Emissions in the Integrated Steel Works Sri Ramayanti 1106001454 Introduction Kyoto Protocol : Jepang menargetkan 6% reduksi emisi gas green house (GHG) namun berdasarkan data emisi GHG nya naik 7.14% Introduction Emisi yang dihasilkan dari industri adalah tetap, namun terjadi peningkatan konsumsi energi pada transportasi, area publik dan bisnis termasuk perkantoran dan rumah tangga. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi dalam pengolahan sumber energi dan sistem dan peralatan energi yang efisien. Integrated Steel Merupakan sistem kompleks dengan kosumsi yang besar pada coal dan bahan bakar fosil lain sebagai agen pereduksi dan bahan bakar pada proses upstream pembuatan besi dan gas diperoleh dari pembuatan baja yang disalurkan ke proses downstream sebagai energy. Konsumsi agen pereduksi pada proses upstream dapat mengurangi konsumsi reduktan sebagai dasar mengurangi emisi CO2. Reduksi CO2 merupakan masalah dunia yang harus dipertimbangkan secara berkelanjutan, dalam skala global dan melalui kerjasama internasional terutama dalam industri.
Current State of CO2 Emissions and CO2 Reduction Measures in the Steel Industry Metode mengurangi emisi gas CO2 yang mungkin Current State of CO2 Emissions and CO2 Reduction Measures in the Steel Industry Figure 3(A) merupakan metode yang diharapkan pada Kyoto Protocol, dimana total reduksi emisi dilakukan berdasarkan teknologi transfer dan kerjasama internasional atau kerjasma antar-industri untuk mengurangi emisi CO2 Figure 3(B) : penggunaan limbah sebagai agen pereduksi. Konsep ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi fosil alam dan re-use limbah industri yang sudah dibuang. life cycle assessment (LCA) merupakan hal yang penting. Tidak hanya penggunaan limbah plastik, tapi juga bisa menggunakan biomassa dan substan carbon pada blast furnace. Figure 3(C) : reduksi CO2 pada steel work sebagai hasil dari pengurangan rasio agen pereduksi (RAR) pada blast furnace. Perlu diperhatikan parameter penting agar terjadi kesetimbangan energi pada steel work.
Carbon Balance in the Integrated Steel Works and Analysis of CO2 Generation Kesetimbangan carbon menggunakan integrated steel works Carbon Balance in the Integrated Steel Works and Analysis of CO2 Generation Dari gambar dapat dilihat bahwa input carbon pada steel work dalam bentuk coal yang dikonversi menjadi kokas dan dikonsumsi sebagai agen pereduksi dan bahan bakar proses pembuatan baja. Gas oven kokas (COG) dan gas blast furnace (BFG) diperoleh dari proses downstream sehingga meningkatkan energi. Sebagian energi ini digunakan pada power plant dan oxygen plant dan kembali ke proses pembutan besi dalam bentuk power listrik dan oksigen. Dengan kata lain input carbon dapat ditulis sebagai :
Output carbon dari steel work dievaluasi melalui Y,P dan Q. Faktor yang harus diperhatikan adalah operasi RAR yang rendah dari blast furnace dan perhitungan lain yang mengurangi CO2. Carbon Balance in the Integrated Steel Works and Analysis of CO2 Generation
Carbon Balance in the Integrated Steel Works and Analysis of CO2 Generation Emisi bisa berasal dari carbon yang digunakan pada reduksi iron ore, dan juga dari peraltan lainnya seperti oven kokas, mesin sintering dan hot stoves. Secara tidak langsung yield sinter dan kokas juga mempengaruhi, karena rendahnya operasi RAR cenderung mengurangi suply energi. Metode reduksi carbon yang paling efektif adalah mengurangi konsumsi energi pada plant oxigen.
Carbon Balance in the Integrated Steel Works and Analysis of CO2 Generation limbah panas dari slag bisa direcovery dan bisa digunakan sebagai power pada steel works jadi input carbon X bisa berkurang. Perhitungan akan mengurangi total Y (output pada proses pembuatan besi). Pada operasi low RAR, harus ada usaha untuk mengurangi konsumsi carbon, misalnya pada mesin sintering. Untuk menjaga energi E, perlu dikurangi self-consumption pada proses pembuatan besi untuk menjaga surplus energi pada proses downstream. Suitable Blast Furnace Operating Conditions for CO2 Reduction
Suitable Blast Furnace Operating Conditions for CO2 Reduction
Suitable Blast Furnace Operating Conditions for CO2 Reduction Figure 7 menunjukkan konsep berdasarkan diagram RIST Fig. 8 menunjukkan metode konkret untuk mengurangi RAR termasuk : menaikkan reaksi reduksi pada blast furnace sedekat mungkin pada point keseimbangan dan mengurangi heat loss pada bagian terbawah blast furnace dan menaikkan temperatur furnace pada pada arah temperatur- rendah sementara mengontrol temperatur keseimbangan ke arah bagian oksidasi.
Suitable Blast Furnace Operating Conditions for CO2 Reduction
Suitable Blast Furnace Operating Conditions for CO2 Reduction Fig. 9 menunjukkan hubungan antara reduksi RAR dan perubahan pada input steel works C ketika menggunakan metode RAR. Input C selama limbah plastic injection dianggap nol. Totalnya input C berkurang. Pada kasus pulverized coal injection (PCI), RAR berkurang tetapi input C berkurang karena berkurangnya persyaratan dan meningkatnya input hidrogen.
Suitable Blast Furnace Operating Conditions for CO2 Reduction
Suitable Blast Furnace Operating Conditions for CO2 Reduction Fig. 10 menunjukkan hubungan antara operasi RAR rendah dan reduksi energi yang disuplai ke proses downstream. Pada kasus ini, BFG berkurang dan jumlah energi yang disuplai berkurang karena meningkatnya oksidasi gas pada atas furnace. Efek ini bisa dilihat pada gambar 10 yang dibagi menjadi dua grup (grup A dan B) berdasarkan kondisi operasi blast furnace. Untuk menjaga keseimbangan energi dari integrated steel work, grup B harus diberi prioritas dalam pemilihan metode karena memiliki efek relatif yang lebih kecil pada energi suplai, misalnya reduksi heat loss. Suitable Blast Furnace Operating Conditions for CO2 Reduction
Jadi metode efektif untuk mengurangi temperatur kokas adalah : Mengatur temperatur furnace pada temperatur serendah-rendahnya. Mengontrol keseimbangan ke arah oksidasi Menggunakan kokas yang reaktifitasnya tinggi, dengan cara : mencampur coal dengan Ca yang tinggi memproduksi kokas yang mengandung iron metallic memanfaatkan efek katalis pada material. Future Direction of Blast Furnace Operation
Future Direction of Blast Furnace Operation (Fig.11) merupakan teknologi gas injection blast furnace. Teknologi ini tidak menguntungkan diJepang dari segi biaya gas alam, tetapi efeknya bagus pada reduksi kecepatan tinggi melalui reduksi hidrogen dan bisa meningkatkan produksi (hasil) jika dikombinasikan dengan oksigen. Teknologi ini meningkatkan efisiensi produk dan reduksi CO2 pada steel work di dekat tempat penghasil dan penyuplai gas alam. CO2 Reduction by Evolutionary Development of the Ironmaking Process
CO2 Reduction by Evolutionary Development of the Ironmaking Process Proses pembuatan besi membutuhkan : Oven kokas, dimana batubara dicarbonisasi Mesin sintering, dimana iron ore diaglomerasi Blast furnace, dimana iron ore direduksi dan dilelehkan Peralatan keseimbangan Pada reduksi yang efisien yang diperoleh pada proses pretreatment dapat memungkinkan pengurangan tekanan pada blast furnace dan mengurangi persyaratan RAR. Pada sinter konvensional, aglomerat tereduksi secara parsial dan kokas termasuk iron metallic dapat ditentukan sebagai material bakaran yang baru untuk mengurangi agen pereduksi dari blast furnace dapat dilihat pada gambar Fig. 12. CO2 Reduction by Evolutionary Development of the Ironmaking Process
CO2 Reduction by Evolutionary Development of the Ironmaking Process Konsep reduksi parsial ditunjukkan pada gambar Fig. 13 dimana ore yang halus direduksi secara parsial dengan aglomerasi dalam mesin sintering. Proses ini dicapai dengan tambahan material internal carbon (kokas halus) sebagai reduktan . Karena iron ore direduksi pada blast furnace dengan reduksi gas, maka kesetimbangan gas reduksi masih berlaku. Proses reduksi melalui reduksi padatan tanpa kesetimbangan dibatasi karena material carbon dicoating pada partikel ore. Gas digunakan sebagai sumber panas, sehingga proses bisa terjadi dengan jumlah carbon yang sedikit. CO2 Reduction by Evolutionary Development of the Ironmaking Process Figure 14 menunjukkan hubungan antara rasio reduksi parsial antara ore dan total konsumsi carbon pada blast furnace, mesin sintering, oven kokas. Jika rasio reduksi 40% atau lebih tinggi dicapai, total konsumsi karbon cenderung menurun.
CO2 Reduction by Evolutionary Development of the Ironmaking Process
CO2 Reduction by Evolutionary Development of the Ironmaking Process Figure 15 menunjukkan efek kokas reactivity tinggi yang mengandung iron metallic iron (carbon iron composit) pada basis diagram Rist. Iron metallic memiliki efek pada temperatur sebagai katalis dan muatan listrik untuk blast furnace. Konsep baru tentang oven kokas baru bisa memecahkan masalah lingkungan seperti reduksi CO2. Dengan composit carbon iron, agen reduksi blast furnace dapat direduksi dnegan mengatur temperatur dan muatan metal, menjaga fasilitas dan kemampuan blast furnace. Evaluation of Desirable Future Ironmaking Process on CO2 Reduction Fig.16 menunjukkan penambahan produktifitas adalah mungkin dan operasi rasio kokas rendah dapat dicapai dengan high rate injection of pulverized coal.
Evaluation of Desirable Future Ironmaking Process on CO2 Reduction Fig. 17 menunjukkan perbandingan input C dengan blast furnace konvensional, blast furnace oksigen dan smelting reduction process (DIOS) diperoleh dengan model perhitungan berdasarkan operasi parameter. Evaluation of Desirable Future Ironmaking Process on CO2 Reduction Perhitungan menunjukkan bahwa oxygen blast furnace menunjukkan keuntungan seperti : Mengurangi panas yang hilang blast furnace dan reduksi pada temperatur rendah, tetapi karena mensyaratkan energi listrik yang tinggi dikarenakan membutuhkan suplai oksigen yang banyak. Evaluation of Desirable Future Ironmaking Process on CO2 Reduction Figure 18 menunjukkan 2 contoh proses dimana CO2 sequestration ditambahkan pada blast furnace oksigen sebagai proses utama Ketidakbergunaan CO pada blast furnace top dapat direcycle sebagai sumber carbon sehingga terjadi reduksi input C Evaluation of Desirable Future Ironmaking Process on CO2 Reduction Figure 19 menunjukkan hubungan antara input C pada proses pembuatan iron dan energi yang disuplai pada proses downstream. Reduksi CO2 kira-kira 15% dapat dicapai sebagai hasil dari sirkulasi CO dan CO2 sequestration yang tidak digunakan. Conclusion Banyak cara untuk mengurangi agen pereduksi pada blast furnace, dan harus dipilih berdasarkan keseimbangan energi pada steel work Energy saving harus secara aktif diperhatikan untuk menjaga keseimbangan energi dan mengurangi energi pada downstream. Injection dari limbah plastik dan material carbon netral seperti biomassa merupakan metode yang efektif. Proses Oxygen blast furnace dan smelting reduction memiliki konsumsi carbon yang mirip pada blast furnace yang sama. Kemungkinan reduksi CO2 tergantung sistem desain optimum dari total proses termasuk proses di luar. Muatan dari prereduced sinter dan kokas reaktifity tinggi seperti komposit karbon bisa mengurangi emisi CO2, menjaga arus fasilitas dan kemampuan blast furnace. Metode paling efektif adalah menggunakan Oxygen Blast Furnace + CO2 sequestration + High rate injection pulverid coal