Berdasarkan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air WS Brantas merupakan Wilayah Sungai terbesar kedua di Pulau Jawa, terletak di Propinsi Jawa Timur pada 11030 BT sampai 11255 BT dan 701 LS samp ai 815 LS. Sungai Brantas mempunyai panjang 320 km dan memiliki luas wilayah sungai 14.103 km2 yang mencakup 25% luas Propinsi Jawa Timur atau 9% luas Pulau Jawa. WS Brantas terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Brantas, DAS Tengah dan DAS Ringin Bandulan serta DAS Kondang Merak. Peta lokasi wilayah sungai Brantas dapat dilihat pada Gambar 1.
Dalam pembahasan mengenai potensi sumberdaya air ini menggunakan satuan DAS. DAS Brantas berada di dalam wilayah administrasi 9 Kabupaten dan 6 Kota, yaitu: Kab. Nganjuk, Kab. Tulungagung, Kab. Malang, Kab. Blitar, Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Probolinggo, Kab. Lumajang, Kota Surabaya, Kota Sidoarjo, Kota Malang, Kota Blitar, Kota Kediri, dan Kota Pasuruan. DAS brantas sendiri memiliki luas lebih kurang 11.988 km2, yang terdiri dari 6 Sub DAS dan 32 basin block.
Gambar 1 Wilayah Sungai Brantas Sumber: BBWS, 2010 A. Karakteristik Lingkungan Fisik Untuk membekali informasi mengenai potensi sumberdaya air DAS Brantas, beberapa informasi mengenai karakteristik lingkungan fisik akan sangat membantu. Karakteristik lingkungan fisik yang cukup penting untuk disajikan antara lain: 1. Geologi dan Geomorfologi a. Geologi Geologi DAS Brantas dijelaskan secara spasial berdasarkan Peta Geologi yang terlihat pada Gambar 2
Informasi mengenai geologi DAS Brantas memberikan penjelasan bahwa kawasan DAS brantas terbentuk oleh formasi geologi yang terdiri dari: 1) Alluvium, berada di daratan yang meliputi Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kota Kediri, dan Kota Tulungagung. 2) Andesit, banyak ditemukan di utara DAS Brantas terutama di sekitar Sub DAS Bluwek. 3) Hasil Gunung Api Kwarter Muda, tersebar di sekitar Gunung Kelud, Gunung Kawi, Gunung Butak, dan Gunung Penanggungan. 4) Hasil Gunung Api Kwarter Tua, tersebar di sisi timur DAS secara lokal antara lain di daerah Gunung Arjuno, Jabung, Poncokusumo dan di lereng timur Gunung Penanggungan. 5) Hasil Gunung Api Tak Terurai, merupakan hasil erupsi Gunung Api Wilis yang berada di sisi Barat DAS. Gambar 2 Peta Geologi DAS Brantas (Sumber : BP DAS Brantas) 6) Miosen Fasies Batu Gamping, batuan gamping berumur miosen terdapat di sisi selatan DAS dan tersebar di sebagian Kab. Tulungagung, Kab. Blitar, dan Kab. Malang. 7) Miosen Fasies Batu Sedimen, sedikit berada di Kab. Boyolali 8) Pliosen Fasies Batu Gamping, tersebar secara lokal di antara geologi pleistosen fasies Gunung Api yang berada di Sub DAS Bluwek. 9) Pliosen Fasies Batu Sedimen, sedimen hasil pengendapan berumur pliosen banyak terdapat di daerah dataran Trenggalek. 10) Pleistosen Fasies Gunung Api, berada di sekitar Sub DAS Bluwek. 11) Pleistosen Fasies Batu Sedimen, batuan hasil pengendapan berumur pleistosen banyak terdapat di lereng-lereng di Sub DAS Bluwek.
b. Geomorfologi Gunung api-gunungapi yang ada mempengaruhi pembentukan lahan di DAS Brantas antara lain : Gunung Kawi, Gunung Butak, Gunung Kelud, Gunung Wilis, Gunung Anjasmoro, Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Penanggungan, Gunung Semeru, dan sedikit bagian dari Gunung Bromo. Hasil erupsi gunungapi tersebut kemudian mengalami proses erosi dan sedimentasi sehingga menghasilkan bentuklahan asal proses vulkanik yang berupa perbukitan, pegunungan, dataran, maupun lembah. Selain proses geomorfologi, kondisi permukaan DAS Brantas juga dipengaruhi oleh kondisi relief, topografi, dan kemiringan lahan. Secara umum kemiringan lahan DAS Brantas sangat kompleks dan terbagi dalam lima (5) kelas. (1) Kemiringan lereng 0 8 % (datar) yang terdapat di dataran aluvial gunungapi. (2) Kemiringan lereng 8 15 % (landai) yang membentuk lereng kaki dan lereng bawah gunungapi. (3) Kemiringan Lereng 15 25 % (agak curam) yang dijumpai pada lereng tengah gunungapi. (4) Kemiringan lereng 25 40 % (curam) dan (5) kemiringan lereng > 40 % yang membentuk lereng atas gunungapi. Daerah-daerah dengan kemiringan tingga (>40%) terutama di sub DAS Borek Glidik, sedangkan daerah yang berada di kemiringan rendah/datar (<8%) banyak terdapat di sub DAS Widas dan Lahar.