Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Bahan Baku
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penysunan bahan baku antara lain : a. Anggaran produksi Fluktuasi kuantitas anggaran produksi akan mempengaruhi tinggi rendahnya anggaran bahan baku, semakin besar produksi yang dianggarkan, semakin besar bahan baku yang disediakan , sebaliknya semakin kecil produksi yang dianggarkan maka semakin kecil pula bahan baku yang dianggarkan. b. Harga beli bahan baku Semakin tinggi harga beli bahan baku, semakin tinggi persediaan bahan baku yang direncanakan, sebaliknya semakin rendah harga bahan baku, semakin rendah pula persediaan bahan baku yang direncanakan. c. Biaya penyimpanan bahan baku digudang dalam hubunganny dengan biaya ekstra yang dikeluarkan akibat kehabisan persediaan. Apabila biaya penyimpanan bahan baku digudang lebih kecil dibandingkan dengan biaya ekstra yang dikeluarkan akibat kehabisan persediaan, maka perlu persediaan bahan baku yang besar, sebaliknya apabila biaya penyimpanan bahan baku lebih besar dibandingkan dengan biaya ekstra akibat kehabisan pesediaan maka bahan baku yang direncanakan kecil. d. Ketepatan pembuatan standar pemakaian bahan baku Semakin tepat standar bahan baku yang dibuat, semakin kecil persediaan bahan baku yang direncanakan, sebaliknya bila pemakaian bahan baku semakin sulit untuk direncanakan maka perencanaan persediaan bahan baku semakin besar. e. Ketepatan penyerahan bahan baku yang dipesan Apabilia levelensir tepat waktu dalam menyerahkan bahan baku yang dipesan maka semakin kecil persediaan bahan baku yang direncanakan, sebaliknya apabila penyerahan bahan baku yang dipesan tidak tepat waktu maka pesediaan bahan baku yang direncanakan semakin besar. f. Kuantitas bahan baku tiap kali pesan Bila jumlah bahan baku yang dipesan besar, maka persediaan bahan baku yang direncanakan juga besar, sebaliknnya apabila jumlah bahan baku yang dipesan tiap kali pesan kecil maka persediaan yang direncakan juga kecil. Untuk mendapatkan biaya bahan baku minimal dalam pemesanan bahan baku ini maka digunakan formula Economical Order Quantity (EOQ).
Economical Order Quantity (EOQ) Economical Order Quantity adalah kuantitas barang yang dapata diperoleh dengan biaya yang paling minimal atau sering juga dikatakan jumlah pembelian yang paling optimal. Dalam menghitung EOQ dipertimbangkan 2 jenis biaya : 1. Biaya pemesanan (ordering cost) Biaya ini variabel terhadap frekuensi pesanan artinya semakin tinggi frekuensi pesanan , semakin besar biaya pesanan. 2. Carrying Costs Jenis biaya ini bersifat variabel terhadap jumlah inventori yang dibeli, contoh sewa gudang
Cara Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) Secara umum formula yang digunakan untuk menghitung EOQ adalah :
EOQ = 2 x O x S C EOQ = jumlah pemesanan yang paling ekonomis O = biaya pemesanan (Ordering cost) C = biaya penyimpanan per unit (Carrying cost) S = Jumlah penggunaan bahan selama satu periode
Contoh : Kebutuhan bahan baku selama satu tahun 2.500 unit, harga beli per unit Rp. 5.000 biaya pemesanan setiap kali pesan Rp. 100.000, biaya penyimpanan bahan baku per unit Rp. 2.000- .(40%) Berdasarkan data tersebut jumlah pemesanan yang paling ekonomis dapat dihitung sebagai berikut : EOQ = 2 x O x S C
EOQ = 2 x 2.500 x Rp. 100.000 Rp. 2.000 EOQ = 250.000
EOQ = 500 unit Apabila kebutuhan bahan baku pertahun 3.000 lembar, maka frekuensi pemesan yang paling ekonomis dalam satu tahun (3.000 : 500 ) = 6 kali Pemesanan bahan baku dalam satu tahun dapat dilakukan : a. satu kali pemesanan dengan jumlah pemesanan 3.000 unit b. enam kali pemesanan dengan jumlah pemesanan 500 unit c. dua belas kali pemesanan dengan jumlah pemesanan 250 unit apabila dihitung total biaya pemesanan bahan baku,maka dihasilkan sbb :
Satu kali pemesanan 3.000 unit Rata-rata persediaan (3.000 : 2 ) x Rp. 5.000 = Rp. 7.500.000 Biaya pesan setahun = 1 x Rp. 100.000 = Rp. 100.000 Biaya penyimpanan = 40% x Rp. 7.500.000 = Rp. 3.000.000 Total biaya = Rp. 3.100.000
Enam kali pemesanan 500 unit Rata-rata persediaan ( 500 : 2 ) x Rp. 5.000 = Rp.1 250.000 Biaya pesan setahun = 6 x Rp. 100.000 = Rp. 600.000 Biaya penyimpanan = 40% x Rp.1 250.000 = Rp. 500.000 Total biaya = Rp. 1.100.000
Duabelas kali pemesanan 250 unit Rata-rata persediaan ( 250 : 2 ) x Rp. 5.000 = Rp.625.000 Biaya pesan setahun = 12 x Rp. 100.000 = Rp. 1.200.000 Biaya penyimpanan = 40% x Rp.625.000 = Rp. 250.000 Total biaya = Rp. 1.450.000
Dari ketiga kasus di atas maka biaya yang paling ekonomi sebesar Rp. 1.100.000
Reorder Point (Pemesanan kembali) Reorder point adalah saat harus dilakukan pemesanan kembali bahan baku yang diperlukan, sehingga kedatangan bahan yang dipesan pada persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Safety stock atau iron stock adalah persediaan bahan baku yang harus dipertahankan atau tidak boleh dipakai kecuali dalam keadaan darurat misalnya bencana alam, bahan yang dipesan dalam keadaan kosong..
Reorder point = Safety stock + Kebutuhan selama lead time Contoh Diketahui besarnya kebutuhan bahan baku selama satu tahun 2.500 unit, kebutuhan selama satu minggu (2.500 : 48 minggu) = 52 unit, lead time 2 minggu, safety stock ditentukan 40% dari penggunaan selama satu bulan. Persediaan yang ada 420 unit. Maka besarnya safety stock adalah sebagai berikut : 40% (4 minggu x 52 unit) = 208 unit. Reorder point = (2 minggu x 52 unit + 208 unit) = 312 unit. Persediaan maksimum = Safety stock + EOQ Persediaan rata-rata termasuk safety stock = EOQ : 2 + Safety stock Tingkat Perputaran Bahan Baku = Bahan Baku yang diperlukan selama Satu periode : rata-rata persediaan Bahan baku
Persediaan awal = Persediaan yang ada - safety stock Persediaan akhir = EOQ - persediaan awal
Persediaan maksimum = 208 unit + 500 unit = 708 unit Persediaan rata-rata termasuk safety stock = 500 unit : 2 + 208 unit = 458 unit Persediaan awal = 420 unit - 208 unit = 212 unit Persediaan akhir = 500 unit - 212 unit = 288 unit Tingkat perputaran bahan baku = 2.500 unit (212 unit + 288 unit) : 2 = 11,9 kali atau 12 kali Standar Pemakaian Bahan Baku Dalam penyusunan anggaran bahan baku maka perusahaan senantiasa menentukan standar pemakaian bahan baku yang terdiri dari : kuantitas standar bahan baku dan harga standar bahan baku. a. Kuantitas standar bahan baku Kuantitas standar bahan baku adalah taksiran sejumlah unit bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi satu unit bahan produk tertentu. Spesifikasi sebuah produk seperti warna, besarnya ataupunbentuknya akan menentukan standar pemakaian bahan baku, dimana kuantitas standar pemakaian bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan : Analisis catatan masa lalu Penyelidikan teknis dan pengembangannya.
b. Harga standar bahan baku Harga standar bahan baku dapat ditentukan dari daftar harga levelensier (daftar harga pemesok), data harga masa yang lalu, katalog harga dan informasi sejenis lainnya yang tersedia dengan kemungkinan perubahan harga dimasa yang akan datang.
Bentuk-Bentuk Anggaran Bahan Baku Yang dimaksud dengan budget bahan baku adalah semua budget yang berhubungan dengan rencana secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku yang akan dipergunakan untuk proses produksi, selama periode tertentu dimasa yang akan datang. Dalam proses penyusunannya, budget bahan mentah ini terdiri dari 3 (tiga) jenis budget yang dibuat secara berurutan, yaitu: Budget unit kebutuhan bahan baku (Unit of Direct Materials Used Budget), yaitu budget tentang jumlah unit (satuan) bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi selama periode tertentu di masa yang akan datang. Di dalam budget ini meliputi hal-hal mengenai: Jenis atau kualitas bahan baku yang dibutuhkan; Jumlah/kuantitas bahan baku dan kapan bahan baku tersebut. Bahan baku yang dibutuhkan ini disesuaikan dengan jenis produk yang akan dihasilkan serta tempat atau departemen mana yang membutuhkan bahan baku untuk diolah. Budget Pembelian Bahan Baku (Direct Materials Purchases Budget), yaitu budget tentang pembelian bahan baku untuk memenuhi kebutuhan berproduksi selama periode tertentu di masa yang akan datang. Di dalam budget ini meliputi hal-hal mengenai: Jenis bahan baku yang akan dibeli; Jumlah/Banyaknya Berapa harganya dan Kapan bahan baku tersebut akan dibeli (di dalam analisis Economical Order Quantity [EOQ] Analysis, berkaitan dengan Reorder Point [ROP]nya, yaitu pada saat bahan baku sejumlah tertentu lagi). Budget Biaya Bahan Baku (Cost of Direct Materials Budget), yaitu budget yang berisi tentang besarnya biaya bahan baku untuk berproduksi dalam rangka menghasilkan Barang/Produk Jadi, selama periode tertentu di masa yang akan datang. Bentuk budget yang akan dibuat dalam proses penyusunan budget-budget yang berhubungan dengan bahan baku, seperti yang akan disajikan di bawah ini, tentulah bukan merupakan hal yang baku, akan tetapi setidaknya dapat diterapkan pada salah satu jenis perusahaan. Satu perusahaan dengan perusahaan yang lain, mungkin memiliki bentuk yang berbeda. Namun demikian prinsip-prinsip dan cara penerapannya dapat dilakukan dengan sama. Di bawah ini komposisi penggunaan dan harga bahan baku per unit : Jenis Bahan Produk Harga per kg Sepatu Sandal Kulit Karet 0,5 kg 0.25 kg 0,4 kg 0,20 kg Rp. 60.000 Rp. 20.000
Proses pengolahan bahan baku dilakukan melalui 3 (tiga) departemen sbb : Jenis Bahan Baku Departeme I Departemen II Departemen III Kulit Karet 30% 40% 40% 40% 30% 20%
Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan standar pemakaian bahan baku, adalah sebagai berikut :
PT. LANGGENG Standar Pemakain Bahan Baku Perunit Tahun, 2007 Produk Kulit Karet Biaya B. Baku per Unit Un it Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Sepatu Sandal 0,5 kg 0,4 kg RP.60.000 Rp.60.000 Rp.30.000 Rp.24.000 0,25 kg 0,20 kg Rp.20.000 Rp.20.000 Rp.5.000 Rp.4.000 Rp.35.000 Rp.28.000
Penyusunan Anggaran Bahan Baku Seperti apa yang telah dibahas di atas bahwa anggaran pemakaian bahan baku dapat disusun dalam unit dan dalam satuan uang (dalam rupiah). a. Anggaran pemakaian bahan baku dalam unit Anggaran penggunaan bahan baku dalam unit disusun berdasarkan anggaran produksi dan standar pemakaian bahan baku. Dari anggaran produksi PT. LANGGENG, dapat disusun anggaran pemakaian bahan baku dalam unit sebagai berikut :
PT. LANGGENG
Anggaran Pemakaian Bahan Baku dalam Unit Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007 JENIS PERIODE PRODUKSI KULIT KARET STANDAR JUMLAH STANDAR JUMLAH UNIT KG KG KG KG Triwulan I : Januari
b. Anggaran Biaya Bahan Baku (cost of direct material budget) Anggaran ini bersis tentang besarnya biaya bahan baku untuk berproduksi dalam menghasilkan produk jadi, disebut juga anggaran pemakaian bahan baku dalam satuan rupiah. Cara untuk menyusun anggaran biaya bahan baku ada dua : 1. berdasarkan unit produksi, formulanya : Anggaran BBB = Anggaran Produksi x BBB perunit
PT. LANGGENG Anggaran Biaya Bahan Baku (BBB) Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007 SEPATU SANDAL Jumlah Biaya Bahan Baku Produksi BBB perunit Jumlah Produksi BBB perunit Jumlah Triwulan I Januari Februari Maret
2. Berdasarkan pemakaian bahan baku Penyusunan anggaran biaya bahan baku didasarkan pada anggaran pemakaian bahan baku, dengan formula : Biaya Bahan Baku = Kebutuhan Bahan Baku x Harga Bahan Baku Perunit PT. LANGGENG Anggaran Biaya Bahan Baku (BBB) Tahun yang berakhir 31 desember 2007 Periode Sepatu Sandal TOTAL Kebutuhan Harga (Rp) BBB (Rp) Kebutuhan Harga (Rp) BBB (Rp) Kg Rp Triwulan I Januari Kulit Karet
115 57,5
60.000 20.000
6.900.000 1.150.000
60,8 30,4
60.000 20.000
3.648.000 608.000
175,8 87,9
10.548.000 1.758.000 Sub total 172,5 8.050.000 91,2 4.256.000 263,7 12.308.000 Februari Kulit Karet
122,5 61,,25
60.000 20.000
7.350.000 1.225.000
65,6 32,8
60.000 20.000
3.936.000 656.000
188,1 94.05
11.286.000 1.881.000 Sub total 183,75 8.575.000 98,4 4.592.000 282,15 13.167.000 Maret Kulit Karet
128,5 64,25
60.000 20.000
7.710.000 1.285.000
69,2 34,6
60.000 20.000
4.152.000 692.000
197,7 98,85
11.862.000 1.977.000 Sub total 192,75 8.995.000 103,8 4.844.000 296,55 13.839.000 Triwulan II Kulit Karet
398 199
60.000 20.000
23.880.000 3.980.000
212,8 106,4
60.000 20.000
12.768.000 2.128.000
610,8 305,4
36.648.000 6.108.000 Sub total 597 27.860.000 319,2 14.896.000 916,2 42.756.000 Triwulan III Kulit Karet
430 215
60.000 20.000
25.800.000 4.300.000
229,6 114,8
60.000 20.000
13.776.000 2.296.000
659,6 329,8
39.576.000 6.596.000 Sub total 645 30.100.000 344,4 16.072.000 989,4 46.172.000 Triwulan IV Kulit Karet
398 199
60.000 20.000
23.880.000 3.980.000
212 106
60.000 20.000
12.720.000 2.120.000
610 305
36.600.000 6.100.000 Sub total 597 27.860.000 318 14.840.000 915 42.700.000 TOTAL 2.388 1.275 3.663 170.940.000
c. Anggaran Pembelian Bahan Baku (Direct Materials Purchases Budget) Yaitu budget tentang pembelian bahan baku untuk memenuhi kebutuhan berproduksi selama periode tertentu dimasa yang akan datang. Untuk menyusun budget ini diperlukan anggaran biaya bahan baku dan anggaran persediaan bahan baku. Rumus dasar untuk menentukan besarnya pembelian bahan baku adalah sebagai berikut :
Biaya Bahan Baku xxxx Persediaan Bahan Baku Akhir xxxx + xxxx Persediaan Bahan Baku Awal xxxx - Pembelian Bahan Baku xxxx
Untuk menentukan besarnya persediaan bahan baku akhir dengan rumus sebagai berikut
Persediaan Bahan Baku Akhir (FGI) = (Biaya Bahan Baku /CRM) : (Tingkat Perputaran Bahan Baku (RMTo) x 2 ) - Persediaan Bahan Baku Awal (RWA)
Misalkan berdasarkan data anggaran persediaan bahan baku awal tahun 2007 atau persediaan akhir tahun 2006 sebagai berikut : Kulit 26 Kg @ Rp. 60.000 = Rp. 1.560.000 Karet 10 Kg @ Rp. 20.000 = Rp. 200.000 Tingkat perputaran enam (6) kali dalam satu tahun, komposisi persediaan akhir triwulan II sampai dengan Triwulan IV. Triwulan II Triwulan III Triwulan IV April = 35% Mei = 40% Juni = 25% Juli = 30% Agustus = 35% September = 35% Oktober = 40% Nopember = 32% Desember = 28%
Dari data tersebut dapat disusun anggaran persediaan bahan baku akhir, sebagai berikut :
PT. LANGGENG Anggaran Persediaan Bahan Baku Akhir Keterangan Kulit Perhitungan Rp Per Kg Kg Januari
Februari
Maret
Triwulan I
Triwulan II
Juni Rp.10.548.000 x 2 Rp 1.580.000 6 Rp. 11.286.000 x 2-Rp. 1.956.000 6 Rp. 11.869.000 x 2 Rp. 1.806.000 6
Rp. 36.648.000 x 2 Rp. 5.910.000 6 25% x Rp. 6.306.000 1.956.000
1.806.000
4.148.000 +
5.910.000
6.306.000
1.576.000 Rp.60.000
RP.60.000
RP.60.000
Rp.60.000 32,6
30,1
35,8
26,27
Triwulan III
September
Triwulan IV
Desember
Rp. 39.576.000 x 2 Rp.6.306.000 6 35% x Rp. 6.886.000
Rp. 36.500.000 x 2 Rp. 6.886.000 6 28% x Rp. 5.314.000
6.886.000
2.411.150
5.314.000
1.487.920
Rp.60.000
Rp.60.000
40,19
24,80
Keterangan Karet Perhitungan Rp Perkg Kg Januari
Februari
Maret
Triwulan I
Triwulan II
Juni
Triwulan III
September
Triwulan IV
Desember
Rp.1.758.000 x 2 Rp.200.000 6 Rp. 1.881.000 x 2 Rp.386.000 6 Rp. 1.977.000 x 2 Rp.241.000 6
Rp. 6.596.000 x 2 Rp. 1.045.000 6 25% x Rp. 991.000
Rp.6.596.000 x 2 Rp. 991.000 6 35% x Rp. 1.207.667
Rp. 6.100.000 x 2 Rp.1.207.667 6 28% x 825.666 386.000
241.000
418.000 +
1.045,000
991.000
247.750
1.207.667
422.683
825.666
231.186
Rp. 20.000
Rp. 20.000
Rp. 20.000
Rp. 20.000
Rp. 20.000
Rp. 20.000 19,3
12,05
20,9
12,39
21,13
11,56
sehingga rencana persediaan akhir setiap bulan atau semester selama tahun 2007 adalah sebagai berkut: Periode Bahan Baku Kulit Karet Januari Februari Maret Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 32,6 Kg 30,1Kg 35,8Kg 26,27 kg 40,17Kg 24,80Kg 19,3 Kg 12,05Kg 20,9Kg 12,39Kg 21,13Kg 11,56Kg
PT. LANGGENG Anggaran Pembelian Bahan Baku Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007 Bahan Baku Kebutuhan Persediaan Akhir Jumlah Kebutuhan Persediaan Awal Pembelian Bahan Baku Unit Harga (Rp) Jumlah (Rp) Kulit Januari Februari Maret Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
175,8 Kg 188,1 Kg 197,7 Kg 610,8 Kg 659,6 Kg 610 Kg
32,6 Kg 30,1Kg 35,8Kg 26,27 kg 40,17Kg 24,80Kg
208,4 Kg 218,2 Kg 233,5 Kg 637,07 Kg 699,77 Kg 634,8 Kg
26 Kg 32,6 Kg 30,1Kg 35,8Kg 26,27 kg 40,17Kg
182,4 Kg 185,6 Kg 203,4 Kg 601,27 Kg 673,5 Kg 594,63 Kg
60.000
10.944.000 11.136.000 12.204.000 36.076.200 40.410.000 35.677.800 Jumlah 2.442 Kg 2.631,74 2.448,8 146.448.000 Karet Januari Februari Maret Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
87,9 Kg 94,05 Kg 98,85 Kg 305,4 Kg 439,8 Kg 303 Kg
19,3 Kg 12,05Kg 20,9Kg 12,39Kg 21,13Kg 11,56Kg
107,2 Kg 106,1 Kg 119,79 Kg 317,79 Kg 460,93 Kg 314,56 Kg
10Kg 19,3Kg 12,05Kg 20,9Kg 12,39Kg 21,13Kg
97,2 Kg 86,8 Kg 107,7 Kg 296,89 Kg 448,54 Kg 293,43 Kg
Rangkuman Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Bahan Baku faktor-faktor yang mempengaruhi penysunan bahan baku antara lain : a. Anggaran produksi b. Harga beli bahan baku c. Biaya penyimpanan bahan baku digudang dalam hubunganny dengan biaya ekstra yang dikeluarkan akibat kehabisan persediaan. d. Ketepatan pembuatan standar pemakaian bahan baku Semakin tepat standar bahan baku yang dibuat, semakin kecil persediaan bahan baku yang direncanakan, sebaliknya bila pemakaian bahan baku semakin sulit untuk direncanakan maka perencanaan persediaan bahan baku semakin besar. e. Ketepatan penyerahan bahan baku yang dipesan f. Kuantitas bahan baku tiap kali pesan
Economical Order Quantity (EOQ) Economical Order Quantity adalah kuantitas barang yang dapata diperoleh dengan biaya yang paling minimal atau sering juga dikatakan jumlah pembelian yang paling optimal. Dalam menghitung EOQ dipertimbangkan 2 jenis biaya : 1. Biaya pemesanan (ordering cost) Biaya ini variabel terhadap frekuensi pesanan artinya semakin tinggi frekuensi pesanan , semakin besar biaya pesanan. 2.Carrying Costs Jenis biaya ini bersifat variabel terhadap jumlah inventori yang dibeli. Besarnya carrying costs dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu: a. Berdasarkan persentase tertentu dari nilai inventori rata-rata (dalam rupiah) b. Berdasarkan biaya per unit barang yang disimpan (dari juumlah rata-rata). Asumsi yang digunakan dalam analisis EOQ ini adalah : 1. Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah datpat ditentukan lebih dulu secara pasti untuk diguhakan selama satu periode. 2. Penggunaan bahan mentah selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu 3. Pesanan persis diterima pada persediaan sama dengan nol atau di atas safety stock. Secara umum formula yang digunakan untuk menghitung EOQ adalah :
EOQ = 2 x O x S C EOQ = jumlah pemesanan yang paling ekonomis O = biaya pemesanan (Ordering cost) C = biaya penyimpanan per unit (Carrying cost) S = Jumlah penggunaan bahan selama satu periode Reorder Point (Pemesanan kembali) Reorder point adalah saat harus dilakukan pemesanan kembali bahan baku yang diperlukan, sehingga kedatangan bahan yang dipesan pada persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Safety stock atau iron stock adalah persediaan bahan baku yang harus dipertahankan atau tidak boleh dipakai kecuali dalam keadaan darurat misalnya bencana alam, bahan yang dipesan dalam keadaan kosong.. Bentuk-Bentuk Anggaran Bahan Baku
Dalam proses penyusunannya, budget bahan mentah ini terdiri dari 3 (tiga) jenis budget yang dibuat secara berurutan, yaitu: Budget unit kebutuhan bahan baku (Unit of Direct Materials Used Budget), yaitu budget tentang jumlah unit (satuan) bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi selama periode tertentu di masa yang akan datang. Budget Pembelian Bahan Baku (Direct Materials Purchases Budget), yaitu budget tentang pembelian bahan baku untuk memenuhi kebutuhan berproduksi selama periode tertentu di masa yang akan datang. Budget Biaya Bahan Baku (Cost of Direct Materials Budget), yaitu budget yang berisi tentang besarnya biaya bahan baku untuk berproduksi dalam rangka menghasilkan Barang/Produk Jadi, selama periode tertentu di masa yang akan datang.