Anda di halaman 1dari 7

1

PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI DAN SISTEM SOSIAL IBU NIFAS TERHADAP


PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUTIARA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE




ABSTRAK

Tingginya Angka Kematian bayi (AKB) di sebuah negara menunjukkan masih rendahnya status
kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu indicator penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik inovasi (keuntungan
relatif, kesesuaian, kerumitan, dapat dilihat) dan sistem social ibu nifas terhadap adopsi inovasi
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di wilayah kerja Puskesmas Mutiara Kabupaten Pidie tahun
2011. Jenis penelitian ini merupakan survey ekspalanatori dengan sampel seluruh ibu nifas yang sudah
mendapatkan informasi tentang IMD sebanyak 34 orang. Data dianalisis dengan menggunakan Regresi
Logistik Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan adopsi inovasi pelaksanaan IMD
dipengaruhi oleh karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kesesuaian) dan sistem sosial ibu nifas,
variabel yang paling dominan berpengaruh adalah variabel sistem sosial ibu nifas dengan nilai
koefisien B = 3,498
Kepada petugas kesehatan hendaknya selalu bekerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama dan tokoh adat dalam memberikan penyuluhan tentang (IMD).

Kata Kunci : Karakteristik Inovasi, Sistem Sosial, Adopsi Inovasi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
























2



PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI DAN SISTEM SOSIAL IBU NIFAS TERHADAP
PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUTIARA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE



ABSTRACT

The higly Infant Mortality Rate in a country shows that the community health is still poor and it is the
one of important indicators in determining community health level.
The purpose of this study is to analyze the influence of characteristic innovation and social
system among postpartum mothers on the innovation adoption of the early initiation of breastfeeding
at Mutiara Public Health Center in 2011. The type of this study is an explanatory survey with 34
population of postpartum mothers who have got information about early initiation of breastfeeding at
Mutiara Public Health Center. The data was collected by primary (interview/guestionnaires) and
secondary data (Health Departement, Public Health Center, library research and medical journals).
Data were analyzed by multiple logistic regression test.
The result of this study showed that the innovation adoption significantly has influence to the
characteristic innovation (Relative advantage, compatibility, complexity, observability) and social
system postpartum mothers, also the most dominant influence variable is social system postpartum
mother with score B = 3,498
To health personels. They should always cooperate with community leaders, traditional
leaders of religious to conseling about the innovation early initiation of breastfeeding.

Key word : I nnovation Characteristic, Social System, Adoption I nnovation, Early I nitiation of
Breastfeeding (EI B)



































3



PENDAHULUAN

Anak merupakan potensi dan penerus
untuk mewujudkan kualitas dan
keberlangsungan bangsa. Sebagai manusia,
anak berhak untuk mendapatkan pemenuhan,
perlindungan serta penghargaan akan hak
asasinya. Sebagai generasi penerus bangsa,
anak harus dipersiapkan sejak dini dengan
upaya yang tepat, terencana, intensif dan
berkesinambungan agar tercapai kualitas
tumbuh kembang fisik, mental, sosial, dan
spiritual tertinggi. Salah satu upaya mendasar
untuk menjamin pencapaian tertinggi kualitas
tumbuh kembangnya sekaligus memenuhi hak
anak adalah pemberian makan yang terbaik
sejak lahir hingga usia dua tahun yaitu dengan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang terbukti
dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada bayi (Kementerian Kesehatan
RI, 2010).
Langkah awal untuk berhasilnya
pemberian ASI pada bayi yaitu dengan
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
IMD pada 1 jam pertama dapat meningkatkan
potensi menyusui secara eksklusif selama 6
bulan dan dilanjutkan dengan makanan
pendamping ASI sampai bayi berumur 2
tahun. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
dilakukan sebelum bayi dibersihkan dan tidak
dipisahkan dari ibunya, ibu langsung
mendekap dan memberikan kesempatan
kepada bayi untuk mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir (Roesli, 2008).
Depkes RI (2002) menyatakan bahwa
di negara berkembang termasuk Indonesia,
saat melahirkan dan minggu pertama setelah
melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu
dan bayinya. Sekitar dua per tiga kematian
terjadi pada masa neonatal, yaitu terjadi pada
minggu pertama di hari pertama kehidupan
bayi.
Data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
bahwa Angka Kematian Bayi di Indonesia
sebesar 35/1.000 kelahiran hidup. Sementara
di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Angka Kematian Bayi masih cukup tinggi
dibandingkan rata-rata di provinsi lain yaitu
mencapai 40/1.000 kelahiran hidup. Tingginya
angka kematian bayi ini disebabkan karena
berat bayi yang rendah, gangguan pernafasan
dan masih kurangnya pengetahuan ibu
terutama terhadap pentingnya pelaksanaan
IMD dan pemberian ASI sebagai asupan
makanan utama dan terbaik bagi bayi yang
baru dilahirkan (Dinkes Aceh, 2010).
Menurut Roesli (2008) bahwa fakta
memprihatinkan dikenal dengan fenomena 2/3
yaitu, kematian bayi umur (0-1 tahun).
Kematian pada usia dini tersebut, dapat
dicegah dengan perlakuan pemberian ASI pada
satu jam pertama (IMD) dilanjutkan pemberian
ASI eksklusif sampai 6 bulan, bayi
memperoleh zat-zat penting dan dapat
terhindar dari berbagai penyakit berbahaya
pada masa paling rentan dalam kehidupannya
dan dapat mencegah kematian bayi.
Hal ini didukung oleh pernyataan
United Nations Childrens Food (UNICEF),
bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di
Indonesia bisa dicegah melalui pemberian ASI
secara eksklusif selama enam bulan sejak
tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan
makanan serta minuman tambahan kepada
bayi. Edmond (2006) juga mendukung
pernyataan UNICEF, bahwa bayi yang diberi
susu formula kemungkinan memiliki peluang
untuk meninggal dunia pada bulan pertama
kelahirannya 25 kali lebih besar dibandingkan
dengan bayi yang disusui oleh ibunya secara
eksklusif. IMD diyakini mampu mengurangi
risiko kematian balita hingga 22%. Begitu
banyak penelitian dan survei yang menyatakan
manfaat dan keuntungan dari IMD baik bagi
ibu, bayi, keluarga dan masyarakat tetapi
ironisnya masih banyak ibu nifas yang belum
melaksanakan IMD pada bayinya.
Menurut Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, menyusui
merupakan proses alamiah yang dapat
dilakukan oleh hampir semua ibu kepada
bayinya, tetapi ibu yang menyusui bayinya
pada 1 jam pertama kelahiran hanya 41,8%,
bahkan di beberapa daerah menunjukkan
angka yang lebih rendah. Wilayah dengan
cakupan IMD rendah yaitu Sulawesi Barat
13,6%, Maluku 13,0%, Bali 10% dan cakupan
IMD yang paling rendah adalah provinsi Aceh
hanya 0,5%. Angka ini akan lebih rendah lagi
bila digunakan kriteria ideal yakni
1
4



membiarkan bayi mencari sendiri puting susu
ibunya segera setelah persalinan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Pidie, menunjukkan bahwa selama
tiga tahun (2008-2010) angka kematian bayi
yaitu: tahun 2008 berjumlah 163 bayi, tahun
2009 berjumlah 104 bayi, dan tahun 2010
berjumlah 152 bayi. Rata-rata bayi yang
meninggal tersebut terjadi pada masa neonatal
yang disebabkan asfiksia berjumlah 96 bayi,
BBLR berjumlah 54 bayi dan lain-lain karena
tetanus neonatorum (TN), infeksi, juga
masalah laktasi berjumlah 48 bayi.
Dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi, Pemerintah Aceh sudah
melakukan beberapa langkah, diantaranya
meminta kepada petugas kesehatan (dokter,
bidan dan perawat), memberikan informasi
kepada ibu hamil dan nifas tentang penting
pelaksanaan IMD yaitu memberikan ASI pada
satu jam pertama kelahiran. Selain itu,
pemerintah Aceh juga telah mensosialisasikan
IMD kepada masyarakat yang diadakan di
Taman Sari Banda Aceh, pesertanya ibu hamil,
ibu menyusui dan masyarakat berkisar 1.000
orang, pematerinya adalah ibu Utami Roesli.
Supaya seluruh masyarakat Aceh mendapat
informasi tentang IMD dan ASI maka acara
tersebut disiarkan juga oleh TV Aceh.
Untuk mengubah perilaku masyarakat
diperlukan suatu kegiatan yang dikenal dengan
difusi inovasi. Yaitu suatu proses di mana ide-
ide baru diperkenal dalam upaya merubah pola
pikir suatu masyarakat. Prose difusi inovasi
tersebut mempunyai empat elemen pokok,
yaitu: inovasi, saluran komunikasi, jangka
waktu dan sistem sosial. (Rogers, 1983).
Inovasi bisa diterima oleh seseorang/individu
jika terdapat sifat atau karakteristik inovasi,
proses adopsi inovasi dan faktor adopsi
inovasi. Sebelum suatu inovasi diadopsi
maka, sangat tergantung dari para anggota atau
sistem sosial dalam memahami lima
karakteristik inovasi yaitu: keuntungan relatif
(relative advantage), kesesuaian
(compatibility), kerumitan (complexity),
kemungkinan dicoba (triability) dan
kemungkinan diamati/dilihat (observability).
Sebelum mengadopsi ide-ide atau
praktek baru, dalam diri seseorang akan terjadi
proses berurutan. Program IMD sebagai
sebuah gagasan atau ide, dapat diterima oleh
masyarakat khususnya ibu hamil untuk
dilaksanakan pada bayinya setelah melahirkan
melalui proses yang berurutan, yaitu:
knowledge (merubah pemahaman individu),
persuasion (pembentukan sikap individu bisa
menerima atau menolak), decision
(menimbang-nimbang terhadap pilihan yang
akan diambil), implementation (mencoba
praktek baru), confirmation
(pemantapan/menerima praktek baru). Jika
penerimaan perilaku baru atau adopsi praktek
baru melalui proses tersebut seseorang
memang sudah mendapatkan informasi yang
akurat tentang IMD sehingga memiliki
pengetahuan dan kesadaran bersikap positif
maka praktek baru tersebut akan bersifat long
lasting (Rogers (1983).

TUJUAN PENELITIAN
Untuk menganalisis pengaruh
karakteristik inovasi dan sistem sosial ibu nifas
terhadap adopsi inovasi pelaksanaan IMD di
Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2011.

MANFAAT PENELITIAN
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan dalam merumuskan
program kerja dalam upaya mencegah
kematian bayi melalui pelaksanaan
inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin.
2. Puskesmas
Menjadi bahan pertimbangan dalam
memberikan pendidikan kesehatan pada
ibu hamil dan khususnya ibu nifas untuk
melakukan inisiasi menyusu dini pada
bayinya, sehingga bayi mendapatkan
nutrisi (kolostrum) pada 1 jam pertama
kelahiran yang bermanfaat untuk
mencegah dari kesakitan dan kematian
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan karakteristik
inovasi dan sistem sosial ibu nifas
terhadap adopsi inovasi pelaksanaan
inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir



5



2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori, maka
kerangka konsep dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
























Keterangan:
Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda
Variabel Karakteristik Inovasi (keuntungan
relatif, kesesuaian) dan sistem sosial Ibu
Nifas terhadap Adopsi Inovasi Pelaksanaan
IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara
Kabupaten Pidie
Variabel B Exp P value 95.0% C.I.for EXP
(B) Lower Upper
Keuntungan relatif 3,184 24,144 0,034 1,281 455,033
Kesesuaian 3,356 28,681 0,022 1,626 506,022
Sistem sosial ibu nifas 3,498 33,051 0,030 1,394 783,799
Constant -4,837 ,008 0,004
Overall Percentage 91,2%

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda
diketahui variabel karakteristik inovasi dari
aspek keuntungan relatif, kesesuaian dan
variabel sistem sosial ibu nifas berpengaruh
terhadap adopsi inovasi pelaksanaan IMD
dengan Overall Percentage sebesar 91,2%.
Sisanya sebesar 8,8%dipengaruhi faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini
diantaranya adalah faktor fisik ibu setelah
melahirkan (kelelahan karena lama proses
persalinan, puting susu tidak menonjol atau
rata), obat-obatan yang digunakan pada ibu
sehingga memengaruhi kemampuan alami bayi
untuk mencari atau menemukan sendiri
payudara ibu. Faktor dari bayi karena bayi
asfiksia berat, kelainan bawaan seperti bibir
sumbing dan karena faktor lainnya. Dari tiga
variabel yang berpengaruh terhadap adopsi
inovasi pelaksanaan IMD variabel sistem
sosial ibu nifas merupakan variabel paling
dominan memengaruhi adopsi inovasi
pelaksanaan IMD yaitu dengan nilai koefisien
B sebesar 3,498, pvalue 0,030 (p < 0,05) dan
exp (B) sebesar 33,051. Artinya peluang
seorang ibu nifas untuk mengadopsi inovasi
pelaksanaan IMD dengan sistem sosial
yangbaik sebesar 33 kali dibanding yang
sistem sosialnya tidak baik.


KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Ada hubungan karakteristik inovasi dari
aspek (keuntungan relatif, kesesuaian,
dapat dilihat) dan sistem sosial ibu nifas
dengan adopsi inovasi pelaksanaan IMD di
wilayah kerja Puskesmas Mutiara
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten
Pidie.
2. Tidak ada hubungan karakteristik inovasi
aspek kerumitan dengan inovasi adopsi
pelaksanaan IMD di wilayah kerja
Puskesmas Mutiara Kecamatan Mutiara
Timur Kabupaten Pidie
3. Ada pengaruh karakteristik inovasi
(keuntungan relatif, kesesuaian,) dan sistem
sosial ibu nifas terhadap adopsi inovasi
pelaksanaan IMD di wilayah kerja
Puskesmas Mutiara Kecamatan Mutiara
Timur Kabupaten Pidie
4. Tidak ada pengaruh dapat dilihat terhadap
adopsi inovasi pelaksanaan IMD
Karakteristi
Inovasi
1. Keuntungan
Relatif
2. Kesesuaian
3. Kerumitan
4. Dapat dilihat

Sistem Sosial
Adopsi Inovasi
Pelaksanaan
IMD

Faktor Lain
1. Faktor yg mendukung pelaksanaan IMD
a. Peran petugas kesehatan
b. Peran rumah sakit dan pemerintah
c. Peran fisik ibu
d. Faktor keluarga
e. Faktor bayi
2. Faktor yg menghambat pelaksanaan IMD
a. Ibu kelelahan
b. Bidan kurang paham
6



5. Variabel paling dominan yang
memengaruhi adopsi inovasi pelaksanaan
IMD adalah variabel sistem sosial ibu nifas
di wilayah kerja Puskesmas Mutiara
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie

SARAN

1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie
perlu mengadakan pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas dalam berkomunikasi
serta memberikan penyuluhan secara
berkesinambungan supaya tercapainya
proses adopsi inovasi pelaksaaan IMD.
2. Kepada petugas kesehatan dalam hal ini
bidan yang menolong persalinan supaya
dapat menyakinkan ibu dan keluarga
bahwa pelaksanaan IMD bisa dilakukan
oleh ibu, suami dan keluarga tanpa
didampingi petugas karena pelaksanaan
IMD tidak akan membahayakan bayi
3. Kepada petugas kesehatan hendaknya
selalu bekerja sama dengan tokoh
masyarakat, agama dan tokoh adat dalam
memberikan penyuluhan tentang inovasi
pelaksanaan IMD sehingga masyarakat
khususnya ibu hamil dan ibu bersalin
mengadopsi IMD

DAFTAR PUSTAKA
Afifah, 2008. Inisiasi Menyusu Dini dan
Pemberian ASI Susu Ibu Eksklusif di
Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat, Program
Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara, Medan
Ahmadi, A., 1999. Psikologi Sosial, Rineka
Cipta, Jakarta.
Ambarwati dan Eny 2009. Asuhan Kebidanan
Nifas, Mitra Cendikia Offset,
Yogyakarta.
American Academy of Pediatrics, 2005.
Breestfeeding and The Use of Human
Milk., Policy Statement. Pediatrics :
115 (2) : 496 506.

Andayuni, D., 2009. Pengaruh Karakteristik
Inovasi dalam Menggunakan Larutan
Pemurni Air Rahmat di Tingkat
Rumah Tangga di Kota Medan.Tesis,
Program Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V,
Rineka Cipta, Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro
International, 1998, Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007.Macro Calverton, Maryland,
USA.
Departemen Kesehatan RI, 2002. Direktorat
Jendral Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta,
2005.Survei Cepat Cakupan ASI
Eksklusif di Jakarta.Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2010. Profil
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh,
Tahun 2010, Kota Banda Aceh.
Dinas Kesehatan Kota Sigli, 2010. Data
Subdin Kesga-Profil Kesehatan
Kabupaten Pidie, Tahun 2010 Kota
Sigli
Edmond, K., M., et all., 2006. Delayed
Breastfeeding Initiation Increases
Riskof Neonatal Mortality.Pediatrics:
117 (3): 380-386.
Giugliani, E.R.J., 2004. Common Problems
During Lactation and Their
Management.J Pediatrics (Rio J):80
(5): 147-154.
Green, C.P., 1999. Improving Breastfeeding
Behaviors.Academy for Educational
Development. Washington DC, USA.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR), 2007.
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal
Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu
Dini.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.,
2010. Strategi Peningkatan Makanan
Bayi dan Anak, Direktorat Bina
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Krisuadi, S.R., 1993. Masalah Ibu Menyusui
dan Penanggulangannya. Majalah
Kedokteran Indonesia: 43 (6): 361-5
LINKAGES, 2002.Pemberian ASI Eksklusif
atau ASI Saja : Satu-Satunya Sumber
Cairan yang Dibutuhkan Bayi Usia
84
69
70
7



Dini. Academy for Educational
Development, Washington DC.
Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta.
Nurtjahjo, T., & Paramita, R.,P., 2008. Paket-
Modul Kegiatan : Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) & ASI Eksklusif ;
Panduan Kegiatan Belajar Bersama
Masyarakat,USAID-Health Services
Programme (HSP) DEPKES RI.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2010,
Penerapan Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui.
Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI, 2006.
Kebijakan Departemen Kesehatan
tentang Peningkatan Pemberian Air
Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita.
Jakarta
Ricardo, S., S., 2007. Tingkat Adopsi Inovasi
KB Pria di Kalangan Prajurit Wilayah
Medan. Tesis Program Pasca Sarjana
Univesitas Sumatra Utara, Medan
Riduwan, M., 2005. Metode dan Tehnik
Penyusunan Tesis, Alphabet,
Bandung
Righad, L., et all, 2006. Breastfeeding in
Infancy and Blood Pressure in Later
Life;American Journal
ofEpidemiology: l (2):161
Rogers, E., M., 1983.Diffusion of
Innovations.Edisi ketiga, Collier
Macmillan Publisher, New York.
Roesli, U., 2008. Inisiasi Menyusu Dini,
Pustaka Bunda, Jakarta
__________2004. Mengenal ASI Ekkslusif
Seri 1, PT Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.
Siregar, A., 2004. Pemberian ASI Eksklusif
dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara.

Stoner, J.F., et all, 1996. Manajemen.
Prehalindo, Jakarta.
Sugiyono, 2000. Metode Penelitian Bisnis,
Bandung: Alfabeta.
Suharsono. 1993. Memasyarakatkan
Penyusuan Dini dan Rawat Gabung.
Majalah Kedokteran Indonesia: 43
(6): 33
Suradi, R., dan Roesli, U., 2008. Manfaat ASI
dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sunarto, 2006. Manajemen Rewand, Penerbit
Aditya Media, Yogyakarta.
Tanjung, N., U., 2010. Hubungan Difusi
Inovasi dengan Pemanfaatan Ovitrap
Oleh Ibu Rumah Tangga di Kelurahan
Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan
Perjuangan Kota Medan Tahun
2010.Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Unicef, 2007. Initiation of Breastfeeding by
Breast Crawl. Mumbai.
Unicef, 1999. Data Bank on Breastfeeding
Indicators, Pediatric: 35 (9): 21-25
WHO, 2006. Data Bank on Breestfeeding and
Complementary Feeding. 2006,
Pediatrics : 35 (14) : 21-25.
Widjajati, L,. 2010. Pengantar Ilmu Sosiologi.
Rineka Cipta, Jakarta.
Zunita, H., 2011. Pengaruh Karakteristik
Inovasi dan Sistem Sosial terhadap
Adopsi Inovasi Program Bina
Keluarga Balita Di Kelurahan Kwala
Bingai Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat. Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan






71

Anda mungkin juga menyukai