Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus
menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan
orang tua dan tenaga medis, tetapi begitu vital bagi kehidupan bayi selanjutnya.
Ternyata, dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan
antara bayi dan ibunya. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berperan dalam pencapaian
tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu membantu mengurangi
kemiskinan dan kelaparan dan membantu mengurangi angka kematian anak dengan
target menurunkan angka kematian sebanyak 2/3 dari tahun 1990 sampai tahun 2015.
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting sebab
dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya
sehingga ibu hamil masuk dalam kelas Bimbingan Persiapan Menyusui (BPM).
Demikian pula suatu pusat pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang kebijakan
yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang keberhasilan
menyusui (Soetjiningsih, 1997).
Proses inisiasi menyusu dini dilakukan sesaat setelah bayi lahir dalam
keadaan sehat dan menangis, sesudah dipotong tali pusarnya dan dilap dengan kain
hangat (dengan tetap mempertahankan vernix). Bayi dibiarkan telanjang dan
diletakkan di dada ibu yang juga telanjang dengan posisi tengkurap menghadap
Universitas Sumatera Utara
kearah ibu. Bayi sengaja dibiarkan mencari sendiri puting susu ibunya. Proses
pencarian memakan waktu bervariasi, sekitar 30-40 menit. Dalam hal ini segala
tindakan atau prosedur yang membuat bayi stress atau merasa sakit ditunda dulu,
seperti menimbang, mengukur dan memandikan bayi dilaksanakan setelah Inisiasi
menyusui dini selesai dan dapat dilakukan pada bayi yang dilahirkan dengan cara
normal maupun operasi caesar (Roesli, 2008).
Berdasarkan penelitian WHO (2000), dienam negara berkembang resiko
kematian bayi antara usia 9 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak
disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi
480 % sekitar 40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi.
Inisiasi menyusu dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti
Inisiasi menyusu dini (IMD) mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008).
Menurut penelitian-penelitian dari Inggris dibawah pimpinan Karen Edmond
yang melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi dipublikasikan di
jurnal Pediatrics 30 Maret 2006. Penelitian di Ghana melibatkan 10.947 bayi baru
lahir antara bulan Juli 2003 dan Juni 2004. Jika bayi diberi kesempatan menyusu
dalam waktu satu jam pertama dengan membiarkan kontak kulit kekulit , maka 22%
nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan jika mulai menyusui pertama saat
bayi berusia diatas 2 jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi
dibawah 28 hari dapat diselamatkan (Roesli, 2006).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 20022003 hanya 4%
bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama kelahirannya, dan hanya 8% bayi di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif enam bulan, sementara target Pemerintah
tahun 2010 ingin mencapai ASI Eksklusif sebanyak 80%. Hal ini disebabkan antara
lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara
menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari
Petugas Kesehatan, persepsi persepsi sosial budaya yang menentang pemberian
ASI, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan pemasaran agresif
oleh perusahan perusahan susu formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu
namun juga Petugas Kesehatan (Baskoro, 2008).
Sumatera Utara sebagai bagian dari Negara Indonesia, tentunya juga harus
ikut mendukung dan melaksanakan rencana Pemerintah dalam menurunkan jumlah
Angka Kematian Bayi (AKB). AKB di Propinsi Sumatera Utara setiap tahunnya telah
mengalami penurunan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir. Menurunnya
angka kematian bayi (AKB) dari 34,2/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
menjadi 33,5/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006, dan mengalami penurunan
kembali pada tahun 2007 menjadi 32,5/1.000 kelahiran hidup (Infokom SUMUT,
2007).
Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara telah memberi sumbangan
terhadap jumlah AKB di Sumatera Utara. Angka Kematian Bayi (AKB) di Medan
pada tahun 2005 sejumlah 26/1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2006 AKB naik
menjadi 43/1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 turun menjadi 25 per 1.000
kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Medan, 2005-2007).
Universitas Sumatera Utara
Selama ini, masih banyak Ibu Ibu yang mengalami kesulitan untuk
menyusui bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang
sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu. Keadaan ini
ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusu sejak
dilahirkan, Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya
segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberi pakaian.
Ternyata, proses ini sangat menganggu proses alami bayi untuk menyusui.
Pengetahuan tentang Inisiasi Menyusui Dini belum banyak diketahui masyarakat,
bahkan juga Petugas Kesehatan. Hal ini wajar karena Inisiasi menyusu Dini adalah
Ilmu pengetahuan yang baru bagi Indonesia (Roesli, 2008).
Menurut Protokol Evidence Based yang baru diperbarui oleh WHO dan
UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa
bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir paling
sedikit satu jam, Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusui dan ibu
dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusui serta memberikan bantuan jika
diperlukan, Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada Bayi
sampai dengan Inisisai menyusui selesai dilakukan.
Beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk
mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di antaranya, obat kimiawi yang
diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai kejanin melalui ari ari dan mungkin
meyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat obatan
atau tindakan, seperti operasi caesar, vakup, forcep, bahkan perasaan sakit didaerah
Universitas Sumatera Utara
kulit yang digunting saat episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini.
Penting untuk menyampaikan informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini pada Tenaga
Kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjukan juga kepada Tenaga
Kesehatan untuk menyampaikan informasi inisiasi Menyusu Dini pada orang tua dan
keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Juga dianjurkan untuk
menciptakan suasana yang tenaga, nyaman dan penuh kesabaran untuk memberi
kesempatan bayi mencari payudara ibu atau the breast crawl (Roesli, 2008).
Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas,
disebabkan masih banyaknya sikap para petugas persalinan dari berbagai tingkat
yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu kesehatan seperti konsep baru
tentang pemberian ASI dan hal hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu menyusu dan bayi baru lahir. Bahkan ada juga sikap Petugas
Kesehatan yang langsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun
tidak mau mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya
(Anton Baskoro, 2008).
Persiapan menyusui pada masa kehamilan dan nifas merupakan hal yang
penting, sebab dengan persiapan yang lebih baik, maka ibu lebih siap untuk menyusui
bayinya. Oleh karena itu di rumah sakit, puskesmas atau di rumah bersalin terdapat
kelas seperti kelas persiapan menjadi orang tua (parent education), yang salah satu
materi yang disampaikannya adalah bimbingan persiapan menyusui. Bidan dan
perawat sangat berperan dalam memberikan penyuluhanpenyuluhan persiapan
menyusui bagi ibu agar mendapatkan air susu yang optimal (Anik Maryunani, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin,
rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau
dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan
penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana
laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai
sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Mereka diharapkan dapat memahami,
menghayati dan mau melaksanakannya. Betapapun sempitnya waktu yang dipunyai
oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu.untuk
memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk penyusuan dini. Pada seorang
primipara, ASI sering keluar pada hari ke 3 dan jumlah ASI selama 3 hari pertama
hanya 50 ml (kira-kira 3 sendok makan), bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu
maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang,
hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan susu formula yang
mengakibatkan produk ASI berkurang. Pengisapan ASI 30 menit pertama setelah
lahir dengan adanya refleks mengisap akan mempercepat keluarnya ASI, juga
merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak, tidak dianjurkan
memberikan prelacteal feeding yaitu minum, makan sebelum ASI keluar karena akan
menimbulkan masalah, lebih-lebih kalau prelacteal feeding tersebut diberikan dengan
menggunakan botol dot, hal ini akan menyebabkan bayi bingung (nipple confuse)
yang disebabkan perbedaan mekanisme menyusui pada payudara ibu (Nuchsan,
2000).
Universitas Sumatera Utara
Peran rumah sakit bersalin, rumah sakit umum dan puskesmas sangat
menentukan pelaksanaan penyusuan dini. Peraturan Pemerintah telah banyak
mendukung pelaksanaan penyusuan dini, peraturan-peraturan tersebut yaitu melarang
para produsen susu buatan mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya yang
memberikan kesan bahwa susu buatan tersebut semutu ASI atau lebih dari ASI.
Melarang promosi susu buatan/formula di semua sarana pelayanan kesehatan
termasuk posyandu. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai umur 6 bulan
dan menganjurkan pemberian ASI sampai 2 tahun. Melaksanakan rawat gabung di
tempat persalinan baik unit persalinan milik pemerintah maupun swasta.
Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal ASI sehingga petugas
tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI kepada masyarakat
(Nuchsan, 2000).
Peran adalah serangkaian perilaku yang diartikan/diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diharapkan. Peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi
menyusu dini yang termuat dalam buku JNPK-KR (2007) adalah melatih
keterampilan, mendukung, membantu dan menerapkan IMD-ASI Eksklusif, memberi
informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada Ibu hamil, membiarkan kontak kulit
ibu-bayi setidaknya 1 jam sampai menyusu awal selesai, menghindarkan memburu
buru bayi atau memaksa memasukkan putting susu ibu kemulut bayi, membantu ayah
menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari payudara, membantu
meningkatkan rasa percaya diri ibu, menyediakan waktu dan suasana tenang
diperlukan kesabaran.
Universitas Sumatera Utara
Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari Tahun
2010, bahwa Puskesmas Bromo Medan merupakan salah satu Puskesmas Perawatan
(rawat inap) yang juga menyediakan pelayanan persalinan di wilayah Kecamatan
Medan Denai. Jumlah persalinan di Puskesmas Bromo Medan pada Tahun 2009
sebanyak 109 orang. Pelayanan persalinan ditangani oleh Tenaga Kesehatan
khususnya bidan dan didampingi oleh tenaga kesehatan lainnya dimana masih ada
ditemukan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tindakan inisiasi menyusu dini
pada saat menolong persalinan dan masih ada tenaga kesehatan yang belum
mengikuti pelatihan inisiasi menyusu dini (IMD). Penerapan IMD di Puskesmas
Bromo Medan, telah dimulai sejak bulan Februari tahun 2008, ibu yang melahirkan di
puskesmas diberi pelayanan IMD dengan fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat
gabung tersebut sangat penting dalam upaya perawatan pasca persalinan dan
memudahkan kontak ibu dan bayi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD).
Menurut Profil Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa, pemberian ASI
pada bayi mencapai 96,5% tetapi hanya 30% dari mereka yang menyusui sampai 2
tahun, sedangkan berdasarkan survey awal di Puskesmas Bromo pada tahun 2009
bahwa dari jumlah kelahiran 392 bayi yang berada diwilayah kerja puskesmas, yang
diberi ASI Eksklusif ada 91 bayi (23%), sedangkan cakupan ASI Eksklusif yang
ditargetkan PROPENAS adalah 80%. Ini membuktikan masih ada ibu ibu yang
tidak memberikan ASI Eksklusifnya, dan juga meskipun bayi yang sudah diberi ASI
Eksklusif, tetapi ibu ibu tidak sampai menyusukan bayinya hingga berusia 6 bulan.
Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya petuga kesehatan dalam
Universitas Sumatera Utara
memberikan penerangan bagaimana pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini
(IMD) sehingga bayi akan dapat memperoleh ASI Eksklusifnya bagitu bayi
dilahirkan.
Peneliti juga melakukan pengamatan, bahwa di Puskesmas Bromo Medan
terdapat poster tentang promosi ASI yang terdapat didepan ruang tunggu dan ruang
kesehatan ibu dan anak, setelah dilakukan wawancara kepada beberapa ibu hamil
yang berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya ternyata mereka
tidak mengerti tentang inisiasi menyusui dini (IMD), sehingga kurangnya sosialisasi
petugas kesehatan kepada ibu hamil tersebut. Penting untuk menyampaikan informasi
tentang Inisiasi Menyusui Dini pada Tenaga Kesehatan yang belum menerima
informasi ini. Dianjurkan juga kepada Tenaga Kesehatan untuk menyampaikan
informasi inisiasi Menyusu Dini pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan
Inisiasi Menyusu Dini.Mengacu pada hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini
(IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian
yaitu bagaimana pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran tenaga kesehatan terhadap
pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.4. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian, dapat dirumuskan hipotesis yaitu ada pengaruh
peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas
Bromo Kota Medan.

1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam meningkatkan peran petugas
dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga dapat menurunkan
angka kematian bayi dan meningkatkan jumlah bayi Eksklusif di wilayah
kerjanya.
2. Sebagai masukan bagi ibu akan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dapat
memberikan manfaat bagi ibu dan bayi antara lain mempererat ikatan kasih sayang
serta menyukseskan pemberian ASI Ekslusif.
3. Sebagai referensi Ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan
tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).




Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai