Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KUNJUNGAN

TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI


Kunjungan ke Tanjung Sari, Kabupaten Sumedang
(Audit Energi Minyak Atsiri Daun Nilam)




Oleh :
Kelompok : 14 (Empat Belas)
Nama Anggota : 1. Rahmad Daniagam (240110110080)
2. Rendy Riandani (240110110087)
3. Dwi Agustina K. (240110110095)
4. Zulfikri (240110110108)
5. Faisal Hilal (240110110111)
6. Desty W Firmandira (240110110113)
7. Gian Rizky P (240110100024)






JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri atau disebut juga minyak eteris adalah minyak yang
dihasilkan dari suatu tanaman atsiri yang mempunyai sifat mudah menguap.
Komposisi campuran nya terdiri dari beberapa zat yang setiap substansinya
memeiliki titik didih dan tekanan uap tertentu. Teknologi pemisahan minyak atsiri
dari tanaman atsiri adalah dengan proses penyulingan uap (Steam Distillation).
Bahan bakar solar saat ini telah banyak digunakan baik untuk aktifitas
transportasi maupun industri. Namun, pembakaran yang kurang sempurna
menyebabkan penggunaan minyak solar menjadi lebih boros dan dapat
menghasilkan emisi gas buang yang berbahaya. Upaya untuk mengurangi masalah
tersebut sering dilakukan dengan menambahkan zat aditif pada bahan bakar solar
yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas bahan bakar. Karakter dasar yang
diinginkan dari suatu aditif adalah kemampuannya dalam meningkatkan efisiensi
pembakaran baik melalui peningkatan reaktifitas bahan bakar maupun dengan
penyediaan oksigen secara internal. Minyak atsiri merupakan produk bahan alam
dari keragaman hayati Indonesia yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
bioaditif bahan bakar solar.
Oleh karena itu perlu adanya kajian untuk memahami analisis minyak atsiri
sebagai identifikasi audit energi dari sisi penggunaan input dan output proses dan
produksi minyak atsiri untuk mengetahui apakah terdapat pemborosan energi
didalamnya.

1.2 Identifikasi Audit Energi
Untuk mengetahui data audit energi pada minyak atsiri maka dirumuskan
pada identifikasi pemeriksaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kebutuhan energi input untuk proses pembuatan minyak atsiri
baik dalam biaya operasional penggunaan alat, biaya investasi, maupun
variabel cost?
2. Bagaimana kebutuhan energi output proses pembuatan minyak atsiri
meliputi nilai kalor dan nilai produksinya?
3. Bagaimana Margin keuntungan dari produksi minyak atsiri?

1.3 Tujuan
Tujuan dari survey kali ini adalah untuk mengidentifikasi, mengukur dan
mengetahui audit energi dari produksi minyak atsiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak
ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada
suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri
mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak
atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri
dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam
bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di
tempat yang kering dan sejuk (Gunawan & Mulyani, 2004).
2.1.1 Lokalisasi minyak atsiri
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut
kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili
Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae
dan Rutaceae). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma
akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari
glikosida tertentu (Gunawan & Mulyani, 2004).
2.1.2 Penggunaan dan Aktivitas Biologi Minyak Atsiri
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu
proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah
kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan
bagi tanaman (Sudaryani & Sugiharti, 1998). Minyak atsiri digunakan sebagai
bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika,
farmasi, bahan penyedap (flavoring agent) dalam industri makanan dan minuman
(Ketaren, 1985).
2.1.3 Komposisi kimia minyak atsiri
Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan
perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur
panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya
komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1)
Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan 2) Hidrokarbon
teroksigenasi.
a. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon
(C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri
sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit
isopren), diterpen (4 unit isopren) dan politerpen.
b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsure
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alcohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.
Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal
ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal
dan ikatan rangkap dua. Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar
larut dalam alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk
resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting
dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi terpen perlu
dipisahkan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum, sehingga
didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen (Ketaren, 1985).

2.2 Cara isolasi minyak atsiri
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1)
penyulingan (distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut
menguap (solvent extraction), 4) ekstraksi dengan lemak.
2.2.1 Metode penyulingan
a. Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak
langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam
secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri
khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh
karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara
langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak
tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.
b. Penyulingan dengan uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak
langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya
saja, air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap
yang digunakan berupa uap jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih
dari 1 atmosfer.
c. Penyulingan dengan air dan uap
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling
diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan
diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri
khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu
panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan
tidak dengan air panas (Lutony & Rahmayati, 1994).

2.3 Produksi Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang beredar dipasaran dunia sekitar 70 macam. Di Indonesia
terdapat sekitar 40 spesies tanaman yang menghasilkan minyak atsiri. Telah
dikembangkan 12 macam dan baru diekspor 9 macam. Minyak atsiri dapat
dihasilkan dari berbagai macam bagian tanaman seperti ; Akar, batang, ranting
dan daun bunga dan buah. Jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri
sekitar 150-200 spesies tanaman yang termasuk dalam famili pinaceae, labiateae,
compoisitae, lauraceae, myrtaceae dan umbelliferaceae

2.4 Perkembangan Minyak Atsiri Dunia
Negara-negara berkembang pada umumnya berusaha memproduksi jenis
minyak atsiri yang menjadi andalannya, seperti :
- Madagaskar : minyak cengkeh.
- Cina : minyak sereh, lemon, nilam, akar wangi
- Tanzania : minyak cengkeh
- Srilanka : minyak pala, cengkeh, kayu manis, palmarosa
- India : minyak lada, cendana, eucalyptus, jahe
- Taiwan : minyak sereh wangi
- Haiti : minyak akar wangi
- Thailand : minyak lada
- Malaysia : minyak sereh wangi, nilam, lada
- Indonesia : minyak kenanga, akar wangi, nilam, cendana, cengkeh, sereh wangi,
pala

2.5 Perkembangan Industri Minyak Atsiri Indonesia
Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah mulai didirikan sejak
zaman penjajahan namun sangat lambat karena pengolahannya masih dengan cara
tradisional.
Hingga tahun 1993 jumlah jenis minyak atsiri Indonesia yang berhasil
memasuki pasaran dunia hanya 14 jenis, sedangkan jumlah komoditas minyak
atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia terus meningkat dari tahun ke tahun
hingga mencapai sekitar 70 jenis dan sekitar 40 jenis diantaranya dapat diproduksi
di Indonesia.
Jenis tanaman minyak atsiri yang saat ini telah dan sedang dikembangkan
sekaligus diprduksi minyaknya, antara lain : akar wangi, cendana, cengkeh, jahe,
kamper, kayu manis, kayu putih, kemukus, kenanga, lada, nilam, pala, dan sereh
wangi.
Jenis tanaman minyak atsiri lainnya yang mempunyai peluang untuk
dikembangkan yaitu : adas, eucalyptus, tangkai bunga cengkeh, gandapura,
kapulaga, lemon, jeruk, melati, palmarosa, dan peppermint.
Sentra produksi minyak atsiri di Indonesia antara lain :
-Nangroe Aceh Darussalam (minyak nilam, pala)
-Sumatra Utara (minyak nilam)
-Bengkulu (minyak jahe)
-Jawa Barat (minyak akar wangi, daun cengkeh, sereh wangi, jahe)
-Jawa Tengah (minyak daun cengkeh, minyak jahe, minyak kenanga)
-Jawa Timur (minyak daun cengkeh, minyak kenanga).
2.6 Susunan Kimia dalam Minyak Atsiri
Minyak atsiri mengandung bermacam-macam komponen kimia yang
berbedanamun ada kesamaan di antara tetumbuhan penghasil minyak atsiri itu.
Merekamemiliki molekul isoprene (CH2==C(CH3)CH==CH2), berupa senyawa
terpenoid.Terpenoid sendiri terdiri atas beberapa macam senyawa termasuk
komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan sesquiterpena yang gampang
menguap.Komponen tersebut dapat digolongkan ke dalam 4 kelompok besar yang
dominanmenentukan sifat minyak atsiri, yaitu :
1.Terpen, yang ada hubungannya dengan isoprene atau isopentana
2.Persenyawaan- berantai lurus,tidak mengandung rantai cabang
3.Turunan benzene
4.Bermacam-macam persenyawaan lainnya.

2.7 Minyak Atsiri Nilam
1. Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak nilam yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi.
2. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada ketinggian tanah antara 0
1000 m dengan produksi 10 20 ton daun layu per hektar per tahun
dengan periode 3 4 persen per tahun.
3. Tanaman ini perlu diperbaharui setiap 5 7 tahun sekali.
4. Minyak yang dihasilkan berkisar antara 100 200 kg minyak per hektar
per tahun.



BAB III
HASIL

3.1 Hasil
Setelah melakukan survey audit energi ke pengolahan minyak atsiri di
Tanjung Sari, Kabupaten Sumedang, maka didapatkan hasil :
A. Data Energi Input :
1. Biaya Operasional Alat :
- Pompa = 125 Watt, dipakai pada saat mengalirkan air untuk proses
boiling dan pompa ini digunakan sekitar 6 jam/hari
- Boiler = Jumlah boiler yang ada di tempat kunjungan berjumlah 2
buah. Boiler ini berdaya tampung 700 liter dengan diameter boiler
110 meter. Penggunaan boiler ini adalah 6 jam pada penggunaan
produksi pertama, dan 4 jam pada saat produksi selanjutnya
- Steamer = Jumlah steamer yang terdapat pada tempat kunjungan
berjumlah 5 buah. Penggunaan steamer sama dengan boiler.









Gambar 1. Steamer Minyak Atsiri

Gambar 2. Steamer Tampak Atas



Gambar 3. Boiler Minyak Atsiri

Gambar 4. Daun Nilam

Gambar 5. Penyulingan Minyak Atsiri

Gambar 6. Pipa Kondensor Minyak Atsiri

2. Biaya Operasional Bahan Bakar :
- Daun Nilam = 1 ton/produksi
1. Daun segar memerlukan : (250 350) kg uap setiap kg minyak
2. Daun kering memerlukan : (60 80) kg uap setiap kg minyak
3. Daun Kering memerlukan : (30 40) kg uap setiap kg minyak
- Bensin = 1 Liter/150 kg daun nilam (untuk mesin boiler)
- Ampas = 300 Kg/Produksi (untuk pembakaran)
3. Investasi :
- Modal awal dalam produksi minyak atsiri yakni mencapai Rp
250.000.000 (sudah mencakup mesin, bahan bakar, dan kebutuhan
lainnya)
- Harga minyak atsiri/botol adalah Rp 15.000 sedangkan untuk harga
minyak atsiri/drum adalah Rp.600.000.000. Maka fix cost dapat
dihitung tergantung dari jumlah produksi dikali dengan harga tetap.
B. Data Energi Output :
1. Nilai Kalor/Energi :
- Dihitung dari jumlah pemakaian pompa air yakni 125 Watt
- Dari tenaga manusia, dari proses produksi dibutuhkan waktu 8 jam
untuk satu orang pekerja
- Dari tenaga manusia dibutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk
perajangan daun nilai hingga 250 Kg
- Kadar air yang dibutuhkan untuk daun nilam siap disuling adalah
25%
- Nilai Kalor :
= m. C.
= 80000 Kg x 4,2161 Kj/KgOc x (100-0)
= 33,7288 MJ
2. Nilai Produksi :
=


= 421,61 KJ/Kg

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penyulingan
Rendemen minyak hasil penyulingan minyak atsiri adalah sekitar 1 %
hingga 2%/6 jam. Minyak atsiri tersusun dari berbagai senyawa kimia yang
merupakan hasil reaksi fotosintesa dalam tanaman. Reaksi fotosintesa sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur-unsur kimiawi tanah dan air, kondisi iklim
dan lingkungan (Harborne,, 1973). Oleh karena itu sebelum penyulingan
dilakukan maka dilakukanpelayuan bahan. Hal ini akan mengurangi kandungan
air, sehingga bahan akan pecah dan memudahkan keluarnya sel-sel minyak.
Teknologi pemisahan minyak atsiri dari tanaman atsiri adalah dengan proses
penyulingan uap (Steam Distillation). Secara sederhana prinsip penyulingan uap
tersebut adalah: Pemisahaan komponen-komponen suatau campuran yang terdiri
dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing
masing zat tersebut (Stephen Miall, A New Dictionary of Chemistry, London,
Longmans Green, 1940).
Secara Garis besar kita kenal tiga Metode penyulingan, masing-masing adalah:
1. Penyulingan dengan air (Water Distillation)
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water & Steam Distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Dari alasan tersebut diatas jelas betapa pentingnya sistem penyulingan. Karena
pada akhirnya sistem ini yang akan berpengaruh pada mutu serta randemen dari
minyak atsiri yang dihasilkan dan akhirnya pada aspect komersialnya akan lebih
mendapatkan nilai keuntungan yang lebih tinggi.
Metode yang digunakan pada tempat kunjungan ini adalah penyulingan
dengan air dan uap (Water & Steam Distillation) alasannya difusi minyak atsiri
dengan air panas, hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri, Serta
dekomposisis akibat panas, akan lebih baik jika dibandingkan dengan uap
langsung. Karena pada kenyataannya jika peralatan kita secara manual kontrol
kita akan lebih sulit dalam pengontrolan uapnya yang akan selalu berubah akibat
temperatur 3 dan tekanan. Alasan lainnya adalah secara ekonomis investasi awal
untuk peralatan akan lebih rendah. (Schematik proses penyulingan dapat dilihat
pada lampiran). Fakta dari pengamatan kami baik skala laboratorium maupun
secara industri, randemennya lebih baik dengan Metode penyulingan dengan air
dan uap.

4.2 Kondensor (Pendingin)
Alat ini berfungsi sebagai pengembun, kerjanya adalah merubah fasa uap
kembali menjadi fasa cair, dengan cara pertukaran kalor antara uap dengan air
dingin yang dialirkan diantara dinding kolom dan coil pendingin.
Karenafungsinya sebagai penukar kalor maka alat ini juga sering disebut Heat
Exchanger .
Banyak tipe heat exchanger tetapi yang mempunyai efisiensi tinggi dan
sering digunakan didalam industri kimia adalah jenis shell & tube. Aliran bisa
diatur sesuai kebutuhan tetapi untuk penyulingan nilam, guna mencapai
pertukaran kalor yang baik aliran dibuat berlawanan arah (Counter Current).

4.3 Separator
Alat yang mempunyai fungsi untuk memisahkan campuran air dengan
minyak atsiri nilam. Alat ini bekerja berdasarkan perbedaan density dari dari
kedua cairan tersebut. Produk akhir dari proses penyulingan sistem distilasi uap
ini adalah minyak atsiri ringan, minyak atsiri berat serta air suling. Minyak ringan
yang kaya akan patchouli alcohol (PA) mempunyai density (massa jenis) atau
dalam keseharian disebut BD (berat jenis) lebih ringan dari air, maka akan
mengapung pada lapisan paling atas, lapisan kedua adalah air suling, sedangkan
minyak berat karena densitynya paling berat maka akan berada pada lapisan
ketida atau lapisan paling bawah. Kadar minyak berat tidak terlalu banyak. Yang
harus kita perhatikan adalah pemisahan minyak ringan dari air karena minyak
inilah yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Alat ini merupakan bejana berhubungan jadi untuk pemisahannya
perhatikan saja teknik pemasangan valve nya (keran/katup), pengaturannya
merupakan fungsi dari ketinggian karena cara kerja alat ini juga berdasarkan
gravitasi.
4.4 Ekstraksi Minyak Atsiri dengan Pelarut Mudah Menguap
Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan
dengan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut organik akan berpenetrasi
ke dalam jaringan dan akan melarutkan minyak serta bahan non volatile yang
berupa resin, lilin dan beberapa macam zat warna. Proses ekstraksi biasanya
dilakukan dalam suatu wadah (ketel). Berbagai pelarut yang biasanya digunakan
adalah chlorofom dan pelarut yang bertitik didih rendah (eter).
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, seperti untuk
mengekstraksi minyak dan bunga bungaan misalnya bunga cempaka, melati,
mawar, dan geranium.
Pembuatan minyak atsiri dengan pelarut menguap dilakukan dengan
menggunakan ekstraktor (ketel). Ekstraktor digunakan untuk mengekstraksi
minyak atsiri dari bunga yang terdiri dari tabung ekstraktor dan tabung evaporator
(penguap).
Secara umum proses pembuatan minyak dilakukan melalui beberapa tahap :
1. Masukkan bahan baku yang masih segar dan pelarut mudah menguap ke
dalam ekstraktor
2. Putar ekstraktor selama 20 60 menit, pelarut akan berpenetrasi ke dalam
jaringan bahan baku dan melarutkan minyak serta bahan nonvolatile berupa
resin, lilin dan beberapa macam zat warna.
3. Selanjutnya pisahkan larutan hasil ekstraksi dari ampas
4. Larutan hasil ekstraksi kemudian didistilasi dalam evaporator vakum pada
suhu rendah, yaitu 45
0
C.
5. Pelarut akan menguap dan meninggalkan larutan semipadat berwarna merah
kecoklatan yang disebut concrete (merupakan campuran dari minyak atsiri,
lilin dan resin).
6. Concrete diaduk dan dilarutkan dalam alkohol panas. Larutan alkohol ini
mampu mengikat minyak atsiri dengan sempurna.
7. Selanjutnya, larutan concrete didinginkan pada suhu -5
0
C hingga mengendap
dan berbentuk lilin.
8. Endapan lilin selanjutnya diperas dan disaring hingga keluar larutan jernih
9. Larutan jernih hasil pemerasan selanjutnya didistilasi ulang untuk
memisahkan minyak dengan alkohol yang mengikatnya.
10. Distilasi dilakukan dalam kondisi vakum dan pada suhu rendah (45
0
C) hingga
diperoleh larutan kental yang disebut dengan absolute (larutan minyak atsiri
yang dijual dengan harga tinggi).


BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan audit energi tentang minyak atsiri ini adalah :
1. Minyak atsiri atauessential oils, etherial oils, atau volatile oils
merupakan bahanyang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai
rasa getir, dan bau mirip tanamanasalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar,rimpang, kulit kayu,
bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan
olehtanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim
atau dibuat secarasintetis.
2. Proses steamer pada pembuatan minyak atsiri di Tanjung Sari ini
terbilang hemat energi, karena menggunakan ampas atau sampah bahan
baku untuk pembakarannya.
3. Penggunaan listrik di Usaha pembuatan minyak atsiri ini termasuk hemat
daya karena hanya menggunakan listrik 125 KW yang hanya digunakan
untuk pompa air.
4. Hemat energi juga terlihat dari tenaga manusia yang hanya bekerja 8
jam/orang dan terbagi atas 2 shift dalam seharinya, sehingga tidak
mengurang tenaga
5. Hasil Minyak atsiri dalam sehari dapat mencapai 6 Kg Minyak
Atsiri/hari.
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi G., Gerster H., Hauster H., Stauble H., Schneiter E., Lienda
H., (1995).Teknologi Kimia, Bagian 2, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Geankoplis, J. Christie, (1993). Transport Processes and Unit Operation,3th
edition,Prentice-Hall of India, New Delhi3.

Harold Hart., Suminar., (1983). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat , Edisi 6,
PenerbitErlangga, Jakarta.

Kardinan, Ir. Agus, M.Sc., (2002).Pestisida Nabati, Penebar Swadaya, Cimanggis
Kitti, S., (1996). Kimia2 ,PT. Intan Pariwara, Klaten Utara.

Sri Yuliani dan Suyanti Satuhu., (2012). Minyak Atsiri, Penebar Swaday,
Cimanggis.
LAMPIRAN


Lampiran 1. Kunjungan ke Penyulingan Nilam Tanjung Sari


Lampiran 2. Survey ke Penyulingan Nilam

Anda mungkin juga menyukai