= 421,61 KJ/Kg
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penyulingan
Rendemen minyak hasil penyulingan minyak atsiri adalah sekitar 1 %
hingga 2%/6 jam. Minyak atsiri tersusun dari berbagai senyawa kimia yang
merupakan hasil reaksi fotosintesa dalam tanaman. Reaksi fotosintesa sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur-unsur kimiawi tanah dan air, kondisi iklim
dan lingkungan (Harborne,, 1973). Oleh karena itu sebelum penyulingan
dilakukan maka dilakukanpelayuan bahan. Hal ini akan mengurangi kandungan
air, sehingga bahan akan pecah dan memudahkan keluarnya sel-sel minyak.
Teknologi pemisahan minyak atsiri dari tanaman atsiri adalah dengan proses
penyulingan uap (Steam Distillation). Secara sederhana prinsip penyulingan uap
tersebut adalah: Pemisahaan komponen-komponen suatau campuran yang terdiri
dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing
masing zat tersebut (Stephen Miall, A New Dictionary of Chemistry, London,
Longmans Green, 1940).
Secara Garis besar kita kenal tiga Metode penyulingan, masing-masing adalah:
1. Penyulingan dengan air (Water Distillation)
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water & Steam Distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Dari alasan tersebut diatas jelas betapa pentingnya sistem penyulingan. Karena
pada akhirnya sistem ini yang akan berpengaruh pada mutu serta randemen dari
minyak atsiri yang dihasilkan dan akhirnya pada aspect komersialnya akan lebih
mendapatkan nilai keuntungan yang lebih tinggi.
Metode yang digunakan pada tempat kunjungan ini adalah penyulingan
dengan air dan uap (Water & Steam Distillation) alasannya difusi minyak atsiri
dengan air panas, hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri, Serta
dekomposisis akibat panas, akan lebih baik jika dibandingkan dengan uap
langsung. Karena pada kenyataannya jika peralatan kita secara manual kontrol
kita akan lebih sulit dalam pengontrolan uapnya yang akan selalu berubah akibat
temperatur 3 dan tekanan. Alasan lainnya adalah secara ekonomis investasi awal
untuk peralatan akan lebih rendah. (Schematik proses penyulingan dapat dilihat
pada lampiran). Fakta dari pengamatan kami baik skala laboratorium maupun
secara industri, randemennya lebih baik dengan Metode penyulingan dengan air
dan uap.
4.2 Kondensor (Pendingin)
Alat ini berfungsi sebagai pengembun, kerjanya adalah merubah fasa uap
kembali menjadi fasa cair, dengan cara pertukaran kalor antara uap dengan air
dingin yang dialirkan diantara dinding kolom dan coil pendingin.
Karenafungsinya sebagai penukar kalor maka alat ini juga sering disebut Heat
Exchanger .
Banyak tipe heat exchanger tetapi yang mempunyai efisiensi tinggi dan
sering digunakan didalam industri kimia adalah jenis shell & tube. Aliran bisa
diatur sesuai kebutuhan tetapi untuk penyulingan nilam, guna mencapai
pertukaran kalor yang baik aliran dibuat berlawanan arah (Counter Current).
4.3 Separator
Alat yang mempunyai fungsi untuk memisahkan campuran air dengan
minyak atsiri nilam. Alat ini bekerja berdasarkan perbedaan density dari dari
kedua cairan tersebut. Produk akhir dari proses penyulingan sistem distilasi uap
ini adalah minyak atsiri ringan, minyak atsiri berat serta air suling. Minyak ringan
yang kaya akan patchouli alcohol (PA) mempunyai density (massa jenis) atau
dalam keseharian disebut BD (berat jenis) lebih ringan dari air, maka akan
mengapung pada lapisan paling atas, lapisan kedua adalah air suling, sedangkan
minyak berat karena densitynya paling berat maka akan berada pada lapisan
ketida atau lapisan paling bawah. Kadar minyak berat tidak terlalu banyak. Yang
harus kita perhatikan adalah pemisahan minyak ringan dari air karena minyak
inilah yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Alat ini merupakan bejana berhubungan jadi untuk pemisahannya
perhatikan saja teknik pemasangan valve nya (keran/katup), pengaturannya
merupakan fungsi dari ketinggian karena cara kerja alat ini juga berdasarkan
gravitasi.
4.4 Ekstraksi Minyak Atsiri dengan Pelarut Mudah Menguap
Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan
dengan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut organik akan berpenetrasi
ke dalam jaringan dan akan melarutkan minyak serta bahan non volatile yang
berupa resin, lilin dan beberapa macam zat warna. Proses ekstraksi biasanya
dilakukan dalam suatu wadah (ketel). Berbagai pelarut yang biasanya digunakan
adalah chlorofom dan pelarut yang bertitik didih rendah (eter).
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, seperti untuk
mengekstraksi minyak dan bunga bungaan misalnya bunga cempaka, melati,
mawar, dan geranium.
Pembuatan minyak atsiri dengan pelarut menguap dilakukan dengan
menggunakan ekstraktor (ketel). Ekstraktor digunakan untuk mengekstraksi
minyak atsiri dari bunga yang terdiri dari tabung ekstraktor dan tabung evaporator
(penguap).
Secara umum proses pembuatan minyak dilakukan melalui beberapa tahap :
1. Masukkan bahan baku yang masih segar dan pelarut mudah menguap ke
dalam ekstraktor
2. Putar ekstraktor selama 20 60 menit, pelarut akan berpenetrasi ke dalam
jaringan bahan baku dan melarutkan minyak serta bahan nonvolatile berupa
resin, lilin dan beberapa macam zat warna.
3. Selanjutnya pisahkan larutan hasil ekstraksi dari ampas
4. Larutan hasil ekstraksi kemudian didistilasi dalam evaporator vakum pada
suhu rendah, yaitu 45
0
C.
5. Pelarut akan menguap dan meninggalkan larutan semipadat berwarna merah
kecoklatan yang disebut concrete (merupakan campuran dari minyak atsiri,
lilin dan resin).
6. Concrete diaduk dan dilarutkan dalam alkohol panas. Larutan alkohol ini
mampu mengikat minyak atsiri dengan sempurna.
7. Selanjutnya, larutan concrete didinginkan pada suhu -5
0
C hingga mengendap
dan berbentuk lilin.
8. Endapan lilin selanjutnya diperas dan disaring hingga keluar larutan jernih
9. Larutan jernih hasil pemerasan selanjutnya didistilasi ulang untuk
memisahkan minyak dengan alkohol yang mengikatnya.
10. Distilasi dilakukan dalam kondisi vakum dan pada suhu rendah (45
0
C) hingga
diperoleh larutan kental yang disebut dengan absolute (larutan minyak atsiri
yang dijual dengan harga tinggi).
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan audit energi tentang minyak atsiri ini adalah :
1. Minyak atsiri atauessential oils, etherial oils, atau volatile oils
merupakan bahanyang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai
rasa getir, dan bau mirip tanamanasalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar,rimpang, kulit kayu,
bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan
olehtanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim
atau dibuat secarasintetis.
2. Proses steamer pada pembuatan minyak atsiri di Tanjung Sari ini
terbilang hemat energi, karena menggunakan ampas atau sampah bahan
baku untuk pembakarannya.
3. Penggunaan listrik di Usaha pembuatan minyak atsiri ini termasuk hemat
daya karena hanya menggunakan listrik 125 KW yang hanya digunakan
untuk pompa air.
4. Hemat energi juga terlihat dari tenaga manusia yang hanya bekerja 8
jam/orang dan terbagi atas 2 shift dalam seharinya, sehingga tidak
mengurang tenaga
5. Hasil Minyak atsiri dalam sehari dapat mencapai 6 Kg Minyak
Atsiri/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi G., Gerster H., Hauster H., Stauble H., Schneiter E., Lienda
H., (1995).Teknologi Kimia, Bagian 2, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Geankoplis, J. Christie, (1993). Transport Processes and Unit Operation,3th
edition,Prentice-Hall of India, New Delhi3.
Harold Hart., Suminar., (1983). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat , Edisi 6,
PenerbitErlangga, Jakarta.
Kardinan, Ir. Agus, M.Sc., (2002).Pestisida Nabati, Penebar Swadaya, Cimanggis
Kitti, S., (1996). Kimia2 ,PT. Intan Pariwara, Klaten Utara.
Sri Yuliani dan Suyanti Satuhu., (2012). Minyak Atsiri, Penebar Swaday,
Cimanggis.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kunjungan ke Penyulingan Nilam Tanjung Sari
Lampiran 2. Survey ke Penyulingan Nilam