Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

TENTANG PERMASALAHAN PENDIDIKAN










Disusun oleh :
Siti Muntasiroh ( 1301070002 )
Pawestri Nur Rahajeng (
1301070019 )
Imam Darmawan ( 1301070023 )
Tyas Ulfah Khasanah (1301070034 )
Rosita Laelatul S (1301070038 )


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PUrWOKERTO
2013

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu di upayakan seirama dengan
tuntutan zaman. Pekembangan zaman selalu memunculkan tantangan- tantangan
baru, yang sebagiannya sering tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sebagian
konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru.
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu sangatlah luas, pertama karena sifat
sasarannya yaitu manusia sebagai mahluk misteri. Definisi manusia sebagai
mahluk misteri yaitu sesuatau yang belum duketahui dengan pasti. Kedua, karena
usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya
terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia. Oleh karena itu perlu ada
rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan oleh
pendidik dalam mengembang tugasnya.

II. Rumusan Masalah
1. Apakah permasalahan pokok pendidikan dan bagaimana
penanggulangannya ?
2. Apa sajakah jenis-jenis permasalahan pokok pendidikan ?
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan ?

III. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan masalah pokok pendidikan dan bagaimana
penanggulangannya.
2. Untuk menjelaskan jenis-jenis permasalahan pokok pendidikan.
3. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya
masalah pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Permasalahan Pendidikan
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk
pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan
tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan
baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai
permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut,
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual
Permasalahan Pokok Pendidikan :
Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapi saat ini,
yaitu:
a. Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan
kerja yang antap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan
bermasyarakat.

2. Jenis Permasalahan Pendidikan
Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan
pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah
relevansi pendidikan.
a. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan. Masalah ini dapat
dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara
inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan
pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan
Sekolah Terbuka.
Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya
pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah dipahami oleh semua
pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat
mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik
pendidikan. Untuk mengetahui definisi pendidikan dalam perspektif
kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana
termaksud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, kami menemukan 3 (tiga) pokok pikiran
utama yang terkandung di dalamnya, yaitu:
(1) Usaha sadar dan terencana
(2) Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya
(3) Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kita melihat bahwa dalam definisi pendidikan yang tertuang dalam
UU No. 20 Tahun 2003, tampaknya tidak hanya sekedar menggambarkan
apa pendidikan itu, tetapi memiliki makna dan implikasi yang luas tentang
siapa sesunguhnya pendidik itu, siapa peserta didik (siswa) itu, bagaimana
seharusnya mendidik, dan apa yang ingin dicapai oleh pendidikan.
b. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah
pemerataan mutu pendidikan. Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam
garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak,
personalia, dan manajemen pendidikan.

c. Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa masalah dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain:
1) Bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan
2) Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan
3) Bagaimana pendidikan diselenggarakan
4) Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga

d. Masalah Relevansi Pendidikan
Sebenarnya kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi
sistem pendidikan pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang ada
antara lain sebagai berikut.
Status lembaga pendidikan yang bermacam-macam.
Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai.
Yang ada ialah siap berkembang.
Tidak tersedianya peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya
yang digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan
untuk menyusun programnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan ada dua kategori
yaitu Masalah mikro dan masalah makro pendidikan.
a. Masalah Mikro:
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan pada butir A
di atas, yaitu masalah masalah yang berlangsung di dalam sistem
pendidikan itu sendiri.
b. Masalah Makro:
perkembangan iptek dan seni
laju pertumbuhan penduduk
aspirasi masyarakat
keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

1) Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama
dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus
dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa.
Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman.
Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni
secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping
program-program lain dalam sistem pendidikan.
2) Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah
pemerataan serta mutu dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan penduduk ini akan
berdampak pada jumlah peserta didik. Semakin besar jumlah pertumbuhan
penduduk, maka semakin banyak dibutuhkan sekolah-sekolah untuk
menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah tidak memadai, maka akan
banyak peserta didik yang terlantar atau tidak bersekolah. Hal ini akan
menimbulkan masalah pemerataan pendidikan.
Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka
akan terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika
keadaan ini dipertahankan, maka mutu dan relevansi pendidikan tidak akan dapat
dicapai dengan baik.
Sebagai negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia dihadapkan kepada
masalah penyebaran penduduk yang tidak merata. Tidak heran jika perencanaan,
sarana dan prasarana pendidikan di suatu daerah terpencil tidak terkoordinir dengan
baik. Hal ini diakibatkan karena lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap
daerah tersebut. Keadaan seperti ini adalah masalah lainnya dalam bidang
pendidikan. Keterkaitan antar masalah ini akan berdampak kepada keadaan
pendidikan Indonesia.
3) Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan
peningkatan pemahaman masyrakat terhadap reformasi. Aspirasi tersebut
menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap
taraf hidup setelah mereka menjalani proses pendidikaan.

4) Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis
yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya
baru karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan
ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.

4. Permasalahan Pendidikan yang dihadapi Di Indonesia
Di Indonesia masih banyak masalah masalah mengenai pendidikan ini yang
sampai sekarang masih belum bisa diselesaikan, rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia menjadi masalah utama yang harus cepat diatasi. Berikut masalah
pendidikan yang ada di Indonesia secara umum, yaitu:
a. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang
memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang
diharapkan.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi
pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
b. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan
dengan proses yang lebih murah. Beberapa masalah efisiensi
pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu
yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar dan banyak
hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di
Indonesia yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya
manusia Indonesia yang lebih baik.
c. Standarisasi Pendidikan Di Indonesia
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar
mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan
yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana
cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh,
yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar saja.

Beberapa masalah secara khusus yang menyebabkan rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia.

1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi
kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,
buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat.
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Sekarang ini masih banyak guru yang dibayar dengan upah yang kurang
layak, meskipun banyak anggapan profesi guru merupakan profesi yang enak
namun banyak guru di Indonesia yang masih menerima gaji yang tidak sesuai,
apalagi guru honorer dan guru bantu.
Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada
pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp
3 juta rupiah. Hal ini mengakibatkan para guru tersebut menjalani profesi
sampingan seperti member les pada sore hari, mengajar di sekolah lain, pedagang
buku/LKS dan sebagainya.
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru,
dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia
internasional sangat rendah.
Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003,2004,
siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi
matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Hasil
studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R,
1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi
siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk
Matematika.
Menurut Hasil PISA Terbaru
Apakah itu PISA (Program for International Student Assessment) ? PISA
berdiri sejak akhir 1950-an oleh Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Prestasi
Pendidikan (IEA). Banyak metodologi PISA yang mengikuti contoh Tren
Matematika Internasional dan Studi Ilmu (TIMSS, dimulai pada tahun 1995).
PISA bertujuan untuk menguji literasi dalam tiga bidang kompetensi: membaca,
matematika, ilmu pengetahuan.
PISA disponsori, diatur, dan dikoordinasikan oleh OECD. Rancangan,
pelaksanaan, dan analisis data didelegasikan kepada sebuah konsorsium
internasional penelitian dan lembaga pendidikan yang dipimpin oleh Australian
Council for Educational Research (ACER). ACER memimpin dalam
mengembangkan dan melaksanakan prosedur sampling dan membantu dengan hasil
sampel pemantauan di negara-negara. Instrumen penilaian yang fundamental bagi
Reading PISA, Matematika, Sains, Pemecahan masalah, berbasis komputer
pengujian, latar belakang dan kuesioner kontekstual sama-sama dibangun dan
disempurnakan oleh ACER.
Untuk memenuhi persyaratan OECD, setiap negara harus menarik sampel
minimal 5.000 siswa. Di negara-negara kecil seperti Islandia dan Luksemburg, di
mana terdapat kurang dari 5.000 siswa per tahun, kelompok usia seluruh diuji.
Beberapa negara menggunakan sampel yang jauh lebih besar dari yang dibutuhkan
untuk memungkinkan perbandingan antar daerah.
Satu dan skala yang sama digunakan untuk mengekspresikan kesulitan item dan
kompetensi siswa. Prosedur scaling disetel sedemikian rupa sehingga distribusi
posteriori kompetensi siswa, dengan bobot yang sama diberikan kepada semua
negara-negara OECD, telah berarti 500 dan deviasi standar 100.
Hasil PISA tahun ini mengejutkan banyak negara, terutama Amerika Serikat
dan Eropa yang selama ini diyakini memiliki sistem pendidikan lebih baik.
Pasalnya, kali ini peringkat 10 besar PISA 2012 didominasi negara di Asia. Anak-
anak di Shanghai menduduki ranking pertama, diikuti Singapura, Hongkong,
Taiwan, Korea Selatan, Makau, dan Jepang. Urutan ke-8 ditempati Liechtenstein,
Swiss (urutan ke-9), dan Belanda (urutan ke-10). Finlandia yang selama ini dikenal
memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia berada di posisi ke-12, Inggris ke-26,
dan Amerika Serikat ke-36.
Sementara itu Indonesia berada di peringkat dua terbawah untuk skor
matematika dalam survei "Programme for International Student Assessment"
(PISA). Dari total 65 negara dan wilayah yang masuk survei PISA, Indonesia
menduduki ranking ke-64 atau hanya lebih tinggi satu peringkat dari Peru.Survei
PISA diikuti oleh negara-negara yang tergabung dalam The Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD). PISA menguji kemampuan
siswa di tiga bidang yaitu matematika, membaca, dan sains. Untuk PISA 2012,
diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa usia 15 tahun di 65 negara dan wilayah. Di
bidang membaca, Indonesia berada di ranking 60 atau setingkat di bawah Malaysia
yang berada di ranking 59. Sedangkan untuk bidang sains, Indonesia juga berada di
urutan 64. Namun, dalam survei PISA terungkap siswa paling bahagia berada di
Indonesia, Albania, dan Peru.Akibatnya, Indonesia tertinggal terus dalam survei
PISA. Dalam PISA 2009, misalnya, posisi Indonesia juga jeblok yaitu di ranking
57 dari 63 negara dan wilayah.








BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapi saat
ini, yaitu:
a. Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan
pendidikan.
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang antap untuk dapat terjun ke dalam kancah
kehidupan bermasyarakat.
2. Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu : masalah
pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi
pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
3. Faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan ada dua
kategori yaitu Masalah mikro dan masalah makro pendidikan.
Masalah Mikro:
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan pada
butir A di atas, yaitu masalah masalah yang berlangsung di dalam
sistem pendidikan itu sendiri.
Masalah Makro:
perkembangan iptek dan seni
laju pertumbuhan penduduk
aspirasi masyarakat
keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
4. Berikut masalah pendidikan yang ada di Indonesia secara umum, yaitu :
Efektifitas Pendidikan Di Indonesia, Efisiensi Pengajaran Di Indonesia,
Standarisasi Pendidikan Di Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1989. UU RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Beserta Penjelasannya. Jakarta: Balai Pustaka
Tirtaraharja, Umar, La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
http://sudionokps.wordpress.com/2013/11/29/Permasalahan-pendidikan/
http://ibnufajar75.wordpress.com/2012/11/11/peringkat-indonesia-oleh-pisa-
apakah-ini-cerminan-pendidikan-kita/













LAMPIRAN
Pertanyaan :
1. Taraf pendidikan seperti apa yang dikatakan bermutu?
2. Sarana dan prasarana seperti apa yang diperlukan?
3. Solusi untuk pemerataan pendidikan itu seperti apa?

Jawab :
1. Pendidikan yang bermutu adalah titik tolak sebuah tatanan kehidupan
bermasyarakat yang cerdas dan berperadaban tinggi. Untuk mencapai tingkat
tatanan kehidupan yang demikian, dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang
bermutu dan memiliki kompetensi unggulan, terutama dalam hal kemampuan
berfikir dan berorientasi kepada kerja pikiran dan bukan semata kemampuan
kerja otot, emosional, individualistis dan materialistik semata. Mutu di bidang
pendidikan meliputi 4 mutu input, proses, output, dan outcome, yaitu :
1. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses.
2. Proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktrif,
kreatif dan juga menyenangkan.
3. Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam bidang akademik dan non
akademik siswa tinggi.
4. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja,
gaji yang wajar, dan semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan
merasa puas.
2. Sarana fisik seperti sekolah, buku pelajaran, teknologi seperti laboratorium,
kualitas guru yang memadai, dan adanya kerjasama antara guru dan siswa
sehingga memiliki korelasi yang saling menguntungkan.
3. Dari pemerintahannya sendiri yaitu tidak membeda-bedakan kesempatan untuk
mengenyam pendidikan bagi siswa Indonesia serta pemerintah kurang peka
terhadap problematika pendidikan di Indonesia. Dalam konteks ini pemerintah
harus seimbang dan tidak pandang bulu dalam membuka kesempatan bagi
warganya untuk mengenyam dunia pendidikan

Anda mungkin juga menyukai