Anda di halaman 1dari 7

Kimfar :

(id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid)
(Rogers MF, Wink M. 1998).
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi senyawa golongan alkaloid dengan analisa kualitatif.
B. DASAR TEORI
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan terdapat ditetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang
berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino
dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang
sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk
digolongan ini.(id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid)
1. Sifat umum alkaloid :
Alkaloid tidak larut atau sukar larut didalam air, tetapi alkaloid yang berada dalam
bentuk garam biasanya mudah larut dalam air.
Alkaloid bebas (yang bersifat basa) biasanya larut dalam eter, CHCl
3
atau pelarut
organik lainnya, tapi garamnya tidak larut. Sifat kelarutan ini digunakaan sebagai
dasar untuk isolasi & pemurnian alkaloid
Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal padat, beberapa berbentuk amorf. Alkaloid
yang berbentuk cair tidak mempunyai atom O dalam molekulnya. Garam
alkaloid tidak sama bentuk kristalnya dan, bentuk kristal ini berguna untuk
identifikasi secara mikroskopik.
Ikatan N dalam alkaloid biasanya berada dalam bentuk amin primer, sekunder, tersier,
kuartener, amonium hidroksida dan semua ikatan N ini bersifat basa. Alkaloid
umunya mempunyai sepasang elektron sunyi yang dapat mengikat proton secara
kovalen sehingga membentuk garamnya yang umumnya larut dalam air. (Rogers MF,
Wink M. 1998).
2. Sifat fisika alkaloid
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N
seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer,
sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari
struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa
padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin
berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species
aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada
umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudo
alkaloid dan proto alkaloid larut dalam air. Garam alkaloid quartener sangat larut dalam air.
3. Sifat kimia alkaloid
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron
pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan
elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa
dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan
bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit
asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi,
terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-
oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai
persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam
dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering
mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam
bentuk garamnya

C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Tabung reaksi
Pipet tetes
Rak tabung reaksi
Gelas kimia
Bunsen
Kaki tiga
Cawan
Spatel
2. Bahan
Sampel No.14
Sampel No.42
Preaksi untuk mengidentifikasi

D. PROSEDUR


E. DATA HASIL PENGAMATAN
Sampel no.14 dan no.42
No.
Sampel

Cara Kerja

Hasil
14
Bentuk
sampel
Isolasi
(pemisahan
analit dari
matriks)
Sampel + air
kocok
menggunakan
vortex
lakukan filtrasi
Filtrat +
FeCL
3

Serbuk



Biru
Biru tosca
Coklat, gas


Filtrat +
CuSO
4
+
NaOH
Filtrat +
HNO
3
p

42
Bentuk
sampel
Isolasi
(pemisahan
analit dari
matriks)
Sampel (cair) +
AgNO
3
kocok
menggunakan
vortex filtrasi
Filtrat +
K
2
Cr
2
O
7

Filtrat +
KMnO
4
+
H
2
SO
4


Cairan/injeksi



Hijau tua
Ungu muda


E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang indentifikasi golongan alkaloid, sampel yang
di uji no.14 dengan bentuk sampel serbuk putih, dan sampel no.42 dengan bentuk larutan
jernih / injeksi
Sebelum identifikasi sampel di isolasi terlebih dahulu untuk sampel no.14, sampel
dicampurkan dengan air dan di kocok menggunakan alat vortex agar kelarutnnya
sempurna, dalam sediaan serbuk/tablet senyawa alkaloid biasanya berbentuk garamnnya
sehingga kelarutannya mudah larut dalam air, sementara matriksnya (talk, mg.stearat)
tidak larut dengan air sehingga analit yang di cari terdapat dalam pelarut air, lakukan
filtrasi. Stelah terpisah dari matriks analit di identifikasi dengan menambahkan FeCl
3
menghasilkan larutan berwarna biru yang berarti positif golongan anilin, analit yang
diduga parasetamol. Untuk memastikannya direaksikan lagi C8H9NO2 (aq) + NaOH
(aq) C8H8NO2Na (aq) + H2O dan penambahan CuSO
4
dan menghasilkan larutan biru
tosca yang positif pada pengujian parasetamol. Untuk lebih pastinya C8H9NO2 + HNO
3
p dan menghasilkan larutan kuning yang positif pada pengujian parasetamol.
Pada sampel no.42 dengan bentuk sampel larutan/injeksi, sampel diisolasi dengan
penambahan AgNO
3
sehingga matriks yang terdapat dalam sampel akan tertarik dan
menjadi endapan berwarna putih, lakukan filtrasi dan analit yang di cari terdapat dalam
filtratnya. Filtrat di reaksikan dengan K
2
Cr
2
O
7
dan menghasilkan larutan berwarna hijau

tua, di duga atropin HCl. Untuk memastikannya di reaksikan dengan KMnO
4
+ H
2
SO
4
dan menghasilkan larutan berwarna ungu muda. Hasil reaksi ini positif pada pengujian
atropin HCl.
Adapun ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan literatur yang ada, dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Alat yang digunakan kurang steril / terkontaminasi.
2. Kurangnnya ketelitian dalam melakukan percobaan.
3. Kurangnnya preaksi dalam uji penegasan.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa pengujian yang telah dilakukan dalam percobaan, dapat
disimpulkan bahwa sampel no.14 adalah Parasetamol, dan sampel no.42 adalah Atropin
HCl. Namun pada hasil seharusnya sampel no.42 adalah Procain HCl.


DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina
Aksara. Jakarta.
Underwood, A. L, 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta :Erlangga

http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid"Kategori: Senyawa organik | Metabolit sekunder |
Alkaloid (diakses 5 Oktober 2013 21:30)

Rogers MF, Wink M. (1998). Alkaloid: biokimia, ekologi, dan obat-obatan aplikasi. Plenum
Press. Plenum Press. pp. 23

Dinkes. 1995, Farmakope Indonesia Edisi lV, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Underwood, A. L, 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta :Erlangga

Vogel, 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro, edisi ke 5. PT.
Kalman Media Pustaka. Jakarta

Read more: http://sandy-permana.webnode.com/news/laporan-praktikum-kimia-farmasi-
analitik-i-alkaloid/
Create your own website for free: http://www.webnode.com

Anda mungkin juga menyukai