Anda di halaman 1dari 17

SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Articulatio Coxae


LO 1.1. Makroskopis Anatomi Articulatio Coxae
1.1.1. Os. Coxae
Os. Coxae terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain. Batasnya
adalah dari articulatio sacroiliaca sampai pertengahan pubis.
Terdiri dari 3 buah tulang :
Os. Illium ( tulang usus ) : dari articulatio iliaca tepi atas acetabulum
Os. Ischium ( tulang duduk ) dari pinggir foramen obsturatorium pinggir atas
acetabulum
Os. Pubis ( tulang kemaluan ) sebelah bawah dan depan os. Illium

http://www.catsclem.nl/medisch/meddad.htm

http://www.catsclem.nl/medisch/meddad.htm
1.1.2. Os. Femur
Tulang dibedakan menjadi 3 berdasarkan struktur makro, yakni: tulang panjang,
tulang pendek dan tulang tipis. Tulang panjang seperti pada os. Femoris, tulang pendek
seperti pada tulang karpal dan tarsal, sedangkan tulang tipis pada tulang kepala dan
scapula.

http://www.studyblue.com/notes/note/femur-and-patella/deck/7405638
Articulatio coxae atau sering disebut juga sendi panggul adalah sendi yang dibentuk
antara caput femoris dengan acetabulum , secara morfologis sendi ini termasuk sebagai
articulation spheroidea (sendi peluru) yang mempunyai tiga aksis yaitu aksis sagital,
tranversal, dan longitudinal yang saling berpotongan satu dengan yang lain pada pusat
caput femoris.

http://www.tk.de/rochelexikon/pics/s02240.006-3.jpg
LO 1.2. Mikroskopis Anatomi Articulatio Coxae
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen
ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi
oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
Tulang panjang memiliki 2 struktur, yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa.
Tulang kompakta merupakan tulang padat, yang terdiri atas serat kolagen yang tersimpan
dalam lapisan lapisan tipis yang disebut lamel. Sedangkan untuk tulang spongiosa terdiri
atas daerah yang saling berhubungan seperti anyaman dan tidak padat. Celah-celah
diantaranya diisi oleh sumsum tulang. Ruang diantara trabekula berisi sumsum tulang
merah. Pada trabekula yang tebal dapat terlihat osteon.

http://media.opencurriculum.org/articles_manual/ck12_biology/the-skeletal-system/5.png
Gambar. Pembagian daerah tulang
Tulang terdiri atas dua bagian yakni, diaphysis dan epiphysis. Diaphyisis lebih
banyak disusun oleh tulang kompakta, sedangkan bagian epiphysis lebih banyak disusun
oleh tulang spongiosa karena dapat melakukan pemanjangan (pertumbuhan).

Gambar. Struktur Tulang
Gambar. Tulang Kompakta
Tulang kompakta memiliki lamellae yang tersusun dalam tiga gambaran umum yakni :
1. Lamelae sirkumfleksia sejajar terjadap permukan bebas periosteum dan endosteum.
2. System Havers (osteon) sejajar terhadap sumbuh sejajar tulang kompakta. Lapisan lamellar
4-20 tersusun secara konsentris disekitar ruang vascular.
3. System intersisial adalah susunan tidak teratur dari lamel lamel, secara garis besar
membentuk segitiga dan segiempat.
Pada tulang kompakta juga terdapat kanal Havers, kanal Volkman, lacuna dan kanalikuli.

Gambar. Tulang Spongiosa
Sel-sel pada tulang spongiosa adalah :
a. Osteoblast
Osteoblast berperan dalam kalsifikasi, mensintesis dan menjadi perantara
mineralisasi osteoid. Osteoblast dapat mensekresi matriks organk tulang dengan bantuan
vit.C. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai
sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-
tonjolan pendek. Gambaran mikroskopisnya adalah sitoplasma biru, banyak apparatus
golgi, alkali phosphate ,dll.

http://o.quizlet.com/i/Hi0RxO1ygDFZRIxUNtyAFg_m.jpg
Osteoclast
b. Osteosit
Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian
nutrisi pada tulang yang disalurkan melalui kanalikuli. Osteosit berada di dalam lacuna
dan dapat berhubungan dengan osteosit lain dengan gap junction.


http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/69_04.jpg

c. Osteoclast
Osteoclast adalah sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan
merupakan bagian yang penting. Osteoclast mampu memperbaiki tulang bersama
osteoblast. Osteoclast ini berasal dari deretan sel monosit makrofag. Aktifitas osteoclast
akan meningkat dengan adanya hormone parathyroid dan dapat dihambar oleh calcitonin.


http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/69_05.jpg

d. Sel osteoprogenitor
Osteoprogenitor merupakan sel induk tulang. Osteoprogenitor berperan sebagai bone
repair dan pembentukan callus. Osteoprogenitor mempunyai sifat multipoten yaitu bisa
berdiferensiasi menjadi osteoblast, fibroblast, chondroblast, dan sel lemak.

Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal
menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam
penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang
kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong
sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara
lain :
a. Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
b. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
c. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi .
d. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.


KINESIOLOGI ART.COXAE
Articulatio Coxae
a. Tulang penyusun : tulang antara caput femoris dan acetabulum
b. Jenis sendi : Enarthrosis spheroidea (ball and socket)
c. Penguat sendi : Tulang rawan pada facies lunata
d. Ligamentum:
(i) Lig. iliofemorale : mempertahankan art. coxae tetap ekstensi, menghambat
rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu
berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk
mempertahankan posisi tegak.
(ii) Lig. ischiofemorale : mencegah rotasi interna
(iii)Lig. pubofemorale : mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa
(iv) Lig. transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris
e. Gerak sendi :
(i) Fleksi : M.iliopsoas, M.pectineus, M.rectus femoris, M.adductor longus,
M.adductor brevis, M.adductor magnus pars anterior tensor fasciae latae.
(ii) Ekstensi : M.gluteus maximus, M.semitendinosis, M.semimembranosus,
M.biceps femoris caput longum, M.adductor magnus pars posterior.
(iii)Abduksi : M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M.piriformis, M.sartorius,
M.tensor fasciae latae.
(iv) Adduksi : M.adductor magnus, M.adductor longus, M.adductor brevis,
M.gracilis, M.pectineus, M.obturator externus, M.quadratus femoris.
(v) Rotasi medialis : M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M.tensor fasciae
latae, M.adductor magnus (pars posterior).
(vi) Rotasi lateralis : M.piriformis, M.obturator internus, Mm.gamelli,
M.obturator Externus, M.quadratus femoris, M.gluteus maximus dan
Mm.adductores.
Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa.
Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os.coxae menyebar ke latero-
inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat ke linea intertrochanterica bagian
depan dan meliputi pertengahan posterior collum femoris kira-kira sebesar ibu jari
diatas crista trochanterica. Bagian dari lateral dan distal belakang colum femoris
adalah extracapsular articularis. Sehingga fraktur colum femoris dapat terjadi
intracapsular dan extracapsular.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur
LO 2.1. Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan
epifisis, atau tulang rawan sendi.Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu
pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang
bergeser
LO 2.2. Etiologi Fraktur
a. Trauma Langsung
Benturan pada tulang yang mengakibatkan fraktur di tempat tersebut. Contoh : benturan
pada lengan bawah menyebabkan patah tulang radius dan ulna.
b. Trauma Tidak Langsung
Tulang mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan. Contoh : jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula/ radius distal patah.
c. Fraktur Patologis
Fraktur yang disebabkan oleh trauma yang sedikit atau tanpa trauma. Contoh : pada
orang dengan osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang, dan tumor tulang.
LO 2.3. Klasifikasi Fraktur
1.1.3. Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas3 : complete,
dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta
incomplete (parsial). Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:
a. Fissure/Crack/Hairline tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat,
biasa terjadi pada tulang pipih
b. Greenstick Fracture biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna,
clavicula, dan costae
c. Buckle Fracture fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam
d. Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi5:
I. Transversal garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-100
o
dari
sumbu tulang)
II. Oblik garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80
o
atau >100
o
dari
sumbu tulang)
III. Longitudinal garis patah mengikuti sumbu tulang
IV. Spiral garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
V. Comminuted terdapat 2 atau lebih garis fraktur.
e. Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen.
f. Fraktur Avulsi: Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon
ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun
bila diduga akan menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan
untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.



2.2.2. Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:
a. Undisplace fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya
b. Displace fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:
- Shifted Sideways menggeser ke samping tapi dekat
- Angulated membentuk sudut tertentu
- Rotated memutar
- Distracted saling menjauh karena ada interposisi
- Overriding garis fraktur tumpang tindih
- Impacted satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

LI3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femoris
LO3.1. Definisi Fraktur Collum Femoris
Patahnya atau terputusnya korteks tulang femur di daerah atau bagian collum femur
LO3.2. Etiologi Fraktur Collum Femoris
Beberapa kondisi medis seperti osteoporosis, kanker, luka atau stres dapat melemahkan
tulang dan membuat pinggul lebih rentan terhadap patah.
Patah tulang panggul lebih sering pada wanita dari pada laki- laki, alasannya :
Wanita memiliki tulang panggul lebih lebar yang cenderung mengalami coxa
vara(deformitas dari hip dimana sudut antara leher dan batang tulang mengecil).
Wanita mengalami perubahan hormon post menopausal dan berhubungan dengan
meningkatnya insiden osteoporosis.
Harapan hidup wanita lebih panjang dari pria.

LO3.3. Klasifikasi Fraktur Collum Femoris
a. FRAKTUR COLLUM FEMUR:
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita
jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena
gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :
Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)
Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)
b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR
Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi
dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah
klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :
tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
c. FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa)
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu
lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam
shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi : Tertutup & Terbuka.
1. Ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah
dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
a) Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus
keluar.
b) Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena
benturan dari luar.
c) Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
2. Klasifikasi open fraktur mkenutut gustillo/Anderson
a) Grade I: Patah tulang terbuka dengan luka < 1 cm, relatif bersih,
kerusakan jaringan lunak minimal, bentuk patahan
simple/transversal/oblik.
b) Grade II: Patahan tulang terbuka dengan luka > 1 cm, kerusakan jaringan
lunak tidak luas, bentuk patahan simple.
c) Grade III: Patahan tulang terbuka dengan luka > 10 cm, kerusakan
jaringan lunak yang luas, kotor dan disertai kerusakan pembuluh darah
dan syaraf.
1. III A: Patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan luas, tetapi
masih bisa menutupi patahan tulang waktu dilakukan perbaikan.
2. III B: Patahan tulang terbuka dengan kerusakan jaringan lunak
hebat dan atau hilang (soft tissue loss) sehingga tampak tulang
(bone-exposs).
3. III C: Patahan tulang terbuka dengan kerusakan pembuluh darah
atau syaraf yang hebat.









Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini
biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot gastrocnemius, biasanya
fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi
sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.

LO3.4. Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femoris
Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada
penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur
collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul.
Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya
pemendekakan dari tungkai yang cedera.
LO3.5. Pemeriksaan Penunjang Fraktur Collum Femoris
a. Sinar X
Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan. Perangkap-perangkap berikut ini harus
dihindari:
1. Dua pandangan. Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X
tunggal dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua sudut pandang (anterior-
posterior dan lateral).
2. Dua sendi. Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat emngalami fraktur dan
angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga
patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi di atas dan di bawah
fraktur keduanya harus disertakan pada foto sinar X.
3. Dua tungkai. Pada sinar-X tulang anak-anak, epifisis yang normal dapat
mengacaukan diagnosis fraktur. Foto tungkai yang tidak cidera dapat bermanfaat.
Dua cidera kekuatan yang hebat sering menyebabkan cidera pada lebih dari singkat.
Karena itu bila ada fraktur pada calcaneus atau femur, perlu juga diambil foto sinar-
X pada tulang belakang.
4. Dua kesempatan. Segera setelah cidera suatu fraktur (misalnya pada skafoid carpal)
mungkins ulit dilihat. Kalau ragi-ragu sebagai akibat resorpbsi tulang, pemeriksaan
lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat menegakkan diagnosis.
b. Pencitraan khusus
Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar x biasa.
Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur condylus tibia, ct dan MRI
mungkin merupakan satu-satunya cara untuk menunjukkan apakah fraktur vertebrae
mengancam akan menekan medula spinalis. Sesungguhnya potret transeksional snagat
penting untuk visualisasi. Fraktur secara tepat pada tempat yang sukar misalnya
calcaneus atau acetabulum, dan potret rekonstruksi 3 dimensi bahkan lebih baik.
Scanning radioisotop berguna untuk mendiagnosis fraktur tekanan yang dicurigai atau
fraktur bergeser yang lain



Intracapsular Fracture Intertrochanteric Fracture













Subtrokchanteric fracture
LO3.6. Penatalaksanaan Fraktur Collum Femoris
Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian
fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka,
yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur
1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
3. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi.
Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan
logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
b. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi atau di
pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan.
Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal.
1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik
gips atau fiksator eksternal.
2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai
inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di
butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik
10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
(2) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
(3) Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
(4) Memantau status neurologi.
(5) Mengontrol kecemasan dan nyeri
(6) Latihan isometrik dan setting otot
(7) Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
(8) Kembali keaktivitas secara bertahap.

LO3.7. Diagnosis & Diagnosis Banding Fraktur Collum Femoris
DIAGNOSIS
1. Anamnesa (Ada tidaknya trauma)
Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah fraktur patologis. Jika
terjadi trauma, harus diperinci jenis, berat-ringannya trauma, arah trauma, dan posisi
penderita atau ekstrimitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).Pada penderita muda
ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada penderita usia tua biasanya
hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum femur. Penderita
tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam
keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang
cedera
2. Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multiple, fraktur
pelvis, serta tanda-tanda fraktur terbuka terinfeksi.
3. Pemeriksaan status lokalis
1. Look
o Deformitas: Penonjolan yang abnormalitas, Angulasi, Rotasi, Shortning.
o Fungsio laesa (hilangnya fungsi) seperti pada fraktur cruris menyebabkan tidak
bisa berjalan.
o Warna kulit yang kemerahan atau kehitaman atau hiperpigmentasi
2. Feel (palpasi)
o Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
o Apabila ada pembengkakan, apakah terjadi fruktuasi atau oedema terutama
disekitar persendian.
o Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, dan letak kelainan
3. Move
o Krepitasi
o Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tp ini bukan cara yang baik dan kurang
halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang
kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.
o Nyeri bila ditekan, baik pada gerak aktif maupun pasif.
o Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak
mampu dilakukan (ROM).
Gerakan yang tidak normal : gerakan yang terjadi tidak pada sendi, misalnya pertengahan
femur bisa digerakkan.

DIAGNOSIS BANDING
A. Osteitis Pubis
Osteitis pubis adalah peradangan simfisis pubis dan sekitarnya insersi otot. Osteitis pubis
biasanya dialami oleh atlet. Gejala yang muncul dari pubis osteitis dapat hampir semua
keluhan tentang pangkal paha atau perut bagian bawah serta perbedaan panjang kaki.

http://www.orthoclinic.com.sg/wp-content/uploads/2013/10/osteitis_pubis.jpg

B. Slipped Capital Femoral Epiphysis
Slipped capital femoral epiphysis adalah ketidakstabilan growth plate (lempeng pertumbuhan)
femoralis proksimal. Ada pemisahan epiphysis femoralis proksimal melalui pelat pertumbuhan
sehingga kepala femur menjadi pengungsi medial dan posterior. Pada radiografi polos, caput
femoris terlihat seperti dislokasi. Operasi dilakukan untuk mencegah agar kepala femoral tidak
tergelincir semakin parah.

http://www.orthopediatrics.com/binary/org/ORTHOPEDIATRICS/images/hipimages/child_hip_slipped_cfe
_anatomy05.jpg

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00052
C. Snapping Hip Syndrome
Snapping Hip Syndrome atau Iliopsoas Tendinitis adalah suatu kondisi dimana Anda
mendengar suara derik atau merasakan sensasi gertak di pinggul ketika sedang berjalan,
berlari, bangun dari kursi, atau mengayunkan kaki. Gertakan pinggul terjadi akibat hasil dari
kekakuan otot dan tendon di sekitar pinggul. Orang-orang yang terlibat dalam olahraga lebih
mungkin untuk mengalami patah pinggul. Penari dan Atlet muda lebih rentan memiliki patah
pinggul.


http://www.caringmedical.com/wp-content/uploads/2013/11/Snapping_Hip_syndrome.jpg
LO3.8. Komplikasi Fraktur Collum Femoris
Komplikasi awal
o Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan
yang rusak.
o Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk
kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan
kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran
darah.
o Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa
disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat
ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk). Sindrom ini
dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari elevasi.
o Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama.
Misalnya dengan di traksi di tempat tidur yang lama.
o Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat terjadi setelah
tindakan operasi.
o Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama
(jaringan tulang mati dan nekrotik)
o Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemuk
o Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.
o Anggota gerak memendek (ektrimitas).

Komplikasi lambat
o Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih
lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan).
o Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.
o Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
o Kekakuan pada sendi.
o Refraktur: terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang
solid.















DAFTAR PUSTAKA
Apley, A.G., dan Solomon, L. 1995. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Alih bahasa; fr.
Edi Nugroho. Jakarta: Widya medika
Eroschenko,Victor P. 2002.Atlas histologi diFiore edisi 11.Jakarta: EGC.
Sjamsuhidjat R,Wim de J. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:
FKUI.
http://emedicine.medscape.com/article/91596-overview Diakses pada tanggal 25 September 2014
pukul 20:06 WIB
http://emedicine.medscape.com/article/87420-overview Diakses pada tanggal 25 September 2014
pukul 20:45 WIB
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00052 Diakses pada tanggal 25 September 2014 pukul
20:36 WIB
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00363 Diakses pada tanggal 25 September 2014 pukul
20:52WIB

Anda mungkin juga menyukai