Anda di halaman 1dari 14

PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010

The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
KARAKTERISTIK MINERALISASI PERMUKAAN VEIN CIKONENG
DAERAH CIBALIUNG BANTEN
Andi Kurniawan
1
Hartono
1
1
PT. Aneka Tambang Tbk.- Unit Geomin, Jl. Pemuda No.1, Jakarta Timur
andi.kurniwan@antam.com
ABSTRAK
Penelitian mineralisasi permukaan vein Cikoneng diatas level 1140 mRL (meter relatif level) di atas
permukaan laut merupakan hal baru yang belum pernah dipublikasi. Permasalahan utama yang dibahas
adalah perbedaan karakteristik vein meliputi: kadar logam berharga, alterasi, zonasi tekstur antara
dibawah dan diatas level 1140 mRL. Koefesien korelasi unsur dipermukaan tergolong positip sedang
yaitu: Au-Ag 0.86, sedangkan koefisien korelasi antara unsur Au-Ag pada level 1160 mRL adalah 0.9
(korelasi positip kuat). Di permukaan alterasi didominasi oleh kaolin group yaitu kaolin dan dickite,
tekstur kuarsa masif, vuggy, breccia setempat banding, berbeda dengan vein di bawah permukaan yang
didominasi oleh breccia-colloform. Zonasi vein pada level 1140 mRL tebal dan masif, tetapi
dipermukaan vein berubah menjadi zona vein.
Kata kunci: Cikoneng, koefisien korelasi, zonasi
PENDAHULUAN
Daerah penelitian terletak di Kecamatan
Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Propinsi
Banten (Gambar 1). Kegiatan penambangan
dilakukan oleh PT. Cibaliung Sumberdaya
(PT.CSD). PT. CSD menjadi anak perusahaan PT.
Antam Tbk setelah mengakuisisi 100 % saham
dari ARC Exploration tahun 2009. Resources
emas yang dimiliki sebesar 1.5 juta wmt dengan
kadar emas 9.8 g/t dengan umur tambang
diperkirakan 6 (enam) tahun. Metode
penambangan adalah cut and fill dengan decline
access.
GEOLOGI UMUM
Daerah penelitian terletak pada morfologi
bergelombang lemah (low undulating) dan
perbukitan sedang (moderate hilly) dengan elevasi
150 m sampai 250 m. Perbedaan morfologi
tersebut dikontrol oleh jenis alterasi. Pada daerah
bergelombang lemah tersusun atas batuan
teralterasi smektit-illite. Daerah perbukitan sedang
tersusun atas batuan teralterasi silisik (Gambar 2).
Satuan batuan dapat dibagi menjadi dua unit
batuan yaitu pre dan post mineralisasi (PT.CSD.
Sekuen batuan pre-mineralisasi disebut Formasi
Honje, tersusun atas volcanic pile dari sekuen
tebal aliran basaltik-andesitik, andesitik tuff dan
breksi vulkanik dengan interkalasi sedimen
tuffaan di beberapa tempat. Semua unit batuan
pre-mineralisasi tertutup oleh batuan post-
mineralisasi yaitu Cibaliung Tuff. Cibaliung Tuff
tersusun atas tuff dasitik dan batupasir vulkanik
dengan kandungan kayu terkarbonkan dan kayu
terkersikkan, tertutup oleh tuff pumisan
(Gambar3).
Pada daerah penelitian terdapat dua jalur struktur
utama yaitu NW-SE dan WNW-ESE Jalur NW-
SE dinamakan Jalur Cibitung dengan arah
N315
0
E-N330
0
E dengan dip umum kearah timur.
Jalur struktur utama lainnya adalah Jalur
Cikamancing berarah WNW-ESE, N300
0
E-
N320
0
E (Gambar 3).
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan 3 (tiga) metode yaitu
paritan, pemboran, analisa XRD dan analisa Fire
Assay/AAS. Paritan dilakukan pada permukaan
Cikoneng dengan tujuan memotong vein dab
kontak alterasi dan mineralisasinya jelas.
Pemboran pada permukaan Cikoneng target pada
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
level 1160 mRL karena pemboran lama pada level
1140 mRL. Lokasi dan konfigurasi antara paritan
dan titik bor dapat dilihat pada gambar 4. Analisa
XRD digunakan untuk mengetahui jenis mineral
lempung yang nantinya menentukan jenis alterasi.
Analisa Fire Asssay/AAS digunakan untuk
mengetahui intensitas mineralisasi Au dan Ag
pada data bor dan Au, Ag, Hg, As dan Sb pada
data paritan. Analisa dilakukan di laboratorium
Intertek. Attribut dari analisa conto dapat dilihat
pada tabel 1.
HASIL PENELITIAN
Tekstur Kuarsa
Berdasarkan hasil penelitian oleh Leach (2000)
tentang sekuen suksesi hidrotermal yang
dinyatakan dalam perbedaan tekstur kuarsa di
bawah level 1140 mRL dapat dibagi menjadi 6
(enam) kelompok utama yaitu pre-min fluidised
breccias, stockwork-massive vein, crustiform vein,
crustiform-colloform veins, clay-matrix breccias
dan post-min fault gauge. Tekstur kuarsa pada
level 1160 mRL yang dapat disebandingkan
dengan kelompok tekstur Leach adalah (a)
stockwork-massive vein, (b) crustiform-colloform
veins, (c) clay-matrix breccias dan (d) post-min
fault gauge. Sedangkan tekstur kuarsa di
permukaan adalah (a) stockwork-massive vein
(Gambar 5).
a. Tekstur stockwork-massive vein pada level
penembusan 1160 mRL direpresentasikan oleh
1). Zona stockwork intens sebelum
penembusan atau diantara penembusan vein
utama dan 2). Vein utama dengan ukuran
kristal halus atau keterdapatan fragmen batuan
samping (wallrock clast bearing). Tekstur
stockwork-massive vein ditemukan pada hasil
paritan dan penembusan titik bor DH.2, DH.3,
DH.5, DH.6 dan DH.7.
b. Tekstur crustifom-colloform veins pada level
penembusan 1160 mRL direpresentasikan oleh
tekstur vein yang mengalami Tekstur
crustiform-colloform veins ditemukan pada
hasil penembusan titik bor DH.2, DH.3, DH.5,
DH.6 dan DH.7.
c. Tekstur clay-matrix breccias pada level
penembusan 1160 mRL direpresentasikan oleh
kenampakan fragmen-fragmen kuarsa yang
mengambang di dalam matrik clay (smectite-
illite). Tekstur tersebut sering berasoasiasi
dengan tekstur stockwork-massive dan atau
crustiform-colloform. Tekstur clay-matrix
breccias ditemukan pada hasil penembusan
titik bor DH.1, DH.2 dan DH.3.
d. Tekstur post-min fault gauge pada level
penembusan 1160 mRL direpresentasikan oleh
fragmen kuarsa dan batuan samping dalan clay
(smektit-illit-klorit) pada suatu zona hancuran.
Tekstur post-min fault gauge ditemukan pada
penembusan titik bor DH.1 dan DH.4.
Gauge Mineral
Penentuan mineral gauge didasarkan pada hasil
analisa XRD pada level 1140 mRL dan
permukaan, analisa XRD pada level 1160 mRL
tidak dilakukan. Hasil analisa XRD pada level
1160 mRL adalah quartz, adularia, calcite,
smectite, corrensite dan kaolinite. Hasil analisa
XRD pada level permukaan adalah quartz,
dickite, pyrite, mica, montmorillonite, nacrite,
sanidine, kaolinite dan metahallyosite (Tabel 2).
Masing-masing mineral memiliki suhu
pembentukan dan pH yang nantinya menentukan
zona alterasi dan mineralisasi. Suhu dan keasaman
lingkungan pembentukan mineral level
permukaan pada gambar 6 dan level 1140 mRL
pada gambar 7.
Alterasi dan Mineralisasi
Penentuan jenis alterasi berdasarkan data XRD
dan pengamatan megaskopis baik pada data
singkapan dan bor. Secara sederhana jenis alterasi
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu argilik dan
propilit. Disebut argilik jika didominasu oleh illit
atau illite-smektit dan disebut propilit jika
didominasi oleh klorit. Berdasarkan log sheet
PT.CSD, alterasi pada level 1140 mRL dan 1160
mirip yaitu didiminasi oleh illit-smektit dengan
silsifikasi di beberapa tempat. Alterasi di
permukann didominasi oleh kaolin group yaitu
kaolin dan dickite disamping montmorillonite dan
sanidine.
Penentuan intensitas mineralisasi berdasarkan
hasil analisa data paritan dan bor. Mineralisasi
yang umum dijumpai pada semua level adalah
pirit dengan penyebaran merata, mengisi fracture
atau pada vuggy. Sulfida juga dijumpai pada
banding colloform yang ditandai dengan warna
hitam. Intensitas mineralisasi secara vertikal
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
mengalami penurunan (Gambar 8). Pada level
1140 mRL kadar rata-rata tertinggi ditunjukkan
oleh titik bor AC.142 dengan kadar 15 ppm Au
130 ppm Ag. Pada level 1160 mRL kadar rata-rata
tertinggi ditunjukkan oleh penembusan titik bor
DH.2 dengan 9.33 ppm Au dan 161.6 ppm Ag.
Pada level permukaan kadar tertinggi rata-rata
sebesar 3.26 ppm Au dan 1.56 ppm Ag
ditunjukkan paritan TR.8.
EVALUASI DAN DISKUSI
Zonasi Tekstur dan Zonasi Vein
Tekstur primer yang paling umum ditemukan
pada level 1140 mRL berdsasarkan hasil
penelitian PT.CSD adalah pre-min fluidised
breccias, stockwork-massive vein, crustiform vein,
crustiform-colloform veins, clay-matrix breccias
dan post-min fault gauge. Tekstur kuarsa pada
level 1160 mRL tidak jauh berbeda dengan tekstur
pada level 1140 mRL yaitu stockwork-massive
vein, crustiform-colloform veins, clay-matrix
breccias, post-min fault gauge dengan ukuran
kristal halus-sedang dan calcedonic. Tekstur-
tekstur tersebut merupakan tekstur khas pada
sistem epitermal. Perbedaan signifikan
ditunjukkan oleh tekstur vein di permukaan (data
paritan), tekstur didominasi oleh stockwork-
massive vein, tekstur colloform sangat lokal.
Perbedaan tersebut disebabkan karena level 1140
mRL dan 1160 mRL masih dalam zona tekstur
yang sama, sedangkan level permukaan berada
pada zona tekstur yang berbeda (Gambar 9). Level
1140 mRL dan 1160 mRL menurut Morrison
(1990) berada pada zona crustiform-colloform
superzone yang dicirikan oleh kemiripan jenis
tekstur yang ditemukan; mineralisasi yang paling
intensip adalah Au dan Ag; alterasi yang
berkembang adalah illit dan adularia dan
temperatur pembentukan mineral clay 150
0
C-
250
0
C. Level permukaan berada pada zona
chalcedonic superzone berdasarkan kemiripan
tekstur yang ditemukan; mineralisasi Au dan Ag
yang sudah mulai berkurang dan alterasi kaolin
relatip intensip (48 % pada TR.8).
Dimensi vein pada penembusan level 1140 mRL
berupa vein masif, sedangkan pada level 1160
mRL berubah menjadi zona vein yang merupakan
gabungan dari beberapa vein masif dengan lebar
yang lebih kecil. Anomali terjadi pada
penembusan DH.1 dan DH.4, kedua bor tersebut
tidak menembusa vein masif tetapi zona clay,
hancur, dengan fragmen kuarsa dan batuan
samping. Fenomena tersebut karena
ketidakmenerusan vein (pada sistem epitermal)
secara dimensi dan kadar baik vertikal maupun
horizontal sangat umum terjadi.
Alterasi
Alterasi paling dominan pada level 1140 mRL dan
1160 mRL berdasarkan data XRD dan
pengamatan megaskopis adalah illit-smektit,
meskipun terdapat corrensite dan kaolinite.
Mineral-mineral tersebut merupakan mineral khas
pada sistem epitermal dengan suhu pembentukan
150
0
C - 200
0
C. Alterasi di permukann didominasi
oleh kaolin group yaitu kaolin dan dickite
disamping illit dan smektit. Munculnya kaolin
selain karena pengaruh alterasi hidrotermal
mungkin karena pengaruh pelapukan di
permukaan. Munculnya dickite dipermukaan
Cikoneng membentuk anomali, karena dickite
tidak umum pada sistem epitermal karena suhu
pembentukannya tinggi yaitu >250
0
C. Indikasi
adanya sistem lain pada Cikoneng perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut.
Korelasi Kadar Au-Ag (Mineralisasi)
Untuk menentukan hubungan antara kadar Au-Ag,
penulis menggunakan koefesien korelasi.
Koefesien korelasi yang digunakan adalah kadar
pada level 1140 mRL, 1160 mRL dan permukaan
(Tabel 3).
Data permukaan berupa paritan menunjukkan
koefesien korelasi Au-Ag berkisar antara 0.86,
0.28 dan 0.81 (positip sedang) artinya jika kadar
Au naik maka kadar Ag juga naik.
Data pada level 1160 mRL diwakili oleh
penembusan bor DH.1, DH.4, DH.5, DH.3, DH.2,
DH.7 dan DH.6. Koefesien korelasi Au-Ag
berkisar antara 0.80, 0.75, 0.56, 0.91, 0.91, 0.006
dan 0.66 (positip sedang) artinya jika kadar Au
naik maka kadar Ag juga naik.
Data pada level 1140 mRL diwakili oleh
penembusan bor AC.42, AC.34, AC.36, AC.02,
AC.57M dan AC.38. Koefesien korelasi Au-Ag
berkisar antara 0.67, 0.38, 0.75, 0.89 dan 0.76
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
(positip sedang) artinya jika kadar Au naik maka
kadar Ag juga naik.
Dari ketiga elevasi tersebut dapat dikatakan
bahwa secara vertikal maupun lateral hubungan
antara Au-Ag positip sedang, artinya jika kadar
Au naik maka kadar Ag juga naik dan sistem
mineralisasi Cibaliung adalah Au-Ag.
Sumberdaya Permukaan Cikoneng
Sumberdaya yang dihitung adalah sumberdaya
diatad level 1140 mRL sampai permukaan.
Berdasarkan perhitungan dari 7 (tujuh) titik
penembusan bor pada level 1160 mRL dan titik
penembusan bor di bawah level 1140 mRL yang
masih berpengaruh maka total sumberdaya pada
vein Cikoneng permukaan adalah 184.376 ton ore
dengan kadar rata-rata Au 6.73 ppm, Ag 49.57,
tonase logam Au 1241 kg dan tonase logam Ag
9140 kg. Berdasarkan jarak data yang
dipergunakan untuk estimasi sumberdaya yaitu
lebih kecil dari 50 m maka estimasi
diklasifikasikan sebagai measured resources.
KESIMPULAN
1. Tekstur kuarsa pada level 1140 mRL dan 1160
mRL termasuk dalam crustiform-colloform
superzone, sedangkan tekstur kuarsa level
permukaan termasuk dalam chalcedonic
superzone.
2. Pada level 1140 mRL vein berupa vein masif,
pada level 1160 mRL vein berupa zona vein
dan sebagian zona alterasi dengan fragmen
kuarsa, pada level permukaan (1200 mRL)
vein berupa zona vein dan zona alterasi.
3. Alterasi yang berkembang pada level 1140 dan
1160 mRL adalah illit-smektit sedangkan pada
level permukaan (1200 mRL) adalah kaolin
dan dikit, juga ditemukan smektit-illit.
4. Koefesian korelasi Au-Ag pada level 1140
mRL, 1160 mRL dan permukaan (1200 mRL)
bernilai positip sedang-tinggi, artinya jika
kadar Au naik, kadar Ag juga naik.
5. Mineralisasai Au paling intensip pada level
1140 mRL, semakin ke permukaan intensitas
mineralisasi Au semakin lemah.
6. Berdasarkan tipe alterasi dan mineralisasi
daerah permukaan Cikoneng termasuk dalam
tipe endapan epitermal.
7. Sumberdaya permukaan Cikoneng adalah
adalah 184.376 ton ore dengan kadar rata-rata
Au 6.73 ppm, Ag 49.57, tonase logam Au
1241 kg dan tonase logam Ag 9140 kg.
DAFTAR PUSTAKA
Morrison, dkk., 1990, Textural Zoning In
Epithermal Quartz Vein, Klondike
Exploration Service, Townsville-Australia.
Prihatmoko, S., dkk., 2003, Cibaliung Gold
Project Exploration Progress Report July
2003, PT. Cibaliung Sumberdaya, Cibaliung-
Jakarta.
Tim Cibaliung, 2009, Laporan Akhir Eklplorasi
Emas dan DMP daerah Cibaliung, PT.
Antam Tbk.Unit Geomin- Jakarta.
Unsur Au Ag Hg As Sb
Unit
ppm ppm ppm ppm ppm
Limit Deteksi 0.01 1 0.01 1 1
Metode
FA51 GA02 CV02 XR01 XR01
TABEL 1: Attribut analisa conto paritan dan pemboran
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
Paritan TR.2 % TR.3 % SC.1 % TR.8 % TR.10 %
dickite 31 quartz 90.66 sanidine 34.51 kaolinite 42.77 quartz 67.29
Mineral pyrite 12.79 pyrite 5.69 quartz 33.14 quartz 26 dickite 30.09
hasil XRD mica 4.6 montmorillonite 3.65 kaolinite 32.35 dickite 24.28 metahalloysite 2.62
(permukaan) montmorillonite 2.24 metahalloysite 6.95
clinochlore 7.96
nacrite 1.41
Bor CK.1 CK.2 AC.1 AC.20 CDDH.6
quartz quartz quartz quartz quartz
Mineral adularia adularia adularia adularia calcite
hasil XRD smectite calcite calcite calcite smectite
(1140 mRL) smectite smectite smectite corrensite
corrensite kaolinite
kaolinite
TABEL 2: Hasil analisa XRD level 1140 mRL dan permukaan Cikoneng.
Level Data Paritan dan Pemboran Koefesien
Surface TR.2 TR.3 SC.1 TR.8 TR.10 Korelasi
- 0 - 0.86 0.28 0.81 - Au-Ag
1160
mRL DH.1 DH.4 DH.5 DH.3 DH.2 DH.7 DH.6
0.8 0.75 0.56 0.91 0.91 0.17 0.66 Au-Ag
1140
mRL AC.42 AC.34 AC.36 AC.02 AC.57 M AC.38 -
0.67 0.38 0.75 0.89 - 0.76 - Au-Ag
TABEL 3: Resume koefesien korelasi Au-Ag.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
GAMBAR 1: Peta lokasi penelitian dan batas ijin IUP daerah Cibaliung.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
GAMBAR 2: Peta alterasi daerah Cibaliung.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
GAMBAR 3: Peta geologi daerah Cibaliung.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
GAMBAR 4: Peta lokasi paritan dan pemboran daerah Cibaliung.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
GAMBAR 5: Sebaran tekstur kuarsa pada level 1140 mRL, 1160 mRL dan permukaan.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
GAMBAR 6: Jenis mineral dengan interval suhu dan keasaman lingkungan pembentukan. Mineral
dicetak dengan hurup biru adalah hasil analisa XRD level permukaan.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
GAMBAR 7: Jenis mineral dengan interval suhu dan keasaman lingkungan pembentukan. Mineral
dicetak dengan hurup biru adalah hasil analisa XRD level 1140 mRL.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
GAMBAR 8: Penampang memanjang isograde vein Cikoneng.
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39
th
IAGI Annual Convention and Exhibition
Level 1140-1160 mRL
Level permukaan
GAMBAR 9: Zonasi level mineralisasi berdasarkan tekstur kuarsa (Morrison, 1990)

Anda mungkin juga menyukai