PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI DAN SISTEM SOSIAL IBU NIFAS TERHADAP
PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUTIARA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE
ABSTRAK
Tingginya Angka Kematian bayi (AKB) di sebuah negara menunjukkan masih rendahnya status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu indicator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, dapat dilihat) dan sistem social ibu nifas terhadap adopsi inovasi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kabupaten Pidie tahun 2011. Jenis penelitian ini merupakan survey ekspalanatori dengan sampel seluruh ibu nifas yang sudah mendapatkan informasi tentang IMD sebanyak 34 orang. Data dianalisis dengan menggunakan Regresi Logistik Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan adopsi inovasi pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kesesuaian) dan sistem sosial ibu nifas, variabel yang paling dominan berpengaruh adalah variabel sistem sosial ibu nifas dengan nilai koefisien B = 3,498 Kepada petugas kesehatan hendaknya selalu bekerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat dalam memberikan penyuluhan tentang (IMD).
Kata Kunci : Karakteristik Inovasi, Sistem Sosial, Adopsi Inovasi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2
PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI DAN SISTEM SOSIAL IBU NIFAS TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUTIARA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE
ABSTRACT
The higly Infant Mortality Rate in a country shows that the community health is still poor and it is the one of important indicators in determining community health level. The purpose of this study is to analyze the influence of characteristic innovation and social system among postpartum mothers on the innovation adoption of the early initiation of breastfeeding at Mutiara Public Health Center in 2011. The type of this study is an explanatory survey with 34 population of postpartum mothers who have got information about early initiation of breastfeeding at Mutiara Public Health Center. The data was collected by primary (interview/guestionnaires) and secondary data (Health Departement, Public Health Center, library research and medical journals). Data were analyzed by multiple logistic regression test. The result of this study showed that the innovation adoption significantly has influence to the characteristic innovation (Relative advantage, compatibility, complexity, observability) and social system postpartum mothers, also the most dominant influence variable is social system postpartum mother with score B = 3,498 To health personels. They should always cooperate with community leaders, traditional leaders of religious to conseling about the innovation early initiation of breastfeeding.
Key word : I nnovation Characteristic, Social System, Adoption I nnovation, Early I nitiation of Breastfeeding (EI B)
3
PENDAHULUAN
Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa. Sebagai manusia, anak berhak untuk mendapatkan pemenuhan, perlindungan serta penghargaan akan hak asasinya. Sebagai generasi penerus bangsa, anak harus dipersiapkan sejak dini dengan upaya yang tepat, terencana, intensif dan berkesinambungan agar tercapai kualitas tumbuh kembang fisik, mental, sosial, dan spiritual tertinggi. Salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian tertinggi kualitas tumbuh kembangnya sekaligus memenuhi hak anak adalah pemberian makan yang terbaik sejak lahir hingga usia dua tahun yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang terbukti dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Langkah awal untuk berhasilnya pemberian ASI pada bayi yaitu dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD pada 1 jam pertama dapat meningkatkan potensi menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI sampai bayi berumur 2 tahun. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dilakukan sebelum bayi dibersihkan dan tidak dipisahkan dari ibunya, ibu langsung mendekap dan memberikan kesempatan kepada bayi untuk mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Depkes RI (2002) menyatakan bahwa di negara berkembang termasuk Indonesia, saat melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar dua per tiga kematian terjadi pada masa neonatal, yaitu terjadi pada minggu pertama di hari pertama kehidupan bayi. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di Indonesia sebesar 35/1.000 kelahiran hidup. Sementara di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Angka Kematian Bayi masih cukup tinggi dibandingkan rata-rata di provinsi lain yaitu mencapai 40/1.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi ini disebabkan karena berat bayi yang rendah, gangguan pernafasan dan masih kurangnya pengetahuan ibu terutama terhadap pentingnya pelaksanaan IMD dan pemberian ASI sebagai asupan makanan utama dan terbaik bagi bayi yang baru dilahirkan (Dinkes Aceh, 2010). Menurut Roesli (2008) bahwa fakta memprihatinkan dikenal dengan fenomena 2/3 yaitu, kematian bayi umur (0-1 tahun). Kematian pada usia dini tersebut, dapat dicegah dengan perlakuan pemberian ASI pada satu jam pertama (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan, bayi memperoleh zat-zat penting dan dapat terhindar dari berbagai penyakit berbahaya pada masa paling rentan dalam kehidupannya dan dapat mencegah kematian bayi. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Food (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. Edmond (2006) juga mendukung pernyataan UNICEF, bahwa bayi yang diberi susu formula kemungkinan memiliki peluang untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya 25 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif. IMD diyakini mampu mengurangi risiko kematian balita hingga 22%. Begitu banyak penelitian dan survei yang menyatakan manfaat dan keuntungan dari IMD baik bagi ibu, bayi, keluarga dan masyarakat tetapi ironisnya masih banyak ibu nifas yang belum melaksanakan IMD pada bayinya. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, menyusui merupakan proses alamiah yang dapat dilakukan oleh hampir semua ibu kepada bayinya, tetapi ibu yang menyusui bayinya pada 1 jam pertama kelahiran hanya 41,8%, bahkan di beberapa daerah menunjukkan angka yang lebih rendah. Wilayah dengan cakupan IMD rendah yaitu Sulawesi Barat 13,6%, Maluku 13,0%, Bali 10% dan cakupan IMD yang paling rendah adalah provinsi Aceh hanya 0,5%. Angka ini akan lebih rendah lagi bila digunakan kriteria ideal yakni 1 4
membiarkan bayi mencari sendiri puting susu ibunya segera setelah persalinan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, menunjukkan bahwa selama tiga tahun (2008-2010) angka kematian bayi yaitu: tahun 2008 berjumlah 163 bayi, tahun 2009 berjumlah 104 bayi, dan tahun 2010 berjumlah 152 bayi. Rata-rata bayi yang meninggal tersebut terjadi pada masa neonatal yang disebabkan asfiksia berjumlah 96 bayi, BBLR berjumlah 54 bayi dan lain-lain karena tetanus neonatorum (TN), infeksi, juga masalah laktasi berjumlah 48 bayi. Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi, Pemerintah Aceh sudah melakukan beberapa langkah, diantaranya meminta kepada petugas kesehatan (dokter, bidan dan perawat), memberikan informasi kepada ibu hamil dan nifas tentang penting pelaksanaan IMD yaitu memberikan ASI pada satu jam pertama kelahiran. Selain itu, pemerintah Aceh juga telah mensosialisasikan IMD kepada masyarakat yang diadakan di Taman Sari Banda Aceh, pesertanya ibu hamil, ibu menyusui dan masyarakat berkisar 1.000 orang, pematerinya adalah ibu Utami Roesli. Supaya seluruh masyarakat Aceh mendapat informasi tentang IMD dan ASI maka acara tersebut disiarkan juga oleh TV Aceh. Untuk mengubah perilaku masyarakat diperlukan suatu kegiatan yang dikenal dengan difusi inovasi. Yaitu suatu proses di mana ide- ide baru diperkenal dalam upaya merubah pola pikir suatu masyarakat. Prose difusi inovasi tersebut mempunyai empat elemen pokok, yaitu: inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu dan sistem sosial. (Rogers, 1983). Inovasi bisa diterima oleh seseorang/individu jika terdapat sifat atau karakteristik inovasi, proses adopsi inovasi dan faktor adopsi inovasi. Sebelum suatu inovasi diadopsi maka, sangat tergantung dari para anggota atau sistem sosial dalam memahami lima karakteristik inovasi yaitu: keuntungan relatif (relative advantage), kesesuaian (compatibility), kerumitan (complexity), kemungkinan dicoba (triability) dan kemungkinan diamati/dilihat (observability). Sebelum mengadopsi ide-ide atau praktek baru, dalam diri seseorang akan terjadi proses berurutan. Program IMD sebagai sebuah gagasan atau ide, dapat diterima oleh masyarakat khususnya ibu hamil untuk dilaksanakan pada bayinya setelah melahirkan melalui proses yang berurutan, yaitu: knowledge (merubah pemahaman individu), persuasion (pembentukan sikap individu bisa menerima atau menolak), decision (menimbang-nimbang terhadap pilihan yang akan diambil), implementation (mencoba praktek baru), confirmation (pemantapan/menerima praktek baru). Jika penerimaan perilaku baru atau adopsi praktek baru melalui proses tersebut seseorang memang sudah mendapatkan informasi yang akurat tentang IMD sehingga memiliki pengetahuan dan kesadaran bersikap positif maka praktek baru tersebut akan bersifat long lasting (Rogers (1983).
TUJUAN PENELITIAN Untuk menganalisis pengaruh karakteristik inovasi dan sistem sosial ibu nifas terhadap adopsi inovasi pelaksanaan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2011.
MANFAAT PENELITIAN 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam merumuskan program kerja dalam upaya mencegah kematian bayi melalui pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin. 2. Puskesmas Menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dan khususnya ibu nifas untuk melakukan inisiasi menyusu dini pada bayinya, sehingga bayi mendapatkan nutrisi (kolostrum) pada 1 jam pertama kelahiran yang bermanfaat untuk mencegah dari kesakitan dan kematian 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan karakteristik inovasi dan sistem sosial ibu nifas terhadap adopsi inovasi pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir
5
2.6. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan: Diteliti
Tidak diteliti
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Variabel Karakteristik Inovasi (keuntungan relatif, kesesuaian) dan sistem sosial Ibu Nifas terhadap Adopsi Inovasi Pelaksanaan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara Kabupaten Pidie Variabel B Exp P value 95.0% C.I.for EXP (B) Lower Upper Keuntungan relatif 3,184 24,144 0,034 1,281 455,033 Kesesuaian 3,356 28,681 0,022 1,626 506,022 Sistem sosial ibu nifas 3,498 33,051 0,030 1,394 783,799 Constant -4,837 ,008 0,004 Overall Percentage 91,2%
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda diketahui variabel karakteristik inovasi dari aspek keuntungan relatif, kesesuaian dan variabel sistem sosial ibu nifas berpengaruh terhadap adopsi inovasi pelaksanaan IMD dengan Overall Percentage sebesar 91,2%. Sisanya sebesar 8,8%dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini diantaranya adalah faktor fisik ibu setelah melahirkan (kelelahan karena lama proses persalinan, puting susu tidak menonjol atau rata), obat-obatan yang digunakan pada ibu sehingga memengaruhi kemampuan alami bayi untuk mencari atau menemukan sendiri payudara ibu. Faktor dari bayi karena bayi asfiksia berat, kelainan bawaan seperti bibir sumbing dan karena faktor lainnya. Dari tiga variabel yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi pelaksanaan IMD variabel sistem sosial ibu nifas merupakan variabel paling dominan memengaruhi adopsi inovasi pelaksanaan IMD yaitu dengan nilai koefisien B sebesar 3,498, pvalue 0,030 (p < 0,05) dan exp (B) sebesar 33,051. Artinya peluang seorang ibu nifas untuk mengadopsi inovasi pelaksanaan IMD dengan sistem sosial yangbaik sebesar 33 kali dibanding yang sistem sosialnya tidak baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada hubungan karakteristik inovasi dari aspek (keuntungan relatif, kesesuaian, dapat dilihat) dan sistem sosial ibu nifas dengan adopsi inovasi pelaksanaan IMD di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. 2. Tidak ada hubungan karakteristik inovasi aspek kerumitan dengan inovasi adopsi pelaksanaan IMD di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie 3. Ada pengaruh karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kesesuaian,) dan sistem sosial ibu nifas terhadap adopsi inovasi pelaksanaan IMD di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie 4. Tidak ada pengaruh dapat dilihat terhadap adopsi inovasi pelaksanaan IMD Karakteristi Inovasi 1. Keuntungan Relatif 2. Kesesuaian 3. Kerumitan 4. Dapat dilihat
Sistem Sosial Adopsi Inovasi Pelaksanaan IMD
Faktor Lain 1. Faktor yg mendukung pelaksanaan IMD a. Peran petugas kesehatan b. Peran rumah sakit dan pemerintah c. Peran fisik ibu d. Faktor keluarga e. Faktor bayi 2. Faktor yg menghambat pelaksanaan IMD a. Ibu kelelahan b. Bidan kurang paham 6
5. Variabel paling dominan yang memengaruhi adopsi inovasi pelaksanaan IMD adalah variabel sistem sosial ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
SARAN
1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie perlu mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam berkomunikasi serta memberikan penyuluhan secara berkesinambungan supaya tercapainya proses adopsi inovasi pelaksaaan IMD. 2. Kepada petugas kesehatan dalam hal ini bidan yang menolong persalinan supaya dapat menyakinkan ibu dan keluarga bahwa pelaksanaan IMD bisa dilakukan oleh ibu, suami dan keluarga tanpa didampingi petugas karena pelaksanaan IMD tidak akan membahayakan bayi 3. Kepada petugas kesehatan hendaknya selalu bekerja sama dengan tokoh masyarakat, agama dan tokoh adat dalam memberikan penyuluhan tentang inovasi pelaksanaan IMD sehingga masyarakat khususnya ibu hamil dan ibu bersalin mengadopsi IMD
DAFTAR PUSTAKA Afifah, 2008. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Susu Ibu Eksklusif di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan Ahmadi, A., 1999. Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta. Ambarwati dan Eny 2009. Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra Cendikia Offset, Yogyakarta. American Academy of Pediatrics, 2005. Breestfeeding and The Use of Human Milk., Policy Statement. Pediatrics : 115 (2) : 496 506.
Andayuni, D., 2009. Pengaruh Karakteristik Inovasi dalam Menggunakan Larutan Pemurni Air Rahmat di Tingkat Rumah Tangga di Kota Medan.Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, 1998, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007.Macro Calverton, Maryland, USA. Departemen Kesehatan RI, 2002. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005.Survei Cepat Cakupan ASI Eksklusif di Jakarta.Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2010. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Tahun 2010, Kota Banda Aceh. Dinas Kesehatan Kota Sigli, 2010. Data Subdin Kesga-Profil Kesehatan Kabupaten Pidie, Tahun 2010 Kota Sigli Edmond, K., M., et all., 2006. Delayed Breastfeeding Initiation Increases Riskof Neonatal Mortality.Pediatrics: 117 (3): 380-386. Giugliani, E.R.J., 2004. Common Problems During Lactation and Their Management.J Pediatrics (Rio J):80 (5): 147-154. Green, C.P., 1999. Improving Breastfeeding Behaviors.Academy for Educational Development. Washington DC, USA. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR), 2007. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2010. Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Krisuadi, S.R., 1993. Masalah Ibu Menyusui dan Penanggulangannya. Majalah Kedokteran Indonesia: 43 (6): 361-5 LINKAGES, 2002.Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja : Satu-Satunya Sumber Cairan yang Dibutuhkan Bayi Usia 84 69 70 7
Dini. Academy for Educational Development, Washington DC. Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. Nurtjahjo, T., & Paramita, R.,P., 2008. Paket- Modul Kegiatan : Inisiasi Menyusu Dini (IMD) & ASI Eksklusif ; Panduan Kegiatan Belajar Bersama Masyarakat,USAID-Health Services Programme (HSP) DEPKES RI. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010, Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI, 2006. Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Jakarta Ricardo, S., S., 2007. Tingkat Adopsi Inovasi KB Pria di Kalangan Prajurit Wilayah Medan. Tesis Program Pasca Sarjana Univesitas Sumatra Utara, Medan Riduwan, M., 2005. Metode dan Tehnik Penyusunan Tesis, Alphabet, Bandung Righad, L., et all, 2006. Breastfeeding in Infancy and Blood Pressure in Later Life;American Journal ofEpidemiology: l (2):161 Rogers, E., M., 1983.Diffusion of Innovations.Edisi ketiga, Collier Macmillan Publisher, New York. Roesli, U., 2008. Inisiasi Menyusu Dini, Pustaka Bunda, Jakarta __________2004. Mengenal ASI Ekkslusif Seri 1, PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Siregar, A., 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Stoner, J.F., et all, 1996. Manajemen. Prehalindo, Jakarta. Sugiyono, 2000. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Suharsono. 1993. Memasyarakatkan Penyusuan Dini dan Rawat Gabung. Majalah Kedokteran Indonesia: 43 (6): 33 Suradi, R., dan Roesli, U., 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sunarto, 2006. Manajemen Rewand, Penerbit Aditya Media, Yogyakarta. Tanjung, N., U., 2010. Hubungan Difusi Inovasi dengan Pemanfaatan Ovitrap Oleh Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2010.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Unicef, 2007. Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl. Mumbai. Unicef, 1999. Data Bank on Breastfeeding Indicators, Pediatric: 35 (9): 21-25 WHO, 2006. Data Bank on Breestfeeding and Complementary Feeding. 2006, Pediatrics : 35 (14) : 21-25. Widjajati, L,. 2010. Pengantar Ilmu Sosiologi. Rineka Cipta, Jakarta. Zunita, H., 2011. Pengaruh Karakteristik Inovasi dan Sistem Sosial terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga Balita Di Kelurahan Kwala Bingai Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan