bagian atas. Epidemiologi: Inflamasi sering masih menjadi faktor yang berperan dalam sindroma dspepsia. Diduga mediator inflamasi bekerja pada reseptor lokal saluran cerna atau pada tingkatan lebih tinggi pada tingkat yang lebih tinggi dapat menyebabkan gejala mual, muntah , kembung atau rasa penuh. Diduga adanya peranan mediator inflamasi dalam menentukan respon imun : sitokin, growth factor, lipid bioaktif seperti leukotrien, pg dan molekul tak stabil seperti NO. Dispepsia dan Hp. Di antara pasien dengan dispepsia di indonesia 70-80% dispepsia fungsional, dan penderita infeksi Hp pada penderita dispepsia fungsional berkisar 36-63%. Eradikasi kuman Hp jelas akan memulihkan keadaan histopatologik dan fisiologik, kadar gastrin akan menurun dan aktivitas dan inflamasi mukosa akan menurun sampai normal. Tapi tak ada hubungan konsisten dengan ganggan motilitas atau sensorik gastroduodenal. Mediator inflamasi: Mediator inflamasi alami Mediator untuk induksi respon imun spesifik. Mediator untuk melunakan sistem imun. Nitric okside (NO). Mediator imunitas alami: Seperti infeksi lainnya yang bergerak dahulu adalah profesional fagosit. Lalu epitel akan mensekresi IL-8 dan GRO- (imunitas tingkat pertama). Stimulasi Il-8 terjadi karena antigne yang berasal dari antigen yang berasal dari cagE salah 1 gen yang berlokasi pada pathogenic island kuman Hp. Dan pada akhirnya akan meningkatkan fungsi fagosit makrofag, sebagai APC, maupun sebagai mediator proinflamasi. Sel ini yang berperan dalam imunitas nonspesifik juga berperan dalam mensekresi lipid bioaktif seperti PAF atau Leukotrien B4 yang menginduksi adhesi, kemotaksis dan degranulasi sel neutrofil. Sebaliknya prostaglandin mempunyai efek sitoprotektif dan inhibisi sekrasi asam lambung, namun masih kontrofersi. Mediator untuk respon imun spesifik Hal ini ditandai dengan meningkatnay sel plasma dan limfosit-T. Mekanisme pemaparan antigen tersebut belum jelas betul, melalui endositosis langsung sel epitel atau melalui sel junction. Th1 berperan menproduksi il2 dan IfY untuk imunitas selular. Cytotoksik Th2 menghasilkan il4,5,10 yang membantu aktivasi sel B dan pembentukan IgA. IGA berfungsi: mencegah pemaparan antigen, menghambat penempelan bakteri dan netralisasi toksin. Mediator untuk melunakan respon imun (down regulation). Walaupun sistem imun seluler dan humoral telah berjalan akan tetapi infeksi H pilori terjadi dalam jangka waktu yang lama karena adanya down regulation. Karena pada gastritis kadar Il-10 meningkat seiringa dengan deajat gastritis, dan Il-10m merupakan inhibitor respon limfosit dan fagosit yang dilepasan oleh fagosit mononuklear. Adapula peranan Il-8 dan IgA dalam menjaga keseimbangan fungsi sistem imun. Nitric okside: Berperan dalam proteksi mukosa lambung dengan cara meningkatkan sekresi mukus dan memperbaiki mikrosirkulasi. No juga berpengaruh dalam produksi EGF dan FGF, serta peningkatan reseptornya pada daerah tukak petik. Adanya iNOS (indusible nitric okside synthase), akan menyebabkan peningkatan sintesa No dengan akibat peningkatan apoptosis sel inflamasi dan ep mukosa lambung. Dan dapat juga mengakibatkan kerusakan DNA dan mekanisme reparasi DNA. Hal ini dapat mengakibatkan adanya sel keganasan. Inflamasi dan motilitas. Pada dispepsia fungsional dapat terjadi gangguan motilitas dan kelainan sensorik gastroduodenal. Dilaporkan 50% pasien dispepsia fungsional mengalami penurunan pangosongan lambung dan hipomotilitas antral. ENS berfungsi sebagai otak mini yang mempunyai program pengatur raspons motorik dan sensorik sesuai dengan informasi atau sinyal sistem imun yang sebelumnya terkena antigen asing. Sinyal ini dapat berasal dari SSP (mempengaruhi sel mast) maupun sitokin makrofag