TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGI NG) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN
RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH
Hedging Transactions As Instrument of Risk Management In Government Debt Policies Amela Erliana Crhistine Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tanggerang Selatan, Indonesia. amela.erliana@gmail.com
Abstrak Nilai utang luar negeri pemerintah dapat berubah sewaktu-waktu akibat fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak melakukan lindung nilai terhadap utang luar negerinya. Walau telah banyak dilakukan oleh perusahaan swasta, transaksi lindung nilai merupakan hal yang baru dalam ranah keuangan negara. Makalah ini berusaha mendeskripsikan transaksi lindung nilai dan kaitannya dengan kebijakan pengelolaan utang pemerintah. Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan tambahan pengetahuaan kepada pembaca mengenai konsep transaksi lindung nilai sehingga pembaca dapat turut mengawasi pelaksaaan kebijakan lindung nilai pemerintah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dari telaah pustaka yang dilakukan penulis, dapat ditarik kesimpulan bahwa transaksi lindung nilai atas utang pemerintah penting untuk segera dilaksanakan. Efektivitas transaksi lindung nilai sangat tergantung pada proses perencanaan, terutama proyeksi biaya yang nantinya akan menentukan skema lindung nila yang akan digunakan pemerintah. Agar transaksi lindung nilai berjalan optimal, pemerintah perlu melakukan penyempurnaan pada peraturan-peraturan mengenai lindung nilai serta belajar dari negara-negara yang telah sukses menerapkan lindung nilai atas utang luar negerinya. Kata Kunci: kebijakan utang pemerintah, nilai tukar, transaksi lindung nilai. Abstract The value of governments foreign debt can change at any time due to fluctuations in foreign exchange rates. This happens because the government does not hedge its foreign debt. Although there are many private companies that have done hedging transactions, it is still a new thing in the realm of public finances. This paper tried to describe the hedging transactions that related to the government debt policies. The purpose of this paper is to provide additional knowledge to the readers about concept of hedging transactions so that they can supervise the implementation of governments hedging policies. The method used in this paper is descriptive qualitative. From the literature review conducted by the author, it can be concluded that the hedging transactions of government debt is must be implemented immediately. The effectiveness of the hedging transaction is highly dependent on the planning process, especially in the measurement of the estimated cost of that will determine which hedging method will be choosed by the government. In order to implement the optimal hedging transactions, the government needs to make improvements on the regulation of hedging transactions and learn from other countries that have successfully hedged their foreign debt. Keywords: foreign exchange rate, government debt policy, hedging transaction. PENDAHULUAN Kontroversi kebijakan lindung nilai (hedging) sempat memenuhi surat kabar dan layar kaca pada pertengahan tahun 2014 kemarin. Hal tersebut bermula dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 yang menunjukkan adanya kenaikan utang luar negeri berdenominasi dollar AS dari Rp1,981 triliun pada tahun 2012, menjadi Rp2,375 triliun pada tahun 2013, atau naik sebesar Rp393 triliun. Sekitar 41,43% dari kenaikan utang tersebut, atau setara dengan Rp163,24 triliun, merupakan kerugian selisih kurs yang disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Menurut BPK, kerugian akibat selisih kurs tersebut dapat dihindari apabila instansi pemerintah yang memiliki pinjaman luar negeri dengan mata uang asing melakukan transaksi lindung nilai atau hedging. 1
Hedging merupakan salah satu instrumen manajemen risiko yang telah lazim digunakan di industri keuangan. Mekanisme pelaksanaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan hutang pemerintah telah diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.08/2013 dan Peraturan Menteri BUMN Nomor 09/MBU/2013. Sementara itu,
1 Biro Humas dan Luar Negeri BPK. (2014). Siaran Pers Badan Pemeriksaan Keuangan - BPK : Perlunya Pengamanan Rupiah Melalui Transaksi Lindung Nilai (Hedging). Diakses pada tanggal 7 September 2014, dari http://www.bpk.go.id/news/bpk-perlunya- pengamanan-rupiah-melalui-transaksi-lindung-nilai- hedging mekanisme transaksi lindung nilai dari segi perbankan telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013. Sebagai instrumen manajemen risiko, hedging mampu melindungi suatu entitas dari risiko kerugian akibat fluktuasi nilai tukar mata uang. Namun, tidak tertutup kemungkinan nilai tukar yang di sepakati pada waktu kesepakatan kontrak hedging ternyata lebih mahal dibandingkan nilai tukar spot saat pelunasan utang, sehingga entitas mengalami kerugian akibat selisih kurs. Dalam ranah keuangan negara, selisih tersebut dapat disalahtafsirkan sebagai kerugian negara dan dapat berimplikasi hukum bagi pejabat terkait. Hal ini menimbulkan keraguan pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait transaksi lindung nilai. Keraguan tersebut dapat dipahami mengingat praktik hedging di Indonesia masih jarang dilakukan. Perbedaan persepsi antar entitas pemerintah mengenai kebijakan hedging sangat mungkin terjadi. Hal tersebut menjadi alasan BPK mengadakan rapat koordinasi dengan Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Gubernur BI, Kapolri, Kejaksaan Agung, KPK, dan BPKP untuk membahas mengenai perlindungan nilai atas utang pemerintah. 2
Rapat koordinasi yang dimotori oleh BPK tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan
2 Ibid. hedging atas utang pemerintah telah menjadi suatu kebutuhan, apalagi nilai mata uang rupiah beberapa bulan terakhir sangat tidak stabil dan cenderung melemah. Jika tak segera menerapkan kebijakan lindung nilai, dikhawatirkan utang luar negeri pemerintah akan membengkak dan menyebabkan jebolnya APBN saat jatuh tempo pelunasan utang. Akan tetapi, benarkah hedging merupakan langkah yang paling tepat untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar? Atau justru akan menimbulkan kerugian negara yang lebih besar? Kontroversi kebijakan lindung nilai atas utang pemerintah sangat menarik untuk dibahas. Konsep hedging memang bukanlah hal yang asing di pasar keuangan swasta. Tapi harus kita akui, pelaksanaan hedging merupakan hal yang baru dalam ranah keuangan negara. Tak hanya isu kerugian negara, pemilihan teknik hedging yang tepat juga menjadi permasalahan utama. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyusun makalah berjudul Transaksi Lindung Nilai (Hedging) Sebagai Instrumen Manajemen Risiko Dalam Kebijakan Utang Pemerintah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah memahami konsep transaksi hedging dan mekanisme pelaksanaannya terkait dengan manajemen utang pemerintah. Melalui makalah ini, pembaca diharapkan mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai transaksi hedging sehingga dapat turut serta mengawasi pelaksanaan kebijakan lindung nilai yang dilakukan pemerintah atas utang luar negeri. TINJAUAN PUSTAKA Gambar-1: Kurs Transaksi USD Tahun 2012- 2014 3
Selama lima tahun terakhir, posisi utang pemerintah dalam mata uang rupiah selalu di atas 50% dari keseluruhan utang. Hal ini selaras dengan kebijakan pemerintah yang mengutamakan pinjaman dalam negeri selama beberapa tahun terakhir. Walaupun begitu, posisi utang pemerintah dalam mata uang USD masih cukup besar, yaitu berkisar di antara 20-28% selama enam tahun terakhir, yang artinya Indonesia masih rentan terhadap risiko nilai tukar. Saat menerima pinjaman luar negeri dalam valuta asing 4 , nilai utang maupun jumlah cicilan utang yang harus dibayarkan pemerintah sangat tergantung pada kurs saat jatuh tempo. Jika mata uang rupiah
3 Sumber: Profil Utang Pemerintah Pusat (Pinjaman dan Surat Berharga Negara) Edisi Desember 2013 4 komoditas yang terdiri atas mata uang asing yang diterbitkan negara-negara lain di luar mata uang domestik dan dapat diperjualbelikan di pasar valuta asing mengalami depresiasi terhadap mata uang asing yang bersangkutan saat jatuh tempo, jumlah mata uang rupiah yang dibutuhkan untuk melunasi hutang dalam mata uang asing akan menjadi lebih banyak. Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan kurs mata uang asing tersebut, pemerintah dapat melakukan lindung nilai atas hutang luar negerinya. Bank Indonesia mendefinisikan lindung nilai sebagai cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan. 5 Sementara itu dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.08/2013, transaksi lindung nilai didefinisikan sebagai transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah dengan Counterparty 6 dalam rangka mengendalikan risiko fluktuasi beban pembayaran bunga dan kewajiban pokok utang, dan/atau melindungi posisi nilai utang, dari risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya volatilitas faktor-faktor pasar keuangan. Transaksi lindung nilai telah lazim digunakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang ekspor-impor atas hutang valuta asingnya. Mereka melakukan perjanjian dengan bank atau lembaga keuangan yang
5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013 Tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank Pasal 1 6 Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank dan/atau Lembaga Keuangan Internasional yang bersedia dan sepakat melakukan Transaksi Lindung Nilai dengan pemerintah. menyediakan jasa lindung nilai untuk membeli mata uang asing yang diinginkan di masa depan pada tingkat kurs yang telah disepakati. Transaksi lindung nilai bukannya tidak mengandung risiko. Mungkin saja kurs yang telah disepakati dengan Counterparty lebih tinggi dari kurs spot mata uang saat jatuh tempo. Namun, selisih yang timbul akibat perbedaan kurs beli dengan kurs spot seharusnya tidak dianggap sebagai kerugian atau keuntungan, melainkan diperlakukan sebagai biaya atau pendapatan atas proses manajemen risiko. 7
Walaupun segala biaya yang timbul akibat transaksi lindung nilai, termasuk di antaranya kerugian selisih kurs, menjadi beban APBN dan tidak dianggap sebagai kerugian negara, bukan berarti pemerintah boleh mengambil kebijakan lindung nilai secara serampangan. Pemerintah harus melakukan perhitungan proyeksi nilai tukar di masa mendatang secara hati-hati sehingga dapat memilih teknik lindung nilai yang paling tepat. Menurut Jeff Madura dalam bukunya yang berjudul International Financial Management, terdapat empat metode hedging yang dapat digunakan untuk melindungi nilai hutang, yaitu futures hedge, forward hedge,
7 Widya Octavia Dian AP. (2013). Mendudukkan Untung Rugi Dalam Neraca Hedging. Gerai Info Bank Indonesia Edisi, 43, hlm. 12 money market hedge, dan currency option hedge. Future Hedgedan Forward Hedge Forward contract dan future contract memungkinkan suatu entitas untuk membeli mata uang tertentu pada kurs. Pembeli dan penjual akan melakukan negosiasi untuk menentukan: Mata uang yang akan entitas bayarkan Mata uang yang akan entitas terima Jumlah mata uang yang akan diterima oleh entitas Tingkat nilai tukar atas mata uang tersebut Waktu transaksi pertukaran Konsep forward hedge dan future hedge sangatlah mirip. Perbedaan antara keduanya adalah dengan siapa entitas melakukan perjanjian. Forward contract merupakan hasil negosiasi antara entitas dan bank komersial, sementara future contract dilakukan di pasar modal secara terorganisir dan terstandarisasi. Money Market Hedge Penggunaan metode money market hedging menggunakan instrumen pasar uang untuk melindungi nilai hutang atau piutang di masa yang akan datang dengan melakukan pengambilan posisi di pasar uang. Beberapa waktu sebelum utangnya jatuh tempo, entitas meminjam mata uang domestik ke pasar uang dan mengkonversikannya ke dalam mata uang tertentu. Setelah itu, mata uang asing ini akan diinvestasikan hingga pembayaran hutang jatuh tempo. Ketika waktu jatuh tempo tiba, entitas akan menarik uang yang diinvestasikan beserta keuntungan yang diperoleh untuk membayar utang luar negerinya. Currency Option Hedge Dalam metode ini, entitas membayarkan sejumlah uang sebagai premi atas hak/opsi pembelian valuta asing pada harga yang ditentukan dalam rentang waktu yang telah disepakati. Berbeda dengan forward contract dan future contract, entitas tidak diwajibkan membeli mata uang pada harga yang telah ditentukan. Jika saat jatuh tempo, kurs spot lebih rendah dari kurs yang telah ditentukan dalam kontrak, entitas dapat membiarkan opsi tersebut berakhir dan membeli valuta asing dalam kurs spot. Tentu saja apabila hal tersebut terjadi, premi yang telah dibayarkan dianggap hangus. Cross Currency Swap Selain keempat metode hedging di atas, terdapat metode lain yang lazim digunakan untuk melindungi nilai aset atau kewajiban suatu entitas, yaitu tranksasi swap. Transaksi swap merupakan gabungan dari transaksi spot dan forward. Pada metode cross currency swap, terdapat dua pihak yang saling menukar dua mata uang berbeda, dengan kurs yang disepakati bersama. Praktik ini biasanya berjangka panjang. Saat jatuh tempo, kedua mata uang dipertukarkan kembali berdasarkan kurs yang telah ditentukan dalam kontrak swap. METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Nazir (1988: 63), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 8
Makalah ini berusaha mendeskripsikan fenomena pelaksanaan transaksi lindung nilai sebagai bagian dari manajemen utang pemerintah dan pengaruhnya terhadap pasar mata uang. Teknik penelitian yang akan digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu kegiatan mengamati berbagai literatur yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses penelitian. PEMBAHASAN Gambaran Praktik Transaksi Lindung Nilai Oleh Pemerintah Pusat Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.08/2013
8 Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Secara garis besar, praktik transaksi lindung nilai atas utang pemerintah dapat diuraikan menjadi lima tahap, yaitu: 1. Penyusunan Kebijakan Lindung Nilai Kebijakan Lindung Nilai disusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Transaksi Lindung Nilai dan paling kurang memuat tentang tujuan kebijakan lindung nilai; target risiko pasar dari portofolio utang; target batas volatilitas pembayaran kewajiban utang; instrumen Lindung Nilai yang dapat digunakan; dan masa berlaku kebijakan 2. Identifikasi Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai Pada tahap ini, UPRU 9 menyusun kebutuhan Transaksi Lindung Nilai dengan melakukan identifikasi eksposur utang, identifikasi risiko, dan melakukan pengukuran besaran risiko. Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai merupakan rencana kebutuhan Transaksi Lindung Nilai yang dapat dilaksanakan untuk periode suatu tahun anggaran. Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai disusun berdasarkan Kebijakan Lindung Nilai yang meliputi: jenis dan besar eksposur; trend pasar; toleransi risiko; kemungkinan untuk dilakukan natural hedging; dan jenis instrumen Lindung Nilai. Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai kemudian akan
9 Unit Pengelola Risiko Utang - Unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang melaksanakan tugas di bidang analisis risiko utang. disampaikan kepada Komite 10 untuk ditelaah dan diberikan rekomendasi. Setelah itu, Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai akan diteruskan kepada Dirjen Pengelolaan Utang untuk mendapat persetujuan. 3. Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai Berpedoman pada Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai, UPT 11 menyusun proposal Transaksi Lindung Nilai yang mencakup uji prospektif, pilihan instrumen Lindung Nilai, Counterparty yang direkomendasikan, dan Hedging Trigger Point. Proposal kemudian diteruskan kepada Komite untuk ditelaah dan diberi rekomendasi. Setelah mendapat proposal persetujuan Dirjen Pengelolaan Utang, UPT melakukan kontak dengan Counterparty yang tercantum untuk mendapatkan kuotasi Transaksi Lindung Nilai. Selanjutnya UPT menyusun term sheet Transaksi Lindung Nilai dan surat konfirmasi. Surat konfirmasi kemudian dikirimkan kepada UPSP 12 . 4. Penatausahaan Transaksi Lindung Nilai UPSP melakukan penatausahaan Transaksi Lindung Nilai berdasarkan Surat
10 Komite Risiko Pengelolaan Utang - komite yang beranggotakan pejabat eselon II terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang bertugas memberikan rekomendasi kepada Direktur Jenderal dalam menetapkan kebijakan pengelolaan risiko utang yang bersifat strategis, signifikan dan memerlukan koordinasi antar direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. 11 Unit Pelaksana Transaksi - unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang melaksanakan tugas di bidang penerbitan Surat Berharga Negara atau pengadaan pinjaman 12 Unit Pelaksana Setelmen dan Pencatatan - unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang melaksanakan tugas di bidang setelmen dan pencatatan utang Konfirmasi yang diterima dari UPT dan dokumen lainnya yang mencakup verifikasi dan konfirmasi Transaksi Lindung Nilai, pencatatan Transaksi Lindung Nilai, setelmen atas Transaksi Lindung Nilai sesuai dengan Perjanjian Induk, akuntansi dan pelaporan, dan penatausahaan dokumen- dokumen Transaksi Lindung Nilai 5. Monitoring dan Evaluasi UPRU melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi dan kinerja Counterparty serta efektivitas Transaksi Lindung Nilai. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut kemudian disampaikan kepada Komite dan unit terkait. Gambaran Praktik Transaksi Lindung Nilai Oleh Perusahaan BUMN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor 09/MBU/2013 Dalam rangka memitigasi risiko pasar, BUMN wajib melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko pasar secara efektif dalam rangka memitigasi risiko pasar.Untuk mengendalikan risiko pasar, BUMN dapat melakukan Transaksi Lindung Nilai dengan memperhatikan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, penerapan manajemen risiko, serta Standar Akuntansi dan perpajakan. Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai dilakukan melalui lembaga keuangan BUMN yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai. Dalam hal lembaga keuangan BUMN tidak dapat melaksanakan dan/atau tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud, Transaksi Lindung Nilai dapat dilakukan dengan pihak lain yang memiliki kapasitas dan kapabilitas memadai. Dalam rangka melaksanakan Transaksi Lindung Nilai, Direksi wajib menyusun Kebijakan Lindung Nilai dan Prosedur Operasional Standar dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar Perusahaan. Kebijakan Lindung Nilai dan Prosedur Operasional Standar tersebut harus dievaluasi secara berkala. Pencatatan dan Pelaporan atas Transaksi Lindung Nilai Hingga saat ini pencatatan dan pelaporan atas transaksi lindung nilai belum diatur secara spesifik dalam standar akuntansi pemerintah. Akan tetapi dalam sektor privat, pencatatan dan pelaporan atas transaksi lindung nilai telah diatur dalam PSAK No 55 mengenai Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai. Berdasarkan PSAK No 55, Lindung Nilai dapat dilakukan atas arus kas dari transaksi dalam valuta asing yang diperkirakan akan terjadi atau transaksi antar-perusahaan dalam valuta asing yang diperkirakan akan terjadi jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Unit operasional yang memiliki risiko valuta asing merupakan salah satu pihak yang akan melakukan lindung nilai atas instrumen valuta asing; Transaksi yang dilindungi dilakukan dalam valuta yang bukan merupakan mata uang fungsional unit operasional tersebut; Instrumen yang dilindungi nilainya memenuhi seluruh kriteria akuntansi lindung nilai yang ditetapkan dalam PSAK 13 ; Jika transaksi yang dilindungi terdiri dari sekelompok transaksi individual dalam valuta asing, arus kas masuk dan keluar dalam valuta asing yang diperkirakan akan terjadi tidak boleh dimasukkan ke dalam satu kelompok. Urgensi Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, menunjukkan adanya kenaikan utang luar negeri dari tahun 2012 senilai Rp1,981 triliun menjadi senilai Rp2,375 triliun atau naik senilai Rp393 triliun, diantara kenaikan utang tersebut adalah merupakan akibat selisih kurs senilai Rp163,24 triliun atau sebesar 41,43%. Pemerintah harus membayar adanya selisih kurs tanpa adanya tambahan manfaat dari pembayaran tersebut. Sementara pada tahun 2014, pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang jatuh tempo dalam tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp64.536,2 miliar. Kenaikan
13 PSAK Nomor 55 Paragraf 41-42 kewajiban pembayaran cicilan pokok utang luar negeri tersebut terutama disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan proyeksi perhitungan terkini atas kewajiban pembayaran pokok utang yang akan jatuh tempo sampai dengan akhir tahun 2014. 14
Gambar2: Kurs Transaksi USD Tahun 2012- 2014
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa kurs transaksi USD mengalami peningkatan tajam di paruh kedua tahun 2013. Sejak saat itu, kurs USD terus berfluktuasi di kisaran angka 11.000 12.250. Kenaikan kurs USD tersebut berdampak negatif terhadap anggaran pembiayaan, terutama utang luar negeri dan SBN valas. 15 USD Hal ini dikarenakan depresiasi mata uang rupiah terhadap USD membuat utang pemerintah Indonesia meningkat. Pelaksanaan transaksi lindung nilai dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan kenaikan kurs USD terhadap utang luar
14 Berdasarkan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun 2014 15 Ditjen Anggaran. (2014). Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian keuangan negeri pemerintah. Badan Pemeriksa Keuangan menganjurkan perusahaan BUMN untuk segera menerapkan transaksi lindung nilai atas utang luar negerinya dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut: Porsi BUMN dalam pembelian valas di pasar valas domestic sangat dominan, terutama dilakukan oleh Pertamina dan PLN, sekitar 30% dari total pembelian valas korporasi; Pemenuhan kebutuhan valas BUMN dalam jumlah besar tersebut dilakukan hamper seluruhnya melalui jenis transaksi TOD, TOM, dan SPOT; Penggunaan transaksi lindung nilai tersebut berdampak positif terhadap kestabilan nilai tukar rupiah juga bermanfaat dalam melindungi BUMN dari kemungkinan kerugian kurs yang lebih besar apabila terjadi gejolak nilai tukar Selain dapat melindungi utang luar negeri pemerintah dari risiko fluktuasi nilai tukar, penerapan transaksi lindung nilai juga dapat berdampak positif terhadap kestabilan nilai tukar. Ketika pemerintah tidak melakukan lindung nilai dan membeli mata uang asing di pasar spot secara today saat tanggal jatuh tempo, permintaan atas mata uang asing saat akan tiba-tiba meningkat. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan jumlah penawaran mata uang asing, maka kurs mata uang asing tersebut akan mengalami apresiasi. Sebaliknya jika pemerintah melakukan transaksi lindung nilai, misalnya dengan menggunakan forward contract, Counterparty mempunyai kelonggaran waktu untuk memenuhi kebutuhan mata uang asing pemerintah. Transaksi forward juga memecah konsentrasi pembelian today menjadi transaksi yang lebih kecil dengan waktu yang tersebar sehingga tekanan terhadap rupiah akan lebih terkendali. 16
Pemilihan Jenis Metode Lindung Nilai Sebagaimana telah dijelaskan dalam Tinjauan Pustaka, ada beberapa metode lindung nilai yang dapat dipilih oleh pemerintah. Agar dapat memilih metode lindung nilai yang paling optimal, pemerintah pusat dan BUMN dapat melakukan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Memilih antara future hedge dan forward hedge Pada dasarnya metode future hedge dan forward hedge sangatlah mirip, sehingga entitas hanya perlu memilih metode mana yang lebih disukai. 2. Memilih antara future/forward hedge dan money market hedge Ketika hendak memutuskan akan memilih metode forward (future) hedge atau money market hedge, entitas dapat melakukan
16 Gatot Miftahul Manan. (2013). Mendorong Hedging BUMN. Gerai Info Bank Indonesia Edisi, 43, hlm. 6 perhitungan atas biaya masing-masing metode lindung nilai dan memutuskan metode mana yang lebih cocok. 3. Menilai kelayakan Currency Option Hedge Distribusi estimasi arus kas keluar dari metode Currency Option Hedge dapat diukur dengan menentukan nilai yang diharapkan dan kemungkinan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk metode ini lebih murah dari metode lainnya. 4. Mempertimbangkan kemungkinan penerapan metode Swap Transaksi swap biasanya dilakukan oleh bank yang bisa berperan sebagai perantara atau sebagai lawan transaksi serta melibatkan jumlah dana yang besar. Apabila terdapat bank yang menawarkan lindung nilai dengan metode swap, tidak ada salahnya untuk menghitung estimasi biaya yang dikeluarkan serta membandingkan dengan metode lindung nilai lainnya. Evaluasi atas Kebijakan Lindung Nilai Setelah transasksi lindung nilai dilaksanakan, pemerintah sebaiknya mengukur hasil dari kebijakan lindung nilai yang telah diambil. Evaluasi dapat dilakukan dengan menghitung selisih antara biaya atas kewajiban yang dilindung nilai dan biaya atas utang yang tidak dilindung nilai sehingga diperoleh Real Cost of Hedging Payable (RCHp) dari kewajiban tersebut. Jika ternyata biaya atas transaksi yang dilindung nilai lebih besar dari transaksi spot pasar uang. Maka perlu dicari tahu penyebabnya apakah karena kesalahan dalam proses perencanaan atau murni karena mekanisme pasar. Dengan melakukan evaluasi, pemerintah dapat memperbaiki mekanisme transaksi lindung nilai di masa depan sehingga diperoleh hasil yang optimal. KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN Transaksi lindung nilai merupakan salah satu bentuk mitigasi atas risiko fluktuasi nilai tukar yang telah umum digunakan di pasar keuangan. Transaksi lindung nilai dapat dilaksanakan baik atas aset maupun kewajiban valuta asing yang dimiliki suatu entitas Fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah atas USD yang tidak stabil selama dua tahun terakhir menyebabkan kenaikan utang luar negeri pemerintah. Untuk meminimalkan dampak risiko nilai tukar, pemerintah dapat melakukan transaksi lindung nilai atas instrumen utang pemerintah, baik dalam bentuk pinjaman maupun SBN. Selain itu, transaksi lindung nilai juga membawa efek positif bagi stabilitas nilai tukar mata uang asing. Payung hukum atas pelaksanaan transaksi lindung nilai terkait utang pemerintah telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Menteri BUMN, dan Peraturan Bank Indonesia. Dalam peraturan-peraturan tersebut telah ditekankan bahwa segala biaya, termasuk di antaranya kerugian akibat selisih kurs, dianggap sebagai beban APBN dan bukan merupakan kerugian negara. Efektivitas transaksi lindung nilai sangat tergantung pada ketepatan perhitungan estimasi biaya yang dilakukan pemerintah saat proses perencanaan. Dengan hasil proyeksi yang tepat, pemerintah dapat memilih metode lindung nilai yang paling aman dan optimal. Untuk mendukung proses perencanaan. Payung hukum pelaksanaan transaksi lindung nilai atas utang pemerintah telah cukup kuat. Harusnya pemerintah tidak perlu ragu lagi untuk melaksanakan lindung nilai atas utang luar negerinya. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan lindung nilai, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pemerintah perlu membuat aturan turunan mengenai petunjuk teknis serta standard operating procedure mengenai transaksi lindung nilai yang dilakukan pemerintah; 2. Perlu disusun Standar Akuntansi Pemerintah mengenai pencatatan dan pelaporan atas transaksi lindung nilai dalam laporan keuangan pemerintah. 3. Pemerintah dapat belajar kepada negara- negara yang telah sukses menerapkan transaksi lindung nilai atas transaksi keuangannya, misalnya Australia dan Singapura. DAFTAR PUSTAKA Biro Humas dan Luar Negeri BPK. (2014). Siaran Pers Badan Pemeriksaan Keuangan - BPK : Perlunya Pengamanan Rupiah Melalui Transaksi Lindung Nilai (Hedging). Diakses pada tanggal 7 September 2014, dari http://www.bpk.go.id/news/bpk- perlunya-pengamanan-rupiah-melalui- transaksi-lindung-nilai-hedging Ditjen Anggaran. (2014). Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian keuangan Ditjen Pengelolaan Utang. (2013). Profil Utang Pemerintah Pusat (Pinjaman dan Surat Berharga Negara) Edisi Desember 2013. Jakarta: Kementerian Keuangan Hanafi, Mamduh. (2009). Manajemen Risiko. Edisi ke 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.08/2014 Tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2014- 2017 Madura, Jeff. (2004). Manajemen Keuangan Internasional Jilid 1. Edisi ke 4. Jakarta: Erlangga. Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Nurmalasari, Made Ratih dan Purnawati, Ni Ketut. (2013). Perbandingan Penggunaan Teknik Hedging Dengan Open Position Dalam Meminimalisasi Nilai Hutang Impor. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013 Tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank Peraturan Menteri BUMN Nomor 09/MBU/2013. Tentang Kebijakan Umum Transaksi Lindung Nilai Badan Usaha Milik Negara Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.08/2013 Tentang Transaksi Lindung Nilai Dalam Pengelolaan Utang Pemerintah Republik Indonesia. (2013). Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013. ____. (2014). Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 (Audited). ____. (2014). Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014. Sulistyo, Budi. (2014). Hedging Nilai Tukar untuk Mengurangi Risiko Pelebaran Defisit Anggaran. Diakses pada 7 September 2014, dari http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/ files/Hedging%20Nilai%20Tukar%20unt uk%20Mengurangi%20Risiko%20Peleb aran%20Defisit%20Anggaran.pdf Tim Redaksi Bank Indonesia. (2014). Gerai Info Bank Indonesia Edisi 41. Jakarta: Bank Indonesia
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro