Anda di halaman 1dari 10

25

BAB III
SIKLUS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
A. Siklus Belajar 3E
Siklus belajar merupakan salah satu model yang berbasis pada pendekatan
kontruktivis. Pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis mengakui terhadap
keragaman peserta didik. Karplus dan Their (1967) dalam siklus belajar tediri dari
fase: exploration, invention, dan discovery. Kemudian Lawson (1988) fase tersebut
diberi nama exploration, term introduction dan cencept application. Dalam istilah
Indonesia disebut eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep. Perkembangan
selanjutnya fase siklus belajar 4E (exploration, explanation, expantion, dan
evaluation) dan 5E (engagement, exploration, explanation, elaboration, dan
evaluation)
Siklus belajar dengan tiga fase dibagi tiga a) siklus belajar deskripsi, b)
emperical-abductive, dan c) hypothetical-deductive. Terlebih dahulu dibahas masalah
yang berkaitan dengan eksplorasi, pengenalan istirah dan aplikasi konsep.
Pada fase eksplorasi (exploration) peserta didik diberi kesempatan untuk
belajar sendiri maupun berkelompok untuk mendapat ide-de baru atau pengalaman
baru, sehinga timbul pertanyaan atau masalah. Pada fase ini peserta didik juga dapat
mengajukan ide-idenya, berdebat dan berdiskusi. Eksplorasi ini dapat juga digunakan
untuk mengidentifikasi pola yang biasanya terjadi. Contoh dalam pembelajaran fisika
peserta didik dihadapkan tiga bandul dengan panjang tali yang berbeda misalnya
panjang talinya 0,75 m, 1,25 m dan 1,75 m . Peserta didik diminta menyimpangkan
ketiga ayunan itu dengan besar sudut simpangan yang sama dan menghitung jumlah
ayunan dalam satu menit. Selanjutnya mencari hubungan antara periode ayunan dan
panjang tali dan menggambarkan pada kertas grafik.
Fase pengenalan istilah (term introduction) mengenalkan istilah-istilah yang
ditemukan pada saat eksplorasi seperti: periode ayunan, frekuensi ayunan, jumlah
ayunan. Pada pembelajaran guru dapat menjelaskan, memutar film atau dari buku
istilah-istilah tersebut diperoleh dalam fase eksplorasi. Dari fase eksplorasi peserta
didik dapat memperoleh pemahaman bahwa panjang tali mempengaruhu periode
ayunan . Guru bisa menyatakan semakin panjang tali ayunan ternyata periode ayunan
26

semakin besar. Kemudian peserta didik diajak ke laboratorium untuk memverifikasi
pernyataan tersebut.
Fase aplikasi konsep (concept application) diperlukan untuk memperluas batas
berlakunya konsep. Contoh penggunaan ayunan untuk diterapkan pada jam bandul,
sehingga siswa memiliki keaneka ragaman penerapan konsep. Kadang ada peserta
didik yang gagal mengabstraksi contoh konkritnya atau gagal mengeneralisasikan
konsep pada situasi lain. Fase aplikasi konsep ini berhubungan dengan fase-fase
sebelumnya. Suatu konsep didefinisikan sebagai suatu pola mental yang berkaitan
dengan simbol verbal misalnya istilah (term). Konsep adalah pola yang ditambah
istilah. Pengenalan istilah adalah simbol dari pengenalan konsep. Sehingga peserta
didik dapat memadukan antara pola dan istilah untuk membentuk konsep dan
akhirnya aplikai konsdep membawa peserta didik menemukan penerapanya dalam
konteks yang baru. Eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep ini berada
dalam satu spiral. Selanjut dibahas siklus belajar yang memiliki tiga fase.

A.1. Siklus belajar deskriptif
Siklus belajar deskriptif adalah pembelajaran yang meminta peserta didik
untuk menjawab tentang apa? yang diobservasi, bukan mengapa?. Contoh siklus
belajar deskriptif dalam pembelajaran fisika. Guru meminta peserta didik
mengobservasi dari fenomena alam yang ada disekitarnya, misal benda yang
dijatuhkan vertikal dari ketinggian tertentu. Peserta didik diminta untuk memberi
nama fenomena yang diamati, menemukan polanya, dan mencari pola lain.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapk an siklus
belajar deskriptif ini antara lain
1. Guru mengidentifikasi konsep-konsep apa yang akan diajarkan
2. Guru mengidentifikasi gejala-gejala yang mendasari konsep
3. Fase eksplorasi: peserta didik diminta menemukan dan mendeskripsikan pola.
4. Fase pengenalan istilah peserta didik melaporkan datanya dan mendeskripsikan
pola, guru menjelaskan istilah-istilah yang merujuk pada pola tersebut
5. Fase penerapan konsep gejala tambahan yang melibatkan konsep yang sama
didiskusikan atau digali lebih lanjut.



27

A.2. Siklus belajar emperikal-abduktif
Peserta didik menemukan dan mendeskripsikan pola empirik dalam suatu
kontek yang khas (fase eksploratif) serta mencari sebab-sebab yang mungkin ada dari
pola tersebut. Pada siklus ini juga mengunakan abduksi untuk memindahkan istilah
dari konsep yang telah dipelajari dalam kontek lain untuk kontek baru (fase
pengenalan istilah). Malalui bimbingan guru peserta didik mengumpulkan data.
Selama fase eksplorasi digunakan untuk melihat sebab-sebab dari gejala yang
diketahui (fase aplikasi konsep).
Contoh siklus belajar emperikal abduktif dalam pembelajaran. Dari namanya
tampak bahwa pembelajaran ini dimulai dengan memperhatikan hal-hal yang bersifat
emperik. Misalnya peserta didik mengobservasi dua buah bolam yang sedang
menyala, ternyata yang satu nyalanya lebih redup dari pada yang lainya padahal
dihubungkan pada sumber tegangan yang sama. Peserta didik menduga redupnya
salah satu bolam akibat dari panjang penghantar listrik. Hal ini mengingat akan
pengalama yang lalu bahwa penghantar listrik yang panjang memiliki hambatan yang
besar. Sehingga dengan mengurangi panjang penghantar, sehingga hambatannya
menjadi kecil dan nyala lampu akan menjadi terang ini merupakan hipotesis yang
dikemukan yang berkaitan dengan hambatan pada penghantar. Jadi siklus belajar
yang dimulai dari hal-hal emperik, dan diikuti pernyataan yang berkaitan dengan
faktor-faktor apa yang mempengaruhi serta diikuti munculnya hipotesis sebab akibat,
maka siklus belajar tersebut adalah emperikal abduktif. Langkah-langkah yang perlu
disiapkan guru dalam pembelajaran fisika yang menggunakan siklus belajar
emperikal-abdutif antara lain:
1. Guru mengidentifikasi konsep yang akan dipelajari siswa
2. Guru mengidentifikasi gejala-gejala yang melibatkan pola yang mendasari konsep
3. Fase eksplorasi: peserta didik diminta untuk mengemukakan suatu pertanyaan
diskriptif dan sebab-musababnya
4. Peserta didik mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan deskriptif
5. Data untuk menjawab pertanyaan deskriptif ditampilkan dipapan tulis
6. Pertanya deskriptif di jawab dan pertanyaan sebab musababnya dimunculkan
7. Hipotesis dikemukakan untuk menjawab pertanyaan sebab akibat dan data yang
telah dikumpulkan untuk menguji
8. Fase pengenalan istilah: istilah-istilah yang berkaitan dengan gejala yang digali
dijelaskan dan dikenalkan
28

9. Fase aplikasi konsep: gejala tambahan didiskusikan

A.3. Siklus belajar hipotetikal-deduktif
Siklus belajar ini memerlukan karya yang tegas dan pengujian hipotesis
hubungan maupun perbandingan dan pengembilan kesimpulan yang logis dengan
hasil empirik, sehingga disebut hipotetikel deduktif. Pada fase eksplorasi peserta didik
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sebab akibat serta ragam penjelasan dan
secara jelas mendesain dan mengadakan eksperimen untuk menguji. Tahap
pengenalan istilah hasil eksperimen memungkinkan hipotesis diterima maupun ditolak
dan istilah-istilah yang digunakan dijelaskan. Pada tahap aplikasi konsep pada
penemuan konsep didiskusikan sehingga konsep dapt diterapkan dikemudian hari.
Untuk menggunakan pembelajaran fisika siklus belajar hipotetikel-deduktif
perlu persiapan sebagai berrikut:
1. Guru mengidentifikasi konsep-konsep yang akan dipelajari peserta didik
2. Guru mengidentifikasi gejala-gejala yang melibatkan pola yang mendasari konsep
3. Fase eksplorasi: peserta didik menemukan gejala-gejala yang menimbulkan
pertanyaan sebab-akibat atau guru yang mengajukan pertanyaan.
4. Peserta didik mendiskusikan hipotesis yang diajukan desain eksperimen dalam
kelompok
5. Peserta didik melaksanakan eksperimen
6. Fase pengenalan istilah: data dibandingkan, dianalisis, istilah-istilah dikenalkan
dan kesimpulan disusun
7. Fase penerapan konsep: gejala tambahan yang melibatkan konsep-konsep sama
didiskusikan dan dicari.
Contoh pola berpikir hipotetikal deduktif sebagai berikut: Disiapkan piring yang
ada lilin yang sedang menyala, kemudian pada piring dituang air selanjutnya lilin
yang sedang menyala ditutup dengan gelas dan peserta didik diminta mengamati nyala
lilin berangsur-angsur mengecil dan akhirnya mati dan air pada piring naik ke dalam
gelas. Timbul dua pertanyaan (1) mengapa nyala lilin mati? (2) Mengapa air yang ada
di piring dapat naik ke dalam gelas ? Untuk memeriksa ide yang dikemukakan peserta
didik tentang fenomena tersebut diperlukan pola pikir hipotetikal-deduktif serta
mengkontrol variabel sebagai berikut: Pertanyaan kunci: mengapa air pada piring
masuk ke dalam gelas, sehinga permukaan naik dalam gelas naik? Hipotesis:
Kenaikan permukaan air dalam gelas karena oksigen habis terbakar sehinga terbentuk
29

ruang vakum Eksperimen:Mengukur perubahan kenaikan permukaan air ke dalam
gelas A dengan jumlah nyala lilin satu dan pada gelas B jumlah lilin yang menyala
tiga buah , tetapi besar piring sama untuk gelas A dan B jumlah air yang ada pada
piring A dan B sama juga besar gelas A dan B Sama. Dugaan: Kenaikan permukaan
air pada gelas A dan B sama, karena jumlah oksigen yang dikonsumsi sama. Hasil:
Perubahan permukaan air pada gelas B lebih tinggi dari pada gelas A , maka kembali
pada dugaan yang ditolak dan kemudian kesimpulan kemungkinan hipotesis ditolak,
maka perlu mengajukan hipotesis baru.

B. Siklus belajar 4E
Siklus belajar ini memiliki 4 fase. Fase eksplorasi, peserta didik diberi
kesempatan untuk bekerja secara mandiri maupun secara kelompok tanpa intruksi
atau pengarahan secara langsung (Dasna, 2005:74). Peserta didik diberi kebebasan
untuk terlibat dalam aktivitas belajar. Peserta didik bekerja melakukan eksperimen,
melakukan pengamatan, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan.
Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang membantu agar peserta didik
bekerja pada lingkup permasalahan
Fase eksplanasi atau penjelasan merupakan inti dari proses pembelajaran.
Dalam tahap ini ada komunikasi dan interaksi antara guru dan peserta didik untuk
menggali ide-idenya. Guru memberi pertanyaan agar peserta didik dapat merefleksi
terhadap hal-hal yang tidak dipelajari. Selain itu guru membantu peserta didik untuk
menggunakan ide-ide yang muncul dalam eksplorasi untuk membangun konsep dan
pengertian yang dipahami Peserta didik melakukan eksperimen untuk memecahkan
beberapa masalah aplikatif menggunakan peralatan yang telah disiapkan sebelumnya.
Fase ekspansi juga termasuk bagian inti dari proses pembelajaran. Guru
membantu peserta didik untuk mengembangkan idenya lebih lanjut melalui aktivitas
fisik maupun mental. Selain itu membantu peserta didik memperluas ide-ide untuk
mengembangkan kinerja ilmiah. Mendorong terjadi komunikasi melalui kerja
kelompok dan pengalaman yang lebih mendalam tentang sains dan teknologi.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan peserta didik menerapkan konsep yang telah
dipelajari ke dalam permasalahan yang berada di lingkungan siswa.
Fase evaluasi, dalam fase ini ada dua hal yang diketahui yaitu: (1) pengalaman
belajar yang diperoleh peserta didik dan (2) refleksi untuk melakukan siklus
selanjutnya. Pada tujuan satu mengetahui pengalaman belajar yang diperoleh siswa
30

akibat dari belajar dengan mengamati perubahan dalam diri peserta didik. Pada tujuan
dua guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab dengan observasi,
fakta dan penjelasan yang dapat diterima (Dasna, 2005: 76-77). Evaluasi juga dapat
dilakukan secara tertulis di awal pembelajaran pre-test dan akhir pelajaran post-test

B. Siklus belajar 5E
Pembelajaran lima fase, untuk fase pendahuluan (engagement) bertujuan
untuk mendapat perhatian dari peserta didik, mendorong kemampuan berfikir, dan
membawa peserta didik mengakses pengetahuan awal yang dimiliki. Guru digarapkan
mempu membangkitkan rasa ingin tahu tentang topik yang dipelajari. Hal ini
dapatdilakukan dengan diajukan pertanyaan-pertanyaan pada peserta didik tentang
fenomena yang ada disekitarnya berkaitan dengan tema yang sedang dipelajarinya.
Fase eksplorasi (exploration) peserta didik diberi kesempatan untuk bekerja
secara mandiri maupun secara kelompok tanpa intruksi atau pengarahan secara
langsung (Dasna, 2005:74). Peserta didik diberi kebebasan untuk terlibat dalam
aktivitas belajar. Peserta didik bekerja melakukan eksperimen, melakukan
pengamatan, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan. Sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator yang membantu agar peserta didik bekerja pada
lingkup permasalahan.
Fase penjelasan (explanation) merupakan kelanjutan eksplorasi. Kegiatan
belajar pada fase ini melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep
yang telah diperoleh peserta didik. Guru diharapkan mampu memotivasi peserta didik
menjelaskan konsep dengan bahasanya sendiri. Juga dilakukan diskusi untuk
mengkritisi penjelasan konsep dari peserta didik yang satu dengan lainnya.Juga terjadi
komunikasi antara guru dan peserta didik juga membantu peserta didik untuk
memahami konsep
Fase aplikasi konsep (elaboration) mengarahkan siswa menerapkan konsep-
konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru. Peserta
didik mengembangkan konsep yang telah dikuasai dan diperoleh pada fase
sebelumnya. Pada fase ini intinya adalah meningkatkan pemahaman peserta didik
Fase evaluasi, dalam fase ini ada dua hal yang diketahui yaitu: (1) pengalaman
belajar yang diperoleh peserta didik dan (2) refleksi untuk melakukan siklus
selanjutnya. Pada tujuan satu mengetahui pengalaman belajar yang diperoleh siswa
akibat dari belajar dengan mengamati perubahan dalam diri peserta didik. Pada tujuan
31

dua guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab dengan observasi,
fakta dan penjelasan yang dapat diterima (Dasna, 2005: 76-77). Evaluasi juga dapat
dilakukan secara tertulis di awal pembelajaran pre-test dan akhir pelajaran post-test.

Daftar Pustaka:
Lawson, Anton E., 2005, Science Teaching and Development of Thinking. Belmont,
California:adsworth Publishing Company
Serway, Raymond A. 1990. Physics for Scientists & Engineers: Third Edition.
Philadelphia:Saunders College Publishing





















32

Pertanyaan Latihan
1. Istilah-istilah yang digunakan dalam siklus belajar yang dikemukakan oleh Karplus dan
Their adalah.
2. Istilah-istilah dalama siklus belajar tersebut menurut Lawson adalah jelaskan.
3. Berilah contoh fase eksplorasi dalam pembelajaran fisika
4. Apa perbedaan antara siklus belajar deskriptif, emperikal abduktif dan hipotetikal
deduktif ditinjau dari usaha peserta didik
5. Dalam siklus emperikal abduktif menuntut peserta didik untuk:
6. Bagaimana cara kerja lensa? Siklus belajar apa yang digunakan jelaskan.
7. Fase aplikasi konsep membawa peserta didik pada:
8. Tuntutan pada peserta didik yang pembelajarannya menggunakan siklus belajar
hipotetikal deduktif.
9. Tujuan dari refleksi dari siklus belajar adalah
10. Kapan evaluasi dilakukan dalam pembelajaran jelaskan.













33

Jawaban Pertanyaan
1. Istilah-istilah yang digunakan dalam siklus belajar yang dikemukakan oleh Karplus dan
Their adalah: exploration, invention, dan discovery.
2. Istilah-istilah dalama siklus belajar tersebut menurut Lawson exploration, term
introduction , dan concept application. Exploration adalah tahap memberi kesempatan
peserta didik diberi kesempatan untuk belajar sendiri maupun berkelompok untuk
mendapat ide-de baru atau pengalaman baru, sehinga timbul pertanyaan atau masalah.
Pada fase ini peserta didik juga dapat mengajukan ide-idenya, berdebat dan berdiskusi
Term introduction adalah mengenalkan istilah-istilah yang ditemukan pada saat
eksplorasi dari besran-besaran fisis , dan concept application adalah diperlukan untuk
memperluas batas berlakunya konsep pada situasi baru
3. Contoh fase eksplorasi dalam pembelajaran fisika peserta didik dihadapkan tiga bandul
dengan panjang tali yang berbeda misalnya panjang talinya 0,75 m, 1,25 m dan 1,75 m .
Peserta didik diminta menyimpangkan ketiga ayunan itu dengan besar sudut simpangan
yang sama dan menghitung jumlah ayunan dalam satu menit. Selanjutnya mencari
hubungan antara periode ayunan dan panjang tali dan menggambarkan pada kertas grafik
4. Perbedaan antara siklus belajar deskriptif peserta didik hanya dituntut mendeskripsikan
observasi tanpa berusaha menjelaskannya, emperikal abduktif peserta didik dituntut dari
hal-hal diobservasi dengan bimbingan guru untuk melihat sebab-sebab dan
menghipotesiskan dari sebab akibat. dan hipotetikal deduktif peserta didik dituntut
mendesain dan melakukan percobaan dan hasil dari percobaan dianalisis untuk menguji
hipotesis ditolak atau diterima hipotesis yang dirumuskan. Ditinjau dari usaha peserta
didik tampak tuntutan pada inisiatif, pengetahuan dan keterampilan berpikirnya yang
berbeda
5. Dalam siklus emperikal abduktif menuntut peserta didik mengajukan pertanyaan dari
fenomena yang diobservasi berupa bertanyaan deskriptif dan pertanyaan sebab-
musabab, mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan deskriptif. Memunculkan
hipotesis untuk menjawab pertanyaan sebab musabab dan data diuji dan diikuti diskusi.
6. Siklus belajar yang digunakan menjelaskan cara kerja lensa yaitu siklus belajar
deskriptif. Tahap ekploratif peserta didik diberi lensa cembung dan siswa diminta
menemukan apa saja pada lensa cembung. Pada tahap pengenalan istilah dari besran-
besar fisi yang diperoleh dari ekplorasi seperti jarak benda, jarak bayangan dan bagimana
hubungan jarak benda dan jarak bayangan bila jarak benda diubah besar dan kecil. Pada
34

tahap aplikasi konsep peserta didik dituntut untuk mengaplikasikannya seperti hubungan
antara jarak benda, jarak bayangan dan fokus lensa. Bagaimana kalau untuk lensa yang
lebih tebal atau tipis dari yang diamati pada tahap eksplorasi.
7. Tahap aplikasi konsep membawa peserta didik memperluas batas berlakunya konsep-
konsep baru yang telah diperolehnya
8. Peserta didik yang pembelajarannya menggunakan siklus belajar hipotetikal deduktif
mengajukan pertanyaan sebab-akibat, mengajukan hipotesis, berdiskusi desain
eksperimen, melakukan eksperimen (eksplorasi), menganalisis data, mendiskusikan
untuk mengembil kesimpulan (pengenalam istilah), menerapkan konsep atau mencari
konsep-konsep lain yang terlibat (aplikasi konsep).
9. Tujuan dari refleksi dari siklus belajar untuk mengetahui: (1) pengalaman belajar yang
diperoleh peserta didik dan (2) untuk melakukan perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada siklus selanjutnya.
10. Evaluasi dilakukan dalam pembelajaran di awal pembelajaran pre-test dapat digunakan
sebagai kemampuan awal pada pembelajaran yang akan dilakukan dan akhir pelajaran
post-test selain untuk mengetahui pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik juga
untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang baru saja dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai