PENDAHULUAN
1 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Lewat skema-skema anak dapat diambil sebuah acuan untuk kemudian dievaluasi.
Dengan kata lain memahami perkembang anak ialah melibatkan skema ini. Pemahaman
yang benar terhadap fase-fase perkembangan itu, tentu memberikan sebuah acuan. Dan
semuanya itu, sudah pasti melewati sebuah evaluasi atau pengkajian. Ini mengartikan
betapa pentingnya pemahaman terhadap fase-fase perkembangan dari anak untuk
mendapat sebuah acuan dalam implementasi pengajaran terhadap anak.
1.3. Tujuan
a. Mencari gambaran umum untuk pendidik agar bisa menyesuaikan diri dalam
mengajar atau mendidik peserta didik.
2 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
b. Mengetahui karakteristik peserta didik agar nantinya ada kesesuaian antara
gaya mengajar atau mendidik dengan gaya belajar dari pserta didik.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diambil dari hasil evaluasi terhadap fase-fase
perkembangan adalah :
3 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
BAB II
PEMBAHASAN
4 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Menurut F.J. Monks, pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses
kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Dengan kata lain,
perkembangan itu berubah dari hal yang kurang menuju yang hal yang lebih, atau yang
kita sebut sebagai keunikan. Tidak dapat diulang dalam hal ini diartikan bahwa
perkembangan itu terjadi secara kontinyu, berkelanjutan, berkesinambungan dan
tentunya terorganisir. Pernyataan ini cukup mirip dengan pernyataan yang dinyatakan
oleh Reni Akbar Hawadi di atas.
Perkembangan menunjuk kepada sifat yang tetap,kekal dan memang tidak dapat
diputar kembali, sebab perkembangan itu identik dengan yang kita sebut sebagai
perubahan. Dan hanya perubahan yang bersifat kekal. Tapi bukan berarti
perkembangan it terus dan terus terjadi, tapi ada saat-saat mereka cepat dan ada pula
saat perkembangan itu mulai melambat atau dapat kita sebut mendekati puncak
perkembangan, karena dasar kita berpikir seperti ini adalah manusia itu tidak ada yang
sempurna. Dan lewat perubahan itu, manusia atau individu membenahi diri.
5 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Teori dari jean piaget ini menjelasakan menganai bagaimana anak itu
beradaptasi dengan lingkungan, menginterpretasikan objek serta kejadian-kejadian
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti
mainan, perabot, dan makanan (masih dalam symbol-simbol) serta objek-objek
sosial seperti diri, orang tua dan teman. Lebih jauh lagi teorinya ini juga menrangkan
cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui dan menganalisis
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, memahami penyebab
terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa serta kemampuan
membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Menurut piaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif
anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget juga meyakini
bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi
terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan
teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998).
Inilah yang kemudian kita kenal sebagai perkembangan kognitif.
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap
perkembangan
anak, yaitu :
1. kematangan
2. pengalaman fisik / lingkungan
3. transmisi social
4. equilibrium
Semantara dari scribd.com artikel bebas yang di poskan May 25, 2008 mengenai
Perkembangan Anak Menurut Jean Piaget dan Vigotsky menyatakan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, kematangan dan
ekuilibrasi saja.
6 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Dalam memahami teori fase-fase perkembangan menurut jean piaget, ada beberapa
konsep yang perlu diperhatikan :
1. Intelegensi
Intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur
yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensorimotor
diarahkan….(piaget, 1981, hlm. 6) dan secara progesif dapat dikatakan bahwa
intelegensi membentuk keadaan yang ekuilibrium, kearah mana semua adaptasi
sifat-sifat sensori motor dan kognitif dan juga interaksi-interaksi asimilasi dan
akomodasi antara organism dan lingkungan mengacu (piaget, 1981,hlm.11).
2. Organisasi
Organisasi menunjuk pada tendensi semua species untuk mengadakan
sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu system yang
koheren, baik secara fisis maupun psikologis.
3. Skema
Sebuah skema (schema) adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran
individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
( perkembangan dan pendidikan, jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum, scribd.com, 27 nov,
12:28 2009).
4. Asimilasi
5. Akomodasi
6. Ekuilibrasi
Proses kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. (Ekuilibrasi
(equilibration) adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk menjelaskan
bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya)
7. Adaptasi
Adaptasi adalah cara penyesuaian diri individu dengan lingkungannya. Bagi
Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini
mejelaskan tentang perlunya menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang
7 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
diketahui anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnya
dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi
pengalaman yang lebih kompleks.
v Sensorimotor
v Pra-operasional
v Operasi konkret
v Operasi formal
Pada tahap ini, anak berinteraksi aktif dengan lingkungannya. Masa ini, masa
untuk kemapuannya mulai mengartikan dunia yang mereka lihat. Bagi anak yang
berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh)
dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan
diri anak, ini berarti bahwa suatu objek itu dianggap ada bila berada pada
penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang mulanya terlihat kemudian menghilang dari pandangannya, asal perpindahanya
terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut
8 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari diri sang anak dan
bersamaan dengan itu, konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan
matang. Dalam arti Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam
symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara
binatang, dll. Intinya, pada masa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi
tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan
indranya saja.
Piaget (1952) mengatakan, bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas
cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka pada sensorimotor ini :
1. Asimilasi
Asimilasi adalah pemasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang
sudah ada. Yakni, dalam asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam
suatu skema.
2. Akomodasi
9 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Tahap Sensorimotor stage ini masih terbagai menjadi 6 sub-stages, yaitu:
a. Reflex schema stage, occurs from birth to six weeks and is associated primarily
with the development of reflexes.
b. Primary circular reaction phase, occurs from six weeks to four months and is
associated primarily with the development of habits.
Pada tahap ini umumnya, anak mulai muncul kebiasaan yang ia
interpretasikan dari apa yang ia perhatikan dari lingkungannya (lewat
pendengaran atau pengelihatan ). Cirri sub-tahap ini adalah :
· anak mulai meniru (imitasi,”suatu ungkapan bayiuntuk mengnal
realitas dan berinteraksi dengan dunia secara aktif”),
· konsep benda sudah mulai berkembang,
· konsep ruang ada, yaitu mengikuti benda-benda yan bergerak atau
yang bersuara.
· Konsep kausalitas belum bnyak berkembang
10 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
c. The secondary circular reactions phase, occurs from four to nine months and is
associated primarily with the development of coordination between vision and
prehension.
Tahap ini muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan
terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
Ciri pada sub tahap ini :
· Konsep benda ada, anak dapat mengantisipasi secara visual letak
sebuah benda.
· Konsep ruang berkembang, missal dalam kegiatan menyusu eorang
bayi telah mengkoordinasikan ruang gerak mulut dan jamahan
tangannya pada putting susu ibu.
· Konsep kausalitas ada tapi masih egosentris.
d. The co-ordination of secondary circular reactions stage, which occurs from nine to
twelve months, is when Piaget (1954) thought that object permanence
developed.
Tahap ini muncul dari usia Sembilan sampai dua belas bulan, saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang
permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
Cirri sub tahap ini :
· Konsep benda ada, anak dapat mencari suatu benda yang
disembunyikan sepanjang masih dalam pengelihatannya.
· Konsep ruang berkembang
· Konsep kausalitas ada, disini anak sadar untu pertama kalinya bahwa
objek lainya dapat menyebabkan aktivitas tertentu.(wadsworth) (anak
digelitik, maka ia akan tertawa)
11 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
e. The fifth sub-stage; the tertiary circular reactions phase, occurs from twelve to
eighteen months and is associated primarily with the discovery of new means to
meet goals.
Tahap ini muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
Cirri pada sub tahap ini :
· Konsep benda mulai maju dan lengkap. Missal anak dapat
memperhitungkan perpindahan berurutan suatu objek.
· Konsep ruang ada. Missal pada sub tahap ini anak mulai mengerti ada
hubungannya anatara benda-benda dalam suatu ruangan.
· Konsep kausalitas semakin berkembang. Anak semakin sadar bahwa
orang lain dan juga benda lain dapat menjadi penyebab suatu tindakan.
· Pemikiran egosentris
Pemikiran ini menyatakan bahwa anak percaya setiap orang itu berpikir sama
denganya, dan ialah yang paling benar. Ketika bertemu dengan pandangan
yang berlawanan maka ia akan berpikir bahwa orang lain itu salah dan ialah
yang benar.
14 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
· Adaptasi yang tidak disertai gambaran yang akurat
· Klasifikasi figurative
· Kausalitas
15 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Menurut Piaget, anak pada tahap pra-operasional juga tidak bisa melakukan
apa yang disebutnya sebagai "operasi" (operation). Dalam teori Piaget, operasi
adalah representasi mental yang dapat dibalik (reversible). Seperti dalam
percobaan gelas kimia tersebut di atas, anak-anak prasekolah biasanya kesulitan
untuk memahami bahwa membalikkan suatu tindakan akan menghasilkan kondisi
awal dan tindakan tersebut. Dua contoh berikut ini akan membantu Anda
memahami konsep operasi menurut Piaget. Seorang anak kecil mungkin tahu
bahwa 4 + 2 = 6, tetapi ia tidak tahu bahwa kebalikannya, yakni 6 - 2 = 4 adalah
benar.
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam
sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan
Pengurutan adalah kemampuan untuk mengurutan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
16 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yangpaling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi
Klasifikasi adalah kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian bendamenurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaianbenda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan).
c. Decentering
Disini anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untukbisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan
lagi menganggap cangkir lebar tapipendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
d. Reversibility
Pada tahapa ini anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudiankembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat
dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan
4, jumlah sebelumnya.
e. Konservasi
Anak memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda
adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau
benda-benda tersebut. Sebagaicontoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran
dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain
yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyakdengan isi
cangkir lain.
17 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
f. Penghilangan sifat Egosentrisme
Dalam hal ini ialah kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan “Siti
menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian
Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke
ruangan”. Anak dalam tahap operasi konkrit ini akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu
bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
(artikel bebas, teori perkembangan kognitif dari Wikipedia.com; 27 nov 2009
12:28)
Note : Dari wikipedia menyatakan, tahapan ini terjadi pada usia 6-12 namun
dalam teori perkembangan kognitif jean piaget oleh Dr. suparno, tahapan ini
ada pada rentang 7-11 tahun.
Menurut, Dr. paul suparno dalam Teori perkembangan kognitif jean piaget, ada
beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam perkembangan anak pada tahap
operasi konkret :
Ø Transformasi reversible
Tahap Transformasi Reversibel merupakan suatu tahapan pada masa oparasi
konkrit, dimana pada tahap ini anak sudah mulai mengerti proses
transformasi atau perubahan, jadi si anak akan mengerti setiap langkah
proses transformasi. Anak tidak melihat setiap langkah perubahan sebagai
yang berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan, misalkan, anak diberkan
benda yang berputar. Ia sudah dapat melihat seluruh proses berputarnya,
bukan hanya kedudukan akhir dan kedudukan awalnya. Ada dua macam
transformasi reversibel pada tahap ini, yaitu inversi (kebalikan) dan resiprok
(pencerminan). Menurut Piaget, suatu transformasi operasional selalu
menunjukkan beberapa bentuk yang tetap dari suatu sistem.
18 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Inversi merupakan suatu transformasi kebalikan. Contohnya dapat
dilihat dari ilustrasi berikut, misalnya kita menyiapkan 2 buah koin berbeda
warna. Warna kuning dan putih. Kita tutup pada sebuah gelas gelap. Balik
gelas dan tanyakan pada anak bagaimana keadaan koin. jika si anak
mengatakan buah-buah tersebut dalam keadaan terbalik, maka si anak sudah
memasuki tahap konkrit-operasional dan memahami proses transformasi
inversi atau kebalikan.
Resiprok merupakan suatu transformasi pencerminan. Contohnya
sebagai berikut, misalnya seorang ibu ingin menanam tanaman tomat dan
membawa ember kecil yang berisi tanah, si ibu memindahkan tanah tersebut
ke ember yang ukurannya lebih kecil tetapi lebih panjang dari ember
sebelumnya, kemudian si ibu bertanya pada anaknya yang dari tadi sudah
memandangi ibunya dengan seksama, si ibu menanyakan tentang keadaan
dan banyaknya tanah tersebut. Jika si anak mengatakan tanah yang di ember
panjang tersebut sama dengan tanah yang ada di ember lebih pendek, maka
si anak sudah memasuki tahap konkrit-operasional, karena si anak sudah
mengerti kalau tanah yang ada di ember panjang merupakan pencerminan
dari tanah yang ada di ember pendek.
Ø System kekekalan
Pada tahap ini, seorang anak sudah dapat mengerti adanya konsep
kekekalan objek. Piaget meneliti adanya macam-macam tahap
perkembangan pengertian kekekalan.
v Kekekalan Bilangan.
19 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
diletakan didalam kotak, jumlahnya tetap sama. Jadi jumlah dadu akan tetap
sama walaupun dipindahkan pada tempat yang berlainan.
v Kekekalan Substansi.
v Konservasi Panjang.
Ini terjadi pada umur 7 atau 8 tahun. seorang anak dihadapkan pada
sebuah tongkat lurus , lalu tongkat dipotong-potong atau dibengkokan
apakah panjang dari tongkat itu sama atau berubah ? anak pada tahap ini
sudah mengerti bahwa panjangnya tetap sama (Piaget & Inhelder, 1969;
Piaget, 1981).
v Kekekalan Luas.
v Kekekalan Berat.
20 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Kekekalan ini terjadi pada umur 9 atau 10 tahun. kekekalan berat juga
didapat dari contoh tanah liat yang dibentuk bermacam-macam. Anak dapat
mengerti bahwa substansi bendanya tetap, tetapi anak berumur dibawah 9
tahun masih sering tidak mengerti bahwa beratnya juga tetap.
v Kekekalan Volume.
Ini terjadi pada umur 11 atau 12 tahun. volume zat cair tetap
meskipun dimasuki benda padat yang mengakibatkan tinggi permukaan air
naik. Misalnya, suatu gelas diisi air selanjutnya dimasukan logam sehingga air
naik. Anak pada tahap operasi kongkret dapat mengetahui bahwa volume air
tetap sama. Pada tahap sebelumnya anak masih mengira bahwa volume air
setelah dimasukan logam menjadi bertambah.
Anak pada tahap ini mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan
secara sedikit menyeluruh dengan melihat aspek-aspeknya. Ia tidak hanya
memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersama-sama mengamati titik
yang lain.
Ø Seriasi
Ø Klasifikasi
Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi
bermacam-macam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa
menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Anak yang paling
muda akan menyusun objek-objek tidak hanya berdasarkan pada kesamaan
dan perbedaan, tetapi juga menjajarkannya dalam ruang dengan baris,
bentuk, warna dan lain-lain, sedangkan anak yang lebih dewasa akan
mengelompokkan objek-objek itu secara berstruktur. Disini juga berarti pada
masa pra-operasional anak juga mampu mengklasifikasikan onjek atau
karakter tertentu.
Dalam hal ini, Piaget lebih tertarik pada soal korespondensi satu-satu
dan sifat kekekalan. Korespondensi satu-satu adalah pemetaan atau
pemasangan satu persatu antara unsur-unsur dalam himpunan benda (A)
dengan unsur-unsur himpunan yang lain (B), sedangkan sifat kekekalan
menghilangkan perbedaan yang ada pada setiap objek dan melihat segi yang
tumbuh.
Ø Kausalitas
Jika dihadapkan pada suatu benda yang bergerak lebih cepat daripada
benda lain, seorang anak pada tahap operasi konkret akan dapat
memperhatikan laju benda tersebut dan relasi antara waktu dengan jarak.
Ø Probalitas
22 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
Pada tahap ini, anak dapat mengerti bahwa meskipun ia tidak dapat
meramalkan hasil dari kejadian-kejadian individual, ia dapat mengantisipasi
hasil dari jumlah banyak.
Ø Penalaran
23 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
otak pada pubertas sangat memungkinkan untuk kemajuan perkembangan kognitif
remaja. Dalam tahapan ini,seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
persahabatan, dan nila-nilai. Anak atau yang kita sebut remaja apda tahap ini
tidaklah melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, tetapi makna
isi di antaranya. Secara biologis, tahapan ini muncul saat pubertas, menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran
moral,perkembangan psikoseksual, dan perkembangan social. Anak atau remaja ini
misal tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak
mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit dapat kita sebut sebagai keterlambatan
dalam proses berkembang atau keterbelakangan dalam konteks kurang mampunya
memahami keberadaan diri dalam lingkungan sekitar baik terpaut penalaran
interaksi atau sosialisasi.
24 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
sudah mulai mampu menbentuk sebuah hipotesis, eksperimen, dan
menarik suatu kesimpulan.
a. Proporsi
25 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
lantai C. jika A digerakkan kekiri terhadap B, dan B digerakkan kekanan
terhadap lantai C, maka anak pada tahap ini, telah mampu menggabungkan
persoalan tersebut bahwa A diam terhadap C.
c. Kesetimbangan hidrostatis
Pada tahap ini anak menyadari bahwa adanya aspek sebab dan akibat
yang diteruskan. Ketika anak pada tahap ini dihadapkan dengan sebuah
bejana, dan salah satu sisi bejana diberi tekanan P, maka zat cair yang ada
disebelahnya akan naik, sebab disini anak menyadari adanya tekanan yang
diberikan diteruskan kesegala arah.
d. Pengertian probalitas
e. Dua reversibilitas
26 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Tahap sensorimotor : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan
digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-
kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat
mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
2. Tahap pra-operasional : Pada anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi
masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya
saja.
3. Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol
matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
27 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n
4. Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk
argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argumen (karena itu disebut operasional
formal) serta berargumen balik akan hal yan ia temukan. Tahap ini mengartikan
bahwa anak-anak mulai memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu
mampu melakukan penalaran abstrak. Pemikiran yang logis disertai fakta. Sama
halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan
berkembangnya system nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah
filosofis.
3.2. Saran
Dalam mempelajari dan memahami teori perkembangan kognitif anak dari jean
piaget ini, sebagai seorang pendidik adalah wajib dan bijaksana untuk mengadakan
sebuah evaluasi awal terhadap fase-fase perkembangan itu sendiri. Di tiap-tiap tahap
perkembangan anak ini, perlu adanya sebuah perhatian lebih sebab tahapan-tahapan
pada perkembangan kognitif anak bisa dicapai dalam usia bervariasi sehingga dapat
diminimalisasi adanya miss concept terhadap perkembangan anak. Pemahaman yang
benar terhadap fase-fase perkembangan anak, tentu memberikan sebuah acuan,
sebagai tolak ukur dalam pemahaman terhadap peserta didik, sehingga implementasi
hasil evaluasi ke lapangan juga ballance dengan apa yang diharapkan.
28 |f a s e - f a s e p er k e m ba n g a n