Rampengan Starry Homentar* Kalim Hr** Karo-Karo Srn* Soerianata Sr** Harimurti GMr** Rahayoe AU** *Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskula4 Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi FSUD Prof dr Kandou, Manado **Deltarlemm Kardiologi dcn Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokleran (Jniversitas Indonesia, PisatJait*ig Nasioial Flarapon Kita, Jakaita Abstrak: Proses peradangan berhubungan dengan terbentuknya ptakyang rentan mengalami ruptuti yang tidak saja menyebabkan aktivasi pembekuan darah, tetapijuga terjadinya aktivasi leukosit polimorfonuklear (PlufN). Mieloperoksidase WO), adalah suatu hemoprotein yang diekspresikan oteh PMN dan disekresi selama proses aktivasi. Di antara prediktor utami kejadian kardiovaskular (m$or adverse cardiovascular events, MACE) yang telah diketahui secara luas sejak tama, misalrcya hs-CRP dan Troponin T belum diketahui apakah MPO juga dapifi meniadi predilctot progioiis pasien infa/k nxiokatd akut (IMA). Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi nilai predilcsi MPO dibandingkan dengan hs-CRP dan Troponin T sebagai predilrlor |v{ACE pada pasien 1A44. Suatu penelitian kohort prospektif dilakuknn mulai April sampai Juni 2006 di Unit Gawat Darurat Pusat Jantang Nasional Harapan Kita (PJNHK), Jakarta. Kadar serumMPo, hs-CRZ dan troponin T dinilai pada 93 pasienIA.[A. Datakematian, infark ulangan, angina, revaskularisasi, dan gagal jantung dikuwputkarc setaii lnasa follow-up. Patient dengan kadar serum MPo >204,9 ptg/L memiliki risiko kej kerdiovaskularyang lebihtinggi (I{R6,8; 95%CI 3,4-13,6; p<0.001). Mpo memiliki sensiti 83,1% dan spesifisitas 82,4%, dengan demikian merupakan prediktor yang lebih kuat dibandingkan Troponin T (sensitivitas 59,8% dan spesifisitas 71,6%a) maupun hs-CRp (sensitivitas 48,5% dan spesifisitas 46,1%o). Pada pasien IMA, kadar serum Mpo dapat memprediksi terjadinya MACE di masa mendatang. Kata kunci: infark miokard akut, in/lamasi, kejadian kardiovaskulari mieloperoksidase, prog- nosis Maj Kedold Indon, Volum: 59, Nomor: 3, l'4,arct 2OO9 Mieloperoksidase pada Penderita Infark Miokard Akut Myeloperoxidase in Patients with Acute Myocardial Infarction Rampengan Starry Homenta,* Kalim H,** Karo-Karo S,** Soerianata S,** Harimurti GM,** Rahayoe AU** *Cardiology and Varcalar Medicine Departmefit, Faeulty of Medicine, University of Sam Ratulangi, ProJ'Dr Kandou Hospital, Manado **Cardiology and Vascular Medicine Department, Faeulty of Medicine, University of Indonesia, Harapan Kita, National Cardiovascular Center, Jakarta Abstrak: Inflammation has been linked n all stages of ihe development ofwhterable plaque which not only causes platelet aclivation but also proceeded by activation ofpolynorphonucleat neutro- phils (PMNs). Myeloperoxidase (MPO), a hemoprotein etpressed by PMNs and secreted durircg activatid. Awn! prediitors af majar adverse cardiovasculal evenx lluIACE) that have beett widely used and lmowt, such as hs-CRP and Troponin T it is still unbtown whether A..[PO also provides prognostic information in patients with acute myocardial infarction (AMI)- This study was aimed to evaluate the predictive value of MPO and to compme MPO with hs-CRP and Troponin T as predictor ofMACE in patients with AMI. A prospective cohort study was conducted from Apil to June 2006 at the emergmcy deparhnent of Harapan Kita, National Cardiovascular Centre (HK-NCVC), Jakarta. MPO, hs-CRP, and troponin T serum levels were assessed in 93 patients withAMI. Data an dgath, re=infarctians, angina, retascularization, and heafifail*re was collected during 6 months offollow-up. Patients with MPO seruu level >204,9ig/l had inoeased risk of cardiovascular events (HR6.76; 95o/oCI 3.37-13.56, p<0.001). MPO (sensitivity 83.1%; specificity 82.4%0) was a stronger independent predictorfor subsequent cardiovascular events than Troponin T (sensitivily 59.8%; specificity 71.6%o) and hs-CW (sensitivity 48.5ok; specfficigt 46.1%o). In patients with AMI, MPO serum levels powerfully predicted an increased risk for ntbsequent ccrdiovascular eeents. Key words: acute myaeardial iffiretion, cardiovaseulm evmts, inflamation, myeloperoxidase, prognosis Pendahuluan Aterosklerosis adalah perryakit pada bagian muskuler arteri yang ditandai oleh disfungsi erdotel, inflamasi vaskular dan adanya penirnbunan lipid, kolesterol serta debris seluler dalam tnika intima dinding pembuluh darah. Penimbunan ini menyebabkan pembentukan plak, remode lling vaskaler, obstruksi lumen akut dankronilq abnormalilas aliran darah dan berkurangnya suplai oksigen ke organ target.l Proses inflamasi terjadi dalam setiap tahap plak atefoisklerosiS'? dan xngat menlipnganfui *abj plak. me mengalami ruptor dengan komplikasi dgkrnanplak trombus dan sebagai emboli yang berakibat terjadinya miokard.3,a yang Pembentukan plak aterosklerosis inding pembuluh koyak.zl2-ta Selain darah yang merupakan proses i amasi tidak saja juga berperan terhadap disfirngsi menyebabkan percepatan peni ateroma tetapi juga disertai aktivasi leukosit poli (PMN).+? Melalui penelitian secara in didapatkan bahwa lekosit mempengaruhi stabilitas plak 92 mieloperoksidase (MPO) pada pasien Sindroma Koroner Akut (SKA).3'aMieloperoksidase adalah suatu enzim yang terdiri dari hemoprotein dan dihasilkan oleh lekosittenrtama monosit dan neutrofi l3'8- i0 serla beberapa subtipe makrofag di jaringan.2'tqtt Sintesis MPO dimulai pada saat diferensiasi mieloid dalam sumsum tulangs yang disimpan dalam granula rtaurophilic lekcr,rtdan nanfirrya dilepaskanke dalilm sirkulasi bila terjadi aktivasi lekosit akibat proses inflamasi sebagai dari mekanisme pertahanan tubuh .2,4'8Ja'n proses inflamasi, MPO bereaksi dengan asam klorida dan hidrogen peroksida (H,OJ yang menghasilkan asam hipoklorida ilan plak sehingga mudah ilanplabMPO menjadibentuk aterogenih disfirngsi HDL, disfungsi miokard dan abnormalitas remode llin g ventrikel ssudah TMA.'"8'tt'tu Wta et alt5 merlemukan bahwa kadar MPO merupakan preditlor kuat disfungsi endotel melalui penelitian flow me - adanyasekresi Maj Kedokt 59, Nomor: 3, M.arct 2$Q9 Mieloperoksidase pada Penderita Infark Miokard Akul diated dilatasi arteri brakialis dibandingkan dengan kadar MPO dalam sirkulasi. Sedangkan Brennan el al4 menge- mukakanbahwa pada penderita nyeri dada akut yangdatang ke unit gawat darurat, kadar MPO dalam sirkulasi berpotensi sebagai predik;tor adanya ketidakstabilan plak yang berisiko mengalami infark miokard di kemudian tnri.4't2 Zhang et aF melal'ui penelitian kasus kontrol me- nemukan adanya hubungan anfara peningkatan kadar MPO dengan risiko Penyakit Jantung Koroner @JK). Penemuan ini mendukung peran MPO sebagai penanda inflamasi pada PJK. Pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) terjadi pembentukan plak tidak stabil dan mudah koyak yang sewaktu-waktu dapat ruptur membentuk trombus dan mengakibatkan kematian mendadak. r7,r8B aTdus et aP mene- mukan bahwa pasien SKA yang kadar MPO-nya meningkat berisiko tinggi mengalami kejadian kardiovaskular (maj or adverse cardiwascular evenr, MACE) dikemudian hari. I{al ini dibuktikan dengantingginya insidens kematian dan infark miokard ulangan yang ditemukan dalam kurun waknr 30 hari sampai 6 bulan.3 Pada pasien nyeri dada akut tanpadisertai bukti pada gambamn EKG serta kadar CRP, walaupun CKMB dan troponin T rendah atau tidak terdeteksi, tetapi terdapat pemnglatankadx MPO, maka pasien ini didapati berisiko tinggi mengalami kejadia n katdiovaskulat 3s'1s20 Peningkatan CKMB dan troponin T dalam darah terjadi 4-6 jam sesudah serangan WlA2t,22 sedangkan hs-CRP meningkat dalam waktii 6 jam sesuilah ssrangan'{trIL\.z3,u Peningkatan MPO dalam darah terjadi lebih dini, yaitu dalam waktu 2 jam sesudah serangan IMA.a Berteda dengan tropo- ninT, CKMB, danhs-CRP" MPO dapat mengidentifikasilebih dini pasien yangberisiko mengalami kejadiqg di kemudian hari tanpa pada adanya bukti nekrosis mi0kard.2526 tidak memerlukan pemeriksaan seperti halnya CKMB dantopo- ninTyang pemeriksaanulanganbiladidapatkar hasil awal pemeriksaan pada pasisn lp6.tztt saat ini, belum ada penelitian tentang kadar MPO pasien IMA serta titik potongnya dalam akurasinya, misalnya troponin T dan hs-CRP, dalam mempi,ediksi kejadiim kardiovaskrilat pada pasien IMA. Mmde Penelitian ini merupakan studi kohort prospektifpasien IMA yang datang di unit gawat darurat (UGD) Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK),Iakarta, selama periode April-Juni 2006. Pasiendipantau selana 6bulanuntukmelihat kali yang datang di UGD PJNHK dalam waktu 24jam onset serangan dan bersedia mengikuti penelitian dengan ii informed cansent. Kriteria eksklusi meliputi p,a$en AP S/APTS, atalu iw ayat gagaljantung sebelumnya; pasien dengan keadaan alergi akut, asma bronkial dalam serangan, trauma akut, keganasan/kanker: serta pasien yang mendapatkan tindakan revaskularisasi elektif (PICA/CABG) selama periode pengamatan. Sampel diambil dari populast s?,cara" consecutive sam- pling" yaitu pasien yang memenuhi kriteria penelitian diikutsertakan sanpai tercapaijmlahsampel yang diperlukan. Pada semua responden dilakukan anamnesis, pemeriksaan fi sib pemeriksaan elekeokardiografi , serta pemeriksaan erzim jantung rutin (CKMB, troponin T), MPO, hs-CRP, laboratorium rutin ilan profi1 lipidpuasa. Sampel darah untuk pemeriksaan MPO dan hs-CRP dianbil bersamaan dengan sampel untuk pemeriksaan laboratorium dan enztm jarrtungnrtin Eada saat pasien masuk UGD. Dilakukan pengukuran tekanan darah, tinggi badan dan beratbadan. Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan rumus Broca BB/(TB)'?dengan satuan kgftn?. Semua faktor risiko tradisional PJK dicatat. Follow up pasien dilakukan berkala setiap bulan melalui telepon dan kunjungan pasien ke poliklinik selama periode pengamatan. Kejadian kar- diovaskular yang dicatat adalah bila pasien mengalami rawat fl ang selama periode pengamatan. P emet iks aan Ka dat Mleloper oksi das e Sampel darahvena diambil sebarryak 7 cc di daerahvena antekubiti dengan menggunakan Vacutainer Brand Blood Collection Sets tanpa zat ani pembeku. Darah dibiarkan membeku selama 1-2 jam dalam suhu mangan (18-25'Q lalu dipisahkan dari serum dengan sentrifugasi sebanyak 1000- 1300x selama 10 menit dalam suhu nrangan. Senrm kemudian diolah sesuai prosedur standarpemeriksaan ELISA dengan dari MERCODIAAB (10-1 17 64I) di Laboratorium . Konsentrasi mieloperoksidase dalam serum di- nganmenggunakan nilai satuan pg&. Pemeriksaan hs-CRP Pemeriksaan chemiluminescenl dilakukan dengan metode sedang; hs-CRP >3,0 PJK.7 risiko tinggi terhadap Pemeriksaan Kadar Troponin T Pemeriksaan kadar troponin T di sesuaiprosedur standar pemeriksaan ELISA dengan alat 1010 dax reagen dari Boehringer Mannheim. troponinT <0,1 nglml dikategorikan risiko rendah dikategorikan risiko tinggi. t5 20,1 nglmI- Follow up Pengamatan dilakukan selama perawatan di mmah sakit dan sampai 6 bulan sejak penderita datatg ke PJNHK dan DPC/Immulite dan alat kejadian kardiovaskular. Selain itu, perlu Immulite 2000 NR. i hs-CRP dalam serum ndingkan sensitivitas dan spesitivitas MPO dinyatakan dalam satuan ; kadar hs-CRP <1,0 di- kadarenzimjantungyang sudahdiketahui kategorikanrisikorenda[hs-CRP 3,0 dikategorikan risiko Maj Kedokt Indon, Nomor; 3, Maret 2009 Mieloperoksidase pada Penderita Infark Miokard Akut kontrol di poliklinik. IIal yang dieatat adalah reinfarlg angha berulang, revaskularisasi urgensi, gagal jantung dan kemafiarL Analisis Data Data kategorikal dinyatakan dalam jumlah (n) dan persentase (7o), dan data kontiryu dinyatakan dalam tabel distribusi, nilai rerata serta simpang baku. Dari data yang diperoleh dilakukan pengelompokan pasien berdasarkan MACE dan non MACE. Perbedaan anlara kedua kelompok dianalisis dengan / test (2-tailed) atau Mann-\i/hitney wftitk variabel numerik danPearson chi-square test atau Fisher exqct te st vntukvariabel kategorik. Beftagai variabel perancu dianalisis dan wriabel dengan nilai p <0.25 akan dimasuldon dalam analisis multivariat dengan metode cox regression. Analisis kurva ROC digunakan untuk mendapatkan titik potong MPO yaqg aka$ memberikan nilai prediksi ertinggi dalam stratifikasi pasien IMA yang berisiko mengalami Tabel 1, MACE. Cox proportional-hazards regression model digunakan untuk memperkirakan hazard ratio ieqadinya MACE. Kurva Kaplan Meier dibuat untuk menunjukkan harapan hidup selama 6 bulan pengamatan antara kelompok dengan kadar MPO yang tinggi dan yang rendah. Ilasil penelitian dikatakan bermakna bila p<0,05. Semua analisis dilalcukan dengan menggunakan perangkat komputer SPSS 13.00 (SPSS.Inc) dan STATA7.0. Hasil Selama periodeApril sampai Juni 2006 secarakonsekutif didapatkan 93 pasien IMA yang memenuhi kriteria inklusi penelitia4 yang terdiri dari 45 pNren(48,4YQ STEMI dan 48 psien (5 1,6%) NST'EMI. Karakteristik reqponden penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Terdapat 59 pasien (63 .4Vo)yane mengalami MACE dan 34 pasien (36,6Vo) yang tidak mengalami MACE (non MACE). Tidak ada pasien yang hilang dalam peidefollow up. Ditemttkanperbedaan usia, Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi, Faktor Rislko, Hasil Pemeriksaan Labo- ratorium, Pengobatan, dan Kejadian Kardiovaskrlar (MACE) Deksripsi KeJadian Kardiovaskular (MACE) MACE (n:59) NonMACE (n:34) Demografi Jenis kelamin pria (n; o/o) 7 3 (77 ,4) Usia (rerata - SD) 55,2!9.7 > 65 tahun (q %) 14 (15,1) Indeks massa tubuh (n; oZ) Otresitas (> 30 kg/m'z) 8 (8,6) Overweight (25-30 kglmt) 41 (44,1) Faktor Rlsiko (n; o/o) Merokok 51 (54,8i Hipertensi 55 (59.I) Diabetes melitus 27 (29,0) Dislipidemia 40 (43,0) Menopause 9 (42,9) Riwayat keluarga 28 (30,1) Pemeriksaan Laboratorium (rerata + SD) Hemoglobin 14,4+1,7 Hematokrit 42,A+6,2 MPO (ugll) 284,6*175,03 Hs-CRP (mg/l) 13,8+18,0 Troponin T (nglml) 0,8+1,6 Lerkorit 11,6J.4,6 CKMB (mgldl) 42,A+43,6 Kolesterol total (mgldl) 2A8,8+44,3 Kolesterol LDL (mgldl) 147,1+34,9 Kslqsterol HDL (mgldl) 38,0+10,3. Trigliserida (mgldl) 188,8+103,2 Gula darah sewakh.r/ cDS (mg/dl) 178,7+84,1 Pngobn-tnn (n; "h) ACE-inhibitor Clopidogrel Beta bloker l{itrat Statin 57 (6r,3) 58 (62,4) 67 (72,0) 83 (89,2) e0 (96,8) 45 (76,3) 57,4+9,4 12 Qas) 6 (10,2) 26 (44,1) 32 (s4,2) 32 (s4,2) t7 (28,4) 28 (47,s) 7 (tr,e) 20 (33,9) 14,5+1,7 42,8+7,4 59, l+163,8 12,8+17,4 0,8+1,4 11,7+5,0 41,1+36,7 211,9+41,8 154,5+31,3 35,1+10,9 191,9+96,9 I 84,0+90,6 36 (6r,0) 36 (61,0) 42 {'1r,2) s3 {89,4} s7 (96,6) 27 (7e,4) 52,1t9,5 2 (5,e) 2 (s,e) l5 (44,1) !e (51,e) 23 (67.6) l0 (29,4) t2 (3s,3) 2 (5,e) 8 (23,5) 14,7+1,7 43,4+4,1 15 5,4a 105,5 15,6+19,1 0,7+1,9 ll,3+3,9 44,2+54,2 203,5+48,6 134,3+37,6 41,9+8,1 183,4+1 15,5 t09,6+71,7 21 (61,8) 22 (64,7) 25 {'r3,5) 30 (85,2) 33 (97,r) 0,652 0,027 0,009 0,'162 0,666 a,696 0,806 0,360 8,269 0,32e a,265 4,252 <0,001 0,538 0,013 0,665 0,693 4,489 0,019 0,403 4,941 0,461 0,763 0,783 0,524 o,907 0,767 Maj Kedold Indon, Volum: 59, Nomor: 3, Maret 2809 Mielaperoksidase pada Penderita Infark Miokard Akut kadar serum MPO dan Troponin T serta kadar kolesterol LDL dan IIDL yang bermakna antara kelompok MACE dan nonMACE (p<0.05). Kadar lvIP.O 2A4,9 pgfl merupakan nilai potong yang memberikan nilai prediksi tertinggi te{adi atau tidakny2t MACE (tabel 2) sehingga kadar MPO 204,9 1t gll Cltgutakan sebagai nilai potong. Area under curve (c statistic) lvtrO sebesar 86,9yomerupakan kenurmprum diskriminasi MPO yang paling besar. Tabel 2. Sensitivitas dan Spesifisitas Nilai Potong MPO Variabel Tabel 4. Analisis Multivariat Prediktor MACE Variabel HR 9So/o Cl Usia >65 tahun MPO tinggi 2,69 6,76 1,40-5,16 0,003 3,37-13,56 <0,001 Nilal potong Sensiti- Spesifi- vitas (9o) sitas(o/o) Area under cume (o/o) PadaTabelitampakbahu,alsjadiiankardioltiskularyang terbanyakditemukan adalah anginaberulang, yaitu 28 kazus (47,4Yo). Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Kejadian Kardio- vaskular yang Dialami (N=59) Jenis Kejadian Kardiovaskular Frekuensi (n; o/o) MPo (pell) 204,9 83, 1 82,4 86,9 Pada tabel 3 berdasarkan hasil analisis usia, MPO, hs- CRP dan Troponin T sebagai variable kategorik dengan kejadian kardiovaskular diperoleh bahwa usi4 MPO dan Troponin T memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kardiovaskular (p<0,05). Sedangkan hs-CRP tidak menur{ukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian kardiovaskular (p>0,05). Perbandingan akurasi MPO, hs-CRP dan Troponin T sebagaiprediktorMACE Angina berulang Revaskufui'iisa*i rlr gensi Reinfark Gagal Jantung Meninggal 28 (47,5) B Q2,A) 6 (r0,2) 3 (5,1) e (15,3) Tabel 3. AnaHsis Hubungan Usia, MPO, hs-CRP ilan Troponin T dengan MACE Variahel MACE (n:59) Non MACE (n=34) HR 95 o/o Cl Usia >65 tahun <65 tahun MPO Tinggi Q 208.4 ugfi) Rendah (< 2A8.4 ug/l) Hs-CRP Tinggi (>3 mel1) Sedang (1-3 mfl) Rendah (<l mfl) Trtrporrja T Tinggi ()0.1 nglml) Rendah (<0.1 nglml) t2 (20,3) 47 (79,7) 49 (89,1) 10 (16,9) 27 {45,8) 24 $4,7) 8 (13,5) 30 (50,8) 2e (49,2) 2 (s,e) 32 (e4,t) 6 (1't,6) 28 (82,4) 19 (55,9) 12 (35,3) 3 (8,8) r0 {29,4) 24 Qa.6) 2,4 6,5 0,9 1,25-4,51 0,010 3,24-12,95 <0,001 0,61-r,t9 0,533 1,9 1,15-3,21 0,013 Dari analisis univariat (Tabel I dan 3) diperolehusia, kadar MPO tinggi dan Troponin T tinggi serta kolesterol LDL dan kolesterol HDL jugaberhubungan dengan kejadian kardiovaskular dengan filai p<A,250. Melalui analisis multivariat (Iabel 4), MPO merupakan prediktor independen terkuat kejadian kardiovaskular (l{R 6,8; 95o/ocl3 ,4-13,6; p<q,001), k4rena usia jug4 terpilih dalam madel akhir dan menunjukkan hubungan yangberrnakna tetapi nilai HRnya lebih rendah dibandingkan MPO. Berdamrkan kurva ROC ketiga penanda (MPO, hs-CRP dan troponin T) pada Gambar 1 serta perbandingan sensitivitas dan spesifisitas pada Tabel 6, tampak bahwa MPO memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dari hs-CRF dan troponin T dalam memprediki kejadian kardiovaskular. Berdasarkan analisis kesintasan dengan kurva Kaplan Meier Grafik 2), diketahui bahwa $cara gatistik kadar MPO (uji log rark, p<0.001) dan Troponin T (uji log rank, p= 0.0 I 1) memitki hubungan yangbermakna dengian terjadirya Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 3, Maret 2009 95 Mieloperoksidase pada Penderita Infark Miokard Akut /"2 ti '5 = Lso o g) -:-*L*"o tt HscRP o tr6 MPO (pgll) 83,1 hs-CRP (mg/L) 48,5 Troponin T (ng/mL) 59,8 Gambar l. Kumr Receiver Oper*ing Charaderistir (ROC) untuk Seluruh Penanda Tabel 6. Sensitivitas dan Spesifisitas MPO, hs-CRP dan Tropo nin T dalam memprediksi MACE Varlabel Sensiti- Spesifi- Area di bawah vitas (%) sitas (9zo) kurva ROC (o/o) Survival Kaplan-lihier berdasarkan nilai MPO-ROC K 1.0 U il Clasihcation ofMPo eording to RoC Cwe ..i1 :r01s -l-l > zoas ui Log Ent xr; e{.001 1& wArtu {HAR) 050jm wAr$u lHrRrl Lfl Logdrd( )e M&m bCRP; H.56 Uii Ld* ) Hish hrCRP; H.525 Gambar 2. Survival Pasien Berdasarkan Kadar MPO, hs- CRP dan Troponin T tidak mengalami MACE (non MACE) menunjukkan pe$edaan usia, kadar serumMPO, dan Troponin T serta kadarkolesterol LDL dan HDL yang hrmakna G{.05). Brennan et ala melaporkan adanya perbedaan yang bermakna kadar MPO dan Troponin T, usia ser[a riwayat 86,9 46,4 69,0 kejadian kardiovaskular selama pengamatan 6 bulan (180 hari). Sebalikny4 hs-CRP tidak menunjukka hubunganyang bermakna dengan kejadian kardiovaskular selama penga- matan 6 bulan. Kesintasan pasien yang memiliki kadar hs- CRP yang rendah tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan pasien yang memiliki kadar hs-CRP yang sedang (p=0.536 dengan uji log rank). Nilai titik potong MPO yang digunakan sesuai kuwa ROC: MPO dibagi alas duakelompok yaitu kelompok risiko rendah (<204,9 pg&) dan kelompok risiko tinggi eZA4,9 pg&); hs-CRP ditagi atas 3 kategori, yaitu risiko tings (>3 mg[L), risiko sedang (l-3 mglL) dart. risiko rendah (<l mg/L). Troponin T dibagi ke dalam dua kelompot yaitu risiko tinggi @}p{ml) danisil<arsdah (<0,1nglml). Iliskusi Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa MPO dapat digunakan sebagai prediktor kejadian kardiovaskular padapasien IMA. Beberapa penelitian berhasil menunjukkan bahwa MPO merupakan prediktor independen yang kuat dalam monprediksi kejdian kardiovaslsrlar pada pasien nyeri dada akut dan SKA,3,4 namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mempelajari nitai prediktilMPO terhadap kejadian kardiovaskular (MACE) pada pasien IMA. Penelitian ini menrpakan sflrdi kohort prospektif yang mengamati kejadian MACE selama 6 bulan pada kelompok pasien IMA. Kelompok pasien yang mengalami dan yang 96 82,4 46,1 71,6 Maj Kedokt Indon, Volurn: 59, Nomor: 3, Maret 2009 Mieloperoksidase pada Penderita Infark Miokard Akut hiperlipidemia anlara pasien nyei dadayangmene4lami dan yangtidak mengalamiMACE (p<0.01). Selain ifurYrtaet alts juga mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan kadar MPO dengan bertambahnya usia, peningkatan kolesterol HDL dan riwayat hiperkolesterolemia (p<0.001). Padapenelitian ini insidens MACE masih tetap tinggi walaupun semua pasien sudah diterapi sesuai dengan protokol standar saat masuk rumah sakit. Penggunaan statin dalam penelitian ini lebihbanyak dibandingkan nitrat, beta bloket, clopidogel dan ACE Inhibitor (ACEIs). Meskipirn statin diketahui dapat menurunkan aktivitasMPO25 namun pada kenyataannya pasien yang mendapat statin cukup banyak yang mengalami MACE. Hal yang sama juga dikemukakan olehZhanget al.s%ta et alt5 juga menemukan kadar MPO yang tinggi padapasienyang mendapat terapi statin, ACE Inhibitor dan aspirin. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya dosis obat yang diberikan, ketidakpatuhan pasien untuk datang kontrol atau dalam minum obat, perbedaan pola hidup, kesenjangan edukasi maupun adanya perbedaan respons masing-masing pasien terhadap berbagai jenis dan dosis terapi yang diberikan.ls Selama pengamatan 6 bulan, ditemukan kejadian kardiovaskul ar y ang lebih banyak pada pria. yaitu 45 kasus (76,37$ dibandingkan denganwanitayaitu 14 kasus (23,7W. Brennan et al (dikutip dari Hazen)l2 menemukan perbedaan kadarMPO pada piia (112,5-37 6,4 pMf) danwanita (97,3 -331,6 pM) yang menyebabkan perbedaan risiko mengalami kejadian kardiovaskular. Perbedaan kadar MPO arLtara pria dan wanita yang mengalami kejadian kardiovaskular juga dikemukakan oleh Reynolds et al.3 yang diduga berhubungan dengan per- bedaan genotip pada ikatan estrogen dan reseptornya di lokus -4634.. Dugaan lainadalahterdapatnya peran esfta- diol sebagai substrat dalam proses degramrlasi neutrofil yang menurunkan aktivitas MPO pada wanita. Namun, untuk membuktikan adanya hubungan genotip dengan kadar MPO masih diperlukan penelitian lebih lanjut. 12 Dari penelitian ini didapatkan nilai rerata kadar MPO secara keseluruhan pada pasien IMA adalah 284,6 + 175-0 pgll. Pada penelitianyang dilakukan oleh Kaniawati2o di In- donesia, didapatkan nil ai rerutakadar MPO pada orang nor- mal adal.ah 60 J 117,6 ltgll rtiloi.ini l$ih rerdah dari kelompok pasien dengan IMA. Berdasarkan pengelompokkan ada tidaknya kejadian MACE, didapatkan nilai reralakadarM$ 359,1+163,8 ygfl- padakelompok pasien dengan MACE dan 155,4 +1A5,5 ltglL pada kelompok pasien non MACE C)<0,00 I ) . Brenrwrt et ala juga mendapatkan kadar MPO yang lebih tinggi pada pasien dengan MACE dibanding dengan pasien yang tidak mengalami MACE (29L+32 vs 159141 pM, p<0,001). Tingg1nya kadar MPO dalam sirkulasi pada pasien yang mengalami MACE menunjukkan bahwa MPO dapat digrrnakan sebagai prediktor terhadap peningkatan risiko MaJ Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 3, Maret 2009 kejadian kardiovaskular ulangan dalam waktu 6 bulan. Dari kurva ROC didapatkan titik potong MPO sebesar 244,9 igl dimana pasien dengan kadar lvPO >204,9 pglL berisiko tinggi mengalami MACE. Baldus e/ a/ mendapatkan titik potong MPO >350 ltglL padapasien SKA sedangkan Brennan et al mendapatkan 2198 pM pada pasien nyeri dada akut.3,4 Adanya perbedaan nilai titik potong MPO yang didapatkan pada penelitian ini dibandingkan penelitian- penelitian lainnya diduga berhubungan dengan perbedaan faktor raslgenetik yang turut berperan. Nikpoor et alto rnengemukakanbahwa adimya polimorftsme 463 Gl Apada gen MPO yang akan mempengaruhi risiko terjadinya PJK pada setiap individu. Reynolds e/ a/t' meneliti genotip MPO dan menemukan hubungan ekspresi genotip GG dengan tingginya kadar serum MPO dan peningkatan risiko terjadinyaPJK. Melalui analisis hubungan MPO, hs-CRP, dan Tropo- nin T terhadap MACE, didapatkan bahwa kadar MPO dan Troponin T pada pasien MACE berbeda bermakna dengan nonMACE. Sedangkan kadar hs-CRP kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Penelitian yang dilakukan oleh Baldus e/ aF menuqiukkan pe6edaan kadar MPO, hs-CRP dan Tropo- nin T yang bermakna antara pasien y utg mengaTami MACE dan yang ticiak mengalami I\4ACE (p<0.001). Perbedaan temuan ini dapat disebabkan oleh perbedaan subyek penelitian. Pada penelitian ini zubyek adalah pasien yang didiagnosis STEMI dan NSTEMI sedarigkan penelitian yang dilakukan oleh Baldus et al.3 stfryek penelitian meliputi seluruh pasien SKA dan penelitian Brennan et al.a xfuyek penelitian adalah pasien nyeri dada akut. Setain itq jumlah sampel dalam penelitian ini lebih sedikit (93 pasien) dibandingkan jumlah sampel yang diteliti oleh Baldus3 ( 1090 pasien) dan Brennana (604 pasien). Melalui aralisis univariat didapatkan HR MPO sebesar 6,4 (9 sYo CI I,1 - 7,6; p<0,00 I ). Namun setelah IvtrO di- ad- just dengan variabel usia melalui analisis multivariate, didapatkan HR MF terhadap MACE adalah 6,8 (9 5oA CI 3,4 - 13,6; p<0,00|}Bal&ts et aljugamelakukan penelitiankadar MPO pada 547 pasien SKA dan mendapatkan pasian dengan kadarMPo -350 pg/l memitiki peningkatan risiko mengalami kejadian kardiwaskular (IIR 2,3 ; 9 sYo CI 1,3-3,8; p0,003).3 Makela et al.ta mengemukakan bahwa seiring dengan bertambahnya usia miaka akan makin luas daerah fibiosis dan kalsifikasi yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang menyebabkan peningkatan ekspresi MPO. Dalam penelitian ini, melalui analisismultivariat temyataMPO tetap rnerupakan prediktor independen terkuat kejadian kardiovaskular. Penelitian yang dilalnrkan oleh Ztnng et al.n dan Brennan el al.a jluga melaporkan bahwa setelah di sesuaikan dengan variabel perancu yang meliputi usia, falctor risiko PJK dan kolesterol, MPO tetap merupakan prediktor independen terhadap kejadian kardiovaskular (p<0,00 1). Insidens angirn benrlang dalam penelitian ini ternyata paling banyak ditemukan di antara kejadian kardiovaslarlar 97 Mieloperoksidase pada Penderita Infark Miokard Akut lainnya diikuti oleh revaskularisasi urgensi, kematiaq reinfrrk dan gagal jantung. Secara patologis ttngg;nyainsidens an- gina benrlang pasca IMA disebabkan oleh banyaknya plak tidak stabil yang berisiko ruptur membentuk trombus dan menlumbat secara parsial pada lumen pembuluh darah. Mieloperoksidase dan HOCI turut berperan dalam proses ini dimana mengakibatkan melemahnya struktur fibrous cap sehingga plak yang tidak stabil menjadi mudah Fwah.z'rz Selain oleh pecahnya plak, angina berulang dapat juga disebabkan oleh disfrrngsi endotel. Dalam hal ini, MPO secara langsung menyebabkan disfungsi endotel melalui penghambatan aktivitas NO sebagai vasodilator selama terjadinya infark miokardyang mengakibatkanvasokonstriksi pembnluh darah sehingga tdadi iskemi 2.2'8,t5'16 Berdasartan kurva ROC, ditemukanbahwa MPO dengan titik potong >2A4,9 pgll memiliki sensitivitas 83,L%o dan spesifisitas 82,4Vo; hs-CRP dengan titik potong >3 mglL memiliki sensitivitas 48,5% dan spesifisitas 46,10/o; sedangkan Troponin T dengan titik potong >0,1 nglml- memiliki sensitivitas 59,8olo dan spestftsrtas 7 1,6%iu Menurut Brennan et al,al@O dewgantitik potong :198 pIvI memiliki sensitivitas 65 ;7 Z dtrr peifisbs 60J? ; hs-CRP dengan titik potong > 10 mgll memiliki sensitivitas 3 I,7Vo dan spesifisitas 68,9%; sedangkan Troponin T dengan titik potong >0,1 nglml memiliki sensitivitas 58% dan qpesifisilas 100%. Pada penelitian ini ditemukan peningkatal kadar hs- CRP pada pasien dengan kadar troponin T rendah yang mengalami MACE. IIal ini menunjukkan bahwa peningkatan hs-CRP tidak hanya berhubungan dengan kenrsakan miokard tapi juga berhubungan dengan adanya respons yang krat terhadap inflamasi vaskular. 3.4 Sebaliknya, dari penelitian ini ditemukan pening-katan kadar troponin T pada pasien dengan kadar hs-CRP yang rendah. Berdasarkan tmri, pelepasan hs-CRP dalam sirkulasi didahului oleh sirtesis hs-CRP di heparyang distimulasi oleh sitokin proinflamasi yaifir IL-6.6,50 Neumann et al (dilctttip dari Winter e t ah menelittbahwa IL-6 dilepaskan dari sel-sel miokard yang rusak sesudah serangan IMA. Sebaliknya Troponin T dilepaskan dari cytosolic pool sel-sel miosit jantung?422yang rusak ke dalam sirkulasi. Padapasien IMA, peningkatan Troponin T akanterjadi lebih dahulu, diikuti oleh peningkatan hs-CRP sebagai respons irnflamasi akibat nekrosis tniokard.l5'?4 Oleh karena itu, untuk memperoleh kadar hs-CM yang memiliki nilai prognostik yang tinggi terhadap MACE, pengambilan sampel hs-CRP pada pasien IMA harus sesegera mungkin dilakr:kan setelah onset serangan sehingga belum terjadi peningkatan hs{RP lebih lanjut akibat realai inflamasi terhadp kerusakan miokard.u Kadar hs-CPO memiliki nilaiprediksi positifyang rendah bila digunakan sebagai prediktor tunggal pada pasien PJK. 15 Dari beberapa penelitianyang dilalokan oleh Blankenberg et al,Baldrs et al,Brennanet al danKeschenela/ (dikutip 98 dari Schnabel et al) didapatkan nilai prediktor hs-CRP terhadap kejadian kardiovaskular pada pasien SKA lebih lemahdftandingkan denganMPO, inlerleukin-l8 alalu soluble CD40 ligand, sehingga peran hs-CRP sebagai prediktor masih perlu didiskusikan lebih lanjut.z,t: Melalui penelitian CAPTURE (c7E3 Anti Platelet Therapy in Unstable Refractory Angina) diperoleh kejadian kardiovaskular sebesar 8 -4d/opada pasien SKA dengan kadar Troponin T negatif.2o Hasil analisis Global Utilization of Strategies to Open (GUSTO) IV madapatkanbahwa Tropo- nin T lebih superior dibandingkan hs{RP dalam menilai hasil luaranklinik pasien SKA.17 Olehkarena itu,Morrow et al. (dikutip dari Rifai et al.)17 menganjurkan pemeriksaan hs- CRP dan Troponin T dilakukan bersamaan sehingga memiliki nilai prognostik yang lebih akurat terhadap kejadian kardio- vaskular.E'l7 Dari kurva Kaplan Meier ditunjukkan bahwa pasien dengan kadar serum MPO dan Troponin T yang tinggi memiliki hubungan bermakna terhadap kejadian kar- diovaskular selamapengamatan 6 bulan (180 hari). Hal ini menuqjukkan bahwa makin tinggi kadar MPO dan kadar Troponin T maka makin rendah harapan hidupnya. Baldus er al1 juga mendapatkan bahwa pasien dengan kadar serum ivIPO yang tinggi memiliki hubungan bermakna terhadap kejadian kardiovaskular selama pengamatan 30 hari sampai 6 bulan(F{,003). Pemeriksaan kadilr Troponin T secara tanggal hanya dapat memprediksi MACE sebesar 58%. Bila pemeriksaan MPO dilakukan bersama dengan Troponin T maka dapat memprediksiMACE sebesar 84"5% ()<0,001).4 Pening[<atan MPO pada pasien dengan kadar Troponinyang ttnggl, dapat memprediksi MACE sebesar 9,1o/o (p=0,A28).3 Pada pasien dengan kadar troponin T ne galsf terdapatkemungkinan me- ngalami MACE sebesar 22,3% tetapi bila digabungkan dengan pemeriksaan MPO kemungkinan ini akan berkurang menjadi 14,ff/o (p<0,00 I ).4 Pemeriksaantunggal MPO padapasien IMA saat masuk rumah sakit dapat memprediksi kejadian kardioraskular dalam waktu 30 hari dan 6 bulan wataupun kadar troponin T negatif. Nilai prediktif MPO tidak bergantung pada hs-CRP. Peningkatan MPO menunjukkan adanya peningkatan risiko mengalami MACE walaupun dengan kadar hs-CRP yang rerdah(p<0ff1).3 Mieloperoksidase tidak memerlukan pemeriksaan serial seperti halnya CKMB dan Troponin T yang masih me- merlukan pemeriksaan serial pada kasus-kasus tertentu.z'4l7 Selain itu pemeriksaan MPO tidak bersifat invasif seperti halnya angiografi koroneryang digunakan untuk mendeteksi adanya plak yang berisiko untuk ruptur.e Ifusimpulan Mieloperoksidase dapat berperan sebagai prediktor independen terhadap kejadian kardiovaskular ulangan pada pasienIMA. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 3, Maret 2009 Mieloperoksidase pada Penderita Infark Miokard Akut DaftarPustaka 1 Orford BL, Selwyn AP. Atheroclerosis. Accessed on May 25, 2006. Available from http://www-emedicine.com. 2. Nicholls SJ, Hazen SL. Myeloperoxidase and cardiovascular dis- ease. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2005;25:1102-11. 3. Baldus S, Heeschen C,MeinerlzT, Zerher ANl, Eiserich JP, Munszel T, et al. Myeloperoxidase serum levels predict risk in patients with acute coronaj:y syndromes. Circulation. 2OO3;108:1440- 45. 4. Brennan ML, Penn MS, Van Lente F, Nambi V, Shishehbor MH, Aviles RJ, et al. Prognostic value ofmyeloperoxidase in patients with chest pain. N Engl J Med 2A03:'349:,1595-1604. 5. Holroyd BR. Palhophysiclogy of acutg coroflaty syndromes. Accessed on May 27, 2006. Available from htto://wwwemcreg.ors. 6. ZhurgR. Brerman ML, Fu )L Aviles RJ, Pearce GL, Perm MS, ef al. Associalion between myeloperoxidase levels and risk of coro- naty artery disease. J,AMA 2AO7;286:2736-42. '7. Armstrong EJ, Morrow DA, Sabatine MS. Lrflamatory biomarkers in acvte coronary syndromes. Circulation. 2O06;1 13 :e289 -e92. 8. fuple FS, Wu AII, Mair J, Ravkilde J, Panteghini M,'lats J, et al. Future biomarkers for detection of ischemia and risk stratifica- tion in acute coronary syndrome. Clin Chem. 2005;51(5):810- 24. 9. Hazen SL. Myeloperoxidase and plaque vulnerability. Arteriosclet Thromb \rasc Biol. 2O04;24:7 743-46. 10. Takeshita J, Byun J, Nhan TQ, Pritchard DK, Pennathur S, Schwartz SM et al. Myeloperoxidase generates 5-chlorouracil in human atherosclerotic tissue. J Biol Chem. 2AO6.281{6):3096- 104. 11. Vita JA, Brennan ML, Gokce N, Mann SA, Goormastic M, Shishehbor MH, et al. Serum myeloperoxidase levels indepen- dently predict endothelial dysfunction in humans. Circulation. 2004;110:1734-39. 12. Nicholls SJ, Hazen SL. The role of myeloperoxidase inthe patlto- genesis ofcoronary artery disease. Jpn J Infect Drs.2004;57:s2!- 2. 13. Lafont A, Basic aspects of plaque vulinetability. Heart. 2003:.89:1262-67. Sheth T, Strauss B. Anticlpa,'rng acute coronary syndromes: iden- tifying vulnerable plaque in vulnerable patients. Accessed on May 27, 2006. Avallab1e from btlp: //www. oardiolom,rounds.ca. Winter RJ, Fischer J, Bholasingh R, Straalen JP, Jong I Tijssen GP, et al. C-reactive protein and cardiac troponin T in risk stratification: differences in optimal timing of test early afler the 6nst of chest pain. Clin Chetn. 2004;46(10):1597-603. Antman EM, Beasley CW Califf RM, Cheitlin MD, Hochman JS, Jones RH, et al. ACC/AHA guideline for management of pa- tients with unstable angina and non ST segrnent elevation myo- car dial infar ction: executive sufirmary and recommendations. J ACC 20 00 ;3 6(3):97 A - l0 63. Stocker R, Keany JF. Role of oxidative modffications in athero- sclerosis. Physiol Rev. 2004;84:1381-478. Bhatia Y Bhatia & Dhindsa S, 1,'irk A. Vulnerable plaques, inflam- mation and newer imaging modalities. Postgrad Med. 2003;49:361-8, Naghavi M, Libby B Falk E, Cascells W, Litovsky S, Rumberger J, et al . From lulnerable plaque to lulnerable patients. Circula' tion. 2003; 108 :1664-72. Purnomo H. Plak l.r.rlneratrle pada stenosis 50% pembuluh darah koroner: medikamentosa atau intervensi. Dalam: Acute cardio- vascular care: improving the outcome. Harimurti GM, Soerianala S, Kaligis RWM, Karo-karo S, Setianto B, editors. Disampaikan padt lTth Weekend course on cardiology. Jakarta, 29 Septem- ber-l Oktober 2005. Zhang C, Yang J, Jacobs JD, Jennings LK. Interaction of myeloperoxidase with vascular NADPH oxidase-derived reac- tive oxygen species in vasculature: implication for vascular dis- eases. Am J Physiol Heart Circ Physiol. 2003;285:2563-72. ZhangR, Shen Z, Nauseef WM, Hazen SL. Defects in leukocyte- mediated initiation of lipid peroxidation in plasma as studied in myeloperxidase deficient subjects: systemic identification of multiple enogenous diffirsible substrates for myeloperoxidase in plasma. Blood. 2002;99:1802-10. Hoy A, Muller BI. Kutter D Siest Q Vsvikis S. Growing signifi- cance of myeloperxidase in non infectious disease. Clin Chem Lab Med. 2002;40(1):2-8. Sugiyama S, Kugiyama K, Aikawa M, Nakamura S, Ogawa H, Libby P. Hypochlorous acid, a macrophage product, induces en- dothelial apoptosis and lissue factor expression. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 204 4;24:13O9 -14 - ZhengL, Nukuna B, Brennan ML, Sun M, Goormastic M, Settle M, et at. Apolipoprotein A-l is a selective target for myelo- peroxidase-catalysed oxidation and functional impairment in subjects with cardiovascular disease. J Clin Invest. 2004;714:529- 41. Vasilyev N, Williams I Brennan M! Unzek S, Zhou { Heinecke JW, et al. Myeloperoxidase-generated oxidants modulate left ventricular remodeling but not infarct size after myocardial inf- arction. Circulation. 2005;112:2812-20. @", 22. 18 20. 25. 26 23. 24 14. t6 MaJ Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008 99