Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Apel (Malus sylvestris Mill) adalah


tanaman yang berasal dari daerah subtropis. Di
Indonesia beredar dua jenis apel, yaitu apel
impor maupun apel lokal (Sari, 2012). Malang
merupakan daerah yang dikenal sebagai daerah
agroindustri, dengan komoditas unggulannya
adalah buah apel. Buah Apel Malang memiliki
karakteristik yang sama dengan buah apel pada
umumnya yaitu mudah rusak akibat adanya
pematangan pasca panen. Mengingat potensi
kerusakan produk buah dan sayur, proses
pengadaan produk, proses penyimpanan dan
sistem persediaan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi mutu produk tersebut.
Keseluruhan proses tersebut akan memunculkan
beberapa variabel biaya yang pada akhirnya
akan dipertimbangkan dalam optimasi
persediaan produk tersebut. Beberapa variabel
Optimalisasi Persediaan Produk Apel Malang Di Giant Hypermarket
Cabang Gajayana Malang Dengan Multi-Supplier
Formulasi Basnet Dan Leung
I nventory Optimalization of Apple Malang I n Giant Hypermarket Gajayana
with Multi- suppliers Basnet and Leung Formulation

Rediana Novia Yasinta
1)*
, Wike Agustin Prima Dania
2)
, Rizky Luthfian Ramadhan Silalahi
2)

1)
Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP Univ. Brawijaya
2)
Dosen Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP Univ. Brawijaya
*
email_korespondensi: Janakisinta@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat efisiensi biaya inventory Apel Malang di
Giant hypermarket, Gajayana dibandingkan dengan metode Basnet dan Leung, serta mendapatkan
biaya persediaan minimal Buah Apel Malang di Giant hypermarket, Gajayana. Berdasarkan perumusan
masalah yang sudah ditetapkan, maka data akan diolah dengan dua metode, yaitu perhitungan saat ini
dan metode Basnet dan Leung. Pada tujuan akhir kedua metode tersebut akan dibandingkan. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa perhitungan Basnet dan Leung memiliki tingkat efisiensi
yang lebih baik dibandingkan dengan perhitungan biaya persediaan saat ini. Pada purchasing cost,
didapatkan penghematan sebesar 43,20%, ordering cost 6,44%, holding cost 45,99%, sehingga pada
total biaya persediaan, didapatkan penghematan sebesar 40,68%. Dengan menggunakan formulasi
Basnet dan Leung, Giant hypermarket dapat meminimasi total biaya persediaan menjadi Rp
36.917.922,60. Dengan komponen biaya pada purchasing cost Rp 28. 828.186,84, ordering cost, Rp
4.469.000,0 dan holding cost Rp 3.620.903,76.
Kata kunci:apel, multi-supplier, optimalisasi, persediaan

Abstract
The research was aimed at getting the cost-efficiency of Malang Apples inventory in Giant
hypermarket, Gajayana, compared to Basnet and Leung methods, as well as getting a minimal
inventory cost Malang Appel in Giant hypermarket, Gajayana. Based on the problem, the data will be
processed by two methods, that is the current calculation method and Basnet and Leung method. The
ultimate goal of both of these methods will be compared. From the research results, obtained that
Basnet and Leung method had a better efficiency than the calculation cost of current inventory. On
purchasing cost, get the saving until 43.20%, 6,44% on ordering cost, and 45.99% on purchasing cost,
so the total cost of the inventory, it brings savings of 40,68%. By using formulations Basnet and
Leung, Giant hypermarket can manage the total cost of supplies until Rp36.917.922 .60. With
components costs, Rp 28. 828.186,84 on purchasing cost, Rp 4.469.000,00 on ordering cost and Rp
3.620.903,76 on holding cost.
Keywords :apple, multi-supplier, optimalization, inventory

biaya yang dipertimbangkan antara lain
purchasing cost, ordering cost, dan holding
cost.
Giant hypermarket adalah salah satu
retailer yang menyediakan buah Apel Malang,
Proses pengadaan produk buah Apel Malang di
Giant hypermarket cabang Gajayana sendiri
melibatkan tujuh suplier lokal. Ketujuh supplier
tersebut memiliki kemampuan yang berbeda-
beda dalam memenuhi permintaan Giant
hypermarket. Kombinasi seluruh supllier
dibutuhkan oleh Giant hypermarket dalam
memenuhi kebutuhan pasokan buah Apel
Malang. Berdasarkan keadaan lapang tersebut,
dibutuhkan optimalisasi persediaanproduk buah
Apel Malang untuk mendukung sistem
persediaan di Giant hypermarket cabang
Gajayana. Dengan penerapan metode tersebut
diharapkan akan didapatkan pengurangan total
biaya inventory yang dibandingkan dengan
kondisi existing. Ditambahkan oleh
Woarawichai (2011). Optialisasi yang
digunakan adalah optialisasi Basnet da Leung,
Basnet dan Leung (2005) memformulasikan
multi-product multi-period lot-sizing with
supplier selection problem. Pada penelitian ini
nantinya hasil optimalisasi akan dibandingkan
dengan perhitungan kondisi saat ini untuk
dibandingkan.

Tujuan
1. Mendapatkan tingkat efisiensi biaya
inventory Apel Malang di Giant
hypermarket cabang Gajayana
dibandingkan dengan metode Basnet dan
Leung.
2. Mendapatkan biaya persediaan minimal
Buah Apel Malang di Giant hypermarket
cabang Gajayana.

Manfaat
Manfaat yang diharapkan adalah
sebagai pertimbangan bagi pihak Giant
hypermarket cabang Gajayana dalam
menjalankan sistem persediaan dan pengadaan
Apel Malang, sehingga didapatkan biaya
persediaan Apel Malangyang efisien.


BAHAN DAN METODE

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Produk yang diamati hanya produk
Apel Malang.
2. Data yang diteliti adalah data
permintaan produk Apel Malang,
dengan rentang waktu antara
Oktober 2012 hingga Oktober
2013.
3. Pemilihan supplier hanya
didasarkan pada faktor biaya dan
tidak mempertimbangkan faktor
yang lain.
4. Tidak tersedianya produk Apel
Malang dalam periode tertentu,
oleh satu atau lebih suplier tidak
dipertimbangkan dalam penelitian
ini.

Pengolahan Data
Prosedur penelitian ini dibagi menjadi
empat tahap utama, yaitu tahap persiapan, yang
meliputi tahap persiapan meliputi studi
lapangan, studi pustaka, identifikasi masalah,
perumusan masalah dan tujuan penelitian.
Dilanjutkan dengan tahap pengumpulan data,
tahap pengolahan data dan tahap analisis. Pada
tahap pengambilan data, secara terperinci akan
jelaskan menengai data yang dibutuhkan untuk
menganalisis kebutuhan perhitungan metode
multi-supplier. Pada tahap pengolahan data
akan dilakukan perbandingan perhitungan
kodisi existing atau kondisi perhitungan yang
diterapkan di Giant hypermarket dan
perhitungan dengan metode Basnet dan Leung.
Bagan prosedur penelitian dapat dilihat pada
Gambar.1.



Mulai
Studi lapang
Studi pustaka
Identifikasi masalah
Perumusan masalah dan tujuan
penelitian
Pengambilan data
- permintaan buah Apel (Malang B)
- daftar supplier
- daftar harga tiap supplier tiap periode
- data lead time
- ordering cost
- holding cost
Pengolahan data
Perhitungan biaya inventory
berdasarkan kondisi saat ini
Perhitungan biaya inventory
berdasarkan formulasi Basnet
dan Leung
Analisis dan interpretasi data
Kesimpulan dan saran
selesai


Gambar 1.Prosedur Penelitian
.
Perhitungan biaya inventories existing
dapat dihitung dengan rumus:
(1)
dimana:
IC = Inventory Cost
P
ij
= harga beli produk i dari supplier j
X
ij
= jumlah produk i yang dipesan dari
supplier j
O
j
= ordering cost untuk supplier j
Y
j
= 1 jika dilakukan order pada
supplier j; 0 jika tidak
H
i
= holding cost produk i
D
it
= kebutuhan produk i di periode t
t
oi
= periode order masuk material i
L
i
= lead time material i

Setelah didapatkan hasil perhitungan
existing, kemudian dilakukan perhitungan
dengan formulasi Basnet dan Leung sebagai
pembanding. Formulasi Basnet dan Leung
memiliki fungsi tujuan:
(2)

Indeks:
i = 1 ... I indeks produk (item bahan
baku)
j = 1 ... J indeks supplier
t = 1 ... T indeks periode waktu

Parameter:
D
it
= demand produk i di periode t
P
ij
= harga pembelian produk i dari
supplier j
H
i
= holding cost produk i
O
j
= ordering cost untuk supplier j

Variabel keputusan:
X
ijt
= jumlah produk i yang dipesan dari
supplier j pada periode t
Y
jt
= 1 jika dilakukan order pada supplier
j pada periode t; 0 jika tidak

Variabel intermediate:
Ri
t
= inventory produk i yang tersisa dari
periode t sampai (t+1)

Untuk mendapatkan hasil mendekati
akurat dibutuhkan batasan-batasan dan
modifikasi yang berlaku untuk situasi tertentu.
Untuk menghitung jumlah kuantitas persediaan
pada Giant hypermarket dihitung dengan
rumus:

X
jjt
= Jumlah kuantitas berdasarkan ramalan
penjualan+jumlah safety stock......................(3)

Batasan pertama menyatakan bahwa,
permintaan harus dipenuhi tepat pada periode
yang dibutuhkan, dengan demikian, batasan
pertama:
(4)


Batasan selanjutnya menyatakan bahwa,
perusahaan tidak dapat memesan tanpa

mengeluarkan biaya transaksi, dengan demikian,
batasan kedua:
...................... (5)
Batasan selanjutnya menyatakan bahwa,
nilai Y jt bernilai binary, yaitu akan bernilai 1
apabila dilakukan order pada satu suplier dalam
satu periode, dan 0 jika tidak, dengan demikian,
batasan ketiga:

Y
jt
= 0 atau 1 ............................................. (6)

Batasan terakhir adalah produk harus
bernilai positif, dengan demikian, batasan
keempat:

X
ijt
0 .......................................... (7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan kondisi Sekarang
1. Data yang Dibutuhkan
Dalam kurun waktu satu tahun, Oktober
2012 hingga Oktober 2013, Giant Hypermarket
melakukan order terhadap produk Apel Malang
kepada tujuh suplier.beberapa data yang
dibutuhkan antara lain adalah data order buah
Apel Malang (oktober 2012-oktober 2013),
kuantitas persediaan buah Apel Malang,
penjualan buah Apel Malang (oktober 2012-
oktober 2013), daftar harga buah Apel Malang,
daftar suplier dan ordeing cost buah Apel
Malang, daftar holding cost buah Apel Malang,
daftar selisih tanggal periode order buah Apel
Malang. Data tersebut data dikonversi menjadi
periode setiap dua minggu selama satu tahun.
Data tersebut dikonversikan menjadi setiap dua
minggu dengan maksud untuk mempermudah
penyajian data, dan agar fluktuasi data dapat
terlihat dengan jelas.

2. Hasil Perhitungan Kodisi Sekarang
Biaya persediaan pada tiap-tiap periode
dihitung menggunakan rumus yang sama.
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk
periode pertama.


IC = ((15*28500)+(20*27000)+(40*27000)+
(0*27000)+(0*27000)+(0*28500)+
(0*28500))+(1*125000)+(1*125000)+
(1*130000)+(0*130000)+(0*127000)+
(0*125000)+(0*125000))+
((249,2*(2-1)*75))
IC = 2.047.500+380.000+168.210
IC = Rp 2.595.710

Dengan perhitungan tersebut dihasilkan
total biaya inventori setiap periode (2 minggu)
dalam kurun waktu Oktober 2012 hingga
Oktober 2013. Hasil perhitungan kondisi
sekarang dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada
Lampiran 4 dapat dilihat bahwa biaya pada
periode 16 merupakan periode dengan total
biaya persediaan tertinggi. Pada periode
tersebut biaya purchasing order didapatkan
sebesar Rp 4.931.088. Pada purchasing
costumumnya terdapat penerapan pemotongan
harga yang diberikan oleh suplier terkait
kuantitas permintaan yang tinggi (Suhermin,
2008). Biaya ordering cost sebesar RpRp
125.000,00 dan holding cost sebesar Rp
550.088. Biaya purchasing order pada periode
tersebut cenderung tinggi, yaitu sebesar Rp
4.256.000. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kuantitas pemesanan apel yang cukup banyak
yaitu 152 Kg. Selain purchasing oder, biaya
terkait total biaya persediaan secara total adalah
holding cost dan ordering cost.
Holding cost pada periode tersebut
didapat sebesar Rp 550.088. Holding cost pada
periode tersebut terhitung tinggi, walaupun
bukan merupakan holding cost tertinggi dalam
kurun waktu satu tahun tersebut. Pada
umumnya setiap perusahaan akan melakukan
penyimpanan dengan kuantitas tertentu untuk
jenis barang tertentu dalam perusahaannya
untuk menjaga tingkat produktifitas perusahaan
tersebut (Zulfikarizan, 2005).Besar dan
kecilnya holding cost pada suau periode pada
perhitungan tersebut dipengaruhi oleh periode
simpan dan kuantitas persediaan buah. Seluruh
suplier yang bekerja sama dengan Giant
hypermarket memiliki kemampuan yang sama
untuk memenuhi permintaan buah. Ketujuh

suplier mampu mengirimkan pesanan dalam
waktu satu hari, sehingga untuk semua periode
order dikurangi dengan 1. Pada periode tersebut
tanggal order terakhir periode 15, terjadi pada
tanggal 14 Mei 2013 dan pada periode tersebut
terjadi order pada 28 Mei 2013. Dari data
tersebut didapatkan jarak waktu order selama
15 hari (Tabel 4.6). Pada periode tersebut
terjadi order pada satu suplier yaitu suplier A.
Kuantitas pemesanan pada periode tersebut
adalah 152 Kg.
Total holding cost pada periode
tersebut merupakan hasil kali biaya holding
cost dengan periode simpan dan kuantitas buah
yang disimpan. Holding cost akan meningkat
apabila terjadi peningkatan lama simpan dan
kuantitas buah yang disimpan. Seperti yang
terjadi pada periode 4, yaitu minggu kedua
bulan November 2012. Pada periode tersebut,
merupakan periode dengan holding cost
tertinggi. Holding cost pada biaya tersebut
terhitung tinggi karena adanya peningkatan
perhitungan lama simpan buah apel. Pada
periode 4, lama simpan dihitung selama 18 hari,
dengan kuantitas 89 Kg. Holding cost terendah
terdapat pada periode 5 dengan periode simpan
selama 13 hari, namun tidak terdapat biaya
holding cost (0 kg).kondisi tersebut
mengakibatkan tidak adanya anggaran holding
cost untuk produk apel pada periode tersebut.
Biaya lain yang perlu dipertimbangkan
adalah ordering cost. Ordering cost pada
periode tersebut didapat sebesar Rp 125.000.
Ordering cost pada periode tersebut terhitung
rendah. Besar dan kecilnya ordering cost pada
satu periode pada perhitungan tersebut
dipengaruhi oleh banyaknya suplier terkait yang
terdapat pada periode tersebut. Ketujuh suplier
memiliki biaya ordering yang berbeda-beda.
Pada periode tersebut Giant hypermarket
bekerjasama dengan suplier A dengan kuantitas
pemesanan 152 Kg.
Besarnya ordering cost pada suatu
periode dipengaruhi oleh banyaknya suplier
yang terlibat dan intensitas pemesanan. Biaya
ordering cost tertinggi terdapat pada periode 1
dan 3, yaitu pada minggu pertama Oktober
2012 dan minggu pertama November 2012.
Pada periode tersebut terdapat ordering cost
sebesar Rp 380.000. Biaya yang tinggi tersebut
dikarenakan banyaknya suplier terkait yang
memenuhi permintaan

Perhitungan Biaya Persediaan dengan
Formulasi Basnet dan Leung
1. Data yang dibutuhkan
Data yang dibutuhkan pada perhitungan
biaya persediaan dengan metode ini masih
menggunakan input yang hampir sama dengan
perhitungan biaya persediaan kondisi saat ini.
Data yang dibutuhkan antara lain, data order
Buah Apel Malang, data penjualan Buah Apel
Malang, data harga Buah Apel Malang tiap
suplier-tiap periode, data ordering cost suplier,
data holding cost tiap periode dan data
persediaan pada periode tersebut. Data
persediaan didapatkan dari Kuantitas Buah
yang dipesan dikurangi dengan Buah Apel
Malang yang terjual dikurangi buah Apel
Malang yang masuk dalam katagori tidak layak
jual display (dijual ke pengepul), dan buah Apel
Malang tyang masuk dalam kategori broken
stock (rejected). Kuantitas broken stock
merupakan salah satu hal yang perlu ditekan
untuk mengurangi kerugian. Beberapa kerugian
yang mungkin muncul dalam suatu kondisi
peramalan persediaan adalah hilangnya
kesempatan produksi, beralihnya konsumen
menuju produsen lain, dan terganggunya proses
produksi di perusahaan tersebut (Hidayanto,
2007).

2. Hasil Perhitungan Formulasi Basnet dan
Leung
Dari hasil optimalisasi biaya persediaan
di Giant hypermarket, terdapat banyak
perubahan, perubahan tersebut meliputi
perubahan kuantitas pesanan, suplier yang
dituju pada periode tertentu, jumlah biaya
pemesanan dan biaya penanganan. Optimalisasi
pemesanan dipengaruhi oleh biaya yang paling
minimal untuk memenuhi kebutuhan Giant
hypermarket.
Dari hasil yang didapat setelah
dlakukan optimalisasi, didapatkan perbedaan
besar disisi kuantitas buah apel yang dipesan.
Penurunan kuantitas dapat mencapai 50% dari
kuantitas awal. Optimaliasi Basnet dan Leung

ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor
nominal harga. Harga dalam hal ini meliputi
besarnya harga buah apel setiap Kg dalam satu
periode dan ordering cost. Seperti yang
dicontohkan pada Tabel 4.7, periode 1,
pemesanan dilakukan dengan pemindahan
suplier. Pada perhitungan sekarang dilakukan
pemesanan kepada suplier A, sedangkan setelah
dilakukan optimalisasi maka pemesanan
dilakukan kepada suplier B. Perpindahan tujuan
pemesanan diperiode ini dipengarui oleh harga
perkilo buah apel di periode tersebut, suplier A,
cenderung lebih mahal Rp 1.500,00 untuk
setiap kilo buah Apel yang dipesan, sehingga
pemesanan disarankan kepada suplier B.
Pada beberapa periode, hasil
optimalisasi menunjukan bahwa pemesanan
sebaiknya dilakukan kepada beberapa suplier.
Hal ini dapat dicontohkan pada tabel 4.7,
periode 8. Pada periode tersebut pemesanan
dilakukan kepada 5 suplier, yaitu suplier B,
suplier C, suplier D, suplier E dan suplier G.
Pemesanan dilakukan dengan kuantitas yang
sama yaitu sebesar 8,046 Kg, dengan total
pemesanan 40, 23 Kg. Hal tesebut dapat terjadi
karena petimbangan tiap suplier yang seimbang.
Pada periode 8, harga perkilo buah apel untuk
suplier B, sebesar Rp 26.000,00, dengan
ordering cost Rp 125.000, sedangkan untuk
suplier C, harga perkilo buah Apel lebih murah
Rp 500,00 untuk setiap kilonya, namun
ordering cost yang ditawarkan juga terhitung
tinggi.

Perbandingan Biaya Persediaan Pada
Kondisi Saat Ini, dengan Formulasi Basnet
dan Leung
Dari perhitungan biaya persediaan pada
kondisi saat ini, dengan formulasi Basnet dan
Leung, didapatkan perbedaan yang cukup
signifikan. Perbedaan yang paling nampak
adalah adanya pengurangan kuantitas buah apel
yang diorder dan beberapa tujuan order yang
berubah. Berubahan tersebut disebabkan adanya
oplimalisasi persediaan yang telah
dipertimbangkan. Formulasi Basnet dan Leung
mempertimbangkan faktor biaya terkait
minimasi biaya persediaan. Pengurangan
kuantitas yang terdapat pada Tabel 4.8,
merupakan hasil minimasi purchasing cost.
Kuantitas yang didapat dari hasil minimasi
Basnet dan Leung adalah kuantitas yang
dibutuhkan dalam periode tersebut berdasarkan
jumlah kuantitas terjual ditambah dengan
kuantitas safety stock

Tabel 4.8. Perbandingan Biaya Persediaan

Hasil Perhitungan
%
hemat
Kondisi
Saat Ini
Basnet
dan Leung
Purcasing
cost
Rp
50.758.500,0
Rp
28.828.186,
8 43,20%
Ordering
cost
Rp
4.777.000,0
Rp
4.469.000,0 6,44%
Holding
cost
Rp
6.705.232,00
Rp
3.620.903,7
6 45,99%
Total
inventort
cost
Rp
62.240.732,0
0
Rp
36.917.922,
6 40,68%
Sumber : Olahan Data Primer

Dengan total biaya tersebut dapat
dihitung selisih biaya yang didapat dari kedua
metode tersebut. Pada purchasing cost, terdapat
penurunan sebesar Rp 21.930.313.16 atau
43,20% dari purchasing cost pada biaya
persediaan saat ini. Ordering cost, mengalami
penurunan sebesar Rp 308.000,00 atau 6,44%
dari ordering cost pada biaya persediaan saat
ini. Holding cost, mengalami penurunan sebesar
Rp 3.084.328,24 atau 45,99% dari holding cost
pada biaya persediaan saat ini. Pada total biaya
inventori didapatkan penurunan yang signifikan
sebesar Rp 25.322.809,4 atau 40,68 % dari
biaya persediaan saat ini.
Faktor terbesar yang mempengaruhi
penurunan biaya tersebut adalah penurunan
kuantitas pesanan yang dibuat hampir sama
dengan kuantiras permintaan konsumen.
Permintaan konsumen terebut didapatkan dari
data penjualan buah apel pada periode tersebut.
Menurut (Wahid, 2012), informasi merupakan
hal yang sangat penting bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu sudah
banyak pula perusahaan atau organisasi yang

menggunakan sistem informasi untuk
meningkatkan kinerjanya. Sistem informasi
dibuat agar mempermudah dalam pengelolaan
data maupun informasi serta memudahkan kita
dalam mencari data maupun informasi tersebut.
Kemajuan teknologi informasi yang pesat ini
seharusnya menjadi potensi dalam
pemanfaatannya secara luas, informasi yang
mendukung harus bisa menjadi manfaat besar
bagi penggunanya. Pencarian informasi
mengenai jumlah yang diperkirakan akan
terjual, dan harga yang ditawarkan oleh masing-
masing suplier merupakan titik penting yang
perlu dilakukan oleh Giant hypermarket.
dengan adanya pencarian informasi tersebut,
akan disapatkan hasil yang lebih akurat, dan
biaya yang lebih minimal.
Arda (2006) memperkenalkan kerangka
kerja baru untuk mengatasi masalah
mengalokasikan pesanan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan dengan beberapa
pemasok. Pada penelitian ini pula didapatkan
kombinasi-kombinasi suplier yang baru yang
menghasilkan biaya akhir persediaan yang lebih
optimal. Besarnya penuruan total kuantitas
yang terjadi untuk permintaan sebelum dan
sesudah adanya optimalisasi. Penurunan total
kuantitas yang terjadi rata-rata didapatkan
sebesar 45,25% untuk kurun waktu 1 tahun
tersebut. Beberapa hal yang terjadi adalah
adanya perubahan tujuan pemesan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan kuantitas
dan suplier tujuan pemesanan adalah harga
buah apel perkilo perperiode dan ordering cost
yang ditetapkan oleh tiap-tiap suplier tiap
periode.

PENUTUP

1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengolahan dan
analisa serta interpretasi data, dapat ditarik
beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Perhitungan Basnet dan Leung
memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik
dibandingkan dengan perhitungan biaya
persediaan saat ini. Pada purchasing cost,
didapatkan penghematan sebesar 43,20%,
ordering cost 6,44%, holding cost 45,99%,
sehingga pada total biaya persediaan,
didapatkan penghematan sebesar 40,68%.
2. Dengan menggunakan formulasi
Basnet dan Leung, Giant hypermarket dapat
meminimasi total biaya persediaan menjadi Rp
36.917.922,60. Dengan komponen biaya pada
purchasing cost Rp 28. 828.186,84, ordering
cost, Rp 4.469.000,0 dan holding cost Rp
3.620.903,76.

2. Saran
Optimalisasi dapat dilakukan dengan
melakukan peramalan kuantitas buah yang
terjual, dengan menambahkan beberapa persen
dari kuantitas tersebut sebagai persediaan
pengaman (safety stock).


Daftar Pustaka

Sari, E. 2012. Proses Pengawetan Sari Buah Apel
(Mallus Sylvestris Mill)Secara Non-
Termal Berbasis Teknologi Oscillating
Magneting Field (OMF). Jurnal
Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya Malang 13(2): 78-87.
Basnet, C. And Leung, J. 2005. I nventory Lot Sizing
With Supplier Selection. Computers &
Operations Research 32 : 1-14.

Woarawichai, C., Kullpattaranirun, T., Dan Vichai R.
2011. I nventory Lot-Sizing Problem
With Supplier Selection Under Storage
Space And Budget Constraints. IJCSI
International Journal Of Computer
Science Issues, 8(2): 250-255.
Wahid, A. B., Andri I., dan Partono. 2012. Sistem
Pendukung Keputusan Penentuan
Jumlah Pemesanan Barang. Jurnal
Algoritma 9(22): 1-8

Hidayanto, T. 2007. Anallisis Perbandingan
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Dengan Pendekatan Model EOQ Dan
JIT/EOQ. Jurnal Teknologi Industri
11(4): 315-322.
Suhermin, A.P. 2008. Perbandingan Metode
Peramalan Untuk Deret Waktu
Musiman. Http://Www.Usu.Library/Pen-
1657235/Metode-Peramalan-Pdf.Html.
Tanggal Akses 8 Oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai