Anda di halaman 1dari 20

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas laporan praktikum ilmu ukur tanah ini dengan baik. Keberhasilan kami
dalam praktikum ilmu ukur tanah dan menyusun laporan ini tidak terlepas dari kerja keras
kami dan kesabaran Bapak/Ibu dosen pengampu Ilmu Ukur Tanah 1 dan penjaga Lab Ukur
Tanah.
Kami mohon maaf jika dalam laporan yang kami buat masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, kami sudah berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-
baiknya. Kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini kami
ucapkan terima kasih, mudah-mudahan laporan ini bermanfaat untuk berbagai pihak.













Yogyakarta, Oktober 2012

Tim Penyusun



2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR ISI.. 2

1. PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR 3
I. Teori. 3
II. Tujuan.. 3
III. Alat.. 3
IV. Prosedur 4
V. Hasil dan Pembahasan 4-7
VI. Kesimpulan 7
2. PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MIRING. 8
I. Teori. 8
II. Tujuan.. 8
III. Alat8
IV. Prosedur 9
V. Hasil dan Pembahasan.. 10-14
VI. Kesimpulan14-15
3. PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA TERHALANG...16
I. Teori 16
II. Tujuan..16
III. Alat..16
IV. Prosedur..16-17
V. Hasil dan Pembahasan 17-18
VI. Kesimpulan..18

DAFTAR PUSTAKA 19



3

BAB 1
PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR
I. Teori

Jarak antara dua buah titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah adalah jarak
dalam bidang horizontal, yang merupakan jarak terpendek dari dua titik. Jarak dapat diukur
atau ditentukan dengan berbagai alat dan cara atau metode, yang pemilihannya tergantung
dari alat yang tersedia dan tujuan pengukuran serta tingkat ketelitian yang disyaratkan.
Pengukuran jarak secara langsung dapat dilakukan dengan membentangkan pita ukur di
sepanjang garis yang akan diukur, sedangkan secara tidak langsung bisa menggunakan
metode jarak optis, elektro optis, dan elektronis. Keadaan lapangan yang diukur bermacam-
macam. Ada yang berupa area mendatar, area miring, dan area terhalang. Untuk pengukuran
kali ini menggunakan area mendatar.

II. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar pengukuran jarak langsung di area mendatar
dengan menggunakan alat bantu ukur.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran jarak langsung di area mendatar secara benar.

III. Alat

1. Jalon / Anjir 3 buah
2. Pen Ukur 3 buah
3. Unting-Unting 2 buah
4. Pita Ukur 1 buah
5. Patok / Paku Payung secukupnya
6. Alat Tulis





4

IV. Prosedur

1. Mempersiapkan dan mengecek kondisi alat untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan
dalam pengukuran.
2. Menentukan dua titik sembarang ( titik A dan titik B ) di area mendatar dengan ketentuan
jarak 80 meter.
3. Dua orang masing-masing berdiri di kedua titik tersebut dengan memegang jalon secara
vertikal.
4. Seseorang (orang ke 3) memegang jalon di antara kedua titik tersebut (titik C).
5. Melakukan pelurusan. Orang ke-4 mengarahkan orang ke-3, agar ketiga jalon tersebut
segaris.
6. Menandai titik C dengan patok/paku payung.
7. Mengulangi langkah ke 4, 5, dan 6 di titik yang berbeda yaitu titik D.
8. Melakukan pengukuran menggunakan pita ukur dalam posisi horizontal dari satuu titik ke
titik lainnya.
9. Melakukan langkah 3 sampai 8 untuk pengukuran pulang dengan mengganti posisi titik C
dan D, lalu diberi nama titik C dan D.
10. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan carilah ketelitiannya.

V. Hasil dan Pembahasan

Pengukuran lokasi 1

Pergi :

Titik Jarak Terukur ( m )
Dari Ke
A C 32,408
C D 17,542
D B 34,264
Jumlah
84,214

5


Pulang :
Titik Jarak Terukur ( m )
Dari Ke
B D 33,914
D C 18,034
C A 32,262
Jumlah
84,210


Pengukuran lokasi 2

Pergi :

Titik Jarak Terukur ( m )
Dari Ke
A C 20,206
C D 27,430
D B 40,492
Jumlah
88,128

6


Pulang :
Titik Jarak Terukur ( m )
Dari Ke
B D 31,146
D C 29,802
C A 27,178
Jumlah
88,126

Hasil Hitungan :
Pengukuran 1 : - Jarak pergi : 84,214 m = 84214 mm
- Jarak pulang : 84,210 m = 84210 mm
- Selisih : [ Jarak pergi Jarak pulang ]
: [ 84214 mm 84210 mm ]
: 4 mm
- Rata-rata :

= 84.212 mm
- Ketelitian :

mm
Pengukuran 2 : - Jarak pergi : 88,128 m = 88.128 mm
- Jarak pulang : 88,126 m = 88.126 mm
- Selisih : [ Jarak pergi Jarak pulang ]
: [ 88.128 mm 88.126 mm ]
7

: 2 mm
- Rata-rata :

= 88.127 mm
- Ketelitian :

mm

Pembahasan :

Hasil hitungan 1 diperoleh ketelitian

mm. Hasil hitungan ke-2 diperoleh


ketelitian

mm. Dari hasil perhitungan kedua pengukuran tersebut, ketelitian yang


diperoleh lebih kecil dari ketelitian yang ditentukan, yakni

mm. Oleh karena itu,


hasil pengukuran ini dapat dikategorikan teliti.

VI. Kesimpulan
Dari praktikum dan pembahsan data di atas, bahwa ketelitian yang didapat lebih kecil
dari

mm, sehingga dapat dikatakan teliti. Pengukuran pada area mendatar membutuhkan
ketelitian dan keseriusan saat melakukan pelurusan, selain itu juga saat membaca skala pada
pita ukur. Kemudian dalam pencatatan hasil data, karena bila hal tersebut diabaikan akan
menyebabkan banyak kesalahan dalam pengukuran. Kesulitan yang dialami selama
pengukuran ini yaitu mencari lokasi yang jaraknya 80 meter.









8

BAB 2
PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MIRING

I. Teori
Jarak antara dua buah titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah adalah jarak
dalam bidang horizontal, yang merupakan jarak terpendek dari dua titik. Jarak dapat diukur
atau ditentukan dengan berbagai alat dan cara atau metode, yang pemilihannya tergantung
dari alat yang tersedia dan tujuan pengukuran serta tingkat ketelitian yang disyaratkan.
Pengukuran jarak secara langsung dapat dilakukan dengan membentangkan pita ukur di
sepanjang garis yang akan diukur, sedangkan secara tidak langsung bisa menggunakan
metode jarak optis, elektro optis, dan elektronis. Keadaan lapangan yang diukur bermacam-
macam. Ada yang berupa area mendatar, area miring, dan area terhalang. Untuk pengukuran
kali ini menggunakan area miring.

II. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar pengukuran jarak langsung di area miring
dengan menggunakan alat bantu ukur.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran jarak langsung di area miring secara benar.

III. Alat

1. Jalon / Anjir 3 buah
2. Pen Ukur 3 buah
3. Unting-Unting 2 buah
4. Pita Ukur 1 buah
5. Patok / Paku Payung secukupnya
6. Alat Tulis



9

IV. Prosedur

1. Mempersiapkan dan mengecek kondisi alat untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan
dalam pengukuran.
2. Menentukan dua titik sembarang ( titik A dan titik B ) di area mendatar dengan ketentuan
jarak 80 meter.
3. Dua orang masing-masing berdiri di kedua titik tersebut dengan memegang jalon secara
vertikal.
4. Seseorang (orang ke 3) memegang jalon di titik titik C.
5. Melakukan pelurusan. Orang ke-4 mengarahkan orang ke-3 agar ketiga jalon menjadi satu
garis.
6. Tandai titik C dengan patok / paku paying.
7. Mengulangi langkah ke-4, 5, dan 6 di titik yang lainnya, yaitu titik D J.
8. Melakukan pengukuran menggunakan pita ukur dalam posisi horizontal dari titik A ke C
dan C ke D.
9. Melakukan pengukuran dari titik D ke titik E. Dengan cara menggantungkan unting-
unting di titik E secara vertical, kemudian tarik pita ukur dari titik D ke benang unting-
unting di titik E secara mendatar, maka didapat jaraknya.
10. Ulangi langkah ke-9 untuk mengukur titik-titik selanjutnya pada area miring.
11. Ulangi langkah ke-8 untuk mengukur jarak dari titik J ke titik B.
12. Mengulangi langkah ke-3 sampai ke-12 untuk pengukuran pulang dengan mengganti
posisi titik C sampai J, lalu diberi nama C,D,E,F,G,H,I,J.
13. Catatlah semua hasil pengukuran pergi dan pulang pada tabel hasil pengukuran dan cari
ketelitiannya. TOR =











10

V. Hasil dan Pembahasan

Pengukuran ke-1 lokasi 1 :
Pergi :

Titik Jarak Terukur
( m ) Dari Ke
A C 35,406
C D 15,952
D E 5,490
E F 4,895
F G 5,766
G B 36,302
Jumlah 103,811
Pulang :

Titik Jarak
Terukur
( m )
Dari Ke
B G 35,256
G F 5,768
F E 4,907
E D 5,922
D C 17,466
C A 34,530
Jumlah 103,849
11



Pengukuran ke-2 lokasi 1 :

Pergi :

Titik Jarak Terukur
( m ) Dari Ke
A C 33,876
C D 5,152
D E 6,272
E F 6,194
F G 2,750
G H 2,752
H I 4,176
I J 6,626
J B 35,924
Jumlah 103,722








12

Pulang :
Titik Jarak Terukur
( m ) Dari Ke
B J 35,644
J I 6,156
I H 4,204
H G 2,868
G F 2,748
F E 6,200
E D 6,298
D C 5,148
C, A 34,120
Jumlah 103,746

Pengukuran lokasi 2 :
Pergi :

Titik Jarak Terukur
( m ) Dari Ke
A C 28,540
C D 3,804
D E 3,340
E F 3,792
F G 35,592
G H 3,736
H I 3,464
I J 4,996
J B 12,462
Jumlah 99,726


13

Pulang :
Titik Jarak Terukur
( m ) Dari Ke
B J 11,828
J I 5,202
I H 3,602
H G 3,566
G F 35,272
F E 4,114
E D 3,380
D C 3,920
C, A 28,872
Jumlah 99,756


Hasil Hitungan :
Pengukuran ke-1 lokasi 1 : - Jarak pergi : 103,811 m = 103811 mm
- Jarak pulang : 103,849 m = 103849 mm
- Selisih : [ Jarak pergi Jarak pulang ]
: [ 103811 mm 103849 mm ]
: 38 mm
- Rata-rata :

= 103.830 mm
- Ketelitian :

mm

Pengukuran ke-2 lokasi 1 : - Jarak pergi : 103,722 m = 103722 mm
- Jarak pulang : 103,746 m = 103746 mm
- Selisih : [ Jarak pergi Jarak pulang ]
: [ 103.722 mm 103.746 mm ]
: 24 mm
- Rata-rata :

= 103.734 mm
14

- Ketelitian :

mm

Pengukuran lokasi 2 : - Jarak pergi : 99,726 m = 99.726 mm
- Jarak pulang : 99,756 m = 99.756 mm
- Selisih : [ Jarak pergi Jarak pulang ]
: [ 99.726 mm 99.756 mm ]
: 30 mm
- Rata-rata :

= 99.741 mm
- Ketelitian :

mm

Pembahasan :

Pada pengukuran ke-1 lokasi pertama didapat selisih 38 mm dengan jarak terukur saat
pergi yaitu 103.811 mm dan jarak terukur saat pulang yaitu 103.849 mm, dengan rata-rata
103.830 mm. Dengan demikian diperoleh ketelitiaan

mm yang lebih besar dari


ketelitian yang ditetapkan yaitu

, sehingga tidak memenuhi TOR ( Term of Reference ).


Kemudian kami melakukan pengukuran ke-2 lokasi pertama. dengan jarak terukur saat pergi
yaitu 103722 mm dan jarak terukur saat pulang yaitu 103746 mm, dengan rata-rata 103.734
mm. Dengan demikian diperoleh

mm yang lebih kecil dari ketelitian yang ditetapkan,


sehingga memenuhi TOR ( Term of Reference ).
Pada pengukuran lokasi kedua didapat selisih 30 mm dengan jarak terukur saat pergi
yaitu 99.726 mm dan jarak terukur saat pulang yaitu 99.756 mm, dengan rata-rata 99.741
mm. Dengan demikian diperoleh ketelitiaan

mm yang lebih kecil dari ketelitian yang


ditetapkan yaitu

, sehingga memenuhi TOR ( Term of Reference ).



VI. Kesimpulan
Pengukuran pada area miring konsepnya sama dengan pengukuran area mendatar,
yaitu mengukur jarak secara horizontal. Dari praktikum dan pembahsan data di atas, bahwa
ketelitian yang didapat lebih kecil dari

mm, sehingga dapat dikatakan teliti. Pengukuran


pada area miring membutuhkan ketelitian dan keseriusan saat melakukan pelurusan,
menegakluruskan untuing-unting, membuat horizontal pita ukur dan mengukur jarak
horizontalnya, selain itu juga saat membaca skala pada pita ukur. Kemudian dalam
pencatatan hasil data juga harus diperhatikan, karena bila hal tersebut diabaikan akan
menyebabkan banyak kesalahan dalam pengukuran. Kesulitan yang dialami selama
15

pengukuran ini yaitu mencari lokasi yang jaraknya 80 meter dengan lokasi miring, angin
yang kencang, dan banyaknya kendaraan yang lalu lalang.

































16

BAB 3
PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA TERHALANG

I. Teori
Jarak antara dua buah titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah adalah jarak
dalam bidang horizontal, yang merupakan jarak terpendek dari dua titik. Jarak dapat diukur
atau ditentukan dengan berbagai alat dan cara atau metode, yang pemilihannya tergantung
dari alat yang tersedia dan tujuan pengukuran serta tingkat ketelitian yang disyaratkan.
Pengukuran jarak secara langsung dapat dilakukan dengan membentangkan pita ukur di
sepanjang garis yang akan diukur, sedangkan secara tidak langsung bisa menggunakan
metode jarak optis, elektro optis, dan elektronis. Keadaan lapangan yang diukur bermacam-
macam. Ada yang berupa area mendatar, area miring, dan area terhalang. Untuk pengukuran
kali ini menggunakan area terhalang.

II. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar pengukuran jarak langsung di area terhalang
dengan menggunakan alat bantu ukur.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran jarak langsung di area terhalang secara benar.


III. Alat

1. Jalon / Anjir 3 buah
2. Pen Ukur 3 buah
3. Unting-Unting 2 buah
4. Pita Ukur 1 buah
5. Patok / Paku Payung secukupnya
6. Alat Tulis

IV. Prosedur

1. Mempersiapkan alat dan bahan serta memeriksa kondisi alat.
2. Menentukan dua titik sembarang (A dan B) pada area terhalang.
3. Membuat garis lurus sembarang (CD) seperti pada skema pengukuran.
4. Membuat busur lingkaran dengan pita ukur dengan pusat di titik A sehingga busur
lingkaran tersebut memotong garis CD di dua titik, kemudian mengukur jarak dua titik
tersebut dan tentukan titik tengahnya (A). Maka AA tegak lurus dengan CD.
5. Mengulangi langkah empat pada titik B. Maka BB tegak lurusdengan CD.
6. Mengukur jarak AB, AA, dan BB.
7. Mencari selisih jarak AA dan BB, sehingga didapat jarak AE.
8. Melakukan perhitungan pitagoras untuk mencari jarak AB dengan rumus:

17



9. Mencatat semua hasil pengukuran pada tabel hasil pengukuran.

V. Hasil dan Pembahasan
Pengukuran lokasi pertama ( terlihat ) :


Jarak AA = 3,922 m
Jarak BB = 1,192 m
Jarak AB = 4,664 m
Jarak AE = Jarak AA Jarak BB
= 3,922 m 1,192 m = 2,730 m

= 5,404 m
Jarak BE = Jarak AB = 4,664 m

Pengukuran lokasi kedua (tidak terlihat) :

18

Jarak AA = 15,592 m
Jarak BB = 2,544 m
Jarak AB = 11,576 m
Jarak AE = Jarak AA Jarak BB
= 15,592 m 2,544 m =13,048 m

=17,442 m
Jarak BE = Jarak AB = 11,576 m


VI. Kesimpulan
Pengukuran pada area terhalang membutuhkan ketelitian dan keseriusan saat
melakukan pengukuran. Harus lebih teliti dalam memproyeksikan suatu titik agar tegak lurus
sehingga pengukuran area terhalang bisa diselesaikan dengan cara phytagoras. Kemudian
dalam pencatatan hasil data juga harus diperhatikan, karena bila hal tersebut diabaikan akan
menyebabkan banyak kesalahan dalam pengukuran. Kesulitan yang dialami selama
pengukuran ini yaitu ragu dalam menentukan cara yang terbaik dalam mengukur di area
terhalang dan banyaknya kendaraan yang lalu lalang.















19

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet, 2006, Ilmu Ukur Tanah, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
























20

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH

Disusun oleh :
KELOMPOK 1 :
1. KEVIN ALKINDY 12/333418/TK/39780
2. ADITYA SANJAYA 12/333479/TK/39832
3. GUGUN MITRA PERDANA S 12/333637/TK/39982
4. IKA SAFITRI KURNIASTUTI 12/333399/TK/39763
5. ULFAH SYAHLIANAWATI 12/333140/TK/39666
KELAS : B
JURUSAN : TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012/2013

Anda mungkin juga menyukai