Anda di halaman 1dari 3

TAHARAH ( BERSUCI )

A. JENIS – JENIS AIR


1. AIR MUTLAK
Air mutlak dihukumkan suci lagi mensucikan pada diri dan menyucikan bagi
dirinya.
Contoh : air hujan, air salju, air es, air embun
Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 11 :

Artinya :
(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman
daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan
untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)

Firman Allah dalam Surat Al Furqan Ayat 25 :

Artinya :
Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,
2. AIR MUSTAKMAL ( air yang terpakai )
Yaitu air yang telah terpisah ( telah terpakai ) dari anggota – anggota tubuh orang
yang berwudu dan mandi. Hukumnya suci lagi mensucikan sebagaimana halnya
airmutlak tanpa adanya perbedaan dari segi hukum sedikitpun. Hal itu mengingatkan
bahwa asalnya yang suci dan tiada dijumpai satu alasanpun yang mengeluarkannya dari
hal kesuciannya
Hadist Rubaiyi binti Mu’awwidz sewaktu menerangkan cara wudhu rasulallah
SAW katanya “ Dan disapunya kepalanya dengan sisa wudhu yang terdaapt pada kedua
tangannya. “

3. Air yang bercampur dengan barang yang suci


Misalnya dengan sabun, lumut, tepung dll. Yang biasanya terpisah dari air
hukumnya tetap mensucikan selama kemutlakannya masih terpelihara. Jika sudah tidak
hingga ia tak dapat lagi dikatan air mutlak, maka hukumnya suci bagi dirinya dan tidak
menyucikan bagi lainnya.

4. Air yang bernajis


Adapun jenis air yang bernajis dalam hal ini terdapat dua keadaan yaitu :
• Bila najis itu mengubah salah satu rasa, warna atau baunya. Berdasarkan kondisi
ini maka para ulama sepakat bahwa air itu tidak dapat dipakai untuk bersuci
sebagaimana telah ditegaskan oleh Ibnu Munzir dan Ibnu Mulkin
• Bila air tetap dalam keadaan mutlak dengan arti kata lain dari salah satu sifatnya
yang tiga tadi tidak berubah hukumnya adalah suci dan mensucikan baik kadar
airnya sedikit maupun banyak. Alsannya adalah hadist daru Abu Hurairah
Seorang laki – lai badui berdiri lalu kencingnya di mesjid. Orang – orangpun
langsung berdiri untuk menangkapnya. Maka bersabdalah Nabi SAW biasrlah dia
cukuplah kalian menuangkanm pada kencingnya itu setimba atau seember air. Kamu
dibangkitakan adalah untuk memberikan kemudahan bukan untuk menyukarkan ( HR.
Jama’ah kecuali Muslim )
B. Asy Syu’ar ( sisa minuman )
Yang dimaksud dengan sisa minuman adalah apa yang masih terdapat pada
bejana setelah diminum. Sisa air tersebut terbagi beberapa bagian.
1. Sisa minuman manusia
Air sisa minuman manusia adalah suci, baik sipeminumya orang muslim maupun
orang kafir, atau keadaan junub maupun haid.
Adapun firman Allah yang artinya “ Sesungguhnya orang – orang musyrik itu
najis maka maksudnya ialah najis maknawi dilihat dari segi kepercayaan mereka yang
salah dan mereka tidak waspada menjaga diri dari kotoran – kotoran dan najis, bukanlah
diri atau tubuh mereka yang najis itu. Karena mereka boleh bergaul dengan kaum
muslimin
2. Sisa minuman binatang
Sisa minuman binatang tidak berbeda dengan sisa minuman manusia jika bnatang
itu halal dimakan. Abu Ibnu Mundzir
Sisa minuman babi dan anjing hukumnya najis, diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah
Binatang jalalah
Hal ini disebabkan adanya larangan mengendarai jalalah, memakan dagingnya,
meminum susunya. Ibnu Abbas RA berkata Rasululallah melarang meminum air susu
bintang jalalah( HR. Bukhari Muslim, Abu Daud , Nasaid, Tirmizi , Tirmizi mengatkan
hal ini sahih )

Anda mungkin juga menyukai