Anda di halaman 1dari 2

Katanya, ini Hari Kartini

Emansipasi, emansipasi, emansipasi,, yaa kata tersebut menjadi topik wacana setiap bulan
April. Lalu mengapa seringkali wanita dielu-elukan setiap bulan April? Dengan Hari Kartini,
katanya, peranan kaum perempuan dalam segala bidang kehidupan bisa ditingkatkan,
termasuk salah satunya bidang pendidikan dan keilmuan.

Objek yang ditorehkan sejarah, peristiwa yang diawali dengan surat menyurat antara
Kartini dengan kawan penanya di Eropa, menjadi sebuah telaah yang hingga kini entah siapa
yang memulai, Hari Kartini selalu diperingati dengan simbol-simbol kewanitaan, pakaian
adat, lomba memasak, lomba busana, dan lain-lain. Bukankah hal tersebut tanpa ada Hari
Kartini juga sudah menjadi ciri khas seorang wanita? Bukankah perayaan yang semacam ini
malah menunjukkan wanita bersifat diskriminasi? Jadi, bagaimana kaum pria merayakan
Hari Kartini? Sederhana saja, setiap kita, baik wanita maupun pria patut memperingati Hari
Kartini sebagai momentum untuk melakukan introspeksi diri agar tumbuh dari posisi hari ini
menjadi lebih baik di masa datang. Apa yang masih gelap dalam diri kita hari ini harus
mampu kita ubah menjadi terang mulai dari sekarang. Jadi, peningkatan iklim keilmuan yang
dibarengi dengan kegiatan simbolisasi seperti di atas seharusnya lebih tepat untuk
memperingati Hari Kartini. Jangan hanya asal lomba antarwanita untuk mencari
kemenangan, namun harus mengikutsertakan peran serta pria untuk menunjukkan bahwa
kita, pemuda-pemudi adalah generasi masa kini yang berilmu yang dapat bersinergi tanpa
memandang gender, dengan tetap berpegang teguh pada kodrat masing-masing.

Kartini, seorang putri ningrat, seorang pahlawan nasional telah memperjuangkan dinamika
kehidupan yang berbasis ilmu pengetahuan. Perspektif bahwa wanita adalah rendah pada
saat itu telah ia hilangkan dengan pengukuhan persamaan hak dalam berbagai ranah
kehidupan, khususnya pendidikan dengan tetap menjunjung tinggi kodrat kewanitaannya. Ini
berarti peringatan-peringatan simbolis di atas seharusnya lebih dimaknai dengan tidak
hanya menonjolkan bahwa wanita itu bisa namun wanita itu berilmu. Artinya dengan ilmu
yang wanita miliki, wanita tetap bisa melaksanakan kodratnya tanpa merasa lebih tinggi
derajatnya dari kaum pria. Dan dengan ilmu ini, wanita juga tidak dapat direndahkan oleh
kaum pria, sehingga kesetaraan hak dan kewajiban keduanya terpenuhi.

Fokus perjuangan Kartini adalah dalam bentuk pendidikan terhadap pribumi karena dia
beranggapan bahwa kemajuan peradaban hanya dapat dicapai dengan pemberantasan
kebodohan (Orang-orang Belanda itu menertawakan kebodohan kami, tetapi kalau kami
mencoba maju, kemudian mereka bersikap menentang kami). Pendidikan dan ilmu menjadi
aspek penting yang harus dilirik sejak dini untuk memberikan penerangan kepada aspek lain,
di mana saat ini kita masih memiliki sifat, sikap, dan perilaku yang gelap.

Karena, bagi kami, pemuda-pemudi generasi masa kini, Pendidikan dan Ilmu adalah gerbang
terdekat untuk mewujudkan Habis Gelap Terbitlah Terang!!!

Anda mungkin juga menyukai