Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan logam yang sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari
menyebabkan peningkatan jumlah industri pembuatan logam. Salah satu logam yang
sering digunakan ialah aluminium. Aluminium memiliki kelimpahan di alam yang
sangat besar. Kelimpahan inilah yang menyebabkan banyaknya industri mengolah
aluminium menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomi. Logam aluminium banyak
digunakan untuk berbagai peralatan, seperti peralatan dapur, bingkai jendela hingga
keperluan industri kendaraan bermotor dan pesawat terbang. Perlindungan logam
aluminium (Al) dapat ditingkatkan yaitu dengan mempertebal lapisan oksida melalui
proses anodasi (anodizing).
Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dikerak bumi dan
terdapat dalam batuan seperti mika. Logam ini bersifat sangat reaktif terhadap
Oksigen. Logam aluminium bereaksi untuk membentuk selaput tipis oksida di
seluruh permukaannya. Lapisan oksida ini tidak memiliki pori sehingga dapat
menghentikan reaksi oksidasi dan melindungi logam di bagian bawahnya.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, terang dan kuat.
Untuk membentuk lapisan oksida ini, maka dilakukan proses anodasi.
Anodasi merupakan proses pelapisan logam oleh oksida logam sehingga ketika
logam aluminium dianodasi maka akan terbentuk oksidanya berupa Al
2
O
3
. Proses
anodasi ini berkaitan dengan proses elektrolisis agar energi listrik dapat berubah
menjadi energi kimia. Berdasarkan teori di atas maka dilakukan percobaan ini untuk
mengetahui proses anodasi.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui peningkatan ketebalan
lapisan oksida logam aluminium setelah proses anodasi dan pewarnaan.

1.2.1 Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menghitung berat logam aluminium sebelum dan sesudah anodasi.
2. Menghitung rendemen logam aluminium setelah proses anodasi.

1.3 Prinsip Percobaan
Menentukan peningkatan ketebalan lapisan oksida aluminium dengan
teknik anodasi yang melalui proses elektrokimia dengan asam Sulfat sebagai larutan
elektrolit. Kemudian dilakukan pewarnaan terhadap logam aluminium dengan
menggunakan larutan campuran amonium oksalat dan besi(III) klorida.




BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
Aluminium merupakan logam ringan, kekuatan tarik relatif tinggi dan tahan
terhadap korosi. Ketahanan terhadap Korosi ini disebabkan oleh adanya lapisan
oksida yang terbentuk pada permukaan aluminium. Ketebalan lapisan oksida ini
dapat ditingkatkan dengan proses anodasi. Anodasi merupakan proses pembentukan
lapisan oksida dalam suatu sistem elektrolisa. Lapisan oksida yang dihasilkan
memeiliki ketahanan terhadap pengaruh perubahan cuaca. Ketebalan yang terbentuk
pada proses anodasi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan elektrolit, rapat arus, dan
waktu pencelupan ke dalam larutan elektrolit (Nugroho dan Ilman, 2012).
Menurut Sugiyarto dan Suyanti (2010), nama aluminium diturunkan dari kata
alum yang menujuk pada senyawa garamKAl(SO
4
)
2
12H
2
O. Kata ini berasal dari
bahasa latin alumen yang artinya garam pahit. Serbuk aluminium terbakar dala api
menghasilkan debu awan aluminium oksida menurut persamaan reaksi:
4 Al
(s)
+ 3O
2(g)
2 Al
2
O
3(s)

Logam aluminium bersifat amfoterik, bereaksi dengan asam kuat membebaskan gas
hidrogen, dan dengan basa kuat membentuk aluminat dan gas hidrogen menurut
persamaan reaksi:
2 Al
(s)
+ 6 H
3
O
+
(aq)
2 Al
3+
(aq)
+ 6 H
2
O
(l)
+ 3 H
2(g)

2 Al
(s)
+ 2 OH
-

(aq)
+ 6 H
2
O
(l)
2[Al(OH)
4
]
-
(aq)
+ 3 H
2(g)

Aluminium merupakan logam putih yang liat dan dapat di tempa; bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 659
0
C. Bila terkena udara, objek-objek
aluminium teroksidasi pada permukaannya, tapi oksida ini melindungi objek dari
oksida lebih lanjut. Asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini,
pelarutan lebih lambat dengan asam sulfat encer atau dengan asam nitrat encer.
Aluminium adalah tetravalen dalam senyawa-senyawanya. Ion-ion aluminium (Al
3+
)
membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna.
Halida, nitrat, dan sulfatnya larut dalam air, larutan ini memperlihatkan reaksi asam
karena hidrolisis. Aluminium sulfat membentuk garam-garam rangkap dengan sulfat
dari kation-kation monovalen dengan bentuk-bentuk kristal yang menarik, yang
disebut tawas (Svehla, 1985).
Aluminium sangat elektropositif, ia bagaimana pun juga tahan terhadap
korosi karena lapisan oksida yang tebal dan liat terbentuk pada permukaannya.
Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada
aluminium, yaitu proses yang disebut anodasi. Satu-satunya oksidasi aluminium
adalah alumina, Al
2
O
3.
Meskipun demikian kesederhanaan ini diimbangi dengan
adanya bahan polimorf dan terhidrat yang sifatnya tergantung pada kondisi
pembuatannya. Terdapat dua bentuk anhidrat, Al
2
O
3
, yaitu -Al
2
O
3
dan -Al
2
O
3
.
Logam-logam trivalensi lainnya membentuk oksida-oksida yang mengkristal dalam
dua struktur yang sama. Keduanya mempunyai tatanan terkemas-rapat ion-ion oksida
tetapi berbeda dalam tatanan kation-kationnya (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Data potensial redoks menunjukkan bahwa Al
3+
(aq)
jauh lebih mudah
berkurang dibanding kation tripositif lainnya dalam larutan berair. ini pasti muncul
sebagian dari hidrasi lebih negatif energi bebas yang lebih kecil Al
3+
ion, tetapi
faktor penyumbang penting lainnya adalah peningkatan energi ionisasi antara
aluminium dan galium, terdapat variasi yang relatif kecil di entalpi atomisasi, dan
variasi keseluruhan E karena itu sangat berbeda dari yang dalam dua kelompok
sebelumnya elemen (Sharpe, 1981).
Metoda pengendalian korosi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok, yaitu metoda kinetika dan metoda termodinarnika. Dalam metoda
kinetika pengendalian korosi dilakukan dengan memberi hambatan pada interaksi
dengan lingkungannya sehingga laju korosinya dapat dikurangi, tetapi
kecenderungan untuk terjadinya korosi itu sendiri tidak diselesaikan,sehingga apabila
hambatan ditiadakan korosi akan segera berlangsung lagi. Selain dari pada itu
apabila jumlah hambatan yang ditambahkan tidak mencukupi maka korosi akan
menjadi lebih parah lagi misalnya terjadinya korosi setempat. Salah satu metoda
termodinamika adalah proteksi katodik yang diterapkan secara luas (Utami, 2009).
Anodasi aluminium dengan proses elektrokimia dimana permukaan lapisan
oksida anoda terbentuk pada anoda aluminium. Elektrolit yang berbeda biasanya
digunakan, yang mengarah pada pembentukan oksida berpori dengan diameter pori
dan lapisan penghalang sekitar 10-30 nm. Elektrolit yang dapat digunakan meliputi
asam kromat, asam sulfat, asam oksalat, borat, sitrat dan karbonat dengan
menggunakan arus bolak-balik ataupun arus searah. Bagian yang akan dioksidasi
direndam dalam larutan elektrolit yang cocok dengan larutan konduktor, kemudian
melewati konduktor ke bagian yang akan dianodasi. Bagian-bagian yang akan
dianodasi biasanya dihubungkan dengan kutub positif dan larutan konduktor dengan
kutub negatif dari sumber listrik. Gas oksigen akan terbentuk pada anoda dan gas
hidrogen terbentuk pada katoda. Oksigen yang terbentuk tidak dibebaskan, tetapi
bereaksi dengan aluminium membentuk film pasivator dari aluminium oksida Al
2
O
3
(Madakson, dkk., 2012).
Reaksi logam aluminium dengan oksigen akan menghasilkan oksida, dan
setiap permukaaan logam Al akan segera dilapisi oleh Al
2
O
3
yang sangat tipis
(10
-6
cm) dan bersifat sangat keras, stabil dan tidak berpori. Karena itu lapisan oksida
aluminium tersebut berperan sebagai pelindung terhadap permukaan logam di bagian
dalamnya. Akibatnya, reaksi dengan oksigen dari udara akan terhenti setelah semua
permukaan logam tertutup rapat oleh lapisan oksidanya dan logam tersebut sudah
tentu akan terhindar dari reaksi oksidasi selanjutnya. Berbeda dengan logam
aluminium, logam besi dengan oksigen dari udara akan segera bereaksi membentuk
oksida dan melapisi permukaan logam. Sayangnya, oksida logam besi yang terbentuk
mempunyai pori sehingga mudah ditembus oleh oksigen atau uap air. Logam
aluminium mempunyai keunggulan komparatif dibanding logam lain. Perlindungan
atas logam aluminium dapat lebih ditingkatkan yaitu dengan mempertebal lapisan
oksida melalui teknik anodasi (Hala, 2014).
Perlindungan atas logam aluminium dapat lebih ditingkatkan, yaitu dengan
mempertebal lapisan oksida melalui teknik anodasi (anodizing). Dalam proses ini,
logam aluminium ditempatkan pada posisi anoda dalam proses elektrolisis larutan
asam sulfat. Sebagai katoda dapat digunakan logam lain seperti baja, timbal, atau
aluminium lain (Hala, 2014).
Anodisasi adalah pembentukan lapisan tebal pada substrat logam yang
didorong oleh potensi anodik pada logam dalam elektrolit yang sesuai. Hal ini umum
dilakukan untuk pelindung lapisan biasanya pada logam aluminium dan juga untuk
tantalum dan titanium, karena memiliki elektrolit integritas yang tinggi. Untuk proses
anodasi yang lebih baik biasanya digunakan asam sulfat dimana aluminium
dan paduan aluminium dapat anodasi dengan proses ini, semakin murni aluminium
maka semakin baik lapisan anodasi yang terbentuk. Aluminium membentuk lapisan
oksida sangat cepat, ketebalan lapisan yang terbentuk tergantung pada waktu yang
dibutuhkan pada proses anodasi, dan ini meningkatkan sifat ketahanan aluminium
terhadap korosi (Alwan, 2014).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lempeng logam
aluminium, Asam sulfat 18 M, Besi(III) klorida, Amonium oksalat, akuades, sabun
cair dan tissue roll.

3.2 Alat percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu adaptor, penjepit buaya
(alligator clips), hotplate, neraca analitik, gunting, amplas, labu ukur, batang
pengaduk, pinset, sendok tanduk, gelas kimia 50 mL, gelas kimia 200 mL dan bulb.

3.3 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan ini yaitu lempeng aluminium digunting dan dilekukkan
menyerupai silinder sesuai ukuran gelas kimia 50 mL. Keping logam aluminium lain
digunting berukuran kira-kira 1,5 x 3 cm. Lempeng aluminium dan keping
aluminium digosok dengan amplas, dicuci dengan sabun untuk menghilangkan
lapisan lemak yang mungkin melekat pada logam dan dibilas dengan akuades.Keping
dan silinder dihubungkan dengan penjepit aligator. Keping diletakkan persis ditengah
silinder aluminium di dalam gelas kimia, sedemikian rupa sehingga tidak
bersentuhan dengan silinder.Keping diatur sebagai anoda sedangkan silinder sebagai
katoda kemudian asam sulfat 18 M dituang kedalam gelas kimia sampai sebagian
besar keping aluminium tercelup. Keping I dihubungkan ke sumber arus selama 5
menit. Keping II dihubungkan ke sumber arus selama 10 menit dan keping III
dihubungkan dengan sumber arus selama 15 menit. Lalu diamati gelembung-
gelembung gas yang terbentuk.Masing-masing keping hasil anodasi ditimbang dan
dicatat beratnya.Larutan pewarna disiapkan dengan melarutkan 2 g FeCl
3
dan 2 g
amonium oksalat dalam akuades 200 mL ke dalam gelas kimia. Larutan tersebut
dipanaskan hingga mendidih.Keping I, keping II dan keping III hasil anodasi
dimasukkan kedalam larutan pewarna selama 5 menit.Diamati perubahan yang
terjadi. Kemudian kepingan diangkat lalu ditimbang kembali dengan neraca analitik.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Anodasi adalah teknik pelapisan logam oleh oksida logam. Anodasi bertujuan
untuk memberikan ketahanan lebih terhadap logam yang dianodasi sehingga logam
tersebut tahan terhadap korosi. Aluminium adalah salah satu logam yang sering
dianodasi. Hal ini disebabkan karena aluminium sangat mudah membentuk
oksidanya, yaitu dengan mengalami reaksi oksidasi dengan udara.

Tabel 1. Tabel Hasil Penimbangan Keping Logam Aluminium
Keping logam
aluminium
berat keping logam aluminium
Sebelum anodasi Sesudah anodasi
I
0,42 g
0,44 g
II 0,43 g 0,44 g
III 0,41 g 0,47 g

Tabel 2. Hasil Penimbangan
Waktu anodasi (menit) Hasil Anodasi
5 +
10 ++
15 +++

Keterangan :
+ + + : Sangat berwarna
+ + : Cukup berwarna
+ : Kurang berwarna
4.2 Reaksi
Setengah reaksi :
Anoda : Al Al
3+
+ 3e
-
x2
Katoda : 2H
+
+ 2e
-
H
2
x3
Anoda : 2Al 2Al
3+
+ 6e
-

Katoda : 6H
+
+ 6e
-
3H
2

2Al + 6H
+
2Al
3+
+ 3H
2

2Al + 3H
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2

Ion aluminium sangat tidak larut dalam air, sehingga akan membentuk oksida di
permukaan logam:
2Al
3+
+ 3H
2
O Al
2
O
3
+ 6H
+
Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2
O Al
2
O
3
+ 3H
2
SO
4

Sehingga reaksi totalnya :
2Al + 3H
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2

Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2
O Al
2
O
3
+ 3H
2
SO
4

2Al + 3H
2
O Al
2
O
3
+ H
2


4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini, logam yang digunakan adalah logam aluminium untuk
kemudian di anodasi, silinder aluminium sebagai katoda dan cairan elektrolit berupa
asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai larutan elektrolit yang membawa
elektron. Percobaan ini dimulai dengan menggunting aluminium dan dibentuk
menjadi silinder lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 mL dan dijepit dengan
penjepit alligator yang bermuatan negatif. Kemudian dibuat keping aluminium
berukuran 1,5 3 cm kemudian di bersihkan dengan cara di amplas dan dicuci
dengan sabun dan dibilas dengan akuades agar logam bebas dari pengotor dan lemak
kemudian kepingan aluminium ditimbang menggunakan neraca lalu keping
aluminium ini dihubungkan dengan sumber arus bermuatan positif sehingga pada
keping ini akan terjadi reaksi oksidasi.
Keping aluminium lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia yang terdapat
silinder aluminium kemudian dimasukkan larutan asam sulfat sebagai cairan
elektrolitnya dan adaptor dinyalakan lalu diamati perubahan yang terjadi. Pertama
digunakan arus 6 volt pada dan arus di naikkan menjadi 12 volt setiap setengah
waktu pada masing-masing waktu anodasi yang dilalukan yaitu pada 5 menit untuk
kepingan pertama, 10 menit untuk kepingan kedua dan 15 menit untuk kepingan
ketiga. Selama proses anodasi dilakukan, terbentuk gelembung dan bertambah
seiring dengan kenaikan arus maupun lama anodasi.
Untuk mengetahui lapisan oksida yang terbentuk pada logam aluminium,
maka keping aluminium dimasukkan ke dalam larutan pewarnaan yang terdiri dari
campuran dari 2 gram besi(III) klorida dan 2 gram amonium oksalat dalam 200 mL
akuades yang telah dididihkan selama 10 menit. Larutan harus dalam keadaan
mendidih agar pori-pori aluminium dapat menyerap warna. Setelah itu dimasukkan
ke dalam air mendidih selama 10 menit agar warna yang dihasilkan dapat bertahan
lama dan juga pori-pori logam aluminium dapat tertutup kembali. Kemudian logam
setelah anodasi ditimbang kembali. Setelah proses anodasi diketahui bahwa berat
logam setelah anodasi bertambah. Hal ini disebabkan karena lapisan oksida yang
terbentuk pada permukaan logam dan semakin tebal lapisan oksida yang terbentuk
maka logam tersebut semakin tahan terhadap karat.
Dari hasil perhitungan diperoleh berat rendemen untuk keping I setelah
anodasi sebesar 76,92 %, berat rendemen untuk keping II setelah anodasi sebesar
18,94 % dan berat keping III seteah anodasi sebesar 75,76 %. Adapun faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yakni karena kesalahan dalam
penimbangan atau terkontaminasinya logam dengan kotoran pada saat penimbangan,
serta saat melakukan proses anodasi yang kurang teliti sehingga dapat mempengaruh
hasil yang diperoleh.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
berat keping aluminium I sebelum anodasi adalah 0,42 gram dan setelah anodasi
adalah 0,44 gram, pada keping aluminium II berat sebelum dan setelah anodasi
adalah 0,43 gram dan 0,44 gram sedangkan pada keping aluminium III berat sebelum
anodasi adalah 0,41 gram dan setelah anodasi adalah dan 0,47 gram. Berat rendamen
yang diperoleh yaitu untuk keping aluminium I adalah 76,92 %, untuk keping
aluminium II adalah 18,94 % dan untuk keping aluminium III adalah 75,76 %.

5.2 Saran
Sebaiknya bahan dan alat yang digunakan lebih diperbanyak agar praktikan
dapat melakukan percobaan secara mandiri. Sebaiknya laboratorium menyiapkan
neraca analitik supaya praktikan tidak perlu pindah ruangan lagi.

5.2.3 Percobaan
Sebaiknya digunakan logam lain sebagai pembanding logam aluminium dan
untuk oksida logam juga digunakan bahan lain supaya dapat dilihat perbedaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwan, H., 2014, Study Effect of Adding Aluminum Sulfate as Additive for
Aluminum Anodizing Process, Journal of Babylon University, 1 (22); 20-34.

Cotton, F. A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.

Day, R.A., dan Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.

Hala, Y., 2014, Penuntun Praktikum Kimia Anorganik, Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Madakson, P.B., Malik, I.A., Laminu, S.K., dan Bashir, I.G., 2012, Effect of
Anodization on the corrosion behavior of Aluminium Alloy in HCl acid and
NaOH, International Journal of Materials Engineering, 2 (4); 38-42.

Nugroho, F., dan Ilman, M.N., 2012, Pengaruh Rapat Arus dan Waktu Anodizing
terhadap Laju Korosi pada Aluminium Panduan 2024-T3 di Lingkungan Air
Laut, Jurnal Foundry, 2 (2); 18-25.

Sugiyarto, K. H., dan Suyanti, R. D., 2010, Kimia Anorganik Dasar, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Sharpe, A.G., 1981, Inorganic Chemistry, John Wiley & Sons, Inc., New York.

Svehla, G., 1979, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
diterjemahkan oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka, 1985,
PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Utami, I., 2009, Proteksi Katodik dengan Anoda Tumbal sebagai Pengendali Laju
Korosi Baja dalam Lingkungan Aqueous, Jurnal Teknik Kimia, 3 (2); 240-
245.







LEMBAR PENGESAHAN


















Makassar, 09 Oktober 2014
Asisten Praktikan


RISKAL HERMAWAN RAHMI AMALIA

Lampiran II
Foto dan Keterangan

Gambar 1. Keping aluminium sebelum anodasi


Gambar 2. Proses pewarnaan logam hasil anodasi


Gambar 3. Keping aluminium setelah pewarnaan
Lampiran III. Perhitungan
1. Untuk Berat Teori
BE Al
2
O
3
=

n

2 a
l
= 17 g/mol
Berat teoritis =
i t


a. Logam I (anodasi selama 5 menit = 300 sekon)
Berat teoritis =
i t


=
l uivaln , a 3 n
lu

= 0,026 gram
b. Logam II (anodasi selama 10 menit = 600 sekon)
Berat teoritis =
i t


=
l uivaln , a n
lu

= 0,0528 gram
c. Logam III (anodasi selama 15 menit = 900 sekon)
Berat teoritis =
i t


=
l uivaln , a n
lu

= 0,0792 gram

2. Untuk Berat Praktek
Berat praktek = berat setelah anodasi - berat sebelum anodasi
a. Logam I (anodasi selama 5 menit = 300 sekon)
Berat praktek = berat setelah anodasi - berat sebelum anodasi
= 0,44 gram 0,42 gram
= 0,02 gram
b. Logam II (anodasi selama 10 menit = 600 sekon)
Berat praktek = berat setelah anodasi - berat sebelum anodasi
= 0,44 gram 0,43 gram
= 0,01 gram
c. Logam III (anodasi selama 15 menit = 900 sekon)
Berat praktek = berat setelah anodasi - berat sebelum anodasi
= 0,47 gram 0,41 gram
= 0,06 gram
3. Persentase Berat Rendamen
Berat rendamen =
at at
at ti
x 100 %
a. Logam I (anodasi selama 5 menit = 300 sekon)
Berat rendamen =
at at
at ti
x 100 %
=
,2
,2
x 100 %
= 76,92 %
b. Logam II (anodasi selama 10 menit = 600 sekon)
Berat rendamen =
at at
at ti
100%
=
,
,2
x 100%
= 18,94 %
c. Logam III (anodasi selama 15 menit = 900 sekon)
Berat rendamen =
at at
at ti
100%
=
,
,2
x 100%
= 75,76 %



















Lampiran 1. Bagan Prosedur kerja
A. Anodasi Aluminium























Hasil
anodasi
- Dituangkan asam sulfat 18 M
sampai sebagian keping
aluminium tercelup
- Dihubungkan dengan arus 6 Volt.
- Diamati perubahan yang terjadi.
- Setelah beberapa menit, arus
dinaikkan menjadi 12 volt.
- Anodasi dilakukan pada 3
kepingan aluminium dengan
waktu anodasi masing-masing 5
menit, 10 menit.
Gelas kimia
- Dibersihkan, dibilas
dengan aquades dan
air mendidih
- Ditimbang.
- Dihubungkan ke
adaptor dengan
penjepit aligator.
- Diletakkan ditengah
silinder aluminium
dalam gelas kimia.
- Diatur menjadi
anoda.

- Dilekukkan
menyerupai
silinder sesuai
ukuran gelas
kimia 50 mL
lalu digunting,
diamplas dan
dicuci.
- Dihubungkan ke
adaptor dengan
penjepit
aligator.
- Diatur menjadi
katoda.
Lempeng
Aluminium
Keping
Aluminium
B. Pewarnaan Keping Aluminium



- Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml
- Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 200
ml
- Diaduk
- Dipanaskan hingga mendidih


















2 gram Amonium oksalat + 1 gram Besi
(III) klorida

Hasil
Data
- Dicelupkan keping hasil anodasi ke
dalam larutan pewarna selama 10
menit
- Diangkat lalu dimasukkan ke dalam
air mendidih selama 10 menit.
- Ditimbang beratnya menggunakan
neraca analitik
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN I
ANODASI ALUMUNIUM
NAMA : RAHMI AMALIA
NIM : H311 12 274
KELOMPOK/ REGU : II (DUA)/ 2 (DUA)
HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SENIN/ 06 OKTOBER 2014
ASISTEN : RISKAL HERMAWAN














LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

Anda mungkin juga menyukai