Anda di halaman 1dari 14

TUGAS EKSPLORASI GEOTERMAL

Resume sistem geotermal dan manifestasi permukaan









Oleh :
Liana christy
1106051004



PROGRAM STUDI GEOFISIKA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
Depok, 2014

BAB 49 : SISTEM GEOTERMAL
Terdapat tiga elemen utama sistem geotermal, yaitu batuan reservoir yang permeable, fluida
sebagai penghantar panas, dan sumber panas. Berbagai jenis batuan bisa digunakan sebagai
batuan sumber untuk reservoir geotermal. Sistem geotermal berbeda dengan sistem air bawah
tanah, dimana temperatur batuan reservoir lebih tinggi pada sistem geotermal yang disebut
sebagai hot rock/source rock.
Pada umumnya, sistem geotermal menghasilkan fumarole dan hot spring yang muncul di
permukaan karena reservoir dibawahnya yang panas. Keberadaan fumarole dan hot spring
menjadi indikator awal kemungkinan keberadaan sistem geotermal. Sistem geotermal temperatur
tinggi lebih jarang ditemui daripada yang temperatur rendah dan berasosiasi dengan volkanisme
dan aktifitas tektonik.
I. Lokasi Sumber Daya dan Tipe
Sumber daya geotermal umumnya berada di daerah sepanjang atau di dekat batas
lempeng konvergen, batas tumbukan lempeng, di pusat rekahan dan lokasi hot spots. Oleh
karena itu, tidak semua daerah di Bumi merupakan sumber daya geotermal yang baik.
Daerah yang sumber daya geotermalnya tinggi umumnya memiliki aktivitas vulkanik yang
tinggi pula.
Terdapat 5 tipe dasar sistem geotermal berdasarkan karakteristik geologi, geofisika,
hidrologi, dan teknisnya. Tipe-tipe tersebut adalah Young igneous system, Tectonic system,
Geopressured system, Hot dry rock system, dan Magma tap system. Tiga tipe pertama biasa
disebut sebagai sistem hidrotermal karena mengeksploitasi sumber daya alam berupa air
panas. Sementara dua sistem terakhir membutuhkan fluida, yang umumnya air, untuk
dimasukkan kedalam reservoir terlebih dahulu untuk dipanaskan lalu dimanfaatkan uap
panasnya.
1. Young igneous system
Sistem ini berasosiasi dengan vulkanisme zaman quarter dan intrusi magma. Fluida
menghantarkan panas dari batas proses kristalisasi atau dari magma yang baru
mengkristal/membeku. Sistem geotermal ini umumnya menjadi sistem geotermal dengan
temperatur tinggi (tertinggi dibandingkan sistem yang lain) hingga mencapai 370
o
C dan
kedalaman reservoirnya cukup dalam hingga 1,5 km.
2. Tectonic system
Sistem ini berada pada daerah dengan aliran panas tetapi bebas dari aktifitas pembekuan
magma. Sistem ini berada pada daerah subduksi, zona tumbukan, pelebaran kerak, dan
sepanjang zona patahan. Sistem geotermal tektonik memiliki aktifitas gempa yang relatif
tinggi karena dengan daerah tektonik aktif. Temperatur sistem ini bisa mencapai 250
o
C
dan kedalaman 1,5 km.
3. Geopressured system
Sistem ini umumnya ditemukan pada daerah-daerah basin sedimen dimana amblesan dan
fluida yang terjebak didalamnya mengalami peningkatan temperatur karena besarnya
tekanan di reservoir. Aliran panas dan besar aktivitas gempa di daerah sistem geotermal
ini relatif rendah hingga normal. Sistem ini serupa dengan karakteristik lapangan migas.
Sistem ini membutuhkan pengeboran yang lebih dalam daripada dua sistem geotermal
sebelumnya dengan tipikal kedalaman 1,5 hingga 3 km dengan temperatur reservoir
hingga 190
o
C
4. Hot dry rock system
Sistem ini mengeksploitasi panas yang tersimpan dalam porositas yang rendah dan
batuan yang permeabilitasnya rendah dengan kedalaman dan temperatur yang relatif
bervariasi. Karena reservoir hanya memiliki batuan dengan temperatur tinggi namun
permeabilitasnya rendah, maka perlu dilakukan injeksi air ke dalam reservoir. Air dari
permukaan diinjeksikan ke dalam sumur melalui rekahan dan keluar melalui sumur
produksi dimana air yang diinjeksikan akan mengalami pemanasan dalam reservoir
karena batuannya yang panas. Temperatur dari sistem ini umumnya berada pada rentang
120 hingga 225
o
C dengan kedalaman 2 hingga 4 km.
5. Magma tap system
Sistem ini melibatkan pengeboran pada magma di kedalaman dangkal, yang kemudian
dilakukan pemasangan alat transfer panas. Fluida yang kemungkinan besar air
disirkulasikan dalam alat tersebut untuk dimanfaatkan panasnya. Dalam sistem ini
magma yang temperaturnya terlalu tinggi dan bersifat korosif perlu diperhatikan dalam
pengolahannya. Karena menggunakan sumbernya adalah magma bukan batuan panas
maka temperatur sistem geotermal ini bisa mencapai 1200
o
C

II. Aliran Panas di Bumi
Sumber daya geotermal memanfaatkan transfer panas konduksi dan konveksi. Persamaan
dasar aliran panas konduktif adalah sebagai berikut :
(

)
dengan k = konduktivitas termal batuan ; T = temperatur ; z = kedalaman ; dan dT/dz =
gradien geotermal (
o
C/km). Konduktivitas termal batuan besarnya bervariasi, umumnya 3.5
W/m, dan bergantung pada besar temperaturnya. Konduktivitas termal juga dipengaruihi
oleh permeabilitas, densitas patahan, dan alterasi hidrotermal.
Umumnya panas di Bumi dihasilkan oleh gaya gravitasi dan mengalir melalui mantel dan
kerak menuju ke ermukaan. Panas juga dihasilkan karena peluruhan unsur-unsur radioaktif
(U,Th,K). Untuk keseluruhan kerak, nilai q bervariasi dari nilai yang besar pada zona
magmatisme, tektonisme, dan kerak tipis. Sementara q akan bernilai kecil pada kerak benua
yang sudah menua. Basin-basin sedimen memiliki gradien yang lebih tinggi pada daerah di
dekat permukaan hal ini dikarenakan basin terisi dengan sedimen yang kurang padat dengan
nilai k yang kecil. Oleh karena itu, sedimen dengan konduktivitas rendah bertindak sebagai
isolator yang menutupi batuan-batuan kristalin.
Pergerakan air atau magma keatas untuk menghantarkan panas/konveksi, dinilai lebih
efektif dibandingkan dengan cara konduksi. Prinsip proses konveksi adalah ketika air dingin
masuk ke dalam bumi melalui celah-celah rekahan di kerak, mengalami pemanasan di dalam
bumi sehingga menjadi air panas. Air panas memiliki densitas yang lebih ringan daripada air
dingin maka dia akan relative bergerak ke atas. Pergerakan turunnya air dingin dan naiknya
air panas inilah yang disebut proses konveksi. Sistem hydrothermal juga mengalami prinsip
konveksi dalam reservoirnya.

III. Kandungan dan Aliran Panas Intrusi Magma
Kandungan panas dapur magma umumnya bergantung pada volume dan temperatur pada
dapur magma tersebut. Total panas yang dilepaskan dalam proses pendinginan magma dari
850 hingga 300
o
C menghasilkan energi sebesar 960J/g. Aliran panas yang melingkupi dapur
magma bergantung pada banyak variabel, seperti temperatur, kedalaman, dan waktu.
Persamaan aliran panas permukaan dalam fungsi waktu yaitu :
() ()

)
Kedalaman yang semakin rendah akan meningkatkan nilai q dan memperkecil waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai nilai maksimum. Perhitungan ini didasarkan pada beberapa
asumsi seperti :
1. Seluruh panas dihantarkan secara konduksi
2. Proses pemanasan awal magma dan banyanya batuan yang terkonsumsi oleh magma
dapat diabaikan
3. Penambahan magma baru pada body magma dapat diabaikan
4. Penghilangan panas dengan sirkulasi air tanah diabaikan.
Proses konveksi fluida hidrotermal bisa menyebabkan beberapa efek seperti hot spring,
fumarole, dan aliran air panas bawah permukaan yang dapat menyebabkan kehilangan panas
yang lebih cepat pada sistem magma dibandingkan jika dengan proses konduksi.
IV. Model Konsep Sistem Geotermal
A. Young Igneous Model
Gambar berikut adalah konsep model Young Igneous System :

Model ini berada pada andesitic stratovolcano. Reservoir ini dapat dieksploitasi di
temperatur sekitar 200
o
C. Kedalamannya berkisar 1,5 km dengan kedalaman
intrusi bervariasi dari 2 hingga 10 km. dimensi lateral reservoir dan kemungkinan
outflow bisa mencapai 20 km. Kandungan fluida banya mengandung asam namun
lama kelamaan akan menjadi netral dan naik ke permukaan. Alterasi mineral dan
urat-urat terbentuk di batuan reservoir.

B. Tectonic Model
Gambar berikut adalah konsep model sistem geotermal tektonik :

Ketika gaya tektonik menyebabkan tarikan dan penipisan kerak bumi, material
mantel akan naik ke kerak. Sehingga, gradien termal rata-rata dan aliran panas
anomalinya akan bernilai lebih besar 1,5 hingga 3 kali lebih besar dari normal basin
akan terbentuk sebagai hasil dari perpanjangan kerak dan akan tersedimentasi dengan
deposit yang konduktivitasnya rendah.

C. Vapor-Dominated System
Berikut adalah gambar yang menunjukan kondisi pada sistem geotermal vapor-
dominated :

Batuan penutup yang relative tidak permeabel tersaturasu dengan air tanah sehingga
akan menjadi penutup reservoir sehingga uap akan menjadi fase yang kontinu
sepanjang rekahan dan retakan. Air akan mengisi pori-pori intergranular pada batuan.
Air ini tidak bisa keluar karena terhalangi oleh batuan impermeable penutup
reservoir.

D. Liquid-Dominated System
Umumnya sistem geotermal merupakan sistem liquid-dominated. Sistem ini
mengandung air pada seluruh channel, porositas yang berhubungan, gelembung-
gelembung uap, dan gas. Reservoir jenis ini memiliki temperatur maksimum sekitar
370
o
C, dan memiliki salinitas yang relatif bervariasi.

V. Karakteristik dan Deposit Fluida Geotermal
A. Gas Chemistry
Gas geotermal berasal dari perubahan termal komponen batuan-batuan reservoir yang
kaya akan komponen yang mudah menguap. Fluida diproduksi pada well head dari
sistem vapor-dominated yang mengandung gas yang tidak dapat terkondensasi karena
beratnya lebih besar daripada fluida yang diproduksi dari sistem iquid-dominated. Hal
ini dikarenakan komponen yang mudah menguap dihambat untuk keluar dalam bentuk
uap.

B. Water Chemistry
Air geotermal umumnya memiliki kandungan sebagai berikut :

TDS fluida pada reservoir temperatur tinggi (150
o
C) berada pada range 1000 hingga
350.000 ppm. Mata air klor yang netral dan air geyser umumnya menunjukkan fluida
utama reservoir. Fluida ini mungkin termodifikasi selama aliran ke permukaan dengan
reaksi kimia sepanjang dinding batuan.
C. Chemical Geothermometers
Geotermometer kimiawi terdiri dari dua tipe :
1) Berdasarkan konsentrasi absolut dari keseluruhan cairan
2) Berdasarkan perbandingan dua atau lebih keseluruhan cairan
Temperatur bergantung pada beberapa geotermometer kimiawi yang telah dikalibrasi
oleh ekspterimen laboratorium terhadap kondisi ideal sementara geotermometer lainnya
didasarkan pada hubungan empiris yang melibatkan fluida-fluida yang diproduksi dari
medan geotermal yang berbeda.
D. Water origins and System Ages
Beberapa sistem geotermal mengandung air laut yang telah terdaur, fosil hewan dan
tumbuhan laut, dan air metamorfik. Air yang bersifat magmatik dalam sistem geotermal
berasal dari fluida gunung berapi aktif. Jangka hidup sistem geotermal dipelajari dari
alterasi mineral dan urat-urat, deposit sumber air, dan hubungan geologi.

E. Hydrothermal Alteration and Mineral Deposits
Fluida geotermal yang paling banyak dieksploitasi mengandung sulfur yang tereduksi
dan mineral sulfida. Meskipun sistem geotermal terlalu panas untuk
ditambang/diproduksi, manifestasi di sekitar permukaan tetap bisa diakses.

VI. Pengembangan Geotermal
A. Exploration
Objek utama eksplorasi adalah untuk menemukan reservoir uap atau air panas yang bisa
dikembangkan secara komersial dan stabil. Secara statistik 70% area geotermal dapat
dieksploitasi. Strategi eksplorasi regional difokuskan pada area-area yang telah diketahui
ada aktivitas hot spring dan fumarole. Langkah pertama adalah dengan mengevaluasi
pusat gunung berapi muda, menggambarkan struktur geologi, akses aliran panas, dan
menghitung temperatur reservoir dari contoh fluida dengan geokimia.

B. Production
Produksi dilakukan oleh perusahaan yang membeli sejumlah lahan untuk dijadikan
sumur pemboran serta membangun power plant. Beberapapengembangan awal yang
dibutuhkan adalah menentukan seberapa besar power yang harus diinstal pada fase
pertama, lalu tentukan entalpi fluidanya. Setelah fase pertama sumur tambahan dapat
ditambahkan untuk membangun power plant yang lebih besar dan stabil.

C. Power Generation
Rancangan jaringan dasar untuk reservoir vapor dan liquid dominated adalah sebagai
berikut :


Untuk vapor dominated system paling mudah dan butuh perawatan yang tidak banyak
dikarenakan semua uap akan bisa dimanfaatkan untuk menggerakan turbin. Sementara
untuk liquid dominated system membutuhkan separasi awal antara fase uapnya dengan
fase cairnya. Sehingga uap bisa dimanfaatkan ke turbin dan airnya direinjeksikan ke
sumur.

D. Decline
Sistem geotermal meskipun merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui ternyata
juga akan mengalami penurunan tekanan dan sebagainya dari kondisi awal reservoir
akibat adanya eksploitasi. Oleh karena itu terdapat sebuah strategi baru untuk reinjeksi
air buangan dari kota disekitar power plant ke dalam reservoir sehingga diharapkan
dapat meningkatkan tekanan reservoir.

E. Nonelectrical Uses
Aplikasi langsung non listrik, yang umum digunakan pada sistem geotermal temperatur
rendah adalah dengan memanfaatkannya sebagai pemanas rumah kaca, pemanas
ruangan, pertnian ikat atau reptil, serta resort-resort kesehatan.

F. Monitoring
Pengawasan yang dilakukan beragam, seperti pengawasan seismik, pengukuran emisi ke
atmosfir dan air tanah, perubahan mendadak kimiawi fluida dan kandungan panas dalam
fluida yang diproduksi.

VII. Isu Keamanan dan Lingkungan
Berikut adalah isu-su lingkungan yang umumnya terjadi dalam pengembangan sistem
geotermal :
Poludi H2S ke atmosfir
Polusi brine air tanah
Ledakan hidrotermal
Tanah longsor
Interferensi reservoir, amblesan, deplesi, dan seismic induksi.
Gempa bumi dan ancaman gunung berapi.











BAB 50 : MANIFESTASI PERMUKAAN SISTEM GEOTERMAL
DENGAN SUMBER PANAS VULKANIK
I. PENDAHULUAN
Sistem geotermal dapat dibedakan berdasarkan perbedaan temperatur reservoirnya :
1) Sistem geotermal temperatur tinggi (>225
o
C)
2) Sistem geotermal temperatur menengah (125 - 225
o
C)
3) Sistem geotermal temperatur rendah (<125
o
C)
Manifestasi permukaan lebih berhubungan denga sistem geotermal temperatur tinggi.
Walaupun demikian tidak semua sistem berada pada kondisi quasi-stagnan dan memiliki
manifestasi permukaan

II. MANIFESTASI SISTEM TERAFILIASI DAN HIDROTERMAL VULKANIK

Berikut adalah sistem hidrotermal vulkanik. Sistem ini umumnya berada di sekitar gunung
berapi strato atau kaldera muda. Manifestasi permukaan yang dihasilkan adalah solfatara,
fumarol, danau asam, sumber air asam, uap asam yang sangant jarang. Sistem hidrotermal
quasi vulkanik akan terbentuk jika reservoir mengalami proses konveksi seluruhnya.
Manifestasi permukaan yang mungkin adalah terjadinya kondensasi asam, tanah alterasi
yang mengandung asam, aliran keluar (outflow) secara lateral yang mengandung klor
sulfida.

III. MANIFESTASI SISTEM GEOTERMAL TEMPERATUR TINGGI
Dengan melihat topografi batuan lingkungan gunung berapi, maka itu manifestasi
hidrotermal vulkanik secara keseluruhan dapat dibagi menjadi 3 grup :
1) Sistem yang sumbernya merupakan pusat gunung berapi
2) Sistem yang memiii medan penghantaran panas yang datar (hot crust/pluton)
3) Sistem yang berasosiasi dengan batuan kerak panas di daerah tumbukan

Diatas merupakan gambar konsep sistem liquid-dominated dan manifestasi permukaannya.
Sementara gambar dibawah ini menunjukan model sederhana sistem geotermal yang
sangat umum yaitu dua fase (vapor dan liquid)

Untuk sistem vapor-dominated dan manifestasi permukaannya adalah sebagai berikut :

Jika liquid dominated system berada pada medan yang relatif datar maka akan memiliki
manifestasi permukaan seperti yg digambarkan oleh model kosepnya


IV. MANIFESTASI SISTEM GEOTERMAL TEMPERATUR RENDAH HINGGA
MENEGAH
Manifestasi sistem temperatur menengah dibagi menjadi 3 grup sebagai berikut :
1) System over active and inactive volcanic area
2) Heat sweep system in active rifts and at plate collision boundary
3) Fracture zones system hosted by sedimentary or metamorphic rocks

Untuk heat sweep konsep modelnya seperti diatas, semetnara untuk fracture zone sebagai
berikut beserta manifestasinya :


V. KLASIFIKASI MANIFESTASI (MODE TRANSFER PANAS)
Klasifikasi manifestasi dibagi menjadi :
1) Pelepasan panas secara difusi
2) Pelepasan panas secara langsung dan kontinu
3) Pelapasan panas yang bertahap
4) Pelepasan panas yang membahayakan
5) Pelepasan panas yang berasosiasi dengan kebocoran

VI. ALTERASI PERMUKAAN DAN DEPOSIT

Anda mungkin juga menyukai