Anda di halaman 1dari 4

Inseminasi Intra Uteri

Author : Dr.H. Hendy Hendarto, dr, SpOG(K)



Year : 2008
Abstact :
Inseminasi Intra Uteri (IIU) adalah salah satu prosedur teknologi reproduksi berbantu untuk mengatasi
masalah infertilitas yang dilakukan dengan cara memasukkan dan menempatkan sperma yang sudah
dipersiapkan dan diproses sebelumnya kedalam uterus pada saat diperkirakan terjadi ovulasi. Banyak
keuntungan yang didapat dari prosedur IIU, antara lain : relatif mudah dikerjakan, tidak invasif dan murah.
Beberapa istilah perlu dipahami, yaituartificial insemination (AI) mencakup berbagai macam teknik
inseminasi antara lain intravagina, intraservik, intrauterin, intrafalopian dan bisa berasal dari sperma
suami artificial insemination husband (AIH) atau sperma donorartificial insemination donor (AID).
Prosedur IIU dilakukan untuk mengurangi pengaruh faktor yang menghalangi fungsi sperma, misalnya
keasaman vagina dan pengaruh lendir servik yang tidak menguntungkan. Prosedur IIU juga mengambil
keuntungan dengan deposisi sperma dengan konsentrasi, motilitas serta morfologi normal sedekat
mungkin dengan oosit.
1

Terdapat beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam IIU, yaitu stimulasi ovarium, pemantauan
pertumbuhan folikel, penentuan saat inseminasi, preparasi sperma dan pelaksanaan inseminasi, namun
pada makalah ini lebih fokus pada stimulasi ovarium / induksi ovulasi pada IIU. Pemahaman terhadap
teori fisiologi ovulasi mutlak diperlukan oleh para praktisi agar stimulasi ovarium pada IIU berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Perbedaan istilah antara induksi ovulasi yang bertujuan mendapatkan
monoovulasi pada kondisi anovulasi dengan (hiper)stimulasi ovarium untuk mendapatkan multiovulasi
pada kondisi ovulatoar juga harus dipahami.
1


Syarat dan Indikasi Inseminasi Intra Uteri
1,2

Pasangan yang direncanakan akan dilakukan IIU sebaiknya telah dievaluasi secara lengkap, termasuk
riwayat medis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan infertilitas dasar antara lain memastikan ada tidaknya
kerusakan saluran tuba dan gangguan ovulasi. Outflow tract uterus dan saluran tuba harus normal tanpa
ada hambatan. Sperma harus berisi spermatozoa dengan konsentrasi, motilitas dan morfologi yang
cukup, walaupun kesepakatan batasan sperma yang optimal untuk IIU belum ada. Sejauh ini telah
diketahui ada beberapa indikasi untuk melakukan prosedur IIU, baik yang menggunakan sperma suami
ataupun memakai sperma donor, namun selanjutnya pada makalah ini hanya membahas IIU dengan
menggunakan sperma suami, karena di Indonesia tidak mengenal IIU menggunakan sperma
donor. Indikasi yang paling sering untuk prosedur inseminasi adalah infertilitas karena faktor sperma
dan unexplained infertility. Pada prosedur IIU sperma akan dicuci dan dipreparasi kemudian akan
dimasukkan ke uterus sedekat mungkin dengan oosit sehingga meningkatkan kemungkinan
kehamilan. Faktor servik berupa lendir servik jelek dan tidak menguntungkan merupakan indikasi logis
untuk dilakukan IIU sehingga sperma bisa langsung bypass masuk ke rongga uterus. Endometriosis
minimal dan ringan serta faktor imunologi seperti antibodi antisperma saat ini juga merupakan indikasi
untuk IIU. Gangguan ovulasi juga bisa diatasi dengan IIU, namun yang utama harus dilakukan induksi
ovulasi atau stimulasi ovarium terkontrol dulu. Indikasi lain prosedur IIU antara lain dilakukan pada
kondisi kegagalan ejakulasi baik akibat faktor anatomi, neurologi maupun psikologi. Akhir-akhir ini
inseminasi pada wanita dengan HIV negatif dengan sperma pasangan yang HIV positif telah dilakukan
untuk menghindari penularan HIV lewat hubungan seksual.
1,2

Metode / Cara Melakukan Inseminasi Intra Uteri
1

Terdapat 5 langkah untuk melakukan IIU, yaitu sebagai berikut :
1. Stimulasi ovarium / Induksi ovulasi
2. Pemantauan pertumbuhan folikel dan perkembangan endometrium
3. Penentuan saat inseminasi
4. Preparasi sperma
5. Pelaksanaan IIU dengan sperma yang sudah di preparasi

Prosedur IIU dapat dilaksanakan dengan stimulasi (stimulated cycle) maupun tanpa stimulasi (natural
cycle)tergantung dari umur dan faktor penyebab infertilitas. IIU tanpa stimulasi dapat dilakukan pada
wanita usia muda dan pada pasangan infertilitas yang disebabkan karena faktor sperma. Pada makalah
ini cara pemantauan pertumbuhan folikel dibahas bersama dengan stimulasi ovarium .

IIU dengan siklus natural / tanpa stimulasi
2

Selain dapat dilakukan pada pasangan infertil dengan faktor sperma, di beberapa negara dilakukan pada
prosedur inseminasi dengan menggunakan donor sperma dimana di Indonesia tidak dilakukan. IIU
dengan siklus natural sebaiknya dilakukan pada wanita dengan siklus haid teratur, sehingga penentuan
masa ovulasi lebih gampang dilakukan. IIU tanpa stimulasi tidak dianjurkan dilakukan pada wanita
dengan disfungsi ovulasi. Pemantauan saat ovulasi dilakukan dengan pemeriksaan LH urine (kit prediksi
ovulasi) atau menggunakan USG atau kombinasi keduanya. Pasien diinstruksikan mulai memeriksa LH
urine secara serial 3-4 hari sebelum perkiraan saat ovulasi. Pada wanita dengan siklus haid 28-30 hari
pemeriksaan LH urine dimulai pada hari ke 11 siklus haid. Apabila hasil tes LH urine menjadi positif,
pasien diinstruksikan datang ke klinik esok harinya untuk inseminasi.
Pemantauan perkembangan folikel secara serial dengan menggunakan USG transvagina dimulai sama
seperti pemeriksaan mengunakan LH urine. Bila ukuran diameter folikel telah mencapai 17-18 mm dan
endometrium telah mencapai tebal 9 mm dengan gambaran trilaminar maka mulai dilakukan pemantauan
dengan menggunakan parameter LH urine secara serial. Inseminasi dikerjakan 24-36 jam kemudian
setelah pada pemantauan didapatkan gambaran lonjakan LH (Lihat gambar 1).

IIU dengan siklus stimulasi
1,2,3

Rasionalisasi dari penggunaan stimulasi ovarium pada IIU ada 2 hal, yaitu meningkatkan jumlah oosit
yang tersedia untuk IIU dan meningkatkan produksi hormon steroid yang berguna untuk meningkatkan
kemungkinan terjadinya fertilisasi dan implantasi.

1. Pemantauan USG serial dimulai pada hari 11-12 siklus haid
2. Bila didapatkan diameter folikel 17-18 mm & tebal endometrium 9 mm dengan gambaran
trilaminar, dilakukan pemantauan dengan tes LH urine serial
3. IIU dikerjakan 24-36 jam setelah didapatkan lonjakan LH
Obat-obat yang digunakan untuk stimulasi ovarium dapat diberikan dalam bentuk oral, yaitu : Klomifen
Sitrat (KS) dan aromatase Inhibitor (AI), dapat pula secara injeksi, misalnya gonadotropin, dalam bentuk
hMG, u-FSH (FSH urine) atau r-FSH (FSH rekombinan).
Pemilihan penggunaan obat stimulasi ovarium diatas tergantung beberapa hal, yaitu harga obat,
tersedianya obat dan kondisi pasien. KS dipilih untuk pasien usia muda, pada sisa kasus yang lain lebih
dipilih memakai hMG atau FSH. Tidak ada keuntungan yang didapat dengan penggunaan rutin GnRH
agonis bersama gonadotropin pada stimulasi ovarium. Prosedur stimulasi ovarium lebih tepat bila dimulai
dengan obat yang tidak terlalu mahal dahulu.
1,2,3

Tujuan stimulasi ovarium pada IIU adalah mendapatkan 2 sampai 4 folikel dengan diameter 17-18 mm,
kadar estradiol 150-250 pg/ml per folikel dan endometrium tebal 9 mm dengan gambaran trilaminar. Van
Rumste menyebutkan bahwa angka kehamilan IIU dengan stimulasi ovarium monofolikel berkisar 8,4%
sedangkan bila dengan stimulasi multifolikel angka kehamilannya lebih tinggi yaitu 15%. Dibandingkan
dengan stimulasi ovarium monofolikel, stimulasi ovarium dengan dua folikel akan meningkatkan angka
kehamilan IIU sekitar 5%. Bila stimulasi ovarium ditingkatkan menjadi 3 folikel angka kehamilannya
meningkat menjadi 8% dan apabila dengan 4 folikel angka kehamilan tetap 8% . Sebaiknya siklus IIU
ditunda bila didapatkan > 6 folikel dengan ukuran > 14 mm dan kadar estradiol lebih dari 1500 pg/ml
4
.

Stimulasi ovarium dengan Klomifen sitrat
1,2,3

KS dengan dosis 50-100 mg diberikan selama 5 hari mulai hari ke 3 sampai ke 7. Pasien diinstruksikan
mulai melakukan pemeriksaan LH urine (kit prediksi ovulasi) secara serial mulai hari ke 11-12. Bila hasil
kit prediksi ovulasi menjadi positif, prosedur IIU dilaksanakan esok harinya.
Apabila menggunakan TVS, pemantauan serial dimulai hari ke 12. Injeksi human Chorionic Gonadotropin
(hCG) 1000 IU atau Ovidrel (hCG rekombinan) 250ug diberikan secara subkutan bila diameter folikel
mencapai 17-18 mm dan tebal endometrium mencapai 9 mm, selanjutnya 36 jam kemudian
dijadwalkan dilakukan IIU

1. Pemberian KS 50-100 mg mulai hari ke 3 selama 5 hari
2. Pemantauan USG dimulai hari ke 11-12, sampai didapatkan folikel dengan diameter 17-18 mm dan
endometrium dengan tebal 9 mm
3. Dilakukan juga tes LH urine serial
4. IIU dilakukan 24-36 jam setelah didapatkan lonjakan LH
Gambar 2 : IIU menggunakan stimulasi dengan Klomifen Sitrat
Stimulasi ovarium dengan injeksi FSH
1,2,3

Penentuan dosis awal FSH tergantung beberapa hal, antara lain usia wanita dan respon ovarium
sebelumnya. Secara umum untuk stimulasi ovarium siklus pertama dibutuhkan dosis awal FSH 75-150IU.
Dengan bertambahnya usia, terutama pada usia lebih dari 40 tahun dengan asumsi kemungkinan besar
telah terjadi penurunan cadangan ovarium, dosis awal sebaiknya dinaikkan sampai 225-300 IU.
Tujuan stimulasi menggunakan injeksi FSH pada wanita usia muda seperti yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu untuk mendapatkan 2-4 folikel matang dengan diameter 17 mm atau lebih. Jika
didapatkan lebih dari 5 folikel dominan, risiko terjadinya kehamilan ganda akan meningkat. Pada kondisi
demikian sangat bijaksana bila prosedur IIU ditunda atau dikonversi ke prosedur fertilisasi invitro.
Berbeda dengan wanita usia lebih 40 tahun kejadian kehamilan ganda rendah, sebaiknya tidak usah
ditunda.
Injeksi FSH untuk stimulasi ovarium dimulai pada hari ke-3 siklus haid, dilanjutkan sampai folikel
berkembang menjadi matur. Pemeriksaan kadar estradiol serum dan USG transvagina dilakukan 5 hari
setelah injeksi dosis awal. Dosis FSH disesuaikan, dinaikkan atau diturunkan tergantung dari respon
pasien. Tujuannya adalah didapatkan kadar estradiol yang meningkat sampai 50-100% setiap 2-3 hari.
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menentukan jumlah dan diameter folikel. Stimulasi ovarium
menggunakan injeksi FSH selanjutnya akan dijelaskan secara lengkap pada gambar 3. Diameter folikel
matur berkisar 17 mm atau lebih, bila ukuran tersebut tercapai dilakukan penyuntikan hCG. Prosedur IIU
dilakukan 36 jam setelah penyuntikan hCG

Anda mungkin juga menyukai

  • KPRS
    KPRS
    Dokumen22 halaman
    KPRS
    Zaiyus Zamsari
    50% (2)
  • Katarak Fix
    Katarak Fix
    Dokumen18 halaman
    Katarak Fix
    Erka Wahyu Kinanda
    Belum ada peringkat
  • Referat Kolelitiasis
    Referat Kolelitiasis
    Dokumen25 halaman
    Referat Kolelitiasis
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Referat Autisme
    Referat Autisme
    Dokumen6 halaman
    Referat Autisme
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DBD
    Leaflet DBD
    Dokumen3 halaman
    Leaflet DBD
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • MT
    MT
    Dokumen1 halaman
    MT
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PR Responsi
    PR Responsi
    Dokumen2 halaman
    PR Responsi
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • MT
    MT
    Dokumen1 halaman
    MT
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • MT
    MT
    Dokumen1 halaman
    MT
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Pemerikaan Penunjang Terapi Katarak
    Pemerikaan Penunjang Terapi Katarak
    Dokumen10 halaman
    Pemerikaan Penunjang Terapi Katarak
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Mata
    Jurnal Mata
    Dokumen3 halaman
    Jurnal Mata
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • SPGDT
    SPGDT
    Dokumen2 halaman
    SPGDT
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PPGD
    PPGD
    Dokumen12 halaman
    PPGD
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • SPGDT1
    SPGDT1
    Dokumen2 halaman
    SPGDT1
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Materi 12 Triage
    Materi 12 Triage
    Dokumen4 halaman
    Materi 12 Triage
    Muhammad Irfan
    Belum ada peringkat
  • CTEV
    CTEV
    Dokumen1 halaman
    CTEV
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Primary and Secondary Survey
    Primary and Secondary Survey
    Dokumen12 halaman
    Primary and Secondary Survey
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Nega Dil
    Nega Dil
    Dokumen1 halaman
    Nega Dil
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Disaster Victim Identification
    Disaster Victim Identification
    Dokumen5 halaman
    Disaster Victim Identification
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Management Patient Safety
    Management Patient Safety
    Dokumen15 halaman
    Management Patient Safety
    Pebri Kusumayuda
    Belum ada peringkat
  • Wawa
    Wawa
    Dokumen1 halaman
    Wawa
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Makna Penting Budaya Demokrasi Lokal Dalam Pembentukan Jatidiri Bangsa
    Makna Penting Budaya Demokrasi Lokal Dalam Pembentukan Jatidiri Bangsa
    Dokumen1 halaman
    Makna Penting Budaya Demokrasi Lokal Dalam Pembentukan Jatidiri Bangsa
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • LLA DETEKSIDANDIAGNOSIS
    LLA DETEKSIDANDIAGNOSIS
    Dokumen11 halaman
    LLA DETEKSIDANDIAGNOSIS
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Supin
    Supin
    Dokumen1 halaman
    Supin
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Wuwu
    Wuwu
    Dokumen1 halaman
    Wuwu
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Guhi
    Guhi
    Dokumen1 halaman
    Guhi
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Praktikum PA
    Praktikum PA
    Dokumen2 halaman
    Praktikum PA
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • 1 Impuls
    1 Impuls
    Dokumen3 halaman
    1 Impuls
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat
  • KRT-FaktorRisiko
    KRT-FaktorRisiko
    Dokumen24 halaman
    KRT-FaktorRisiko
    Ardhina Mahadica Nugroho
    Belum ada peringkat