PLB Fix
PLB Fix
dengan
jarak antar plot yaitu 1 meter disetiap stasiun
sampling.
1. Penentuan Titik sampling
Penentuan titik sampling dilakukan
dengan cara membuat plot kuadrat di 4
stasiun sampling sebagai berikut :
Stasiun I : 4,5 meter dari bibir pantai
(zona terbuka)
Stasiun II : 14,5 meter dari bibir pantai
(zona agak terbuka)
Stasiun III : 24,5 meter dari bibir pantai
(zona agak ternaung)
Stasiun IV : Kawasan dalam TWA
Pangandaran ( zona ternaung).
2. Pengambilan Sampel
Jenis tumbuhan famili Asteraceae
yang ada pada tiap stasiun dicatat jenisnya
dan dihitung jumlah individunya, dan famili
Asteraceae yang belum diketahui spesiesnya,
dikoleksi untuk diidentifikasi di laboratorium
Ekologi Pusat Laboratorium Terpeadu UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan
menggunakan buku identifikasi: Backer
&Bakhuizen van den Brink. 1968, lalu
dianalisis indeks nilai penting dan pola
persebarannya.
2 x 15 meter
Gambar 1. Pembagian plot pengamatan famili
Asteraceae di Taman Wisata Alam Pananjung
Pangandaran
3. Pengukuran Faktor Fisika
Faktor lingkungan yang diukur pada
penelitian ini adalah intensitas cahaya dan
kelembaban udara. Intensitas cahaya diukur
dengan lux meter, sedangkan kelembaban
udara diukur dengan menggunakan
higrometer.
4. Analisis Data
Jumlah individu setiap jenis tumbuhan
famili Asteraceae dianalisis secara deskriptif.
Analisis data dilakukan dengan
menghitungbesarnya kelimpahan setiap jenis
dinilai berdasarkan nilai Indeks Nilai Penting
(INP) berdasarkan dua parameter; kepadatan
atau kerapatan populasi (Kr), dan Frekuensi
relative (Fr) (Bengen, 2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Jenis dan Deskripsi
Famili Asteraceae
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ditemukan sebanyak 4 jenis tumbuhan
Asteraceae yang terdapat di sepanjang pantai
dan kawasan Taman Wisata Alam
Pangandaran yang disampling dari zona
terbuka, zona agak terbuka, zona ternaung,
dan zona agak ternaung.
1. Beluntas (Pluchea indica L.)
Tumbuhan beluntas adalah tanaman
perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 2
meter. Tumbuhan ini memerlukan cukup
cahaya matahari atau sedikti naungan,banyak
ditemukan didekat pantai, dekat laut sampai
ketinggian 1.00 meter dpl (Dalimartha,1999).
Daunnya bertangkai pendek, yang
letaknya berseling dengan helaian daun telur
sungsang, ujung bulat melancip, tepi
bergerigi, dengan panjang antara 2,5 - 9 cm,
dan lebar 1,5-5 cm, berwarna hijau terang.
3
Bunga majemuk berbentuk rata, keluar dari
ketiak daun dan ujung tangkai, bunga
berbentuk bonggol bergagang, berwarna putih
kekuning-kuningan sampai ungu
(Dalimartha,1999).
Gambar 1. Pluchea indica L.
Sumber : Dokumentasi pribadi
2. Eclipta prostrata L
Tumbuhan Eclipta prostrata L
merupakan tumbuhan gulma yang dapat
ditemui sebagai tumbuhan liar atau
gulma.Daun Eclipta prostrata L. memiliki
daun berhadapan, duduk, lanset memanjang
hingga bundar telur memanjang, 2 12,5 x
0,5 3,5 cm, dengan pangkal menyempit dan
ujung runcing, tepi daun bergerigi atau
hampir rata, dan kedua permukaannya
berambut. Sedangkan bunganya tergabung
dalam bongkol bunga majemuk bertangkai
panjang, selanjutnya 2 3 bongkol bersama
sama berkumpul di ujung (terminal) atau di
ketiak. Daun pembalut dalam 2 lingkaran,
panjang 5 mm, membentuk mangkuk.
Gambar 2. Eclipta prostrata L.
Sumber : Dokumentasi pribadi
3. Wedelia biflora
Wedelia biflora merupakan tanaman
yang biasa ditemukan pada daerah belakang
pantai dan sepanjang aliran pasang surut dan
batas hutan bakau.
Tanaman ini memiliki daun berwarna
hijau cerah mengkilap, duduk daun
berhadapan, jarang tersebar, kebanyakan
tanpa daun penumpu, panjang 1,5-6 cm.
Dilihat dari toreh pada tepi daun dan susunan
tulang-tulang daunnya, bunganya berwarna
kuning cerah, mirip seperti bunga matahari
(hanya ukurannya lebih kecil) (Pujowati dan
Penny, 2006)
Gambar 3. Wedelia biflora
Sumber : Dokumentasi pribadi
4. Melanthera biflora
Melanthera biflora merupakan
tumbuhan famili Asteraceae yang tumbuh liar
disekitar pesisir pantai. Memiliki morfologi
daun dengan tepi bergerigi, lebar 3-5 cm dan
panjang
3- 7cm, berbentuk oval, berwarna hijau
dengan permukaan agak kasar. Morfologi
batang bercabang berwarna hijau hingga
coklat dan herba, bunganya majemuk,
berwarna kuning dan tumbuh berpasangan
diketiak batang (Pujowati dan Penny, 2006).
Gambar 4. Melanthera biflora
Sumber : Dokumentasi pribadi
Indeks Nilai Penting dan Pola Persebaran
Famili Asteraceae
Indeks Nilai Penting (INP) adalah
penjumlahan nilai relatif (RDi), frekuensi
relatif (RFi) dari identifikasi famili
Asteraceae. Adapun nilai masing-masing
komponen penyusun Indeks Nilai Penting,
sebagai berikut :
4
Tabel 1. Nilai Kerapatan Jenis Asteraceae (Di) dan Nilai Kerapatan Relatif (RDi) Pada Tiap
Stasiun Pengamatan
Tabel 1 diatas, menunjukkan
perbedaan nilai kerapatan relatif (RDi)
masing-masing jenis Asteraceae ditiap stasiun
pengamatan. Jenis Pluchae indica memiliki
kerapatan yang lebih rendah dibandingkan
dengan jenis Wedelia biflora pada stasiun I
(zona terbuka), karena intensitas cahaya
sangat berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan Asteraceae dan pola
persebarannya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada
tabel 1, kondisi lingkungan di stasiun
pengamatan merupakan kondisi yang cukup
baik bagi pertumbuhan Asteraceae, baik suhu,
kelembaban, intensitas cahaya dan substrat.
Kondisi lingkungan yang baik akan
medukung bagi pertumbuhan famili
Asteracea, yang ditunjukkan dengan jumlah
Asteraceae yang terdapat diarea terbuka, agak
terbuka dan agak ternaung, dimana intensitas
cahaya yaitu 8,9 kilo lux, kelembaban tanah
1%, dan ph tanah 6,6. Namun famili
Asteraceae tidak terdapat pada zona ternaung
karena perbedaan substrat yang didominansi
oleh serasah dan intensitas cahaya yang lebih
rendah, yaitu 2,67 kilo lux, kelembaban tanah
1,5% dan ph tanah 6,8. Perbedaan kerapatan
masing-masing jenis famili Asteraceae di 4
stasiun pengamatan, lebih banyak disebabkan
oleh instensitas cahaya (Bengen, 2002).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan kerapatan masing-masing jenis
family Asteraceae di 4 stasiun pengamatan.
Dimana pada stasiun I, dan III terdapat
memiliki kerapatan relatif tinggi
dibandingkan pada stasiun II karena pada
stasiun II merupakan zona transisi dan lokasi
agak tertutup oleh sebuah pohon yang besar,
sedangkan pada stasiun IV telah memasuki
zona tenaung tidak terdapat famili Asteraceae
sama sekali. Sehingga menyebabkan pola
persebaran Asteraceae termasuk pada pola
persebaran mengelompok, dimana suatu jenis
membuat sebuah kelompok berdasarkan
zonasi dengan nilai intensitas cahaya dan
faktor fisik lainnya yang berbeda, seperti
kelembaban udara dan kecepatan angin.
Nilai Frekuensi Relatif (RFi)
Nilai frekuensi jenis adalah
perbandingan antara frekuensi jenis ke-i
dengan jumlah frekuensi seluruh jenis
(Bengen, 2002). Adapun frekuensi relatif
jenis Asteraceae di tiap stasiun sebagai
berikut :
5
Tabel 2. Nilai Frekuensi Relatif Jenis Asteraceae (Di) dan Nilai Kerapatan Relatif (RDi) Pada
Tiap Stasiun Pengamatan
Tabel 2, diatas menunjukkan
penyebaran dan keberadaan tiap jenis
Asteraceae dapat ditemukan hampir di setiap
plot pada stasiun pengamatan kecuali
distasiun pengamatan IV atau pada zona
ternaung yang terdapat didalam kawasan
Taman Wisata Alam Pangandaran. Hal ini
disebabkan karena tumbuhan famili
Asteraceae dapat tumbuh dengan baik
dikawasan tropis yang memiliki intensitas
penyinaran matahari yang tinggi, karena sinar
matahari merupakan sumber energi utama
dalam membantu proses fotosintesis.
(Salisbury dkk, 1995).
Berdasarkan zonasi tersebut, jenis
Asteraceae pada lokasi penelitian berada pada
kondisi lingkungan dengan kisaran intensitas
cahaya antara 5-9 kilo lux. Hal tersebut
menunjukkan Asteraceae jenis Pluchae
indica, Eclipta protata, Wedelia biflora dan
Melanthera biflora dapat tumbuh dengan
stabil, sedangkan pada intensitas cahaya
dibawah 3 kilo lux menyebabkan famili
Asteraceae tidak dapat tumbuh.
Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) adalah
penjumlahan nilai relatif (RDi) dan frekuensi
relatif (RFi) dari Asteraceae (Bengen,
2002).Berikut adalah indeks nilai penting
(INP) masing-masing jenis Asteraceae di tiap
stasiun pengamatan.
Tabel 3. Nilai Indeks Penting Pada Tiap
Stasiun Pengamatan
6
Indeks Nilai Penting (INP)
merefleksikan keberadaan peran (dominansi)
dan struktur vegetasi Asteraceae di suatu
lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan INP
(Tabel 3), nilai indeks nilai penting tertinggi
terdapat pada stasiun III (zona agak ternaung)
dengan jenis tertinggi yaitu E.prostata dan
yang terendah adalah jenis Pluchae indica.
Tingkat dominansi (INP) antara 0 - 300
menunjukkan keterwakilan jenis Asteraceae
yang berperan dalam ekosistem, sehingga jika
INP 300 berarti Asteraceae memiliki peran
yang penting dalam lingkungan pesisir dan
hutan tropis Taman Wisata Alam Pananjung
Pangandaran (Bengen, 2002).
Tingginya nilai indeks penting (INP),
E. prostata di stasiun III (199,513) pada skala
0-300, menunjukkan bahwa famili Asteraceae
berperan dalam menjaga keberlangsungan
ekosistem suatu kawasan, salah satunya dapat
mencegah terjadinya erosi tanah pada suatu
kawasan (Utami, dkk 2011). Hal ini
ditunjukkan dengan besarnya nilai RDi, dan
RFi dari Asteraceae jenis E.prostata pada
stasiun Idan III (Tabel 3). Untuk tumbuh
dengan baik, famili Asteraceae memerlukan
sejumlah faktor pendukung. Salah satu
pendukung utama dalam pertumbuhannya
adalah ketersediaan cahaya matahari dan
bahan organik (Suprihayono, 2007).
Faktor yang menyebabkan rendahnya
tumbuhan famili Asteraceae pada zona
ternaung adalah karena serasah yang jatuh
jauh lebih banyak dibandingkan dengan
stasiun III. Lebih lanjut, Bengen (2002)
menyatakan bahwa semakin tinggi kepadatan
tumbuhan tiang dan pancang berarti semakin
banyak serasah yang diproduksi, sehingga
menyebabkan lantai vegetasi Taman Wisata
Alam Pananjung Pangandaran menjadi
tertutupi, terlebih kanopi yang menjadi
naungan tumbuhan bawah menghalangi
masuknya sinar matahari kedalam lingkungan
dalam TWA Pangandaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis tumbuhan famili Asteraceae
yang ditemukan pada zona terbuka,
agak terbuka dan agak ternaung yaitu
Pluchae indica, Eclipta prostata,
Wedelia biflora dan Melanthera
biflora, sedangkan di zona ternaung
tidak ditemukan famili Asteraceae.
2. Eclipta prostata mendominansi zona
agak ternaung dan zona terbuka
Taman Wisata Alam Pangandaran.
3. Pola persebaran tumbuhan famili
Asteraceae yaitu mengelompok
dipengaruhi faktor fisik lingkungan,
terutama intensitas cahaya dan
substrat tanah.
ACKNOWLEDGMENT
Alhamdulillahirabbilalamin puji
syukur kepada Allah SWT yang telah
memberi nikmat sehat beserta berkahnya
sehingga Penelitian Lapangan Biologi ini
telah selesai dengan baik, ucapan terimakasih
saya haturkan kepada dosen pembimbing
Penelitian Lapangan Biologi yang telah
membimbing praktikum ini Dini Damayanti,
M.Si dan dosen mata kuliah Penelitian
Lapangan Biologi Priyanti, M.Si sehingga
jurnal ini dapat selesai dengan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A., dan R.C. 1986. Bakhuizen van
den Brink. 1968. Flora of Java. Vol. I
dan III. NoordhofN.V. Gronigen, The
Netherldans.
Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya
Alam Pesisir. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Sipnosis. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia, Jilid I. Trubus Agriwidya,
Jakarta.
Pujowati dan Penny. 2006. Pengenalan
Ragam Tanaman Lanskap Asteraceae
(Compositae).http://www.freewebs.co
m/arl_ipb_2006/deskripsi/asteraceae.p
df. Diakses tanggal 20 Juni 2014.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995.
Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press,
Bandung.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem
Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir
dan Laut Tropis. Penerbit Pustaka
Pelajar Jakarta.
7
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi
Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Tjiroosepomo.1996. Taksonomi Tumbuhan
Spematophyta. Gajah Mada University
Press
Tjitrosoedirdjo, S.S. 2000. The Asteraceae of
Sumatera. Disertation. Post Graduate
Programme, Bogor Agricultural
University. Bogor.
LAMPIRAN
Gambar plot pengambilan sampel
Asetraceae
Stasiun I (Zona Terbuka)
Plot 1
Plot 2
Plot 3 Plot 4
Plot 5
Stasiun II (Zona Agak Terbuka)
Plot 1 Plot 2
Plot 3 Plot 4
Plot 5
Stasiun III (Zona Agak Ternaung)
Plot 1 Plot 2
Plot 3 Plot 4
8
Plot 5
Stasiun IV (Zona Ternaung)
Plot 1 Plot 2
Plot 3 Plot 4
Plot 5