Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

Tumor orbita adalah tumor yang terletak di rongga orbita. Tumor orbita
terdiri dari primer, sekunder yang merupakan penyebaran dari struktur sekitarnya,
atau metastasase. Sedangkan berdasarkan letaknya dapat dibedakan tumor
palpebrae, tumor konjungtiva, tumor intraocular dan tumor retrobulbar.
Tumor orbita relatif jarang dijumpai. Pada proses pengambilan ruangan di
orbita penderita biasanya datang dengan keluhan seperti ada benjolan yang
menyebabkan perubahan bentuk wajah, protopsis, nyeri peri okular, inflamasi,
keluarnya air mata, massa tumor yang jelas nampak. Insiden tumor orbita
bervariasi, tergantung pada metode pemeriksaan yang dipakai. Frekwensi relatif
benigna dan maligna menurut handerson (1984); disebutkan sebagai berikut :
karsinoma (primer metastasis dan pertumbuhan terus 21 %, kista 12 %, tumor
vaskular 10 %, meningioma 9 %, malformasi vaskuler 5% dan tumor saraf
tengkorak 4%, serta glioma optikus dan neurisistik 5%.
Kebanyakan kasus tumor pada mata adalah kasus sekunder yang
merupakan metastasis dari tempat lain. Insidensi tumor mata berbeda-beda
tergantung dari area geografis dan keadaan ekonomi pasien. kebanyakan tumor
mata yang sering dijumpai pada area tropis adalah karsinoma sel skuamosa dan
karsinoma sel basal yang kebanyakan karena pengaruh ultraviolet meskipun akhir-
akhir ini terjadi karena infeksi virus. Karena sifatnya yang destruktif dan
metastatic maka terjadinya tumor mata dapat memberikan efek morbiditas dan
kecacatan yang tinggi, bahkan juga mortalitas karena bisa bermetastasis jauhpada
tumor yang ganas secara hematogen maupun limfogen.







II. LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Munasir
Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Pagentan Rt 3/3, Banjarnegara
Tanggal Pemeriksaan :04 Maret 2014
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pasien mengeluhkan benjolan pada mata kiri.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik Mata RSMS hari Selasa 04 Maret 2014 dengan
keluhan terdapat benjolan pada mata kiri. Keluhan tersebut dirasakan sejak
6 bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan tersebut di bagian kelopak mata
bagian dalam sebesar biji jagung namun lama-kelamaan benjolan tersebut
semakin membesar sampai sekarang sebesar telor puyuh. Tidak ada
pengobatan atau aktifitas tertentu yang membuat benjolan tersebut
mengecil. Selain itu pasien juga mengeluh benjolan tersebut mudah keluar
darah jika ditekan, dan pasien juga mengeluh nyeri pada area benjolan
tersebut. Pasien tidak mengeluh mengalami gangguan penglihatan seperti
penurunan penglihatan, hambatan gerak pada bola mata, penglihatan
seperti corong, tidak ada mual maupun muntah. Pada mata kanan pasien
terdapat kotoran mata yang berlebihan, namun pasien tidak mengeluhkan
penuruanan penglihatan, gatal, nyeri, maupun nrocos. Pasien juga tidak
kesulitan untuk membuka dan menutup kelopak mata kanan maupun kiri.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pasien menyangkal pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya dan menyangkal riwayat trauma pada mata.
b. Pasien menyangkal riwayat darah tinggi, kencing manis, alergi.
c. Riwayat konsumsi obat jangka lama disangkal.
d. Riwayat pernah operasi mata disangkal.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita tumor atau kanker.
Riwayat darah tinggi, kencing manis, alergi pada keluarga disangkal.
E. Riwayat Pekerjaan Sosial
Pasien bekerja sebagai petani namun sudah tidak bekerja lagi, sehari-hari
pasien tinggal bersama dengan suaminya. Selama menjadi petani pasien
sehari-hari bekerja di sawah dan terkena pajanan sinar matahari dalam
jangka waktu yang lama.

STATUS OFTALMOLOGIK
OCULI DEXTRA OCULI SINISTRA
5/60 Visus 5/60
- Visus dengan kacamata -
- Visus koreksi -
Bergerak ke segala arah
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Hisberg test (N)
Bola mata Bergerak ke segala arah
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Hisberg test (N)
Trikiasis (-)
Madarosis (-)
secret (+) berwarna
kuning
Silia Trikiasis (-)
Madarosis (-)

Ektropion (-)
Entropion (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)

Palpebra superior Ektropion (-)
Entropion (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)

Ektropion (-)
Entropion (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)

Palpebra inferior Ektropion (+)
Entropion (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)

Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Hordeolum (-)
Chalazion (-)
Konjungtiva palpebra Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (+)
Hordeolum (-)
Chalazion (-)
massa di orbita (+)
Injeksi siliar (-)
Injeksi Konjungtiva (-)
Injeksi episklera (-)
Pterygium (-)
Pinguekula (-)

Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-)
Injeksi Konjungtiva (-)
Injeksi episklera (-)
Pterygium (-)
Pinguekula (-)

Putih
Ikterik (-)
Sklera Putih
Ikterik (-)
Jernih
Keratik presipitat (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Kornea Jernih
Keratik presipitat (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Hifema (-)
Hipopion (-)
Dalam

Bilik mata depan Hifema (-)
Hipopion (-)
Dalam

Regular
sinekia (-)
Iris Reguler
sinekia (-)
Bulat
Sentral
Diameter 3mm
Refleks direct (+)
Refleks indirect (+)
Pupil Bulat
Sentral
Diameter 3mm
Refleks direct (+)
Refleks indirect (+)
Jernih
Iris shadow (-)

lensa Jernih
Iris shadow (-)

+merah jingga Refleks fundus + merah jingga
tdl Korpus vitreous tdl
Normal TIO Normal
tdl Sistem kanalis
lakrimalis
tdl

RINGKASAN
Anamnesis :
1. Pasien perempuan berusia 76 tahun pekerjaan sebagai petani.
2. Keluhan utama : benjolan di mata kiri sejak 6 bulan yang lalu, benjolan
sebesar telur puyuh.
3. Keluhan tambahan : benjolan mudah berdarah, dan nyeri.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum/Kesadaran : Baik/compos mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Laju pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 C
Status Oftalmologik :
Oculi Dextra
Visus : 5/60
Silia : Sekret (+) warna kekuningan
Pemeriksaan oftalmologik lain dalam batas normal.
Oculi Sinistra
Visus : 5/60
Palpebrae inferior : ektropion (+)
Konjungtiva Palpebrae : hiperemis (+)
Massa intra Orbita (+) :
Lokasi : kantus medialis OS
Ukuran : diameter 5 cm
Bentuk : tidak teratur
Immobile, warna merah kehitaman, mudah berdarah.
Diagnosis Diferensial
OS Massa Intra Orbita Suspek Jinak
Diagnosis Kerja
OS Massa Intra Orbita Suspek Keganasan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Histo-Patologis (patologi anatomi)
Terapi
Farmakologis : Persiapan Preoperasi sesuai keadaan pasien
Nonfarmakologis : jaga kebersihan mata dengan menutup mata menggunakan
kassa.
Pembedahan : Eksenterasi orbita jika memang sudah terdapat kecurigaan terhadap
keganasan

Prognosis
Oculi Sinistra
Ad Visam : Dubia ad malam
Ad Sanam : Dubia ad malam
Ad Vitam : Dubia ad malam
Ad Cosmeticam : Dubia ad malam




















III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Klasifikasi
Tumor orbita adalah tumor yang terletak di rongga orbita. Tumor orbita
terdiri dari primer, sekunder yang merupakan penyebaran dari struktur
sekitarnya, atau metastasase. Sedangkan berdasarkan letaknya dapat
dibedakan tumor palpebrae, tumor konjungtiva, tumor intraocular dan tumor
retrobulbar.
Tumor primer terjadi dari struktur orbita yang bervariasi :
a. Tumor developmental : dermoid, epidermoid, lipodermoid dan teratoma.
b. Tumor vaskular : hemagioma dan limfangioma
c. Tumor jaringan adipose : liposarcoma, lipoma
d. Tumor jaringan : fibroma, fibrokarsoma, dan fibromatosis.
e. Tumor asseous dan kartilage : osteoma, kondroma, osteoblastoma,
sarkoma osteogenik sesudah irradiasi, displasia fibrous dari tulang dan
sarkoma Ewings.
f. Tumor miomatous : Rabdomioma, leomyoma dan rabdomiosarkama
g. Tumor saraf optik : glioma dan meningioma
h. Tumor glandula lakrimal : benign mixed tumor, malignant mixed tumor
dan tumor limfoid.
i. Tumor jaringan limfositik : limfoma benign dan maligna
Tumor Orbita Sekunder :
Tumor yang berasal dari kelopak mata karsinoma sela basa, sel
skuamosa dan kelenjar sebasea dapat menyebar secara lokal kedalam orbita
anterior. Tumor yang berasal dari hidung dan sinus paranasal, tumor ini
sering melibatkan orbita (50%). Tumor nasofaring, tersering dari sinus
maksilaris, tumor ini melibatkan orbita. 30% kasus tumor menunjukkan
gejala proptosis. Dan meningioma menginvasi orbita posterior.
Tumor Orbita Metastasis
Tumor tumor metastase mencapai orbita melalui penyebaran
hematogen, karena orbita tidak memiliki saluran limfe. Metastase biasanya
berasal dari payudara pada wanita dan paru pada pria. Pada anak anak tumor
metastase paling sering terjadi adalah neuroblastoma, yang sering berkaitan
dengan pendarahan periokular spontan, sewaktu tumor yang tumbuh cepat
mengalami nekrois. Tumor tumor metastase jauh lebih sering terdapat
dikoroid dari pada didalam orbita, mungkin karena sifat pasokan darahnya.
Banyak tumor metastase di orbita respon terhadap radiasi dan komoterapi.
Tumor kecil yang terlokalisasi dan simtomatik kadang kadang dapat di
eksisi secara total maupun parsial. Neuroblastoma pada anak berusia kurang
dari 11 bulan memiliki prognosis yang relatif baik. Orang dewasa yang
mengalami tumor metastase diorbita memiliki usia harapan hidup yang sangat
sempit.

B. Penjelasan Tumor Orbita
Tumor palpebrae jinak
NEVUS
Biasanya congenital dan tidak ganas. Tumor ini relative kurang berpigmen
pada saat lahir dan cenderung lebih berpigmen pada saat pubertas. Bila
mengganggu kosmetik tumor ini bisa dilakukan eksisi. Klasifikasi dan
manifestasinya tergantung letaknya di kulit. Ada 2 macam jenis dari nevus
yaitu nevus intradermal dan nevus strawberry.
VERUCCA
Sering terletak di margo palpebrae dan bentuknya berlobus, verucca dapat
bertangkai. Dapat dihilangkan dengan eksisi dan kauterisasi.
XANTHELASMA
Biasanya muncul di sisi medial kantus dan sifatnya bilateral, berupa plak
subkutan berwarna kekuningan dan melipat-lipat. Sering mengenai usia tua
dan lebih sering pada wanita. Secara patologis lesinya merupakan deposit
lemak dan kolesterol. Terapi bisa dilakukan eksisi
HEMANGIOMA
a. Hemangioma Kavernosa
Terdiri dari pembuluh darah subkutan yang terdiri dari cabang-cabang
vena besar, berwarna kebiruan dan berkelok-kelok. Terapi dilakukan eksisi
karena tumor ini bisa tumbuh besar.
b. Hemangioma kapiler
Biasanya menyerang anak-anak kecil. Lesi tampak merah terang sampai
kebiruan. Jika lesi terletak superficial, akan tampak merah terang tapi
semakin ke dalam warna lesi semakin biru/ungu. Secara patologis terjadi
pelebaran vena dan endotel kapiler.

Tumor palpebrae ganas
Insidensinya 42% laki-laki lebih sering dari pada perempuan dengan
perbandingan 6:1. Serdasarkan dari jenis sel dapat berasal dari sel baal
95%, sel skuamosa dan dari glandula meibom.
BASAL CELL CARSINOMA
Merupakan karsinoma kelopak mata terbanyak, menduduki peringkat 3
untuk kategori tumor mata. Secara klinis keluhan diawali dengan kulit
berwarna kehitaman, gatal dan lama-kelamaan menjadi ulkus.
Gambarannya tidak khas, pembesaran kearah mendatar, ditengah ada
indurasi atau disebut tukak roden, tumbuhnya lambat dan gambarannya
seperti ulkus. Penegakan diagnosis denga pemeriksaan patologi anatomi.
Keadaan ini dikelola dengan pembedahan dan radioterapi karena tumor ini
radiosensitive. Terdapat empat tipe manifestasi klinis karsinoma sel basal :
a. Tipe nodular :
Berwarna terang, translusen, keras, menonjol berupa nodul dan pembuluh
darah kecil yang bervasodilatasi di permukaan. Adanya hyperkeratosis
membedakannya dengan papiloma sel basal.
b. Tipe ulseratif
Lesi lebih lanjut ditandai dengan tepi yang meninggi dan ulserasi pada
bagisn tengahnya. Disebut juga ulkus rodent.
c. Tipe sklerotik
Menginvasi sampai ke dermis dan menyebar secara radial di bawah
epidermis yang normal, dengan bentuk mendatar.
d. Tipe fibrosis
Sangat jarang dan sangat agresif. Bentuknya tipis dan sedikit menonjol
dengan tepi tidak tegas. Secara histopatologis tidak didapatkan palisade
perifer tapi terdapat pita tipis yang menginvasi sampai perifer. Stroma
sekitarnya menunjukkan proliferasi jaringan penunjang sehingga
berbentuk fibrosis.
SQUAMOUS CELL CARSINOMA
Merupakan 5-10% dari malignansi palpebrae dengan lokasi terbanyak di
bagian palpebrae atas. Karsinoma ini lebih sering di konjungtiva daripada
palbebrae. Terjadi akibat iritasi kronis, misalnya pada pajanan sinar
matahari yang lama dan berulang. Pertumbuhannya lambat dan tidak sakit.
Berawa; dari kutil yang berkembang menjadi keratosis dan penandukan,
erosi kemudian terjadi ulkus. Penyebarannya mulai dari epidermis, meluas
ke dermis. Sel-sel ganas menyebar melalui saluran limfatika ke limfonodi
preaurikuler untuk palpebrae superior dan limfonodi submaksilar pada
palpebrae inferior. Metastasis dapat mencapai paru-paru. Meskipun
dianggap lambat, pertumbuhan karsinoma sel skuamosa relative lebih
cepat daripada karsinoma sel basal. Terapi dapat dilakukan dengan eksisi
luas, tidak jarang dilakukan operasi radikal seperti eksenterasi orbita.
XERODERMA PIGMENTOSUM
Merupakan kondisi yang langka, bersifat congenital, dan merupakan
penyakit genetic yang diwariskan secara autosomal resesif. Lesinya
dimulai dari terbentuknya freckles di kulit, disertai telengaiektasi,
kemudian atrofi, dan akhirnya mengalami degenerasi malignan yang
terbentuk ulkus. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia muda. Riwayat
terpajan sinar matahari lama biasanya dapat digali. Kematian biasanya
karena metastasis. Keadaan ini berhubungan dengan karsinoma sel basal
dan karsinoma sel skuamosa.
Palpebrae sering terkena dan mungkin merupakan daerah pertama yang
menampakkan perubahan-perubahan degenerative dengan akibat atrofi dan
ektropion dengan perubahan-perubahan radang sekunder konjungtiva,
ulserasi kornea, simblefaron, dan karsinoma palpebrae.
MELANOMA MALIGNAN
Meskipun disebut melanoma, namun tidak semua berpigmen. Sebagian
tidak berpigmen dan disebut melanoma juvenile. Kelainan ini
berhubungan dengan nevus dan biasanya terjadi di margo palpebrae.
Diagnosis pasti dilakukan dengan biopsy. Terdapat 3 tipe melanoma
maligna, yaitu melanoma supervisial, lentigomelanoma dan melanoma
nodular. Prognosisnya tergantung invasi/kedalaman lesi. Penanganannya
dengan eksisi luas atau eksenterasi.

Tumor konjungtiva jinak
NEVUS
Nevus biasanya berpigmen, berwarna hitam sampai coklat gelap. Nevus
juga menjadi ganas. Tapi kalau ada perubahan pigmen yang menjadi lebih
gelap dan lebih luas lesinya, kemungkianan telah menjadi ganas. Secara
histology, tampak adanya selubung sel nevus atau sarang-sarang sel nevus.
Terapi dilakukan dengan eksisi dengan alasan kosmetik.
PAPILLOMA
Banyak menyerang orang dengan gizi buruk dan higieneitas rendah. Letak
tersering dekat limbus. Bentukya menonjol dan tidak rata. Terapi dengan
eksisi dan kauterisasi. Namun demikian angka rekurensinya tinggi.
GRANULOMA
Terjadi karena trauma, luka konjungtiva post operasi, kalazion, pterigium,
dan benda asing. Paling sering disebabkan oleh benda asing. Kelainan ini
tumbuh dengan cepat. Bentuknya menonjol dengan vasa-vasa tampak
nyata. Etiologinya Micobacterium tuberculosis. terapi dilakukan dengan
eksisi dan dasarnya dilakukan kauterisasi.
KISTA DERMOID
Merupakan kelainan congenital, bulat, halus kekuningan dan ada elemen
rambut. Ia merupakan suatu hamartoma yang berasal dari tiga lapisan
jaringan, yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm sehingga sering
dijumpai elemen rambut yang kaku. Lokasi tersering terdapat di limbus
palpebrae. Tumbuh pada pubertas. Terapi dilakukan ekstirpasi.
DERMOLIPOMA
Merupakan suatu hamartoma atau nodul jinak yang berasal dari jaringan
matur yang tumbuh berlebihan dan berasal dari jaringan lemak dan
karenannya mengandung lemak orbita. Merupakan kelainan ongenital
berbentuk bulat dan paling sering ditemukan di kuadran temporal atas
konjungtiva bulbi. Terapi dengan ekstitrpasi
LIMFOMA
Biasanya terjadi pada orang dewasa. Keadaan ini tidak berhubungan
dengan penyakit sistematik, limfosarkoma sistematik, dan berbagai
diskrasia darah. Tampilan klinis hyperplasia limfoid jinak mirip dengan
yang ganas sehingga perlu konfirmasi dengan biopsy. Diagnosis dengan
biopsy, MRI, atau CT-Scan. Terapi dapat dengan radioterapi.

Tumor konjungtiva ganas
Berasal dari sel skuamosa dan kebanyakan berasal dari sel epitel limbus
dan fisura palpebrae. Permukaannya sering mengalami keratinisasi
abnormal sehingga memberikan lesi keputihan yang disebut dengan
leukoplakia. Leukoplakia ini merupakan lesi prakanker. Bila diferensiasi
hilang, dapt berkembang menjadi ganas atau anaplastik.
Patologinya berupa perubahan sel epitel atipikal dan dysplasia. Tampilan
khas adalah nucleus besar, sitoplasma eusinofilik dengan nucleus yang
ellipsoid.

C. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala tumor mata yaitu :
a) Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga
merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-
kavernosa
b) Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering
dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau
tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).
c) Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos
endokrin atau fistula karotid-kavernosa
d) Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak
atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan
mukosel.
e) Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata,
mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan
VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus
kavernosus
f) Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya
saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.

D. Pengobatan
Terapi medis disesuaikan dengan diagnosis yang diperoleh dengan
biopsi atau eksisi. Situasi tertentu tidak memerlukan biopsi atau eksisi untuk
memulai perawatan. Kondisi seperti selulitis orbita sering diperlukan secara
medis dengan berbagai atimikro agen. Intervensi badah diperlukan jika tidak
ada respon terhadap pengobatan atau memburuk klinis terbukti pada
pemeriksaan. Pseudotumor biasanya ditangani secara medis dengan steroid
sistemik. Hemangioma kapiler juga dapat diobati dengan non surgical, seperti
suntikan steroid. Pengobatan yang diberikan pada tumor tidaklah sama,
tergantung dari jenis tumor dan stadium saat tumor ditemukan.
Pada tumor ganas sering dilakukan eksenterasi orbita agar
menghilangkasn seluruh sel kanker agar tidak menyebar ke area yang paling
luas.









IV. KESIMPULAN

1. Tumor orbita adalah tumor yang terletak di rongga orbita. Tumor orbita
terdiri dari primer, sekunder yang merupakan penyebaran dari struktur
sekitarnya, atau metastasase. Sedangkan berdasarkan letaknya dapat
dibedakan tumor palpebrae, tumor konjungtiva, tumor intraocular dan
tumor retrobulbar.
2. Pengobatan pada tumor orbita tergantung hasil dari biopsy jika ganas bisa
dipertimbangakan untuk dilakukan eksenterasi orbita.























DAFTAR PUSTAKA

Fritz. Anatomi dan Fisiologi Mata. [online] 2009. [cited 2011 November 22]
Available from : http://article-mata.org/index.php.htm
Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3
rd
ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Lang, Gerhad K. 2000. Conjungtiva. In : Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas.
New York : Thieme Stutgart.
Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi
Umum. 14
th
ed. Jakarta : Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai