini gila. Mereka tidak melakukan apapun. Mereka tidak perlu melakukan apapun. Yang perlu kau tahu mereka itu sombong akan semua pekerjaan yang telah mereka lakukan. Rasa sakit itu menyerang isi perutku lagi. Diseberang ruangan sana Evie dan Cameron saling menirukan. Sebenarnya mereka tampak sangat hebat, terihat memang mereka itu kembar identik. Memang. Sejak kecelakaan Cameron itu, mereka tidak identik lagi. Setelah hari pertama di The Shooting Stars, Cameron melapisi wajahnya dengan riasan tebal untuk menutupi luka-lukanya. Meski kau masih bisa melihatnya. Madds, setelah kelas ini apa kita bisa kerumahmu? Aku perlu berlatih scenario untuk audisi. Dan juga, aku ingin mencoba apa-kau-tahu, bisikku. Nak! Apa kalian fokus? ucap Shelley memarahi kami. Shelley tidak pernah lagi bersikap manis lagi padaku sejak Evie dan Cameron datang. Dia mungkin kecewa karena aku tidak melaksanakan apa yang dia minta: menjadi teman mereka. Aku telah berusaha. Iya kan? Apa inti dari semua ini? tanya Jason Malouf padaku. Jason, kau harus sabar dengan semua pertanyaan itu. Lakukan saja tugasnya dan nanti semua akan masuk akal. Percayalah. Jason masih tampak ragu. Baiklah, anak-anak, bungkus! teriak Shelley. Apa itu bungkus? tanya Jason. Itu adalah apa yang orang-orang film katakan untuk menandakan berakhirnya tugas, Maddy memberitahunya cepat. Dia menarik tanganku dan menyeretku ke aula. Kau sungguh ingin melakukan apa-kau-tahu? tanyanya senang. Ya, aku benar-benar mau, kau ini aneh. Ini kan bukan hal yang besar, Madds. Ya, tentu saja. Kau tidak pernah mau sebelumnya. Sebelum aku sempat merespon dia telah menyeretku secepat mungkin menuju rumahnya. Rumah Maddy hanya berjarak satu blok dari The Shooting Stars. Rumahnya sangat modern dan semuanya putih. Kadang itu membuatku sakit kepala, terlalu terang. Salah satu yang keren dari rumah Maddy adalah adanya studio di halaman belakangnya. Orang tuanya membangun studio itu sebagai tempat Maddy berlatih. Meski dia malah akhirnya meluangkan waktu lebih lama untuk mengocok dadunya dari pada berlatih. Louie Eary? Ya, Sad-Madd? Kurasa aku menyukai Jason Malouf . . . ucapnya blak-blakkan. Maddy sangat berani! Wow, gossip! Kau tak kan menceritakannya pada siapapun kan, Louie? dia menyesal telah mengatakannya padaku; aku dapat melihatnya dari mata cokelatnya. Jangan khawatir, Madds, aku tidak akan mengatakan apapun, janji, aku meyakinkannya. Saat kami memasuki studio kecil yang terbuat dari bata putih dan pilar dari baja, ikan kecil Maddy, Leo, mengibaskan ekornya gembira pada kami. Halo, Leo, ucap Maddy sambil berlari dan menjatuhkan beberapa kepingan makanan ke dalam air. Aku merindukanmu, teman kecilku. Jadi, apa dulu yang ingin kau lakukan? Berlatih skenario atau mengocok dadunya? tanyaku padanya. Menurutmu! Maddy merogoh mencari sesuatu dari dalam laci mejanya samapi dia menemukan kantong biru beludru. Dia menjatuhkan dadu putih mengkilap di tanganku. Baiklah, apa yang ingin kau tahu, Pooey? Kehidupan cinta? Nilai sekolah? Pekerjaan berakting? Aku menggelengkan kepala. Kebaikan, ucapku. Dahi Maddy berkerut menunjukkan ekspresi bingung. Maksudmu? Nah, aku kira mungkin aku telah bersikap sedikit jahat pada si Billingham tanpa alasan yang jelas. Tapi aku tidak yakin. Semua anak di sekolah Jake mengejeknya karena dia ada di sebuah iklan. Aku ingin tahu apakah aku juga sedang melakukan hal yang sama pada si kembar itu bahkan tanpa menyadarinya, jelasku. Sangat dewasa, Pooey. Maddy mengambil dadunya lalu mengocoknya. Apa yang kau lakukan? tanyaku. Hanya memanaskan mereka, membuatnya sadar kalau kita akan menanyainya pertanyaan penting, ucap Maddy dengan binar di matanya. Aku benar- benar tidak tahu mengapa aku meragukan dadu Maddy ini. Setahuku, tidak ada satupun dari prediksinya yang pernah benar. Meskipun Maddy sangat meyakininya, yang tidak dapat kutahan untuk dipikirkan adalah pasti ada sesuatu di dalamnya. Oke, ambil dadunya, Louie, lalu kocok di tanganmu seperti yang tadi aku lakukan. Itu akan membuat dadu itu memahamimu. Madds! Memahamiku? Mereka ini hanya kepingan plastik, kau ini idiot! Kau baru saja menghina dadu ajaib ini! Dengan begini kau yakin mereka akan memberimu jawaban yang akurat sekarang? Kau harus menciumnya. Apa? Kau bercanda, kan? wajah Maddy setengah mati serius. Aku tidak akan melakukannya, Madds. Sangat aneh. Baiklah, ucap Maddy sambil mengambil kembali dadunya dan menempatkan mereka di kantongnya. Aku sedikit lega. Aku takut sekali kalau dadu itu akan mengatakan bahwa aku ini orang yang jahat. Baca skenario aja yuk, ucapku. Maddy tidak tampak senang. Dadu ajaib itu suci bagi Maddy dan dia tidak pernah membiarkan orang lain menggunakannya. Dia telah sangat baik membiarkanku mencobanya dan aku malah menyangkalnya. Mungkin aku tidak perlu dadu ajaib itu untuk mencari tahu apakah aku ini orang yang jahat. Baiklah, aku akan mencium dadunya, ucapku ragu. Dalam sekejap, Maddy telah mengambil kantongnya dan menjatuhkan kembali dadunya di tanganku. Tapi, Madds, bisakah kali ini kau jelaskan bagaimana kerja mereka? Tentu! Dadu itu bekerja karena kemungkinan. Dengan melemparkan mereka enam kali dan mencatat apakah yang keluar itu angka genap atau ganjil, kita menentukan polanya dan jawaban yang mungkin. Maddy terdengar se-menakutkan seperti guru aljabar kami, Bu Bishop. Semuanya ini tentang matematika, Pooey Louie, dunia matematika yang sangat indah. Sekarang aku pikir kau ini penyihir hebat karena kau benar-benar kutu matematika! Matematika itu yang mengatur dunia. Tanpanya kita bukan apa-apa, partikel tak berharga dari ruang angkasa terbang sia-sia melewati Madds, aku sedang mengocok dadunya kalau tidak memperhatikannya. Maddy mengambil selembar kertas dan sebuah pena dan mulai membuat catatan. Enam dan empat; sepuluh, angka genap. Dia menulis e. Aku mengocok dadunya lagi, membayangkan semua pertengkaranku dengan Evie dan Cameron. Dua dan empat; enam. Angka genap lagi. e lainnya ditambahkan Maddy ke daftarnya. Dengan gugup aku mengocok dadunya lagi. Akhirnya aku mengocok dadu untuk yang keenam dan yang terakhir kalinya. Saat dadu putih cerah itu terlontar ke atas meja, aku menutup mataku dan membisikkan harapan kalau aku ini bukan orang yang jahat. Buka matamu, Pooey. Ada masalah. Apa masalahnya? jawabku gugup. Kau telah menghasilkan tiga genap dan tiga ganjil. Seri. Terus apa maksudnya? Semuanya lancar, kan? tanyaku penuh harap. Tidak, artinya adalah bahwa kau telah tahu jawabannya dan kau buang-buang waktu dengan dadunya. Ia juga berkata bahwa saat kau melihatnya lebih dekat kau akan mendapatkan jawabannya; pada waktunya. Jadi, itu cukup jelas, kan? Maddy memalingkan wajah dan mengambil kembali dadunya dariku. Maaf, Madds. Aku masih sedikit gugup. Jadi ini tidak bagus tidak pula buruk, begitu? Madds mengangguk. Seluruh badanku lega. Aku bukan orang yang jahat. Meski jelas dadu itu berkata bahwa dulu aku iya. Berhentilah cemas, Louie. Anak-anak itulah yang jahat. Mau mengadu dadu tentang Jason? tanyanya dengan senyum puasnya. Kau benar menyukainya, iya kan? teriakku. Mungkin . . . Ayolah, ini akan seru! Maddy memanaskan dadunya di tangannya seraya dia bertanya, Apakah Jason Malouf menyukaiku? dengat cepat dia mengocok dadunya sebanyak enam kali. Madds, kau melakukannya dengan sangat cepat dan aku tidak punya kesempatan untuk mencatat yang genap dan ganjilnya. Aku tidak percaya ini, jawabnya lirih. Tadi itu seri, sama sepertimu. Terus apa maksudnya? tanyaku. Maddy memelototi dadunya. Aku tidak tahu, akunya kemudian, mengangkat bahunya. Maksudnya adalah ini tidak berhasil! teriakku sambil mengelitikinya sampai tahu rasa. Ampun! Ampun! ucapnya disela tawa. Aku masih mengelitikinya sampai wajahnya memerah. Louie, aku hampir tersedak tahu, jawabnya, masih berusaha menarik nafas. Mungkin kau memang anak nakal! Aku menjulurkan lidahku padanya lalu memberinya naskah Endless Exile. Aku diharuskan mempelajari matang-matang dua adegan dari naskah itu. Maddy membacakannya padaku untuk meyakinkan aku paham setiap barisnya. Kami mulai terkikih; logatku masih belum cukup baik. Lou, kau terdengar seperti monster dari Star Wars atau apalah. Kau harus mengikuti pelajaran lebih. Tidak bisa. Pelatih vokalnya masih sakit. Satu- satunya orang yang bisa menolong adalah Mickey dan dia juga sedang tidak mau berbicara denganku. Mata Maddy tiba-tiba berbinar. Mengapa kita tidak mengadu dadu tentang Mickey? TIDAK MUNGKIN, MADDY! Kenapa? Takut kalau berhasil? Atau, mungkin kalian tidak butuh mengadu dadu lagi. Mungkin kau telah tahu kau sedang jatuh cinta, godanya. Diam, kau mulai tolol. Gee, Lou, untuk seorang yang sangat percaya diri di sekolah akting, kau sangat pemalu dengan lelaki. Kau bahkan belum pernah mencium siapapun, ucap Maddy. Apa maksudmu? Tidak satupun dari kita yang pernah melakukannya. Tahnee pernah, jawabnya tanpa dosa. Apa! teriakku. Kau bercanda, kan? Lalu aku sadar kalau Maddy sedang membahas tentang Tahnee yang mencium beberapa pria dalam pentas drama sekolah yang kami tampilkan tahun lalu. Madds, itu tidak dihitung; itu hanya ciuman untuk akting. Maddy memutar matanya lalu kembali membaca naskah. Kali ini aku memang lebih baik namun aksenku masih payah. Telepon Mickey, ucap Maddy keras saat dia melambaikan tangan mengantarku pulang.
Saat aku memasuki Rumah Pohon, tidak ada semburan udara hangat yang menyapaku. Kali ini sudah memanas sendiri; musim panas tinggal tiga minggu lagi. Aku mendekat ke telepon, yang Maddy namai interkom-toilet. Saat menghubungi nomor Mickey, aku mulai merasa mual. Hallo? jawabnya setelah telepon yang ketiga. Um, hai Mickey. Ini Louie, jawabku cepat. Hanya ada diam di ujung telepon. Apa dia sudah memutusnya? Aku mengeluh pada diriku sendiri, menyadari kalau aku belum mendengar bunyi bip dari saluran yang terputus jika dia memutuskannya. Aku bisa menjadi ratu drama terkadang. Hey, Lou, ucapnya kemudian. Ada apa? Aku masih lumayan buruk untuk aksen Latin ini dan aku ingin tahu apa kau dapat melakukannya denganku melalui telepon. Hanya diam yang menjawab pertanyaanku. Kau tahu, karena audisinya itu besok dan semuanya. Tunggu aku mengambil naskahnya dulu. Aku kira aku membawanya pulang. Aku mendengarnya merogoh mencari naskah itu di ranselnya. Dia belum bersikap baik tapi setidaknya dia berbicara denganku. Aku akan mengucapkannya kemudian kau mengulanginya. Oke? Kami melakukannya lima atau enam kali. Aku berusaha berimprovisasi sedikit. Bagus, Lou, kau akan baik-baik saja. Aku harus pergi, ibu memanggilku. Aku berusaha mengucapkan dah sebelum dia menutup telepon. Aku pernah ke rumah Mickey untuk berlatih vocal dan aku tahu ayah dan ibunya tidak pulang ke rumah hingga larut. Dia hampir selalu berada di rumah sendirian. Tidak mungkin kalau ibunya memanggilnya. Mickey berusaha menutup teleponnya. Aku berharap Maddy dapat mengadu dadunya lagi untukku; ada banyak sekali hal yang mau aku tanyakan. Aku berpikir lagi pada jawaban terakhir mengenai Evie dan Cameron. Jawabannya adalah tunggu dan renungkan. Aku sudah cukup melakukannya, bukan? Mengapa semua ini terjadi? Aku mengambil Rufus dari lantai di ruang tengah dan membawanya ke kamarku. Aku melilitkannya di bahuku sambil aku berlatih skenario lagi dan lagi. Rufus itu simbol nasib baik. Sebelum mengikuti audisi aku selalu membelitkannya di bahuku seperti sebuah syal. Aku mengetuk-ngetuk kepalanya dan memandangi mata coklat beningnya. Sekarang ini, Rufus, ini sungguh-sungguh pekerjaan yang penting jadi kau harus menjadi super beruntung, ya? dia menatapku setuju. Aku memberinya pelukan dan memulai pe-er bahasa Inggrisku. Naskah yang aku pelajari untuk audisi Endless Exile masih saja memenuhi kepalaku. Aku memasukkan lagi buku bahasa Inggrisku ke dalam tas dan memutuskan untuk terus berlatih. Shelley selalu berkata kalau kau tidak pernah perlu berlatih sesuatu secara berlebihan. Kalau aku ingin mendapatkan iklan dan main film, mungkin itulah yang harus pertama kali kulakukan: latihan, latihan, latihan. Bahasa inggris hanya perlu menunggu.
Bab Delapan Ibu pikir akan jadi nyaman membuka atap mobil Volkswagen dengan atap terbuka kami. Tapi aku tidak. Rambut ku berterbangan ke mana-mana dan aku tampak berantakan. Tidak mungkin mereka memberiku pekerjaan sekarang, bu, teriakku seraya berusaha menutup kembali atapnya. Ibu tertawa dan berkata padaku untuk tidak menanggapinya terlalu serius. Ayolah, bu. Siapa yang anak dan siapa yang dewasa sekarang? ucapku tajam sambil aku menata lagi rambutku. Ibu mendendangkan lagu Frank Sinatra saat dia terus melaju di jalan raya. Apa judul lagunya, bu? Young at Heart. Itu telah jadi salah satu lagu terbaiknya. Pesannya sangat indah. Studio audisinya itu ada di tengah antah berantah. Aku belum pernah pergi ke Willow Tree Film Studios sebelumnya. Aku penasaran apakah mereka tampak seperti studio tua di tahun lima puluhan dimana Marilyn Monroe dan Humphrey Bogart membuat film. Aku suka gaya aktor-aktor di masa lima puluhan dan enam puluhan; mereka semua tampak keren. Aku punya buku film lengkap di rumah yang berisi semua film yang pernah dibuat. Mungkin namaku akan tercatat kalau aku mendapatkan peran di Endless Exile! Kau tahu baris naskahmu, sayang? tanya ibu. Aku melafalkan mereka dengan lancar. Terdengar hebat, Louie. Kau akan jadi luar biasa nanti! Ibu selalu berkata demikian sebelum audisi. Hal itu mulai membuatku mual. Mungkin aku tidak se-luar biasa itu. Mungkin itulah kenapa aku belum pernah memperoleh peran yang pantas di TV atau film. Mungkin aku memang ditakdirkan hanya untuk bermain iklan selamanya. Mungkin Evie dan Cameron itu memang lebih baik dariku. Saat memasuki sebidang tanah, kami disambut pagar besi tempa yang sangat indah. Ibu berjalan masuk dan dihadang oleh pengaman. Siapa yang kau bawa ke sini hari ini? tanya laki-laki pendek, bulat, berjenggot sambil dia memeriksa ke dalam mobil. Ini Louie Eary dan dia mengikuti audisi untuk Endless Exile, jawab Ibu bangga. Petugas keamanan memeriksa daftarnya, memberikan tanda keamanan dan mempersilahkan kami masuk. Mawar putih dan merah menyambut kami. Ruang audisi ada di bagian belakang studio. Saat kami melewatinya, aku menoleh ke pintu masuk studio untuk melihat penataan ruangan, cahaya, dan penampilnya. Seperti taman bermain. Semua orang yang berisik dan bersemangat ini melompat-lompat seperti peri. Seorang laki-laki sedang memasang mobil-mobilan. Aku yakin mereka akan meniupnya, komentar Ibu. Aku mengangguk dengan kepala yang mulai berputar-putar. Ayolah, Lou. Bergembiralah! Ini harimu, ucap Ibu seraya mendorongku keluar dari mobil untuk kemudiaan berada di atas trotoar. Shelley selalu mengajarkan kami untuk meluruskan punggung kami sebelum kami mengikuti audisi jadi aku bergelung ke bawah menyentuh kakiku. Kembali lagi dan membuat suara aaahhh yang kuat yang dianggap dapat memanaskan suaraku. Beberapa gadis yang sedang menunggu di luar memandangiku seolah aku ini gila. Shelley berkata pada kami bahwa kita akan terlihat aneh bagi aktor-aktor lain tapi kita hanya perlu mengacuhkan mereka dan melakukan pemanasannya. Kami ini profesional dan mereka tidak. Aku dengan semangat penuh percaya diri berjalan lurus menuju pintu pemeriksaan dan memperkenalkan diri. Aku Louise Eary dan aku di sini untuk mengikuti audisi Endess Exile. Sekretarisnya tidak menoleh sedikitpun. Dia hanya menyerahkan papan tulis kecil padaku dan berlanjut memoles kukunya. Boleh aku pinjam pena, tolong? tanyaku. Dia menatapku sekilas saat dia memberikan pena. Terima kasih banyak, ujarku. Masih tidak ada respon. Orang dapat menjadi sangat tidak sopan di tempat audisi. Aku harus mengisi formulir data pribadi. Ada pertanyaan-pertanyaan tentang warna mata dan rambutku, warna kulitku, tinggi badanku, berat badanku, seberapa putih gigiku, apakah aku berambut panjang atau pendek, apakah aku punya bintik, apakah aku punya tato atau bekas luka dan terakhir ukuran dadaku. Apa yang harus ku tulis? Nol? Alangkah memalukannya! Lalu aku mengisi bagian yang mencantumkan semua peran di TV, film, dan teaterku. Aku mencantumkan semua iklan dan teater yang pernah aku perankan di The Shooting Stars. Riwayat perfilmanku masih kosong. Aku harus mendapatkan film ini! Berbalik untuk mendapat tempat duduk, aku mendapati ruangan ini dipenuhi oleh sekitar empat puluh anak perempuan. Semua orang berhimpitan dan tampak kesal. Tidak ada pendingin ruangan dan tempat ini mulai bau seperti tempat olahraga. Tangan mungil Tahnee melambai ke arahku dari tengah- tengah kerumunan. Hey! Kau siap? Bukankah ini seru? tanyanya. Harusnya memang menyenangkan tapi semua yang aku mau hanyalah pulang ke rumah. Aku benar-benar gugup. Tidak jauh dariku ada Evie dan Cameron. Mata Cameron terlihat memerah. Ada apa dengan Cameron? tanyaku pada Tahnee. Dia mengangkat bahu. Si kembar itu melirik cepat ke arah kami. Dengan cepat aku mengangkat tangan dan sedikit melambai. Mereka pura-pura tidak melihatnya. Mengapa kau tiba-tiba bersikap manis pada mereka? tanya Tahnee. Aku mengangkat bahuku. Aku juga tidak tahu, tapi setidaknya rasa sakit di kepalaku ini mulai berkurang. Baiklah, semuanya! Jadi begini cara berjalannya, wanita kurus kecil berkacamata merah persegi berteriak pada kami. Aku akan memasangkan kalian dan kalian dapat berlatih membaca dengan pasangan kalian masing-masing sebelum aku memanggil kalian ke audisinya. Beberapa dari kalian bisa jadi beruntung dan mendapatkan waktu lebih untuk berlatih daripada yang lainnya tergantung dari daftarku ini. Baiklah, inilah pasangan-pasangannya. Kau dan kau, kau dan kau, kau danDia berlanjut terus sampai kami semua berpasangan. Aku dan Tahnee berpasangan. Aku perhatikan kalau Evie dan Cameron juga satu pasangan. Cameron tampak sangat lega. Dia bahkan tersenyum. Aku dan Tahnee mendapati tempat yang tenang tepat di pojok ruangan untuk berlatih. Jika mereka suka adegan pertama yang kami tampilkan, kami akan diminta melakukan yang kedua. Dengan semua orang di ruangan ini, suasananya mulai panas. Aku mengipaskan naskahnya di depan wajahku untuk menghalanginya memerah dan berkeringat. Apa kau memakai riasan? aku bertanya pada Tahnee. Nah, kita itu hanya dituntut menjadi anak umur tiga belas dan dua belas tahun. Tapi bukankah lampunya akan menghilangkan warna wajah kita? Untuk pertama kalinya, Tahnee tampak panik di sebuah audisi. Tidak satupun dari kami pernah mengikuti audisi sebuah film sebelumnya. Kami tidak tahu apa yang perlu dilakukan. Ayo tanya si kembar itu apakah mereka membawa riasan? saranku. Tidak mungkin. Aku tidak akan meminta apapun pada mereka. Namun Tahnee dengan senang hati bertanya pada empat anak perempuan di samping kami apakah mereka membawa riasan. Seorang gadis pirang cantik mengaku dia punya. Untungnya, dia membolehkan kami meminjamnya. Aku merias Tahnee terlebih dahulu lalu dia meriasku. Jumlah anak-anak perempuannya perlahan berkurang. Tidak banyak yang diminta bertahan untuk adegan kedua. Tahnee Caruso dan Louise Eary, wanita kurus berkacamata itu mengumumkan. Kami berdua mengambil nafas dalam-dalam dan mengikuti wanita itu ke dalam ruang audisi. Ini Margo Powers, sutradara Endless Exile, dan ini Melanie Leigh, produsernya. Aku dan Tahnee menyalami mereka dengan kuat. Kesan pertama yang kami berikan pada mereka itu sangat penting. Kalau kami keliru bersikap atau berbicara, kami langsung lepas dari audisinya. Karakter yang kami perankan adalah gadis yang pendiam dan pemalu. Kepribadian periang Tahnee tidak akan terlihat. Aku tersenyum sopan dan dengan lembut menjabat tangan mereka. Kami duduk di depan kamera sembari wanita kurus itu mengatur cahayanya. Mengapa kalian tidak membaca-baca sebentar selagi aku membetulkan ini? sarannya. Aku dan Tahnee perlahan menjalankan barisnya; dengan sempurna. Kami memahami naskahnya luar dalam, atas bawah. Baiklah, tolong sebutkan nama dan agenmu lalu kami akan mengambil adegan pertama, ucap sutradaranya. Dia memegang papan kecil yang berisi semua detail kami. Aku bisa lihat dia ingin tahu apakah umurku itu salah. Aku Tahnee Caruso, aku tiga belas tahun dan aku dari The Shooting Stars. Tepat di tengah-tengah ucapan Tahnee, dia sadar dia tidak perlu terlalu ceria. Akhir kalimatnya tenang dan santai, persis seperti karakter yang diinginkan. Aku Louise Eary, aku hampir empat belas tahun dan aku juga dari The Shooting Stars. Aku yakin aku mendengar hembusan nafas yang keluar dari mulut sutradaranya. Tahnee, kau akan memainkan Kate, dan Louise, kau tentu memerankan gadis yang lebih muda, Mary. Aku akan mengarahkan kameranya hanya terfokus pada wajah manis kalian dan kami akan memulainya. Aku dan Tahnee menunggu. Aku mengambil nafas dalam-dalam. Rasanya seperti banyak sekali kupu-kupu yang menggerogoti isi perutku. Mulai! teriak sutradaranya. Untungnya, Tahnee yang mendapat baris pertama. Aku dengan hati-hati mendengarkan aksen latinnya yang sempurna dan berusaha menyesuaikannya.
LEMBAR AUDISI #1 UNTUK KARAKTER KATE DAN MARY
Naskah 4 ENDLESS EXILE Sebuah film roman karya Lucy Lang Aitkens
Adegan 38 DI DALAM PONDOK KAYU MALAM HARI
Mary dan Kate duduk meringkuk bersama di tempat tidur saat badai hebat menerjang di luar sana.
KATE: Aku tidak mengerti mengapa Paman Wayne juga pergi, Mary.
MARY: Apa yang kita lakukan sekarang, Katie? Apa yang akan kita lakukan!
Letusan keras guntur membuat Mary bersembunyi di balik selimut.
KATE: Semuanya akan baik-baik saja. Kita pernah bertahan pada kondisi yang lebih buruk dari ini bukan?
MARY: Yeah, tapi itu saat Ayah dan Ibu masih hidup.
KATE: Menurutmu apa mereka ada di surga sekarang?
MARY: Aku yakin mereka disana.
Mary dan Kate menengadah ke atap seraya air mata mengalir dari mata biru Mary.
MARY: Tidak. Aku tidak ingin bergembira lagi. Semua hal tampak mengerikan.
KATE: Ayolah, semangat, beri kami sedikit senyuman, satu saja?
Kate memeluk Mary dan mereka duduk terdiam, saling memandang.
AKHIR AUDISI ADEGAN SATU
Di akhir adegan kami diminta untuk duduk terdiam salaing memandang tapi Tahnee malah menjulurkan lidahnya padaku. Berhenti! Bagus sekali. Sutradara dan produser berseri-seri. Juluran lidah Tahnee tadi pastinya gerakan yang bagus. Kami diminta duduk di ruang tunggu dan akan di pasangkan kembali. Tahnee menatapku ngeri. Dipasangkan kembali? Kami ingin audisi bersama lagi. Saat kami duduk di pojokan, kami perhatikan hanya ada tiga pasangan tersisa. Aku meremas tangan Tahnee penuh semangat. Kami mempelajari adegan kedua secepat mungkin, sadar kami tidak punya banyak waktu untuk persiapan. Wanita kurus tadi mengiringi dua anak terakhir keluar ruang audisi: Evie dan Cameron Billingham berjalan keluar dari ruangan, tampak seperti mereka baru saja memenangkan sebuah Oscar. Hebat. Mengingat nasib kurang beruntungku akhir-akhir ini, aku yakin akan berpasangan dengan Evie. Baiklah, semuanya, berikut pasangan-pasangan barunya. Kalian yang kembar, kalian pastinya harus menemukan rekan baru sesuai dengan karakter yang ditentukan yaitu yang berbeda usia. Kau dan kau, kau dan kau, kau dan kau, dan kau dan kau. Aku benar. Evie menatapku jijik. Tahnee yang malang berpasangan dengan si cengeng Cameron. Aku akan memberi kalian waktu lima belas menit untuk berlatih, dimulai dari sekarang. Tak peduli akan kebencian kami pada masing-masing, aku dan Evie sama-sama menginginkan pekerjaan ini. Aku mengikutinya ke sudut ruangan dan kami mulai berlatih.
Bab Sembilan Kami memang bernasib buruk. Evie dapat mengingat teksnya dengan baik, tapi aktingnya buruk. Dia sama sekali tidak memainkan baik itu yang kesal ataupun yang cemas.
LEMBAR AUDISI #1 UNTUK KARAKTER KATE DAN MARY
Naskah 4 ENDLESS EXILE Sebuah film roman karya Lucy Lang Aitkens
Adegan 38 DI DALAM PONDOK KAYU MALAM HARI
Kate membanting salah satu jendela kecil di pondok itu.
KATE: Kau yang pergi duluan, kau yang lebih kecil!
MARY: Katie, aku juga tidak bisa melewatinya.
KATE: Kau bisa, Mary! Kau harus bisa! Kau satu-satunya kesempatan untuk kita dapat keluar dari sini.
MARY: Kita semua akan mati! Sama seperti ayah dan ibu!
KATE: Tidak akan! Himpitkan tubuhmu ke lubangnya lalu lari. Larilah dan cari bantuan. Kau dapat melakukannya, Mary, aku tahu itu.
Mary menyelipkan tubuhnya melewati jendela kemudian berlari.
KATE: Lari, Mary! LARI!
AKHIR AUDISI ADEGAN KEDUA
Apa yang terjadi padamu? tanyaku setelah adegan latihan kami yang kelima. Tidak ada, bentaknya. Aku hanya menyimpannya untuk audisi nanti, itu saja. Dia terdengar tidak seyakin itu. Kami melakukan adegannya lagi dan dia masih melakukan hal yang sama persis. Baiklah. Mengapa kau tidak memerankan Kate dengan sedikit lebih mendesak? saranku. Shelley selalu menyuruh kami untuk tidak saling mengajari bagaimana berkating, tapi aku sudah putus asa. Evie akan merusak kesempatanku berada di film utama bioskop. Aku kira dia menyuruhku untuk saling mengisi tapi dia seharusnya mengikuti arahanku. Di sudut berlawanan kami mendengar isakan keras. Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa! Cameron mulai menangis. Ini hanya sebuah pekerjaan, jangan menangis. Ini akan segera berakhir, audisi ini tidak terus- menerus, Tahnee bernyanyi, berusaha menenangkannya. Sayangnya, itu malah memperburuk keadaannya. Tidak semua orang suka nyanyian Tahnee. Evie bangun dan menghampiri saudaranya. Kau baik-baik saja, Cam? Apa yang terjadi? ucapnya menenangkan kembarannya. Apa maksudmu dengan apa yang terjadi? Cameron membentaknya. Kau tahu pasti apa yang terjadi! Aku jelek dan aku tidak bisa membaca. Dan hanya salah satu dari kita yang akan mendapatkan peran anak tiga belas tahun itu dan itu bukanlah aku, iya kan? Cameron tidak dapat dikendalikan. Air mata mulai membasahi wajahnya. Tahnee menatapku canggung. Apa yang harus dia lakukan? Aku menghampiri mereka. Kalian baik-baik saja? Apa ada yang aku dan Tahnee bisa bantu? tawarku. Kedua anak itu saling pandang selama beberapa saat. Akhirnya, Evie bicara. Cam dan aku berakting bersama selama ini. Sebagai kembaran kami selalu bekerja sama. Cam mengatur apa yang perlu kita lakukan dalam setiap adegan dan aku membantunya membacakan naskah; dia disleksia. Aku dan Tahnee terdiam. Saat Cam ditabrak mobil dan harus mencukur kepalanya untuk dijahit, kami akhirnya tampak sedikit berbeda. Yeah, kau cantik dan aku tampak seperti orang aneh, Cameron berusaha bicara disela isakannya. Aneh? Kau tidak tampak aneh. Kau lebih tampak seperti seorang Winona Ryder versi pirang, ucap Tahnee. Cameron langsung berhenti menangis. Kau sungguh berpikir begitu? Tentu. Aku ingin sekali punya rambut pendek sepertimu. Terlihat keren. Wajah Cameron dengan sisa airmata itu berseri dengan senyuman lebar. Tahnee selalu tahu hal yang tepat untuk diungkapkan. Yeah. Tapi, aku masih memiliki luka-luka sialan ini di seluruh wajahku, iya kan? ucap Cameron pelan. Terdiam. Tidak satupun dari kami tahu apa yang mesti diucapkan. Aku dan Tahnee mulai merasa bersalah karena bersikap jahat pada keduanya. Hidup mereka ternyata telah mengalami perubahan yang dramatis. Mereka tidak lagi merasa percaya diri mengikuti audisi. Tiba-tiba aku sadar dan paham. Itulah mengapa mereka tidak lagi bersama Actors Alive: mereka dikeluarkan. Mereka masuk ke The Shooting Stars untuk belajar bagaimana berakting secara terpisah. Mereka tidak lagi dapat bertumpu pada kemampuan yang lainnya. Aku perhatikan wajah Cameron lagi. Meskipun dia memakai riasan, luka-lukanya masih bisa terlihat. Hey, kau perlu mengambil obat penenang Dan berhenti menjadi orang tolol. Karena luka-luka aneh ini, Seorang aktor akan mati. Kau tidak lagi memerankan Nona Cantik yang mungil, Kau akan memainkan seorang anak bijak dari kota. Wajahmu akan memberikan peran yang tidak pernah kau impikan, Jadi sempurnakan aktingmu dan berhenti menjadi orang udik. Aku dan Evie terkejut. Cameron memandang kagum Tahnee. Kau sungguh berpikir begitu? Kau sungguh berpikir kalau aku akan mendapatkan peran karena luka-lukaku? tanyanya. Tentu saja. Lihatlah De Niro dan Pacino. Mereka bukanlah aktor tercantik di dunia tapi mereka mendapatkan semua peran-peran yang menarik. Kau juga harus begitu, Billingham. Cameron sumringah. Evie melompat dan memeluk Tahnee. Terimakasih, Tahnee, tadi itu manis sekali, ujarnya. Tapi, Evie, itu masih belum memperbaiki masalah kita, iya kan? Cameron bertanya pada saudaranya dengan cemas. Tidak. Keduanya menatap aku dan Tahnee. Baiklah, kawan. Aku butuh bantuan mengenai cara berakting dan Cameron butuh seseorang untuk mengatakan semua barisnya agar bisa dia tirukan. Kalian bisa membantu kami? Tanpa ragu-ragu, aku dan Tahnee mengangguk. Kami masing-masing kembali duduk di sudut ruangan dan berlatih seperti orang gila. Josie Degas dan Susie Kwan? Kalian jadi pasangan pertama kami. Dua anak perempuan itu memasuki ruang audisi dengan gugup. Kupu-kupu di perutku sekarang mulai berputar-putar. Aku memutuskan untuk melakukan beberapa latihan pernafasan. Apa yang sedang kau lakukan? tanya Evie padaku. Latihan pernafasan. Itu menenangkanmu dan membantumu berkonsentrasi. Kau belum pernah melakukannya? tanyaku. Belum, aku dan Cam tidak pernah masuk sekolah akting. Kami ditempatkan di jalan ini oleh agen dan, seperti kata mereka, sisanya adalah sejarah. Terus bagaimana kalian belajar berakting? Nah, aku bagus dalam membaca naskah dan Cam bagus dalam mengarahkan kami. Karena kami tidak bisa berakting bersama lagi sebagai kembaran, semuanya seperti mengulang lagi. Evie tampak takut. Jangan khawatir. Kau akan baik-baik saja. Kau tahu betul bagaimana menyelesaikan segala sesuatunya, itu hanya karena kau tidak punya jaring pengaman lagi, ucapku. Jaring pengaman? Apa maksudmu? tanyanya padaku. KembaranmuCameron. Dia selalu menjadi jaring pengamanmu. Kalian dulu selalu menjadi satu tim jadi apabila kau tidak mendapatkan pekerjaan, kau bisa menyalahkan pasanganmu itu. Sekarang saat kalian harus terpisah, satu-satunya orang yang dapat kau salahkan adalah dirimu sendiri. Itulah mengapa kalian sangat takut. Kau tahu caranya berakting; kau hanya gugup. Ayolah, ayo lakukan adegannya sekali lagi. Saat kami memainkan adegannya aku menawarkan saran untuk bagaimana seharusnya kami memainkannya. Evie menerimanya dengan senang hati. Ruangan itu akhirnya mulai terasa dingin sekarang karena semua anak telah dipilih. Tampaknya kami telah berada di audisi selama berjam-jam. Aku melihat jam tanganku. Memang. Audisi biasanya hanya berlangsung kurang dari setengah jam; kami di uji selama hampir dua jam. Aku melihat keluar jendela untuk memastikan apakah Ibu masih ada di sana. Aku tidak melihat mobilnya jadi aku menuju meja penerima tamu. Hai. Ibuku tadi menungguku tapi dia sepertinya telah pergi dan menjemput adik laki-lakiku tanpa menoleh, sekretaris jutek itu menyerahkan sebuah surat padaku: Lou sayang, aku harus menjemput Jakey. Nyonya Billingham bilang dia bersedia memberimu tumpangan pulang ke rumah. Louise dan Evie silahkan, wanita kurus itu mempersilahkan. Tahnee mengacungkan jempolnya mengisyaratkan keberuntungan. Aku menjulurkan lidahku. Evie tertawa. OK, anak-anak. Kalian melakukan kerja yang memuaskan di adegan pertama, perlihatkan apa yang kalian berikan untuk yang kedua ini. Mulai! tanpa peringatan apapun kami harus langsung mulai berakting. Evie terlihat seakan dia mau pingsan. Hebatnya kami melakukannya tanpa terpotong. Tepatnya, aku pikir kami ini cukup baik. Hebat. Sekarang lakukan seolah-seolah itu berada di tengah malam dan kalian tidak mau ada seorang pun yang mendengar kalian. Kami melakukan adegannya dalam akting berbisik. Evie pastinya pernah melakukan akting berbisik ini sebelumnya. Dia melakukannya dengan bagus sekali. Akting berbisik adalah ketika itu terdengar seperti kau sedang berbisik tapi semua orang masih bisa mendengarmu. Sutradaranya mengucapkan terima kasih kepada kami berdua berkata kalau kami akan mengetahui hasilnya dalam beberapa minggu ini. Beberapa minggu! Aku pasti mati menunggunya. Beberapa minggu itu waktu yang sangat panjang. Aku mengacungkan jempolku pada Tahnee dan Cameron saat mereka masuk. Chookers! bisik Evie pada mereka. Chookers itu motto aktor untuk keberhasilan. Beberapa aktor menggunakan break a leg tapi anak-anak biasanya menggunakan chookers. Kalau kau berkata semoga beruntung pada seorang aktor, sebenarnya itu adalah kemalangan. Aku dan Evie duduk serapat mungkin pada dinding audisi. Kami bisa mendengar apa yang sutradara katakan pada mereka. Terdengar hampir sama dengan apa yang mereka katakan pada kami. Dua adegan mereka lakukan lalu selesai. Terima kasih banyak atas kedatangannya, anak- anak. Shelley pasti sangat bangga pada kalian semua, ucap perempuan kurus tadi. Nyonya Billingham, ibunya si kembar, akan mengantar kami pulang kerumah. Ibu Tahnee juga sudah pulang. Nyonya Billingham tampak berbeda dengan si kembar. Dia punya rambut berwarna cokelat gelap dan wajah kecoklatan. Jadi kupikir kalian mirip ayah kalian, benar? tanyaku. Um, yeah, nah, tidak, tidak terlalu, jawab Cameron terbata. Kesunyianlah yang mengisi mobil ini kemudian. Kami semua mengembalikan tanda keamanan kepada penjaga lalu berbalik ke jalan raya. Jadi, anak-anak, apa semuanya berjalan lancar? tanya Nyonya Billlingham. Kami semua mengangguk. Tampaknya tidak ada satupun yang mau membicarakan audisi tadi. Kami telah melakukan hal yang baik dan begitulah adanya. Tidak perlu lagi membicarakan hal-hal kecil. Tapi Tahnee tidak dapat menahan diri: Sang sutradara terpikat, Wanita kurus itu mengingatkanku hal yang sulit, Tapi sang produser, harus kau akui, Tampak sangat menyukai kita. Jadi sebatang es krim rasa cokelat Pantas di makan dengan segera. Kami bertepuk tangan untuk pantun cemerlangnya. Tahnee benar. Traktiran es krim untuk aktor wanita terbaik di dunia. Bu! pinta si kembar. Orangtua mereka sungguh-sungguh menuruti mereka. Kami menuju Island Ices, kedai es krim terbaik di kota ini. Kau sendiri lah yang membuat es krimnya. Kau meletakkan uang ke dalam pinguin raksasa dari logam, yang kemudian bertanya rasa dan ukuran apa yang kau inginkan. Perutnya terbuat dari kaca jadi kau dapat melihat es krim yang tergulung otomatis di dalamnya. Bola es krim tadi kemudian bergulir melalui beberapa perosotan sampai mendarat sempurna pada wadah kerucut yang bertengger di atas dispenser di bagian bawahnya. Meskipun mesin ini benar-benar untuk anak kecil, kami menyukainya. Aku masih ingat Ibu yang bernyanyi Young at Heart. Dia benar. Memang jauh lebih baik menjadi muda hatinya. Kami duduk di luar ruangan di atas rumput hijau subur yang hangat sambil menjilati es krim gratis kami. Um, aku minta maaf soal lelucon The Eerie Family, Louie, kata Cameron. Tidak masalah. Aku juga minta maaf untuk semua hal-hal buruk yang aku katakan, jawabku. Aku juga, Tahnee menambahkan. Kalian sebenarnya lumayan keren. Lumayan keren! Kami ini sangat keren, terima kasih banyak! Evie berseru. Kami semua tertawa. Yeah, kami menggodamu dengan The Eerie Family karena Evie pikir Mickey menyukaimu, ujar Cameron. Cam! Diamlah! Tidak, aku tidak mau diam! Cameron berbalik. Kami sering sekali bekerjasama dengan Mickey Meikle dan dia selalu membicarakan tentangmu. Aku kira Evie sedikit cemburu padamu, Lou. Evie memukul lengan Cameron. Tidak, kata Evie. Jadi Mickey sering membicarakan tentangku. Pada gadis lain. Syukurlah aku dan Maddy tidak mengadu dadu tentang Mickey; aku tidak akan pernah mempercayainya. Hey, kalian tahu teman kami Maddy yang melakukan permainan benar atau salah dengan dadu spesial? kataku, ingin mengganti topik. Tidak mungkin! Dia melakukan sulap? tanya Cameron. Bukan, itu bukan sulap. Disebut dengan kemungkinan dan dia yakin bahwa dadunnya akan mengatakan kebenaran tentang segala hal. Jelasku. Maddy seorang yang pintar matematika. Tapi, Lou, apa ada lemparan dadunya yang pernah benar? tanya Tahnee. Aku kira beberapa pernah berhasil. Ketika anak-anak itu ngobrol, aku sempat berpikir. Aku tidak pernah menggulirkan dadu tentang Mickey, tapi bagaimana jika Maddy pernah? Mungkin dia selalu tahu kalau Mickey menyukaiku! Rasa mual di perutku kembali lagi. Aku memutuskan untuk memberikan sisa Island Ice-ku ke Tahnee. Waktunya pergi, anak-anak, seru Nyonya Billingham. Sekarang, kalian berdua mau langsung pulang kerumah atau mau mampir kerumah kami sebentar? Aku dan Tahnee berkata ya. Kami ingin sekali tahu dimana mereka tinggal. Dengan semua uang yang telah mereka dapatkan selama bertahun-tahun, kami yakin rumah mereka pasti berupa rumah megah dan mewah.
Bab Sepuluh Tahnee meyakinkan kami untuk mendengarkan stasiun-stasiun radio favorit zaman dulu. Itu ide yang buruk. Nyonya Billingham bukanlah penyanyi yang baik dan malah membuat kami semua sakit kepala dengan cara pembawaannya yang parah untuk Delilah dan Rocket Man milik Elton John. Tahnee membuatnya menjadi sangat lucu. Si kembar itu sangat malu. Hard Days Night-nya The Beatles mengikuti. Ayolah, teman-teman! Tahnee mulai bernyanyi. Evie mengikuti. Lalu Cameron. Kemudian, yang mengagumkan, aku! Bagaimana anak-anak muda seperti kalian berempat ini tahu lirik lagu A Hard Days Night? tanya Nyonya Billingham yang terheran-heran. Kami semua mengangkat bahu. Kemudian mobilnya berbelok dan berhenti perlahan. Sebuah bungalo coklat kecil, tertutupi oleh tumbuhan-tumbuhan menjalar, berdiri di hadapan kami. Selamat datang di Central Avenue 17, nyonya Billingham mengumumkan. Begini rumah Evie dan Cameron Billingham? Aku dan Tahnee terdiam. Ini hanya sebuah pondok mungil, bukan rumah mewah nan megah. Kami mengikuti mereka ke dalam. Kami mengambil beberapa jus di dapur dan berlari melewati tangga menuju kamar si kembar. Evie mengajak kami ke kamarnya terlebih dahulu. Dia punya tempat tidur bertingkat. Tempat tidur yang keren, kataku. Sekarang, ayo lihat kamarmu, Cam, ucap Tahnee. Ini kamarku, kata Cameron. Oh, maaf, aku kira punya Evie. Ini punya Evie. Punya kita berdua. Kami berbagi kamar. Oh . . . aku dan Tahnee berkomentar. Mereka berbagi kamar? Yang aku bayangkan adalah mereka punya kamar mereka sendiri dengan kamar mandi pribadi dan balkon bahkan mungkin dengan spa mereka sendiri. Aku tahu. Kalian pikir kami ini kaya, iya kan? kata Evie. Berharapnya. Semua uang kami telah ditabung untuk biaya kuliah. Kalian bercanda, kan? kata Tahnee. Tidak. Ibu dan Ayah tidak terlalu mau kalau kami tetap berakting saat kami dewasa. Mereka lebih suka kami mengerjakan sesuatu yang akademis seperti obat-obatan atau mengajar atau apa lah. Bisakah kalian tetap berakting jika kalian mau? tanyaku. Aku tidak dapat mempercayainya. Evie dan Cameron itu sudah menjadi bintang. Apa yang orangtua mereka pikirkan? Mereka tidak boleh menghentikannya! Aku kira tidak. Ibu dan Ayah tidak berpikir kalau akting adalah pekerjaan tetap yang cukup. Mereka benar-benar punya pendirian. Shelley juga pernah berkata pada kami pada awal persyaratan bahwa 95 persen aktor tidak punya pekerjaan. Dan, itu akan jadi lebih sulit bagi mereka untuk mengerjakan pekerjaan yang bagus tanpa dukungan dari masing-masing. Hey, mau melihat kelinci-kelinci kami? Cam menanyai kami. Cam, itu kekanakan. Mereka tidak mau melihat Hudson dan Benjamin, kata Evie. Ya kami mau. Aku suka hewan, kataku. Kami semua berlari menuruni tangga dan menuju halaman belakang rumah Billingham. Sebuah kandang besar yang terbuat dari kawat tampak karatan di dekat tempat sampah. Tidak ada kelinci yang terlihat. Kelinci kalian sudah kabur! teriak Tahnee sambil dia berlari mengelilingi halaman. Tahnee, tenanglah, kau tolol, kata Evie, mengulang lagu Tahnee. Kami melatih Hudson dan Benjamin untuk mendatangi suara kami. Perhatikan. Si kembar memanggil hanya selama beberapa detik sebelum akhirnya kami melihat dua pasang telinga putih melompat-lompat keluar dari rerumputan. Manis sekali! teriakku. Kami tidak mau menempatkan mereka di kandang. Itu terlalu jahat. Maddy pasti akan menyukai gadis-gadis ini. Apa kalian bergabung dengan kelompok perlindungan hewan? tanyaku pada si kembar. Tidak. Kau? kata Cameron. Yeah, aku baru saja bergabung. Salah satu teman kami, Maddy, telah menjadi anggota selama setahun. Aku bisa memberimu informasi mengenai itu jika kau mau. Pasti menyenangkan! ucap Evie bersemangat. Kau benar-benar harus menjauhkan permadani dari kulit beruang itu, Lou, Tahnee mendesah. Kau tidak bisa bergabung dengan kelompok perlindungan hewan tetapi mempunyai karpet beruang. Itu sangatlah salah. Itu warisan keluarga, Tahnsta. Kembalilah lagi kalau bisa lah berburu hewan untuk kulit mereka. Hudson bergeliat-geliut di pangkuanku karena aku mencoba memberinya sebatang wortel. Aku tidak tahu kalau kelinci dapat dilatih, kata Tahnee. Biasanya memang tidak bisa tapi mereka ini kelinci khusus, mereka itu Hudson dan Benjamin, kelinci-kelinci super! Evie mengangkat Benjamin seperti Superman. Hidung merah muda mungilnya bergerak-gerak senang. Tahnee dan Louise! Waktunya mengantar kalian pulang kerumah, panggil Nyonya Billingham. Kita bertemu lagi di kelas berikutnya, kukira? kata Evie pada kami. Yeah, aku kira begitu, jawabku. Aku memperhatikan Tahnee melakukan sesuatu yang aneh dengan alis matanya. Ada apa denganmu, Tahnsta? tanyaku padanya. Kadang-kadang kau ini sangat bodoh, Louie. Aku berusaha mencuri perhatianmu karena aku pikir akan menyenangkan kalau si kembar ini melihat Rumah Pohon, sindirnya. Aku paham apa yang dia maksud sebenarnya. Aku, Dene, Tahnee, dan Maddy mengadakan pesta piyama hampir setiap Minggu malam. Kalian mau bergabung di pesta berikutnya? wajah Cameron memunculkan senyum terlebar yang pernah kulihat. Maukah kami? Kami sangat mau. Apa kau tadi bilang kau punya rumah pohon? kata Evie sedikit ragu-ragu. Yeah. Oh . . . bukan rumah pohon seperti yang anak-anak kecil punya. Orangtuaku membangun rumah kami disekitar pohon ek besar, jadi kami menyebutnya Rumah Pohon. Wow, kedengarannya keren. Kapan dan jam berapa? Aku memberi Evie dan Cameron rinciannya sebelum aku dan Tahnee mengucapkan selamat tinggal. Saat Nyonya Billingham mengantar kami pulang, dia berterimakasih pada kami hampir jutaan kali karena membantu si kembar menyesuaikan diri di The Shooting Stars. Aku mulai merasa sedikit tolol. Evie dan Cameron hanyalah remaja biasa yang baik. Aku yakin mereka akan menjadi primadona muda. Aku telah memperlakukan mereka sama persis dengan penyiksaan di sekolah yang di lakukan pada Jake. Dadu itu benar. Hal yang perlu kulakukan hanyalah tunggu dan lihat. Aku penasaran seberapa banyak teman yang Evie dan Cameron miliki kalau orang-orang selalu menganggap mereka itu puteri. Tidak heran kalau mereka sangat semangat untuk menginap. Saat kami tiba di rumah, aku langsung menuju kamar Jake. Dia sedang membaca buku kuno berukuran besar. Apa yang sedang kau baca, Jakeys? tanyaku padanya. Dia menunjukkan sebuah buku tentang laba- laba. Menjijikkan! aku duduk di sampingnnya dan bertanya tentang bagaimana kondisi penggertakan di sekolahnya. Dia berkata semuanya mulai berjalan membaik. Semua hal termasuk semua orang tampak bersikap lebih baik. Termasuk juga rasa sakit di perutku ini. Bagaimana audisimu, Lou? Jake menanyaiku. Sangat baik, ucapku. Lou! Mickey menelpon! Ibu berteriak dari lantai bawah. Rasa sakit itu kembali lagi. Apakah Maddy telah mengatakan padanya bahwa aku juga menyukainya? Aku duduk tak bergerak di tempat tidur Jake. Bagaimana jika dia benar melakukannya dan Mickey akan mengajakku kencan atau apa begitu? Louie, pergilah dan jawab telponnya. Kata Jake. Perlahan aku bangun dan turun ke bawah. Apa yang akan kukatakan? Ibu masih memegang tuter telinga telepon menungguku. Cepatlah. Aku tidak akan berdiri di sini sepanjang hari, kau tahu. Katakan padanya aku tidak di sini, aku bergumam padanya. Apa? dia balik bergumam. Aku tidak di sini. Ibu memalingkan wajah dan berbicara melalui tuter mulut telepon. Dia di sini, Mickey. Ibu, bisikku geram. Setelah menyerahkan tuter telinganya padaku, dia berjalan santai menuju dapur dengan senyum licik di wajahnya. Hallo? ucapku gugup. Mereka itu mengerikan dan mereka itu menyedihkan, lawan dari keceriaan, misterius dan menjemukan, The Eerie Family Mickey, diamlah. Kau tahu aku tidak suka itu. Aku tidak dapat menahannya, Louie, terlalu mudah membuatmu larut. Selama tiga jam aku dan Mickey bergosip melalui telepon. Aku bahkan mungkin sedikit gila- gilaan. Baiklah, kupikir memang begitu, aku masih kurang yakin. Mickey sangat senang mengetahui bahwa aku dan si kembar telah berteman. Dia rupanya telah mengajak adik laki-lakinya dalam sebuah iklan. Dia berkata mereka adalah dua orang gadis paling manis yang pernah dia temui. Lalu dia membetulkan ucapannya dan berkata, Oh, baiklah, setelah kau tentu saja. Sekali lagi wajahku berubah warna seperti umbi merah. Aku dan Mickey membicarakan tentang apa pun dan semua hal. Tentang guru-guru yang kami benci, tentang aktor-aktor yang menurut kami luar biasa, tentang film-film dan sandiwara yang kami sukai, tentang apa yang kami pikirkan mengenai Shelley, tentang apa yang kami pikirkan mengenai George yang manis (kupastikan aku tidak menyebutnya Gorgeous George), tentang apa yang kami pikirkan mengenai sekolah, tentang hidup kami! Ini adalah percakapan telepon paling lama yang pernah kulakukan. Lou, hentikan teleponnya dulu, sayang, makan malamnya telah siap, Ayah berteriak dari ruang makan. Maaf, Mickey, aku harus pergi, makan malam sudah siap. Apa yang kau miliki untuk makan malam? tanyanya. Aku pikir Ayah membuat lasagne kegemarannya. Kalian bagaimana? ucapku, tidak mau mengakhiri percakapan ini. Ayah dan Ibu belum pulang, ucapnya sedih. Aku melihat arlojiku; hampir jam 8 tepat. Mickey! Telat sekali. Apa yang mereka kerjakan? Mereka suka kerja lembur. Mereka berdua memang memiliki pekerjaan yang sangat berat. Mickey itu masih kecil dan dia harus berada di rumahnya sendirian. Apa kau takut tinggal di rumah sendirian? tanyaku. Tidak, tidak takut, hanya sepi saja. Makanannya mulai dingin, Louie, teriak Ibu. Harus segera pergi. Sampai jumpa lagi, Mickey, kataku sambil menutup telepon. Sebanyak yang aku ingin terus bicarakan padanya, aku tidak mau memberinya kesempatan untuk mengajakku kencan atau apapun. Aku segera menghabiskan makan malamku dan kembali lagi ke telepon. Madds? tanyaku segera setelah seseorang mengangkatnya di saluran seberang. Bagaimana kau tahu ini aku? tanya Maddy. Itu adalah pertanyaan bodoh. Maddy selalu menjawab telepon di rumahnya. Dengar, jawab aku dengan jujur, ya? Kau bicara pada Mickey apa tidak kalau aku menyukai Mickey? Apa? Apa kau mengatakan pada Mickey aku menyukainya? Ingat saat di studio bagaimana kau bercanda mengenai mengocok dadu soal Mickey? Itu karena kau tahu aku menyukainya, iya kan? Maddy terdiam sejenak. Kenapa? Ada apa? Maddy! Kau menelponnya tidak? Tentu saja tidak. Teman macam apa aku ini menurutmu? Dan sekarang, rasa penasaran ini membunuhku. Apa yang terjadi? Aku menceritakan keseluruhan ceritanya padanyaaudisinya, si kembar dan akhirnya, percakapan tiga jamku dengan Mickey Meikle. Ini sangat hebat! Kau punya pacar! teriaknya. Maddy, tidak. Rasa sakit itu malah lebih buruk lagi sekarang. Apa aku punya pacar sekarang?
Bab Sebelas Hari minggu tiba juga dan ini waktunya untuk pesta piyama. Aku dan Ibu gila-gilaan pergi ke pasar swalayan dan membeli semua makanan ringan tak bergizi. Ibu terkadang memang bisa menjadi seperti anak kecil. Saat kami berebutan untuk mendorong kereta dorong rusak (kami selalu memilih yang rusak rodanya), sebuah pengumuman berkumandang melalui pengeras suara. Selamat datang di Barneys Super Barn, para pelanggan, dimana semua buah-buahan dan sayuran segar baru saja di panen dari kebun. Yang spesial di minggu ini adalah seorang yang berpenampilan sangat menarik Louie Eary yang sekarang ini sedang ada di lorong lima. Louie adalah produk yang baru saja berkembang; Louie yang sebelumnya adalah seorang model biasa. Kalian mungkin ingat Louie yang dulu dengan nama terdahulunya, si Monster Mata Hijau . . . Ibu memandangku kagum. Aku menoleh dan melihat bahwa aku sedang berdiri di lorong lima. Suara itu terus saja berbicara mengenai diriku. Lututku mulai terasa lemas dan berat dan kepalaku menjadi seberat bola bowling. Louie itu luar biasa, seorang yang kreatif dan bisa jadi muncul di film roman Endless Exile Tiba-tiba suara itu terpotong. Sayup-sayup, suara lainnya terdengar. Kau pikir kau ini sedang apa? Menjauhlah dari sini, dasar remaja. Mickey terbang menerjang pintu ganda berbahan plastik di ujung toko. Dia berlari keluar, dua penjaga keamanan berlari mengejar di belakangnya. Saat dia melompati pagar dia melambaikan tangannya cepat padaku lalu berlari menuju parkiran mobil. Ibu lanjut mendorong kereta dorongnya dan tidak mengatakan apapun. Aku berjalan di belakangnya, juga terdiam. Tepat jam delapan malam, semua anak tiba. Aku mengajak Evie dan Cameron berkeliling Rumah Pohon tapi mereka malah lebih tertarik pada Dizzie dan Mozzie. Mereka adalah kucing paling manis yang pernah kulihat, Cameron berkata dengan lembut sambil dia mengambil si gemuk Dizzie. Sepanjang bulan kemarin, Dizzie mencuri makanan Mozzie dan telah bertambah berat badannya. Dia sangat berat. Aku tahu. Nama panggilannya adalah Fat Cat, bukan begitu, Dizzie? Dizzie mendekur senang, menikmati segala perhatian dari teman-temanku. Lou, aku tidak tahu lagi siapa yang dapat berbicara pada hewan peliharaan mereka seperti yang kau lakukan, kata Dene. Aku langsung mengarahkan jariku pada anak kembar itu. Dua orang ini jauh lebih buruk dibanding diriku. Mereka punya dua ekor kelinci yang sangat lucu bernama Hudson dan Benjamin yang sama menyenangkannya dengan Dizzie dan Mozzie. Hudson dan Benjamin? Manis sekali, ucap Maddy sambil kami menaiki tangga spiral. Kami berjalan melewati kamar Jake dan jendela naganya. Evie, lihatlah jendela kaca berbintik ini. Evie dan Cam melihat kagum pada naga warna-warni itu. Tunggu sampai kau melihat milik Louie . . . ucap Dene pada mereka. Ohhh, kupu-kupu! teriak si kembar saat mereka memasuki kamarku. Kami berganti baju mengenakan piyama kami dan mengatur meja untuk tempat makanan ringan. Aku mau ke kamar mandi, kata Tahnee aneh. Jadi, Louie, apa kau sudah cerita pada semua orang soal pacar barumu? tanya Maddy. Apa! semuanya berteriak. Aku tidak dapat mempercayai ini. Aku akan membunuhnya. Mickey Meikle telah merayu Louie. Apa itu merayu? tanya Dene. Kau tahu, berusaha mengesankannya sehingga dia mau pergi kencan dengannya, katanya lagi. Apa kau bercanda? kata Dene, matanya membesar seperti alas gelas. Ceritakan semuanya, Pooey Louie. Baru saja aku terpaksa menceritakan ceritanya, Tahnee menerobos masuk ke kamar mengenakan Rufus. Evie dan Cameron berteriak keras sekali. Dene melompat jauh sekali sampai- sampai dia mendarat di mangkok cocolan bawang khas Perancis. Tahnee! kami semua berteriak. Dene-lah yang paling gesit, mengambil bantalnya dalam satu gerakan cepat dan memukul kepala Tahnee. Kepala Rufus tepatnya. Perang bantal lainnya meledak. Saat kami berusaha mengambil nafas lagi, Maddy kembali pada persoalan tadi. Ayolah, ceritakan semua tentang Mickey. Mereka mulai memakan enam bungkus keripik, dua batang cokelat dan semangkuk es krim saat aku menceritakan cerita di pasar swalayan tadi. Setelah itu, sama sepertiku dan Ibu, mereka terdiam. Aku tidak percaya ini. Itu adalah hal paling romantis yang pernah kudengar, kata Tahnee. Sangat romantis, ucap Cameron. Gila, ujar Evie. Teman-teman, itulah yang kusebut memuakkan, Dene menambahkan. Dene! kami semua berteriak. Sekali lagi, bantal-bantal berhamburan. Jadi apa kau sudah menciumnya? tanya Dene. Tidak mungkin! Kujelaskan bahwa dia hanya temanku dan kami hanya saling membantu dalam latihan vokal. Ini sangat memalukan. Aku tidak mau seorang pacar. Aku tidak tahu apa yang perlu dilakukan dengan seorang pacar. Jadi kau pikir dia itu hanya temanmu, begitu? tanya Tahnee. Mari buktikan, mau? Ke kantor, anak- anak! semuanya berlari turun setelah Tahnee lalu dia menuju ruang kerja Ayah. Tahnee! Apa yang kau lakukan? teriakku saat dia menghubungi sebuah nomor melalui telepon kantor Ayah. Semua anak mendekat untuk mendengar apa yang dikatakan Mickey. Dene mendekat dan menekan tombol bebas bicara. Teleponnnya berdering dan berdering. Kawan, dia tidak di rumah. Lupakan saja, huh, kataku putus asa. Semuanya diam dan kalau kau ingin tertawa, gigit tanganmu, kata Tahnee si tukang perintah. Hallo? suara Mickey bergema di ruangan. Hey, Mick. Gimana kabarmu? Tahnee meniru sahabat Mickey, David, dengan sempurna. Yeah, OK, Davey. Bagaimana kabarmu? Lumayan, temanku. Beritahu aku, dasar Romeo kecil, apa yang terjadi antara kau dan Louie Eary kecil? Oh kawan, dia itu luar biasa. Dene hampir melukai tangannya karena dia menggigit tangannya dengan sangat keras. Aku takut sekali sampai aku tidak dapat bergerak. Aku tidak bisa melihat siapapun, bahkan aku tidak dapat bereaksi. Ini sangat memalukan. Jadi, Mickey, kau akan mengajakknya kencan atau apa? kami semua menunggu dengan nafas tertahan. Tidak mungkin. Dia hanya seorang teman baik. Yeah benar, kau benar-benar tertarik padanya., tantang Tahnee. Terserah, Davey. Terus, Apa pendapatmu mengenai ide komik baru yang aku ceritakan padamu itu? Tahnee memandang ke sekeliling kami, panik. Ugh, yeah, yeah, itu ah, keren sobat. Yeah, menurutku itu sangat keren. Tahnee melambaikan lengannya padaku. Aku membiarkannya menderita beberapa saat lalu menolongnya keluar. Davey! Makanan penutupnya siap! teriakku menjauh dari telepon. Harus pergi, kawan, dah. Tahnee menutupnya cepat. Kami semua tertawa. Kau sungguh gila, Tahnsta. Aku tidak percaya dia berpikir tadi itu Davey, kata Dene. Kau sungguh punya talenta, kata Evie, pipinya memerah dari menahan tawanya dengan sangat lama. Dan, kau benar, dia menyukaimu hanya sebagai teman, ucap Cam. Sudah kukatakan padamu, aku sangat lega karena aku telah lepas dari kesulitan ini. Cinta Mickey, Membuat Louie sedikit lelah Karena pacuan degup jantung ini Belumlah benar-benar menjelma. Pria itu baru empat belas, Belum setajam itu. Tapi jangan khawatir, tahun-tahun akan berjalan cepat. Kemauannya tidak akan berakhir. Segera dia akan mengencani Louie muda kita. Berharaplah dia tidak tahu dia juga dipanggil Pooey! Semuanya tertawa tapi itu adalah maksud yang sangat baik. Apa yang akan dia katakan saat dia tahu semua orang memanggilku Pooey Louie? Madds? Ya, Louise Eary? Menurutmu apa kita bisa melakukan apa-kau- tahu lainnya? Mata Maddy berkilau nakal. Terlambat, temanku, terlambat!