Anda di halaman 1dari 16

ISSN 1858-1226

JURNAL
ILMU-ILMU PERTANIAN
Volume 16, Nomor 2, Desember 2012





























Diterbitkan Oleh :
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang
Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta







JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN
ISSN 1858-1226

Terbit Dua Kali Setahun pada Bulan Juli dan Desember, Berisi Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dan
Pemikiran di Bidang Pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Teknik Pertanian Terapan


Ketua Penyunting

M. Adlan Larisu

Penyunting Pelaksana

R. Hermawan
Ananti Yekti
Miftakhul Arifin
Agus Wartapa

Mitra Bestari

Masyhuri (Universitas Gadjah Mada)
Sapto Husodo (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang)
Aziz Purwantoro (Universitas Gadjah Mada)
E. W. Tri Nugroho (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa)

Sekretariat

Abdul Hamid
Rajiman
Sari Megawati
Ismadi


Alamat penyunting dan sekretariat : Redaksi Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara No.
2 Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274) 373479 Faximile (0274) 375528 E-Mail:
adlan_larisu@yahoo.co.id

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam penerbitan lain.
Naskah diketik atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan
format seperti tercantum pada halaman kulit belakang bagian dalam (pedoman penulisan naskah).
Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata
penulisan lainnya tanpa merubah esensi naskah. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan
lima eksemplar cetak lepas dan satu nomor bukti pemuatan. Artikel yang tidak dimuat tidak akan
dikembalikan.

Harga berlangganan termasuk ongkos kirim Rp. 50.000,00 per tahun untuk dua nomor penerbitan.

JURNAL
ILMU-ILMU PERTANIAN
Volume 16, Nomor 2, Desember 2012 ISSN 1858-1226


DAFTAR ISI

Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian 69 - 75
Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul
Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa 76 - 83
Yogyakarta
Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten 84 - 90
Bojonegoro
Suprapti Supardi, Erlyna Wida Riptanti, Aulia Qonita

Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai 91 - 99
Bahan Baku Es Krim
Endah Puspitojati dan Hadi Santoso

Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung 100 - 107
terhadap Efisiensi Pemupukan di Lahan Kering Kec. Bayan
Kab. Lombok Utara NTB
Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.

Analisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan 108 - 113
Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di Pesantren
Sunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)
Bharoto dan Sofia Rieni Apsari

Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer 114 - 120
Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Amie Sulastiyah










76 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012




TEKNIK PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Technical Development of Sustainable Food Household Area in Daerah Istimewa Yogyakarta)

Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

ABSTRACT

Sustainable Food Household Area (KRPL) is one of the programs the Ministry of
Agriculture in order to optimize the lawn yard in an region. The aim of KRPL program
is developing the ability of families and communities in self sufficient the food and
nutritions in a sustainable manner. The rapid development of KRPL depends on
appropriate development techniques. Development techniques of KRPL in Yogyakarta
through the stages (1) the formation of the group, (2) identification of group needs, (3)
the preparation of action plans, (4) training, (5) creation nurseries and (6) design of
KRPL area. Appropriate stages of the development techniques to realize replication
KRPL quickly and is able to provide real benefits for the family. KRPL in Daerah
Istimewa Yogyakarta has grown rapidly. In 2011, KRPL by one farmer group in
Gunungkidul district, in 2012 has been developed in 4 districts and 1 city. In 2012, the
number of KRPL groups in Yogyakarta as many as 12 groups, consisting of 8 women
farmer groups and 4 farmer groups. Each KRPL in Daerah Istimewa Yogyakarta have
characteristic such as having a nursery, carried out by number of RPL who joined the
group and stay in the region. The benefits for families is to get the cost savings for food
consumption which range between Rp. 50.000,00 to Rp.300.000,00 per month per
family. The value of savings is limited, due to the number of plants cultivated still
limited by each family.

Keywords: technical development, KRPL, DIY

PENDAHULUAN
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
merupakan salah satu program Kementerian
Pertanian dalam rangka optimalisasi lahan
pekarangan yang ramah lingkungan dalam
suatu kawasan. Kawasan rumah dapat diwu-
judkan dalam satu wilayah antara lain wilayah
Rukun Tetangga (RT), beberapa RT, wilayah
Rukun Warga (RW), wilayah dusun/peduk-
uhan atau wilayah desa/kelurahan (Badan
Litbang Pertanian, 2012). Di dalam kawasan
termasuk juga keberadaan pagar lingkungan
rumah, jalan desa, lahan terbuka hijau dan
fasilitas umum lainnya yang ada di wilayah
tersebut.
Sasaran yang ingin dicapai KRPL ini
adalah berkembangnya kemampuan keluarga
dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pangan dan gizi secara lestari, menuju keluar-
ga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera
(BBP2TP, 2011). Konsep kawasan rumah
pangan lestari tidak sekedar pemanfaatan la-
han pekarangan saja, namun termasuk konsep
kemandirian pangan, diversifikasi pangan ber-
basis sumber pangan lokal, pelestarian sumber
daya genetik pangan dan kebun bibit.
KRPL dapat berlangsung secara lestari,
jika para petugas lapang atau penyuluh lapang
sejak awal telah dilibatkan secara aktif dalam
pengembangan KRPL mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan (Wiendarti
dan Gunawan, 2012a). Untuk itu, keterlibatan
para petugas atau penyuluh lapang diperlukan
dalam memudahkan proses pengembangan
KRPL terutama didalam pembentukan dan
identifikasi kebutuhan kelompok serta penyu-
sunan rencana kegiatan kelompok.
Data pada tahun 2008 menunjukkan
bahwa pekarangan di Yogyakarta luasnya
mencapai 52.000 hektar dan belum dimanfaat-
Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 77


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

kan secara optimal untuk ketahanan pangan
(BPS Propinsi DIY, 2008). Pemanfaatan peka-
rangan di Daerah Istimewa Yogyakarta mela-
lui KRPL telah berkembang baik, dimulai
tahun 2011 oleh 1 kelompok tani di Kabupaten
Gunungkidul, namun pada tahun 2012 telah
dikembangkan di 4 kabupaten dan kota Yog-
yakarta (BPTP Yogyakarta, 2012). Jumlah
pelaku KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta
pada tahun 2012 sebanyak 12 kelompok, ter-
diri atas 8 kelompok wanita tani dan 4 kelom-
pok tani (Wiendarti dan Gunawan, 2012b).
Setiap KRPL yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki ciri khas yaitu memiliki
kebun bibit, dilaksanakan oleh sejumlah ang-
gota (RPL) yang tergabung dalam kelompok
dan berada dalam suatu lingkungan atau
kawasan tertentu.
Pengembangan KRPL dapat dilakukan
dengan teknik yang tepat yaitu melalui pem-
bentukan kelompok, identifikasi kebutuhan,
penyusunan rencana kegiatan, penyelenggara-
an pelatihan, pembuatan kebun bibit dan
penataan lingkungan kawasan. Teknik pe-
ngembangan yang tepat mampu mewujudkan
replikasi KRPL secara cepat dan dapat mem-
berikan manfaat yang nyata bagi keluarga dan
lingkungannya.
M-KRPL selama ini telah terbukti ba-
nyak memberikan manfaat bagi masyarakat
baik bagi pelaku RPL maupun lingkungan ka-
wasan di sekitarnya. Bagi pelaku RPL, kegiat-
an ini dapat memberikan sumbangan pangan
untuk dikonsumsi bagi keluarga, menghemat
pengeluaran keluarga dalam memenuhi pangan
sehari-hari dan terjadinya diversifikasi kon-
sumsi pangan pada rumah tangga pelaku RPL.
Bagi lingkungan kawasan, kegiatan ini dapat
membuat suasana asri dan lingkungan lebih
nyaman.

TEKNIK PENGEMBANGAN KRPL
Teknik pengembangan Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) dilakukan melalui (1)
pembentukan kelompok, (2) identifikasi kebu-
tuhan, (3) penyusunan rencana kegiatan, (4)
pelatihan, (5) pembuatan kebun bibit dan (6)
penataan lingkungan kawasan.


1. Pembentukan kelompok
KRPL idealnya dilakukan oleh kelom-
pok sebagai kumpulan individu yang mempu-
nyai maksud yang sama dalam mencapai tuju-
an. Kelompok tersebut perlu dibentuk atau
menggunakan kelompok yang telah terbentuk
di wilayah tersebut. Jika merupakan organisasi
baru, petugas lapang atau penyuluh berkewa-
jiban membentuk dan membina kelompok
tersebut untuk menjadi kelompok tani yang
terdaftar pada Dinas Pertanian. Terbentuknya
kelompok akan menciptakan kawasan, meng-
ingat KRPL merupakan suatu kawasan. Ka-
wasan tersebut dapat diwujudkan dalam satu
atau beberapa rukun tetangga atau rukun
warga, bahkan dalam satu desa atau kelurahan.
Kelompok pelaku KRPL idealnya
memiliki (1) anggota yang sebagian berpenga-
laman di bidang budidaya tanaman, pengolah-
an dan pemasaran hasil, (2) lahan yang dapat
digunakan untuk membangun kebun bibit, (3)
anggota yang mempunyai lahan pekarangan
untuk pengembangan KRPL, (4) organisasi ke-
lompok yang berfungsi dengan baik, (5) parti-
sipasi dan semangat anggota tinggi terhadap
kegiatan KRPL. KRPL dikelola oleh kelom-
pok dengan organisasi dan struktur organisasi
yang jelas serta memiliki pengurus minimal
ketua, sekretaris, bendahara serta seksi penge-
lola kebun bibit dan pemasaran hasil.
Kelompok pengelola KRPL jika berada
di lokasi yang strategis maka akan mudah
dijangkau oleh petugas lapang maupun penyu-
luh. Sejak awal agar kelompok mendapat pen-
dampingan dari petugas lapang atau penyuluh.
Untuk itu, kelompok sebaiknya memiliki
jadwal rutin untuk pertemuan atau aktifitas
kelompok, sehingga petugas lapang atau
penyuluh dapat melakukan pembinaan pada
saat pertemuan tersebut.
2. Identifikasi kebutuhan
Identifikasi kebutuhan kelompok perlu
dilakukan sebagai salah satu langkah persiapan
sebelum melakukan pengembangan KRPL.
Identifikasi kebutuhan meliputi antara lain
kebutuhan sarana, prasarana dan teknologi,
serta komoditas tanaman dan air. Identifikasi
kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlu-
kan antara lain kebutuhan bibit tanaman,
kebun bibit, peralatan dan perlengkapan lain-
78 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012




nya. Informasi yang diperlukan termasuk luas
kebun bibit, penempatan kebun bibit dan sara-
na pendukung yang diperlukan untuk operasi-
onal kebun bibit. Data kebutuhan teknologi
digunakan sebagai dasar menentukan materi
pelatihan.
Identifikasi kebutuhan komoditas
tanaman dilakukan untuk mendapatkan data
berbagai jenis tanaman sumber pangan lokal
bernilai ekonomis tinggi yang dibutuhkan dan
disukai oleh masyarakat di kawasan tersebut.
Tanaman sayuran misalnya kangkung, bayam,
bunga kol, slada, sawi, pare, gambas, labu-
siam, terong atau lainnya. Tanaman rempah
dan obat yaitu jahe, kencur, temulawak, kunyit
atau lainnya. Buah-buahan meliputi pepaya,
jambu, belimbing, srikaya, sirsak atau lainnya.
Demikian juga pangan lokal berupa ubi jalar,
singkong, ganyong, garut atau lainnya. Sumber
pangan hewani yang banyak dikonsumsi sehari
hari dan akan dikembangkan adalah ayam
lokal, kelinci, ikan lele atau lainnya. Identifi-
kasi air terutama pada ketersediaan air yang
melimpah dan tersedia sepanjang waktu, serta
keberadaan sumber air yang tidak terlalu jauh
dan mudah diperoleh. Air sangat diperlukan
bagi kebun bibit yaitu penyiraman dan kelang-
sungan budidaya tanaman.
Identifikasi kebutuhan ini dapat diper-
oleh melalui diskusi dalam suatu pertemuan
kelompok atau pendalaman kepada beberapa
anggota kelompok pada pertemuan terbatas.
Dalam identifikasi juga digali permasalahan
dan solusi pemecahan terkait dengan rencana
pengembangan KRPL. Identifikasi kebutuhan
ini diperlukan untuk mendapatkan database
karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi
dan budaya di kawasan tersebut sebelum
dilakukan kegiatan KRPL.
Selain identifikasi kebutuhan fisik bagi
pengembangan KRPL, survei mengenai Pola
Pangan Harapan (PPH) untuk mengetahui pola
keberagaman konsumsi masyarakat di wilayah
tersebut juga dilakukan pada awal kegiatan.
Data yang terkumpul dalam identifikasi ini
merupakan database awal kegiatan, sehingga
kelak dapat diketahui peningkatan atau per-
ubahan data atau kondisi setelah menjalankan
kegiatan KRPL. Survei PPH dilakukan pada
pertengahan dan akhir kegiatan untuk menge-
tahui peningkatan skor PPH pola konsumsi di
kawasan tersebut.
3. Penyusunan rencana kegiatan
Penyusunan rencana kegiatan dilakukan
dengan melibatkan pengurus dan anggota
kelompok dengan cara mengisi formulir
(blangko) secara bersama-sama yang dibim-
bing oleh petugas lapang atau penyuluh dan
pengarahan dari kelurahan setempat.
Formulir (blangko) isian dipaparkan
menggunakan fasilitas elektronik (laptop dan
LCD) atau menggunakan kertas koran, kemu-
dian petugas pendamping memfasilitasi pengi-
sian secara bersama-sama. Rencana kegiatan
yang disusun meliputi jenis kegiatan, lokasi,
waktu pelaksanaan, dan pelaksana. Jenis kegi-
atan meliputi kebun bibit, rumah pangan lesta-
ri, penataan kawasan, dan pengembangan.
Teknis penyusunan rencana kegiatan
dilakukan dengan mengisi satu persatu kegiat-
an dalam blangko isian, sehingga penetapan
jenis kegiatan, lokasi dan waktu pelaksanaan
sudah merupakan komitmen bersama dari
kelompok. Rencana kegiatan disusun untuk
periode waktu tertentu dengan target hasil
yang jelas, termasuk pelaksana yang bertang-
gung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan.
Rencana kegiatan tersebut merupakan
pedoman dalam melaksanaakan kegiatan
KRPL. Meskipun telah disusun disertai jadwal
yang telah ditentukan, namun bersifat fleksibel
dan menyesuaikan perkembangan pelaksanaan
kegiatan. Target hasil dari setiap jenis kegiat-
an merupakan acuan yang digunakan untuk
menentukan langkah selanjutnya. Rencana ke-
giatan tersebut juga disusun disesuaikan
dengan kondisi sumberdaya manusia di kelom-
pok dan keadaan sumberdaya alam di wilayah
setempat.
4. Pelatihan
Materi utama pelatihan adalah budidaya
tanaman sayuran, tanaman pangan dan bidang
peternakan, dan ditentukan berdasarkan hasil
identifikasi kebutuhan. Teknologi inovasi he-
mat lahan dan ramah lingkungan merupakan
teknologi utama yang akan di implementasi-
kan untuk pemanfaataan lahan pekarangan
secara optimal. Teknologi yang perlu disam-
paikan pada pelatihan untuk pengembangan
KRPL antara lain disajikan pada Tabel 1.
Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 79


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

Tabel 1. Teknologi pada pelatihan yang diperlukan dalam pengembangan KRPL
No Jenis Teknologi
1 Teknologi persemaian tanaman.
2 Teknologi membuat media tanam di polybag.
3 Teknologi kalender tanam.
4 Teknologi pemupukan dan pemeliharaan tanaman di polybag dan pot.
5 Teknologi vertikultur tanaman sayuran.
6 Teknologi pengendalian Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT).
7 Teknologi penanganan pasca panen dan pengolahan produksi.
8 Teknologi budidaya tanaman toga/biofarmaka.
9 Teknologi budidaya tanaman sayuran.
10 Teknologi budidaya tanaman pangan non beras.
11 Teknologi budidaya ternak ayam buras skala rumah tangga.
12 Teknologi budidaya ternak kelinci skala rumah tangga.
13 Teknologi pengolahan limbah dapur.
14 Teknologi pengelolaan kebun bibit.
15 Teknologi analisis usaha budidaya pertanian di lahan pekarangan.

Pelaksanaan pelatihan disesuaikan deng-
an tahapan pada jadwal rencana kegiatan dan
dilakukan secara intermitern dengan tenggang
waktu satu minggu antara materi ke materi se-
lanjutnya. Metode pelatihan adalah 30% teori
dan 70% praktek. Aplikasi teknologi ramah
lingkungan untuk tanaman sayuran, tanaman
buah, tanaman obat atau biofarmaka, tanaman
pangan non beras dan komoditas ternak
spesifik lokasi serta pengelolaan kebun bibit
merupakan karakteristik utama dalam pengem-
bangan KRPL.
5. Pembuatan dan pengelolaan kebun bibit
Kebun bibit merupakan salah satu
sumber bibit dalam pengembangan KRPL, se-
bagai upaya menuju terciptanya rumah pangan
lestari (RPL). RPL adalah rumah tangga yang
memanfaatkan pekarangan secara optimal un-
tuk budidaya tanaman sayuran, pangan, ternak
dan ikan, menggunakan teknologi hemat lahan
secara berkesinambungan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi sehari hari, serta
menambah pendapatan keluarga.
Kebun bibit dapat memberikan kesinam-
bungan usaha budidaya tanaman bagi anggota
dan keuntungan ekonomi bagi kelompok mela-
lui usaha penjualan bibit dan tanaman. Kebun
bibit adalah lahan untuk pembibitan yang
dilengkapi dengan beberapa peralatan dan
dikelola atas partisipasi aktif masyarakat untuk
memproduksi bibit agar dapat memenuhi
kebutuhan bibit tanaman bagi peserta RPL dan
warga masyarakat di kawasan. Lahan untuk
kebun bibit sebaiknya merupakan lahan terbu-
ka, dan banyak mendapat cahaya matahari
langsung, berdekatan dengan sumber air dan
lahan cukup luas di sekitarnya sehingga
mempermudah pengembangan kebun bibit di
masa datang. Ukuran kebun bibit tergantung
pada volume bibit yang akan di produksi dan
ukuran luas bangunan rumah bibit.
Kebun bibit dibangun untuk tujuan
memproduksi bibit tanaman untuk memenuhi
kebutuhan bibit anggota rumah tangga (RPL).
Agar kebun bibit sesuai kebutuhan dan pengu-
rus dapat mengelola dengan baik, maka disain
kebun bibit dibuat dengan memperhatikan tata
letak komponen kebun, antara lain (1) lokasi
rumah bibit, (2) tempat peletakan bibit muda,
(3) tempat penyimpanan bibit siap tanam, (4)
rak vertikultur, (5) kolam pembibitan, (6) kan-
dang ayam buras/kelinci/ ternak, (7) gudang
penyimpanan, (8) lokasi persemaian dan media
tanam, dan (9) tempat pengolahan sampah
rumah tangga. Contoh disain kebun bibit dapat
dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Rumah bibit adalah bangunan yang di-
buat untuk membuat pembibitan tanaman se-
suai kondisi yang diperlukan, sehingga meng-
hasilkan bibit yang sehat dalam waktu relatif
cepat. Rumah bibit diperlukan agar kegiatan
bercocok tanam tetap dapat dilakukan meski-
pun temperatur dan cuaca di luar rumah bibit
sangat tidak sesuai bagi tanaman. Rumah bibit
80 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012




sebaiknya dibangun pada lahan yang datar dan
tidak ternaungi, agar jika hujan tidak terge-
nang air dan mendapat sinar matahari yang
cukup. Pada musim penghujan rumah bibit
harus mendapat intensitas cahaya matahari dan
suhu yang cukup mendukung, dalam arti tidak
terlalu panas juga tidak terlalu dingin. Manfaat
rumah bibit adalah agar persemaian berlang-
sung dengan kondisi iklim mikro yang terken-
dali untuk pertumbuhan tanaman, terutama
bibit tanaman yang rentan terhadap pengaruh
langsung hujan, angin, serta mikroorganisme
yang dapat menyebabkan penyakit pada
tanaman.


















Gambar 1. Contoh desain penataan kebun bibit KRPL

Pengelola kebun umumnya ditunjuk oleh
kelompok dengan berbagai pertimbangan ter-
utama ketersediaan waktu dan adanya kemam-
puan mengelola serta adanya pengalaman
dalam budidaya tanaman. Pengelola kebun bi-
bit mempunyai tugas : (a) bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan teknis kebun sehari-hari,
(b) mencatat pemasukan dan pengeluaran
barang atau bibit termasuk pembiayaannya dan
(c) pengelola bertanggungjawab kepada ketua
kelompok. Dalam pengelolaan kebun, berper-
an pula pengurus kelompok (ketua, sekretaris,
bendahara) dan para pembina. Ketua kelom-
pok umumnya sebagai manajer yang bertang-
gung jawab terhadap seluruh kegiatan kebun
bibit dan melaporkan kepada anggota. Sekre-
taris ikut membantu pencatatan dan adminis-
trasi lain yang diperlukan. Pembina adalah pa-
ra petugas lapang dari instansi terkait, misal-
nya PPL, penyuluh atau tim pengkaji BPTP.
Di dalam rumah bibit disediakan rak
dengan alas kasa bahan besi, bambu atau kayu
tergantung bahan yang banyak tersedia dan
mudah didapat pada lokasi untuk meletakkan
kotak persemaian. Kotak persemaian dibuat
dengan ukuran yang disesuaikan dengan rak
dalam rumah bibit.
Peralatan yang perlu tersedia dalam
kebun bibit antara lain (1) kotak persemaian,
(2) alat pemotong media persemaian sistem
lontong, (3) sumber air, aliran irigasi atau se-
lang air/gembor, (4) rak bibit /tanaman, (5)
springkel air untuk mengatur kelembaban ru-
mah bibit, (6) kereta dorong untuk angkut, (7)
cangkul atau skop, (8) gergaji untuk memoto-
ng lontong media persemaian dan (9) rak
vertikultur.
Peralatan yang perlu tersedia dalam
kebun bibit, (1) kotak persemaian, (2) alat pe-
motong media persemaian sistem lontong, (3)
sumber air, aliran irigasi atau selang air/
gembor, (4) rak bibit /tanaman, (5) springkel
air untuk mengatur kelembaban rumah bibit,
(6) kereta dorong untuk angkut, (7) cangkul
atau skop, (8) gergaji untuk memotong lontong
media persemaian dan (9) rak vertikultur.
U
S
1
3
3
2
4
4 4
4
4
4
4
4
4
5
5
8
7
6
9
Pintu Masuk
4
Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 81


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta



Gambar 2. Rumah bibit dalam kebun bibit KRPL Kota Yogyakarta

Teknologi kalender tanam (Gambar 3)
digunakan dalam pengelolaan kebun bibit
untuk merencanakan dalam membuat
persemaian tanaman untuk memenuhi pesanan
maupun mengisi stok tanaman dan bibit dalam
kebun.
Kalender tanam disusun untuk waktu
selama satu tahun. Pada kalender tanam dapat
diagendakan untuk satu atau beberapa jenis
tanaman yang umur produksinya sama. Dalam
satu bulan dibagi dalam hitungan minggu,
sehingga pembagian waktu satu bulan
divisualisasikan dalam empat minggu.
Mengacu pada teknologi budidaya tanaman,
dapat menandai kalender tanam dengan
menggunakan perbedaan warna, untuk
tanaman mulai masuk persemaian, tanaman
remaja dan tumbuh, sampai berbuah dan
panen. Penggunaan perbedaan warna untuk
memudahkan dalam pengamatan kalender
sehingga dapat direncanakan sepanjang masa.





Gambar 3. Kalender tanam untuk pengelolaan kebun bibit
82 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012




6. Penataan lingkungan kawasan
Lingkungan kawasan agar menjadi se-
juk, hijau dan dapat digunakan sebagai media
promosi kepada masyarakat maka perlu pena-
taan kawasan. Desain untuk penataan tanaman
pada lingkungan kawasan disusun secara ber-
sama-sama seluruh warga masyarakat dengan
memperhatikan estetika dan kepentingan war-
ga. Pemeliharaan tanaman pada lingkungan
kawasan menjadi tanggung jawab rumah
tangga atau RPL yang berdekatan. Beberapa
contoh desain / penataan tanaman dalam ling-
kungan kawasan RPL dapat dilihat sebagai
berikut (Gambar 4).



Gambar 4. Penataan RPL di lingkungan KRPL Kota Yogyakarta

Penataan lingkungan kawasan diperlu-
kan untuk mengatur RPL agar dapat memben-
tuk lingkungan asri dan nyaman, serta menjadi
daya tarik bagi orang lain untuk melakukan
replikasi. Penataan yang baik menjadi-kan
lingkungan yang indah dan menyenangkan.
KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
DI YOGYAKARTA
Kawasan rumah pangan lestari di Daerah
Istimewa Yogyakarta terdapat pada 12 kelom-
pok, terdiri atas 8 kelompok wanita tani dan 4
kelompok tani (Tabel 2).

Tabel 2. Daftar kelompok pelaku KRPL di DIY
No Kabupaten/Kota Nama Kelompok Desa/Kelurahan Kecamatan
1 Kotamadya Yogyakarta 1. KTD Kencana Asri Kadipaten Kraton
2. KWT Mekarsari Bener Tegalrejo
2 Bantul 1. KWT Manunggal Pleret Pleret
2. KWT Sri Rejeki Banguntapan Pleret
3 Gunung Kidul 1. KT Sido Muncul Nglanggeran Patuk
2. KT Sinar Tani Wareng Wonosari
3. KWT Kantil Kedung Keris Nglipar
4 Sleman 1. KWT Mulya Raharja Wukir Sari Cangkringan
2. KT Margomulyo Bleberan Prambanan
5 Kulon Progo 1. KWT Putri Manunggal Srikayangan Sentolo
2. KWT Melati Hargotirto Kokap
3. KWT Lestari Wening Sidomulyo Pengasih

Rata-rata kelompok tersebut mampu
menampilkan kebun bibit, kawasan RPL dan
penataan lingkungan KRPL yang baik. Kebun
bibit dapat memenuhi kebutuhan bibit bagi
anggota kelompok secara kontinyu. Manfaat
KRPL bagi keluarga adalah diperolehnya
Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 83


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

penghematan biaya/pengeluaran keluarga
untuk konsumsi pangan yakni berkisar antara
Rp. 50.000,00 s.d. Rp.300.000,00 per keluar-
ga. Besarnya nilai penghematan masih terba-
tas, karena masih terbatasnya jumlah tanaman
yang diusahakan masing-masing keluarga.
Beberapa kelompok telah mengelola ke-
bun bibit secara semi komersial yaitu dengan
menyediakan bibit tanaman bagi keperluan
pasar atau masyarakat luas. Disamping itu, di
sebagian besar kelompok telah melakukan rep-
likasi dengan peserta yang meningkat terutama
berasal dari luar kelompok yang berada di se-
kitar lokasi. Mungkin penataan dan pendataan
perlu dilakukan dengan cermat dalam pen-
gembangan KRPL ini.

PENUTUP
Teknik pengembangan KRPL di Daerah
Istimewa Yogyakarta dilakukan melalui
tahapan (1) pembentukan kelompok, (2) iden-
tifikasi kebutuhan, (3) penyusunan rencana ke-
giatan, (4) pelatihan, (5) pembuatan kebun bi-
bit dan (6) penataan lingkungan kawasan.
Teknik pengembangan sesuai tahapan tersebut
mewujudkan replikasi KRPL secara cepat dan
mampu memberikan manfaat nyata bagi
keluarga.
KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta
telah berkembang dengan cepat. Pada tahun
2011, KRPL baru dilakukan oleh 1 kelompok
tani di Kabupaten Gunungkidul, namun pada
tahun 2012 telah dikembangkan di 4 kabu-
paten dan 1 kota Yogyakarta. Jumlah pelaku
KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta pada
tahun 2012 sebanyak 12 kelompok, terdiri atas
8 kelompok wanita tani dan 4 kelompok tani.
Setiap KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki ciri khas yaitu memiliki kebun bibit,
dilaksanakan oleh sejumlah anggota (RPL)
yang tergabung dalam kelompok dan berada
dalam lingkungan atau kawasan tertentu.
Manfaat KRPL bagi keluarga adalah
diperolehnya penghematan biaya/pengeluaran
keluarga untuk konsumsi pangan yakni antara
Rp. 50.000,00 hingga Rp.300.000,00 per
keluarga. Besarnya nilai penghematan masih
terbatas, karena terbatasnya jumlah tanaman
yang diusahakan oleh masing-masing keluar-
ga. Diperkirakan jumlah minimal tanaman
yang dibudidaya oleh setiap rumah tangga
adalah 30 batang tanaman per keluarga agar
manfaat dari kegiatan KRPL ini dapat dira-
sakan bagi keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2012.
Pengembangan Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL). Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta. 26 halaman.
Badan Litbang Pertanian. 2012. Panduan
Operasional Pengelolaan Kebun Bibit
Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI).
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.
BBP2TP. 2011. Petunjuk Pelaksanaan
Pengembangan Model Kawasan Rumah
Pangan Lestari. Balai Besar Perngkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Bogor. 43 halaman.
BPS Propinsi DIY. 2008. Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Dalam Angka.
Badan Pusat Staristik Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
BPTP Yogyakarta. 2012. Kunjungan Menteri
Pertanian ke M-KRPL Kota Yogyakarta.
Pers Rellease. Yogyakarta. 11 Juli 2012.
BPTP Yogyakarta. 2012. Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari Kota
Yogyakarta. Laporan Tengah Tahun.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Yogyakarta.
Wiendarti I.W. dan Gunawan. 2012. Petunjuk
Teknis Pengembangan Kawasan Rumah
Pangan Lestari Kota Yogyakarta. BPTP
Yogyakarta, BBP2TP, Badan Litbang
Pertanian, Kementerian Pertanian.
Wiendarti I.W. dan Gunawan. 2012. Petunjuk
Teknis Pengembangan Kawasan Rumah
Pangan Lestari Daerah Istimewa
Yogyakarta. BPTP Yogyakarta,
BBP2TP, Badan Litbang Pertanian,
Kementerian Pertanian.




INDEKS PENGARANG
ILMU-ILMU PERTANIAN 2012


A
Pengambilan Keputusan Petani dalam Pergeseran Mata Pencaharian
Pasca Erupsi Merapi di Desa Gondowangi Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang
Aji Riandri, Subejo, Roso Witjaksono, Ageng Setiawan Herianto

Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer
Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Amie Sulastiyah


B
Analisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan
Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di Pesantren
Sunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)
Bharoto dan Sofia Rieni Apsari


C
Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam Mewujudkan
Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri
Cucuk Redono


D
Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung
terhadap Efisiensi Pemupukan Di Lahan Kering Kec. Bayan
Kab. Lombok Utara NTB
Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.


E
Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai
Bahan Baku Es Krim
Endah Puspitojati dan Hadi Santoso


M
Peran Pemuka Pendapat dalam Adopsi Pupuk Organik pada Petani Padi
Sawah di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta
M. Adlan Larisu, Ravik Karsidi, Mahendra Wijaya


R
Prospek Bawang Merah Asal Biji di Bantul
Rajiman






S
Partisipasi Masyarakat dalam Penerapan Kebijakan Pengelolaan
Hama Terpadu di Jawa Bagian Tengah Tahun 2012
Siti Astuti, Edhi Martono, Y. Andi Trisyono, Ageng Setiawan Herianto

Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian
Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul
Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

Implementasi Hasil Studi Banding Jagung di Kalangan Petani Kulon Progo
Sujono, Sunarru Samsi Hariadi, Mudiyono, Sri Peni Wastutiningsih

Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten
Bojonegoro
Suprapti S, Erlyna Wida R dan Aulia Qonita


W
Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa
Yogyakarta
Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan








INDEKS KOMULATIF
ILMU-ILMU PERTANIAN 2012


Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam Mewujudkan 1 - 10
Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri
Cucuk Redono

Pengambilan Keputusan Petani dalam Pergeseran Mata Pencaharian 11 - 22
Pasca Erupsi Merapi di Desa Gondowangi Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang
Aji Riandri, Subejo, Roso Witjaksono, Ageng Setiawan Herianto

Peran Pemuka Pendapat dalam Adopsi Pupuk Organik pada Petani Padi 23 - 34
Sawah di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta
M. Adlan Larisu, Ravik Karsidi, Mahendra Wijaya

Prospek Bawang Merah Asal Biji di Bantul 35 - 44
Rajiman

Partisipasi Masyarakat dalam Penerapan Kebijakan Pengelolaan 45 - 54
Hama Terpadu di Jawa Bagian Tengah Tahun 2012
Siti Astuti, Edhi Martono, Y. Andi Trisyono, Ageng Setiawan Herianto

Implementasi Hasil Studi Banding Jagung di Kalangan Petani Kulon Progo 55 - 68
Sujono, Sunarru Samsi Hariadi, Mudiyono, Sri Peni Wastutiningsih

Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian 69 - 75
Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul
Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa 76 - 83
Yogyakarta
Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten 84 - 90
Bojonegoro
Suprapti Supardi, Erlyna Wida Riptanti, Aulia Qonita

Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai 91 - 99
Bahan Baku Es Krim
Endah Puspitojati dan Hadi Santoso

Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung 100 - 107
terhadap Efisiensi Pemupukan di Lahan Kering Kec. Bayan
Kab. Lombok Utara NTB
Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.





Analisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan 108 - 113
Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di Pesantren
Sunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)
Bharoto dan Sofia Rieni Apsari

Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer 114 - 120
Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Amie Sulastiyah










































PEDOMAN PENULISAN NASKAH
DALAM JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN

Naskah dalam Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian ditulis dalam Bahasa Indonesia atau
Bahasa Inggris, dengan gaya bahasa efektif
dan akademis.
Naskah dapat berupa hasil penelitian
atau studi pustaka yang diketik komputer
(MSWord atau yang kompatibel dengan MS-
Word) meggunakan spasi ganda, tulisan
disertai intisari (abstract). Panjang tulisan
berkisar antara 16 sampai dengan 20 halaman
kuarto (A4).
Naskah hasil penelitian mengikuti
susunan sebagai berikut; halaman judul, nama
penulis, alamat penulis, intisari, kata kunci,
pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan
pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar
pustaka. Naskah konseptual tersusun atas
halaman judul, pendahuluan, isi tulisan,
penutup, daftar pustaka.
Grafik dan gambar garis dapat gambar
dengan tinta cina atau menggunakan program
grafik (komputer), grafik dan gambar
diutamakan tidak berwarna (hitam putih).
Judul gambar diletakkan di bawah gambar,
diberi nomor urut sesuai dengan letaknya dan
dicetak tebal. Masing-masing gambar diberi
keterangan singkat dengan nomor urut yang
diletakkan di luar bidang gambar. Gambar dan
grafik diletakkan di dalam naskah.
Gambar fhotografis diutamakan tidak
berwarna (hitam putih) dan dicetak di atas
kertas mengkilap, jelas dan tidak kabur. Nama
lain (binomial), kata asing, latin dan bukan
kata dalam Bahasa Indonesia dicetak miring.
Judul harus singkat dan jelas
menunjukkan identitas subyek, indikasi tujuan
studi dan memuat kata-kata kunci. Jumlah kata
seyogyanya berkisar antara 6 - 12 buah,
dituliskan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Nama atau nama-nama penulis (bukan
alias) ditulis tanpa gelar dan tidak disingkat.
Abstarct (intisari), harus dapat memberi
informasi mengenai seluruh isi karangan,
ditulis dengan singkat, padat dan jelas dan
tidak melebihi 250 kata, ditulis dalam Bahasa
Inggris (untuk naskah dalam Bahasa
Indonesia) dan Bahasa Indonesia (untuk
naskah dalam Bahasa Inggris), intisari disertai
keywords (kata kunci).
Pendahuluan, berisi latar belakang,
masalah dan tinjauan teori secara ringkas.
Metode penelitian, berisi penjelasan
mengenai bahan dan alat yang digunakan
dalam penelitian (kalau ada), waktu, tempat
dan rancangan percobaan (teknik analisis).
Hasil dan pembahasan, disajikan secara
ringkas (dapat dibantu dengan tabel, grafik
atau fhoto-fhoto). Pembahasan merupakan
tinjauan terhadap hasil penelitian secara
singkat tetapi jelas dan merujuk pada literatur
terkait.
Kesimpulan dan saran, berisi hasil nyata
ataupun keputusan dari penelitian yang
dilakukan dan saran tindakan lanjut untuk
bahan pengembangan penelitian berikutnya.
Daftar pustaka, memuat semua pustaka
yang digunakan dalam penulisan karangan.
Daftar pustaka ditulis dalam urutan abjad
secara kronologis (urut tahun).
Penulisan pustaka untuk buku dengan
urutan; nama pokok (keluarga) dan inisial
pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi,
nama penerbit dan tempat terbit. Setiap bagian
diakhiri dengan tanda titik.
Penulisan pustaka untuk karangan dalam
buku, majalah, surat kabar, proseding atau
terbitan lain bukan buku, ditulis dengan
urutan; nama pokok dan inisial pengarang,
tahun terbit, judul karangan, inisial dan nama
editor, judul buku, halaman pertama dan akhir
karangan, nama penerbit dan tempat terbit.
Redaksi mempunyai hak untuk
mengubah dan memperbaiki ejaan, tata tulis
dan bahasa yang dimuat tanpa mengubah
esensi.
Naskah yang telah ditulis dan sesuai
dengan pedoman penulisan jurnal ilmu-ilmu
pertanian diterima paling lambat satu bulan
sebelum bulan penerbitan, dalam bentuk hard
printing (cetak printer) dan soft printing (file).
Naskah dikirimkan kepada M. Adlan
Larisu, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
(STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian
Yogyakarta, Jalan Kusumanegara Nomor 2
Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274)
373479 Faximile (0274) 375528. E-Mail:
adlan_larisu@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai