Anda di halaman 1dari 164

Perencanaan / Intervensi pada pasien dengan asfiksia

Perencanaan / Intervensi
No
Diagnosa
Perawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi Rasional
1 Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
O
2
sehubungan
dengan post
asfiksiaa berat
Tujuan:
Kebutuhan
O
2
bayi terpenuhi
Kriteria:
- Pernafasan
normal 40-60 kali
permenit.
- Pernafasan
teratur.
- Tidak cyanosis.
- Wajah dan
seluruh tubuh
1. Letakkan bayi
terlentang dengan
alas yang data,
kepala lurus, dan
leher sedikit
tengadah/ekstensi
dengan meletakkan
bantal atau selimut
diatas bahu bayi
sehingga bahu
terangkat 2-3 cm
1. Memberi rasa
nyaman dan
mengantisipasi flexi
leher yang dapat
mengurangi kelancara
n jalan nafas.


Berwarna
kemerahan (pink
variable).
- Gas darah
normal
PH = 7,35 7,45
PCO
2
= 35 mm
Hg
PO
2
= 50 90
mmHg
2. Bersihkan jalan
nafas, mulut, hidung
bila perlu.

2. Jalan nafas harus
tetap dipertahankan
bebas dari lendir
untuk menjamin
pertukaran gas yang
sempurna.
3. Observasi gejala
kardinal dan tanda-
tanda cyanosis tiap 4
jam
3. Deteksi dini adanya
kelainan.
36

Tabel 2.4. Perencanaan / Intervensi
No
Diagnosa
Perawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi Rasional
4. Kolaborasi dengan
team medis dalam
pemberian O
2
dan
pemeriksaan kadar
gas darah arteri.
4. Menjamin
oksigenasi jaringan
yang adekuat
terutama untuk
jantung dan otak.
Dan peningkatan
pada kadar
PCO
2
menunjukkan
hypoventilasi
2. Resiko
terjadinya
hipotermi
sehubungan
dengan adanya
roses persalinan
yang lama
dengan ditandai
akral
Tujuan
Tidak terjadi
hipotermia
Kriteria
Suhu tubuh 36,5
37,5C
Akral hangat
1. Letakkan bayi
terlentang diatas
pemancar panas
(infant warmer)
1. Mengurangi
kehilangan panas
pada suhu
lingkungan sehingga
meletakkan bayi
menjadi hangat
dingin suhu
tubuh dibawah
36 C
Warna seluruh
tubuh kemerahan
2. Singkirkan kain
yang sudah
dipakai untuk
mengeringkan
tubuh, letakkan
bayi diatas handuk
/ kain yang kering
dan hangat.
2. Mencegah
kehilangan tubuh
melalui konduksi.
Tabel 2.4. Perencanaan / Intervensi
No Diagnosa
Perawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi Rasional
3. Observasi suhu
bayi tiap 6 jam.
3. Perubahan suhu
tubuh bayi
dapat menentukan
tingkat hipotermia
4. Kolaborasi
dengan team medis
untuk pemberian
Infus Glukosa 5%
bila ASI tidak
mungkin diberikan.
4. Mencegah
terjadinya
hipoglikemia
3. Resiko
gangguan
penemuan
kebutuhan
nutrisi
sehubungan
dengan reflek
menghisap
lemah.
Tujuan
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria
- Bayi dapat minum
pespeen / personde
dengan baik.
1. Lakukan observasi
BAB dan BAK
jumlah dan
frekuensi serta
konsistensi.
1. Deteksi adanya
kelainan
pada eliminasi bayi
dan segera
mendapat tindakan /
perawatan yang
tepat.
- Berat badan tidak
turun lebih dari
10%.
- Retensi tidak ada.
2. Monitor turgor dan
mukosa mulut.
2. Menentukan derajat
dehidrasi dari turgor
dan mukosa mulut.

Tabel 2.4. Perencanaan / Intervensi
No Diagnosa
Perawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi Rasional
3. Monitor intake
dan out put.
3. Mengetahui
keseimbangan
cairan tubuh
(balance)
4. Beri ASI/PASI
sesuai kebutuhan.
4. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi secara
adekuat.
5. Lakukan control
berat badan setiap
hari.
5. Penambahan dan
penurunan berat
badan dapat
di monito
4. Resiko terjadinya
infeksi
Tujuan:
Selama perawatan
tidak terjadi
komplikasi (infeksi)
Kriteria
1. Lakukan teknik
aseptik dan
antiseptik dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
1. Pada bayi baru
lahir daya tahan
tubuhnya kurang /
rendah.
- Tidak ada tanda-
tanda infeksi.
- Tidak ada gangguan
fungsi tubuh.
2. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah melakukan
tindakan.
2. Mencegah
penyebaran infeksi
nosokomial.
Tabel 2.4 Perencanaan / Intervensi
No
Diagnosa
Perawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi Rasional
3. Pakai baju khusus/
short waktu masuk
ruang isolasi (kamar
bayi)
3. Mencegah
masuknya bakteri
dari baju petugas
ke bayi
4. Lakukan
perawatan tali pusat
dengan triple dye 2
kali sehari.
4. Mencegah
terjadinya infeksi
dan memper-cepat
pengeringan tali
pusat
karena mengan-
dung anti biotik,
anti jamur,
desinfektan.
5. Jaga kebersihan
(badan, pakaian)
dan lingkungan bayi.
5. Mengurangi media
untuk
pertumbuhan
kuman.
6. Observasi tanda-
tanda infeksi dan
gejala kardinal
6. Deteksi dini
adanya kelainan


Tabel 2.4. Perencanaan / Intervensi
No
Diagnosa
Perawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
7. Hindarkan bayi
kontak dengan
sakit.
7. Mencegah
terjadinya
penularan
infeksi.
8. Kolaborasi
dengan team medis
untuk pemberian
antibiotik.
8. Mencegah
infeksi dari
pneumonia
9. Siapkan
pemeriksaan
laboratorat sesuai
advis dokter yaitu
pemeriksaan DL,
CRP.
9. Sebagai
pemeriksaan
penunjang.
5. Resiko
terjadinya
hipoglikemia
sehubungan
dengan
metabolisme
yang meningkat
Tujuan:
Tidak
terjadi hipoglikemia
selama masa perawatan.
Kriteria
- Akral hangat
- Tidak cyanosis
- Tidak apnea
- Suhu normal (36,5C -
37,5C)
1. Berikan nutrisi
secara adekuat dan
catat serta monitor
setiap pemberian
nutrisi.
1. Mencega
pembakaran
glikogen dalam
tubuh dan untuk
pemantauan
intake dan out
put.
Tabel 2.4. Perencanaan / Intervensi
No Diagnosa
Perawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi Rasional
- Distrostik normal
(> 40 mg)
2. beri selimut dan
bungkus bayi serta
perhatikan suhu
lingkungan
2. Menjaga kehangatan
agar tidak terjadi
proses pengeluaran
suhu yang berlebihan
sedangkan suhu
lingkungan
berpengaruh pada suhu
bayi.
3. Observasi gejala
kardinal (suhu,
nadi, respirasi)
3. Deteksi dini adanya
kelainan.
4. Kolaborasi
dengan team
medis untuk
pemeriksaan
laborat yaitu
distrostik.
4. Untuk mencegah
terjadinya hipoglikemi
a lebih lanjut dan
kompli-kasi yang
ditimbulkan pada organ
- organ tubuh yang
lain.


Tabel 2.4 Perencanaan / Intervensi
No Diagnosa Perawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi Rasional
6. Gangguan
hubungan interpersonal
antara bayi dan ibu
sehubungan dengan
perawatan intensif.
Tujuan :
Terjadinya
hubungan batin
antara bayi dan
ibu.
1. Jelaskan para ibu
/ keluarga
tentang keadaan
bayinya
sekarang.
1. Ibu mengerti
keadaan bayinya
dan mengura-ngi
kecemasan serta
untuk
kooperatifan
ibu/keluarga.
Kriteria:
- Ibu dapat segera
menggendong dan
meneteki bayi.
2. Bantu orang tua /
ibu
mengungkapkan
perasaannya.
2. Membantu
memecah-kan
permasalahan
yang dihadapi.
- Bayi segera
pulang dan ibu
dapat
merawat bayinya
sendiri.
3. Orientasi ibu
pada lingkungan
rumah sakit.
3. Ketidaktahuan
memperbesar
stressor.
4. Tunjukkan bayi
pada saat ibu
berkunjung
(batasi oleh kaca
pembatas).
4. Menjalin kontak
batin antara ibu
dan bayi
walaupun hanya
melalui kaca
pembatas.
5. Lakukan rawat
gabung jika
keadaan ibu dan
bayi jika keadaan
bayi
memungkinkan.
5. Rawat gabung
merupakan upaya
mempererat
hubungan ibu dan
bayi/setelah bayi
diperbolehkan
pulang.
2.3.4 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Santosa NI, 1995).
2.3.5 Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI, 1995). Evaluasi dilakukan secara terus
menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam
menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia
sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan
keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Allen Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan, EGC : Jakarta
Aminullah Asril,1994, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta.
Aliyah Anna, dkk. 1997, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan perinatologi Indonesia
(Perinasia): Jakarta
Effendi Nasrul, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC : Jakarta
Hasan Rusepno, dkk 1981, Penata Laksanaan Kegawat Daruratan Pediatrik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.
Ilyas Jumlarni, 1995, Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.
Margareth. G.M, 1998, Intrudcutory Pediatric Nursing,Lippincott : New York
Rustam Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, EGC : Jakarta.
Tucher Martin Susan, 1999, Standart Perawatan Pasien, Proses keperawatan, Diagnosa dan
Evaluasi, EGC : Jakarta.
Talbot Laura A. 1997, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.
Tueng Yoseph, 1994, Prinsip-Prinsip Merawat Berdasarkan Pendekatan Proses Keperawatan,EGC :
Jakarta.
Wahidiyat Iskandar, dkk. 1991, Diagnosis Fisik Pada Anak, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia :
Jakarta.
, 1993, Asuhan Kesehatan Pada Anak Dalam Konteks Keluarga,Pusat pendidikan
tenaga kesehatan Depkes RI : Jakarta.
, 1999, Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial, Depkes RI: Jakarta.
, 1994, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya.
, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternas dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka
prawirohardjo:Jakarta.

KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN KASUS
DIARE DI RUANG TERATAI ANAK
RSU MOKOPIDO
TOLITOLI













OLEH:
WAHYUDDIN A TAHIR
NIM : 09096




PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI
AKADEMI KEPERAWATAN
TOLITOLI
2012

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Keperawatan Pada An. M dengan kasus diare Di
Ruang Teratai Anak Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli
Penulis : Wahyuddin A Tahir
NIM : 09096
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
pendidikan di Akper Pemda Tolitoli.
Tolitoli,20 september 2012
Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II


SOVA EVIE WD S.Kep Ns
Nip:19790923 199903 2 001
CATUR ARIS S.st
Nip:19830714 200501 1 007

PENGESAHAN TIM PENGUJI
Panitia ujian Karya Tulis Ilmiah (KTI) Akper Pemda Tolitoli, setelah
meneliti dan mengetahui cara dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An.M Dengan Kasus Diare Di
Ruang teratai Anak Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli yang telah
dipertanggung jawabkan oleh mahasiswa atas Nama Wahyuddin A. Tahir,
Nim 09096 pada hari jumat tanggal 12 oktober 2012 maka atas nama
panitia ujian Karya Tulis Ilmiah (KTI) Akper Pemda Tolitoli menerima dan
mengesahkan :
PANITIA UJIAN
Jabatan Nama / NIP Tanda Tangan
Ketua :


Anggota:1.

2.
Sova Evie WD S.Kep Ns
NIP. 19790923 199903 2 001
St. F. Iriany Batalipu SKM,M.Si
Nip. 19620518 198211 2 001

Catur Aris S.st
NIP. 19830714 200501 1 007









Mengetahui
Direktur Akper Pemda Tolitoli

St. F. Iriany Batalipu SKM, M.Si
Nip. 19620518 198211 2 001
KATA PENGANTAR
Seuntai kata umum singkat sangat bermakna, walaupun begitu sederhana
namun itulah ungkapan yang terindah yang terlahir dari kalangan jiwa
Alhamdulillahirabbil Alamin, kupanjatkan kehadirat-Mu illahirabbi yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Mu berupa kesehatan, kekuatan,
kesabaran dan ketabahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
dengan judul :
Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Kasus Diare Di Ruangan
Teratai Anak RSU MOKOPIDO Tolitoli
Adapun tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma
III Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemda Tolitoli, Sulawesi
Tengah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis
banyak mengalami hambatan baik dalam pengumpulan data, pemberian
asuhan keperawatan, serta dalam penyusunan baik itu berupa moral maupun
material. Namun berkat, bimbingan, arahan, serta motivasi dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat
pada waktunya.
Melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan melepas segala
ego, perkenenkan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu St.F.Iriany Batalipu SKM. M.Si selaku direktur akademi keperawatan
pemda tolitoili dan selaku penguji satu dalam tim penguji Karya Tulis
Ilmiah (KTI) yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama proses
ujian dan selama mengikuti pendidikan di akper pemda tolitoli
2. Bapak dr. Kadir SpPD selaku kepala RSU Mokopido Tolitoli yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSU
Mokopido Tolitoli
3. Ibu Sova Evie Wd S.Kep Ns selaku pembimbing I, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah
4. Bapak Catur Aris S.st selaku pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Staf perawat di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli yang telah
rendah hati membantu penulis selama melakukan penelitian di ruangan
tersebut.
6. Bapak/Ibu dosen dan staf Akper Pemda Tolitoli, yang telah memberikan
bekal ilmu, bantuan dan dorongan selama ini.
7. Keluarga khususnya Ayahhanda, Ibunda, Nenenk dan saudara-saudaraku
yang telah memberikan kesempatan serta kasih sayang, perhatian dan
dukungan baik moril dan materil yang tiada hentinya, serta doa yang
membuat penulis menjadi menusia yang berarti seperti sekarang ini.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemda Tolitoli angkatan ke
X tahun 2009, anak-anak TTC yang telah mersama menikmati pahit
manisnya perjuangan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga
keperawatan di Kampus Akper Pemda Tolitoli.
9. Kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu
lewat kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tiada
terhingga, semoga budi baik saudara mendapat balasan yang setimpal dari
Allah S.W.T, amin
Tak ada gading yang tak retak, mungkin itu pepatah yang dapat penulis
ungkapkan, sebab penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masi jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik,
saran, dan koreksi yang sifatntya membangun demi kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat memberi manfaat kepada pembacanya dan khusunya kepada diri saya
pribadi serta dapat menjadi masukan kepada semua pihak.
Wassalam..

Tolitoli, september 2012
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN
JUDUL
.. i
HALAMAN
PERSETUJUAN
.. ii
HALAMAN
PENGESAHAN
.. iii
KATA
PENGANTAR
.. iv
DAFTAR
ISI` . vii
DAFTAR
TABEL
ix
DAFTAR
GAMBAR
x
DAFTAR
LAMPIRAN
. xi
BAB
I PENDAHULUAN
.
1. Latar
Belakang
. 1
2. Rumusan
Masalah. 3
3. Tujuan
..
1. Tujuan
Umum.. 3
2. Tujuan
Khusus 4
3. Metode
Penelitian..
4
4. Manfaat
Penelitian.
5
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Konsep
Medis.
2. Pengertian
.. 7
3. Etiologi
.. 8
4. Patofisiologi
.. 9
5. Tanda dan Gejala..
10
6. Penatalaksanaan
11
7. Komplikasi
.. 17
8. Pemeriksaan diagnostik
18
9. Pencegahan
.. 19
1. Konsep tumbuh kembang anak. ..
19
2. Pengertian
.. .. 19
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak
. 20
1. Ciri-ciri tumbuh kembang anak. 26
2. Tahap-tahap tumbuh kembang anak 27
C. Konsep Asuhan
Keperawatan 28
1. Pengkajian
.. 28
2. Diagnosa Keperawatan.
28
3. Rencana Tindakan
30
4. Implementasi
. 40
5. Evaluasi
. 40
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
41
2. Klasifikasi
Data. 55
C. Analisa
data
. 57
D. Diagnosa
keperawatan 60
1. Perencanaan
. 61
2. Implementasi
70
G.
Evaluasi
.. 70
H. Catatan
Perkembangan.. 77
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian
83
2. Diagnosa
84
3. C. Intervensi
.
88
4. D. Implementasi
. 89
5. Evaluasi
keperawatan.. 90


BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
. 91
2. Saran . 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



















DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1: jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur < 2
tahun. 12
Tabel 2.2: jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-5
tahun. 12
Tabel 2.3: jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur >15
tahun 13
Tabel 2.4:penilaian derajat dehidrasi
.. 13
Tabel 3.5: pola kegiatan sehari-
hari.. 46
Tabel 3.6: pemeriksaan penunjang
.. 53
Tabel 3.7: analisa
data. 57
Tabel 3.8: diagnosa keperawatan
prioritas 60
Tabel 3.9:
perencanaan
.. 61
Tabel 3.10:implementasi dan
evaluasi. 68
Tabel 3.11: catatan
perkembangan 77

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Genogram 3 generasi
. 45











DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat pernyataan benar-benar telah melakukan penelitian
Lampiran 2 : Surat izin permintaan data Di Rumah Sakit Mokopido Tolitoli
Lampiran 3 : Surat permoohonan izin pengambilan kasus
Lampiran 4 : Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) penyakit diare
Lampiran 5 : Daftar Riwayat Hidup Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pembangunan di bidang kesehatan seperti yang diatur dalam Undang-
Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional dengan tujuan tercapainya kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional, yaitu
untuk mempercepat terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
bangsa Indonesia mencanangkan cita-cita Indonesia Sehat 2010 antara lain
programnya adalah pemberantasan penyakit menular yang salah satunya
adalah penyakit diare. Berbagai upaya kesehatan berupa peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),pengobatan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) dilaksanakan secara utuh, menyeluruh dan
berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat (Depkes
RI,1999). http://2012.city-selatiga.blogspot.com/2012/05/penyakit-
diare.htm
Diare : keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak-anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah,
1998).
Penyakit diare merupakan suatu penyebab utama kesakitan dan kematian
seseorang terutama pada anak dimana gejala utamanya yaitu cengeng,
gelisah, suhu tubuh meningkat, dan nafsu makan menurun. Dimana faktor
penyebab dari penyakit ini diantaranya adalah kesehatan lingkungan,
keadaan gizi,faktor sosial dan ekonomi. Pada anak dengan Diare
dapat menyebabkan kekurangan cairan akibat BAB terus menerus, muntah,
dan evaporasi. Jika tidak diatasi segera akan mengakibatkan dehidrasidan
renjatan hipovolemik syok dan bisa berdampak buruk yaitu kematian yang
cepat. Hal ini disebabkan daya tahan tubuh anak dan kompensasi anak
terhadap suatu penyakit belum sempurna, sehingga meningkatkan motalitas
usus, sekresi dan osmotik sistim
pencernaan.(http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/ktikeperawatan-anak-
dengan-diare.html )
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Penyakit gastroenteritis masih sering menimbulkan KLB (Kejadian
Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu singkat.
(Nursalam,2005).
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi
masyarakat tetapi insidendiare tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di USA dengan penduduk
sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare setiap tahunnya
menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek
dokter, WHO memperkirakan ada sekitar 4 milyar kasus diare setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, berarti setiap tahun sekitar 100 juta
episode diare pada orang pertahunnya. Penyakit diare berada pada urutan
ketiga dengan pravelensi sebesar 3.5% dari 9 penyakit utama yang ada di
Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama dari
kematian,(http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/kti-keperawatan-anak-
dengan-diare.html )
Di Indonesia berdasarkan hasil survei awal dilapangan kasus diare pada
tahun 2008 di Kabupaten Sambas terjadi 12.961 kasus pada semua golongan
umur (23 per 1000 penduduk). Di Sulawesi tengah khususnya di Rumah
Sakit Umum Mokopido Tolitoli berdasarkan data dari Medical Record RSU
Mokopido Tolitoli pada tahun 2010 tercatat jumlah penderita diare yaitu
sebanyak 391 penderita untuk semua golongan umur. Pada tahun 2011
jumlah penderita diare yaitu 371 penderita dimana terdiri dari 100 orang
penderita dewasa dan 271 penderita anak. Sedangkan untuk bulan januari
sampai dengan bulan juli 2012 jumlah penderita adalah 119 yang terdiri dari
29 dewasa dan 90 penderita dari kalangan anak-anak.
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang diuraikan diatas
maka perlunya penanganan masalah diare secara maksimal salah satunya
adalah dengan pemberian asuhan keperawatan oleh karena
pasien diare cenderung mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan cairan
dan elektrolityang mana keaadaan tersebut dapat mengancam kehidupan
pasien sehingga pemberian asuhan keperawatan yang cepat, tepat dan
efisien dapat membantu menekan angka kejadian dan kematian pasien diare.
Keadaan ini mendorong minat peneliti untuk meneliti penerapan Asuhan
Keperawatan Pada An.M dengan kasus diare di Teratai Anak RSU
Mokopido Tolitoli.

1. B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Penerapan Asuhan Keperawatan Pada An M Dengan kasus Diare Di Ruang
Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli
1. C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan secara komprehensif Asuhan
Keperawatan pada pasien An M dengan kasus Diare di ruangan Teratai
Anak RSU Mokopido Tolitoli.
1. Tujuan Khusus
Karya tulis ini di buat untuk :
1. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien An
M dengan kasusdiare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien An M dengan
kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli
3. Mampu menetapkan rencana intervensi pada pasien An M dengan
kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli
4. Mampu melaksanaan implementasi keperawatan pada pasien An M dengan
kasus diare di Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli
5. Mampu melakukan evaluasi pada pasien An M dengan kasus diare di
Ruangan Teratai Anak RSU Mokopido Tolitoli

1. D. METODE PENELITIAN
1. Study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan tahap
pengkajian dengan cara :
1. Wawancara langsung dengan Tanya jawab pada klien dan keluarganya.
2. Obsevasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan
asuhan keperawatan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang spesifik tentang
penyakitnya melalui pemeriksaan secara (head to toe)
1. Study dokumentasi
Pengumpulan data dengan melihat catatan atau dokumentasi keperawatan
yang diperoleh melalui dokumen medik
1. Study perpustakaan yaitu mempelajari buku, literatur dan data data yang
ada relevansinya dengan karya tulis ilmiah ini

1. E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi institusi Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus diare dan
meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan kesehatan.
1. Institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan
ilmu keperawatan, khususnya Asuhan keperawatan pada klien dengan
kasus diare.

1. Bagi keluarga pasien
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan
menambah pengetahuan tentang penyakit diare di masyarakat sehingga
dapat mengurangi/menekan angka kejadian penderita diare
1. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman berharga dan tak terhingga serta dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam bidang asuhan keparawatan (ASKEP).
Menambah wawasan peneliti mengenai penyakit diare itu sendiri


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. A. Konsep Dasar Diare
1. 1. Pengertian
Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.
(Hipocrates, 1985).
Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang
encer dengan frekwensi lebih banyak dari pada biasanya (di bagian ilmu
kesehatan anak FKUI RCCMC).
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak-anak. Konsistensi feces encer dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Ngastiah, 1998).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair, setengah padat dengan demikian kandungan air pada tinja
lebih banyak dari pada biasanya (normal 100 200 ml) pertinja (Saifullah
Noer, 1998).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO
1980 dikutip dari mansjoer arief, dkk 1999)
Dari ke 4 pengertian diare tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa diare adalah buang air besar/defekasi yang tidak normal pada bayi
lebih dair 4 kali dan lebi dari 3 kali

pada anak dengan konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah, atau lendir saja.

1. 2. Penyebab / Etiologi
1. Diluar usus infeksi diluar usus tubuh manapun seperti pneumonia, infeksi
telinga, tonsillitisdapat menyebabkan mencret dalam stadium yang biasanya
ringan.
2. Didalam usus penyebab diare paling sering pada anak kecil adalah infeksi
dengan berbagai bakteri ini dapat terjadi karena infeksi
oleh organisme disentri basiler, bakteri disamping virus dan protozoa. Yang
paling sering dijumpai dalam jumlah besar yang berasal dari lingkungan
kotor. Anak yang kurang gizi amat rentan dalam periode bebas diare.
3. c. karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
4. Malabsorbsi lemak
5. Malabsorbsi protein
6. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
7. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Jarang tapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar.

Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare di bagi menjadi dua,
yaitu :
1) Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh virus,
kuman patogen dan apatogen,hiperperistaltik usus halus akibat kimia atau
bahan makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi,
dan defisiensi imun terutama IgA sekretonik.
2) Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan,
kekurangan kalori protein (KPK), atau bayi berat badan lahir rendah dan
bayi baru lahir.

1. 3. Patofisiologi
Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri
menghasilkan toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat
menimbulkan sekresi berlebihan air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare, karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat
terdapatnya zat-zat makanan yang tidak dapat diserap menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Gangguanmotalitas usus seperti hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga menyebabkan diare
(Sacharin, RM).

1. 4. Tanda dan Gejala
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin
disertai lendir dan darah, warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
timbul lecet karena setiap defekasi tinja makin lama makin asam sebagai
akibat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat didahului
dengandiare atau tampak muntah dan disebabkan karena lambung
meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu turgor kulit menurun,
mata cekung dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi). Terjadinya
renjatan hipovolemik harus di hindari. Kekurangan cairan akan
menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi
seperti asidosis metabolik akan menyebkan frekwensi pernapasan lebih
cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatanhipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit
pada anak) tekanan darah menurun sampai tidak terukur, pasien gelisah,
muka pucat, ujung-ujung ekstermitas dingin, dan kadangsianosis.
Kekurangan kalium akan menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat
menurun sehingga timbul anuria, sehingga jika kekurangn cairan tidak
segera di atasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubuler.(mansjoer arief
dkk.)
Secara klinis diare karena infeksi akut di bagi menjadi dua golongan.
Pertama koleriform dengandiare yang terutama terdiri atas cairan saja.
Kedua, desentriform, padsa diare didapatkan lendir kental dan kadang-
kadang darah. (mansjoer arief dkk.)

1. 5. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah sebagai berikut :
1. Rehidrasi cairan
1) Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Tujuan terapirehidrasi untuk mengoreksi kekurangan
cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti
cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang
melalui diare dan/muntah (previous water loses= PWL), ditambah dengna
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, dan
pernafasan (normal water loses=NWL), dan ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung (concomintcnt water loses=CWL). Jumlah ini tergantung pada
derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan
umur. (mansjoer arief dkk.)
a) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg)
sesuai dengan derajatdehidrasi.
Table 2.1. anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg)
No. Dehidrasi PWL NWL CWl Jumlah
1. Ringan 50 100 25 175
2. Sedang 75 100 25 200
3. berat 125 100 25 250






b) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15
kg) sesuai dengan derajatdehidrasi.
Table 2.2. anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg)
No. Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
1. Ringan 30 80 25 175
2. Sedang 50 80 25 155
3. berat 80 80 25 185

c) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur>15 tahun (BB 15-25
kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
Table 2.3. anak umur >15 tahun (BB 15-25 kg)
No. Dehidrasi PWL NWL CWl Jumlah
1. Ringan 25 65 25 115
2. Sedang 50 65 25 140
3. berat 80 65 25 170

Table2.4. penilaian derajat dehidrasi
No. Penilaian A B C
1. Lihat :
kedaan umum
Baik, sadar Gelisah,
rewel
Lesu, lunglai,
atau tidak
sadar
2. Mata Normal Cekung Sangat
cekung
3. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
4. Mulut dan lidah basah kering Sangat kering
5. Rasa haus Minum biasa
tidak haus
Haus, ingin minum
banyak
Malas minum
atau tidak
bisa minum
6. Periksa : turgor kulit Kembali
cepat
Kembali lambat Kembali
sangat lambat
7. Hasil pemeriksaan Tanpa
dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
Bila ada 1 tanda di
tambah 1 tanda
atau lebih tanda
lain
Dehidrasi
berat
Bila ada 1
tanda di
tambah 1 atau
lebih tanda
lain

Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
(1) Diare dehidrasi ringan
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan kehilangan cairan 5% dari
berat badan. Pada diare dengan dehidrasi ringan sudah Nampak tanda-tanda
kekurangan cairan yaitu penderita kekurangan nafsu makan dan aktifitasnya
menurun. Cairan untuk pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini adalah
elektrolit oral melalui mulut dengan formula lengkap.
(2) Diare dengan dehidrasi sedang
Diare dengan dehidrasi sedang ditandai dengan kehilangan cairan 610%
berat badan. Kasus ini memerlukan perhatian yang lebih khusus, pemberian
oralit pada penderita hendaknya dilakukan petugas kesehatan dari sarana
kesehatan dan penderita perlu diawasi beberapa jam lamanya (4-6 jam).
Kalau penderita sudah baik keadaannya boleh pulang dengan dibekali
beberapa bungkus oralit. Sedangkan kalau jatuh kedalam berat harus
diupayakan pemberian cairan secara parenteral. Bagi penderita yang boleh
pulang agar diberi penyuluhan kepada orang tuanya mengenai cara
melarutkan dan pemberian oralit, juga agar ditekankan bahwa pemberian
oralit adalah pengganti cairan yang hilang bukan untuk menghentikan
diarenya dengan segera.
(3) Diare dengan dehidrasi berat
Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus,
biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan muntah. Kehilangan cairan lebih
dari 10% dari berat badan. Di masyarakat disebut dengan muntaber.
penderita harus mendapat cairan infus sebagai berikut :
(a) Macam cairan yang dipakai
Ringer laktat merupakan pilihan utama perhatikan khusus untuk
penderita neonatus. Penderita diaredengan penyakit berat seperti
kekurangan kalori protein, pneumonia, kelainan jantung dan sebagainya.
Dalam keadaan tertentu (dimana ringer laktat tidak tersedia) dapat
digunakan cairan (Half Sterngth Dorrow Glukosa).
(b) Cairan peroral
Cairan dehidrasi oral dengan formula lengkap cairan yang mengandung 4
komponen yaitu : NaCl, KCl, NaHCO
3
atau Na Sitrat dan glukosa atau
pengganti cairan. Formula ini dikenal dengan nama larutan oralit dan
diberikan bila sudah timbul tanda-tanda dehidrasi dan cairan formula
rehidrasi tidak lengkap (sederhana) cairan yang mengandung paling sedikit
2 komponen yaitu NaCl dan glukosa atau penggantinya seperti makanan
dan minuman yang ada di rumah termasuk disini larutan gula garam dan air
tajin. Fungsi glukosa pada cairan dehidrasi oral baik pada formula legkap
atau tidak lengkap sebagai penarik air dan elektrolit kedalam cairan
intraseluler menggantikan cairan penghilang karena diare dan muntah.
(c) Cairan parenteral
Pada umumnya cairan yang digunakan adalah Ringer Laktat (RL).
Mengenai pemberian cairan sebanyak beberapa yang harus diberikan
tergantung pada berat ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan dengan berat badannya serta berat badan masing-masing
anak dan golongan umur klien.
1. Makanan harus di teruskan bahkan di tingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk status gizi
1. Bayi yang mendapatkan ASI sebelumnya jangan dihentikan.
2. Bayi yang sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan
susu formula.
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh di gunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan usus, termasuk diare berat dan diare dengan
panas, kecuali pada:
1) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
2) Suspek kolera dengn dehidrasai berat
3) Diare perisisten
1. Obat-obat anti diare meliputi anti motilitas (misalnya loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adrosben (misalnya norit,kaolin, attapulgit).
Antimuntah termasuk prometazin danklorpromazin. Tidak semua obat-obat
ini mempunyai efek yang nyata terhadap diare dan beberapa malahan
mempunyai efek berbahaya . obat-obat ini tidak boleh di berikan untuk anak
<5 tahun.

1. 6. Komplikasi
Akibat dari diare/kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai komplikasi sebaga berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat hipotonik, isotonik dan hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala metorismus, hipotoni otot,
lemah, bradikardia, perubahanelektrokardiogram).
4. d. Hipoglikemia
5. e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa.
6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. g. Malnutrisi energy proretin (akibat muntah dan diare jika lama
atau kronik)

1. 7. Pemeriksaan diagnosis
1. a. Pemeriksaan tinja : mikroskopis, pH, dan kadar gula jika di duga
ada intoleransi gula(sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari
kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
2. Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, AGG dan elektrolit (terutama
Na, K, Ca, dan P seru pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab
secara kuantitatif dankuantitatif terutama pada diare kronik.
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan di curigai
adanya infeksi sistemik

1. 8. Pencegahan
1. Pemberian ASI saja dengan umur 4-6 bulan
2. Mencuci tangan sebelum dan susudah makan
3. Membuang tinja secara benar
4. Jangan makan sembarang makanan
5. Menggunakan air bersih dan dimasak untuk minum
6. Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal dua tahun pertama dan
mampertahankan status gizi dan imunisasi.
7. B. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

1. 1. Pengertian
Pertumbuhan (Growth) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam
besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang (cm, inchi),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
tubuh).
Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan
(skil) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu,
walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada
orang dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan,
perasaan aman, pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu semua orang
yang mendapat tugas untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak
yang sedang tumbuh dan berkembang.

1. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor
yang mempengaruhinya baik faktor yang dapat dirubah/dimodifikasi yaitu
faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi
yaitu faktor lingkungan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak adalah sebagai berikut:
1. Faktor Keturunan/Herediter
1) Seks
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangam pada seorang anak wanita
berbeda dengan anak laki-laki.
2) Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan lebih besar dibanding anak
Asia.
1. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Eksternal
Kebudayaan, Status sosial ekonomi keluarga, Nutrisi, Penyimpangan
keadaan sehat, Olah raga, Urutan anak dalam keluarga.
2) Lingkungan Internal
a) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai integensi tinggi, mempunyai
perkembangan lebih baik.


b) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak
yaitu: Somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang,
merangsang sel otak pada masa pertumbuhan. Berkurangnya hormon ini
dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi
pertumbuhan tulang. Berkurangnya hormon ini dapat
menyebabkan kreatinisme; Hormon gonadotropin,
merangsang testosteron dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan
memproduksi spermatozoid. Sedangkan estrogenmerangsang
perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur: kekurangan
homon gonadotropin dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
c) Emosi
Hubungan yang hangat dengan orang lain seperti dengan ayah, ibu, saudara,
teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh terhadap perkembangan
emosi, sosial dan intelektual anak. Cara anak berinteraksi dalam keluarga
akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila keinginan anak
tidak dapat terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangan tertentu dapat
memberi pengaruh terhadap tahap perkembangan selanjutnya.
1. Pelayanan Kesehatan Yang Ada Di Sekitar Lingkungan
Dengan adanya pelayanan kesehatan di sekitar lingkungan anak dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak, karena dengan anak diharapkan
dapat terkontrol perkembangannya dan jika ada masalah dapat segera
diketahui sedini mungkin serta dapat dipecahkan/dicari jalan keluarnya
dengan cepat.

1. 2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini
dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan
langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang
mempunyai keunikan secara individual.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya
disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-
hal di bawah ini:
1. Directional trends
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan
dengan petunjuk atau gradienatau reflek dari perkembangan fisik dan
maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:
1) Cephalocandal atau Head to tae (dari arah kepala ke kaki)
Misalnya: mengangkat kepala dulu kemudian mengangkat dada dan
menggerakkan ekstremitas bagian bawah.
2) Proximodistal atau Near to Far Direction (Menggerakkan anggota
gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih
jauh dari pusat) Misalnya: bahu dulu baru jari-jari.
3) Mass to specific atau simple to complex (Menggerakkan daerah yang
lebih sederhana dulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks) Misalnya:
mengangkat bahu dulu baru kemudian menggerakkan jari-jari yang lebih
sulit atau melambaikan tangan batu bisa memainkan jarinya.
Prinsip-prinsip tersebut berjalan, sejalan tidak dipengaruhi materi dan
sebagainya tetapi cepat lambatnya dapat dipengaruhi.
1. Sequential Trends
Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui, maka sequence dari
tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi. Dimana hal ini berjalan secara
teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap fase ini.
Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya, Misalnya: tengkurap
merangkak; berdiri berjalan.
1. Sensitive Period
Ada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang dimana
anak berinteraksi, terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang
spesifik, Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :
1) Masa Kritis
Yaitu masa yang apabila tidak di rangsang/berkembang maka hal ini tidak
akan dapat di gantikan pada masa berikutnya.
2) Masa Sensitif
Mengarah pada perkembangan dan microorganisme. Misalnya pada saat
perkembangan otak, ibunya menderita flu maka kemungkinan anak tersebut
akan hydrocepallus/ ancepalitis.
3) Masa optimal
Yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai
puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat perkembangan otak dirangsang
dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut dapat mencapai
tahap perkembangan yang optimal.
Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk
setiap anak. Misalnya:
a) Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya
b) Ada yang badannya lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya
dan sebaliknya
c) Dan sebagainya

1. 3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
1. Tumbuh kembang adalah proses yang continue sejak dari konsepsi
sampaimaturitas/dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2. Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan
serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ.
3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan
berbeda antara anak yang satu dengan yang lain.
4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf.
5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.
6. Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunteer tercapai.
7. Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya ada yang badannya
lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya dan
sebagainya

1. 4. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja
Terdapat variasi yang besar, tetapi setiap anak akan melalui suatu
milestone yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap
tahap mempunyai ciri tersendiri. Berdasarkan Hasil Rapat Kerja UKK
pediatrik Sosial di Jakarta, Oktober 1986, yaitu :
1. Masa Pranatal
1) Masa Mudigah/embrio : konsepsi 8 Minggu
2) Masa janin/fetus : 9 minggu lahir.
1. Masa bayi : 0-28 hari
1) Masa Neonatal : 0 28 hari
a) Masa Neoratal dini : 0 7 hari,
b) Masa Neonatal lanjut : 8 28 hari.
2) Masa pasca Neonatal : 29 hari 1 tahun
1. Masa Toddler : usia 1 3 tahun
2. Masa Pra Sekolah : Usia 3 6 tahun
3. Masa Sekolah : Usia 6 18/20 tahun
4. Masa Pra remaja : usia 6 10 tahun
5. Masa Remaja :
1) masa remaja dini
a) wanita usia : 8 13 tahun,
b) pria usia : 10 15 tahun,
2) Masa remaja lanjut
a) Wanita usia :13 18 tahun,
b) Pria usia :15 20 tahun.
1. C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diare
Dalam asuhan keperawatan pada kasus diare yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian pada penyakit diare
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematik akan membantu menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan pasien serta memudahkan perumusan
diagnosa keperawatan.

1. Diagnosa keperawatan
1. menurut Carpenito (2000) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah :
Pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau
potensial. Perawat menggunakan proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mensintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan, untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
klien yang ada pada tanggung jawabnya.
2. Doenges (1999) diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi,
memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon
terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Label diagnosa keperawatan
memberi format untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah
dari proses keperawatan.
3. NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap mesalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan
tanda dan gejala-gejala yang ada yakni :
1) Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus (doenges, Ed 3 1999)
2) Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya
melabsorbsi usus.
3) Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan dengan
dehidrasi.
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nafsu makan kurang.
5) Kecemasan berhubungan dengan kurang dari pembelajaran tentang
penyakit.
6) Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus (doenges, Ed 3 1999)
7) Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi inosokomial berhubungan dengan
BAB yang terus menerus.
8) Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB.
9) Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan
iritasi disekitar daerah anus.
10) Nutrisi; perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrient.(doengoes 1999)
11) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan. Berhubungan dengan kesalahan interpretasi
informasi.(doengoes 1999)
1. Rencana Tindakan / Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1
Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus
Tujuan : maningkatkan fungsi usus, mendekati normal
Intervensi :
1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, dan jumlah
kaluaran faces.
2) Tingkatkan tirah baring, dekatkan alat-alat di samping tempat tidur.
3) Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan
minuman jernih,
4) hindari minuman dingin.
5) Observasi TTV
6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional :
1) membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya
episode penyakit
2) istirahat menurunkan motilitas dan menurunkan laju metabolisme bila
infeksi atau perdarahan adalah komplikasi.
3) Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan
rangsang makanan atau cairan. Makan kembali secara bertahap, cairan
mencegah keram dan diare berulang.
4) Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap dan
atau efek kehilangan cairan.
5) Mengobati infeksi suparif lokal.
1. Diagnose keperawatan 2
Gangguan keseimbangan cairan elektrolit.
Tujuan : Volume cairan teratasi.
Intervensi :
1) Kaji tanda tanda dehidrasi
2) Beri air gula jika klien muntah
3) Beri sesering mungkin sesuai
4) Penatalaksanaan pemberian infus
Rasional :
1) Mengetahui penyebab defisit volume cairan sehingga segera
melakukan tindakan.
2) Air gula dapat menekan peningkatan asam lambung.
3) ASI merupakan makanan penting untuk anak/bayi.
4) Cairan infus sangat baik, penting bagi yang mengalami defisit volume
cairan karena cairan langsung masuk ke pembuluh darah.
1. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan keseimbangan suhu tubuh hyperthermia.
Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh normal.
Intervensi :
1) Observasi vital sign.
2) Beri kompres hangat.
3) Ganti pakaian klien yang tipis dan menyerap keringat.
4) Beri minum banyak
5) Penatalaksanaan pemberian anti piretik.
Rasional
1) Perbaikan vital sign merupakan indikasi dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Kompres hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah
menyebabkan terjadinya penguapan sehingga membantu menurunkan suhu
tubuh.
3) Baju yang tipis dan menyerap keringat membuat klien merasa cerah
sehingga memberikan kenyamanan pada klien.
4) Obat antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh.
1. Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
1) Siapkan makanan dalam keadaan hangat.
2) Beri makan sedikit tapi sering
3) Anjurkan pada orang tua klien untuk menghindari makanan yang
berasa asam dan merangsang.
4) BAB tiap hari
5) Beri nutrisi diet lunak
Rasional
1) Makanan yang hangat dapat merangsang selera makan klien.
2) Membantu mengurangi kerja lambung dan usus, peningkatan asupan
nutrisi.
3) Makanan yang berasa asam dan yang mengandung gas akan
meningkatkan pH lambung.
4) Penurunan berat badan akan menunjukkan klien masuk kategori
dehidrasi.
5) Membantu mengurangi beban kerja lambung dan usus.
1. Diagnosa Keperawatan 5
Kecemasan orang tua
Tujuan :Kecemasan teratasi.
Intervensi
1) Kaji tingkat kecemasan orang tua/klien
2) Berikan informasi yang adekuat tentang penyakit yang diderita klien.
3) Memberi HE kepada keluarga tentang pencegahan dan perawatan
diare.
4) Memberikan dorongan spiritual kepada keluarga klien.
Rasional
1) Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami oleh orang
tua klien.
2) Informasi yang adekuat akan membantu keluarga menenangkan dan
mengurangi kecemasan.
3) Menambah pengetahuan dalam pencegahan penanganan.
4) Dorongan spiritual memberi ketenangan jiwa dan hati.
1. Diagnosa keperawatan 6
Gangguan rasa nyaman nyeri
Tujuan :Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi
1) Kaji tingkat nyeri
2) Observasi tanda-tanda vital
3) Penatalaksanaan pemberian analgetik.
Rasional
1) Mengetahui sejauh mana tingkat nyeri mempengaruhi keadaan klien
sehingga memudahkan dalam pemberian intervensi.
2) Vital sign merupakan indikator dalam melakukan tindakan selanjutnya.
3) Analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri.
4) Mengatur posisi klien nyaman/lutut fleksi
1. Diagnosa Keperawatan 7
Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi nosokomial
Tujuan :Infeksi nosokomial tidak terjadi.
Intervensi
1) Bila klien BAB secepatnya dibersihkan dengan menggunakan
handschoen.
2) Ganti alat tenun yang kotor
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah meneteki.
Rasional
1) Memakai handschoen untuk mencegah terjadinya penularan pada
orang lain.
2) Agar tidak terjadi tempat berkumpulnya dan berkambang biak bakteri.
3) Merupakan tindakan septik dan antiseptik yang dapat mencegah
penularan.

1. Diagnosa Keperawatan 8
Gangguan pemenuhan istirahat tidur
Tujuan :Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi
Intervensi
1) Kaji pola tidur klien
2) Ajar posisi klien sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
4) Penatalaksanaan pemberian obat sedatif.
Rasional
1) Mengetahui sejauh mana perubahan pola tidur yang dialami klien.
2) Posisi yang sesuai dengan keinginan klien merangsang untuk tidur.
3) Lingkungan yang tenang dan nyaman membantu klien untuk istirahat.
4) Obat sedatif sebagai obat penenang
1. Diagnosa Keperawatan 9
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Tujuan :Integritas kulit terpelihara dengan baik.
Intervensi
1) Observasi kemerahan eksplorasi pada daerah kulit.
2) Gunakan krem kulit 2 x /sehari setelah mandi.
3) Beri alas pada daerah bokong dan anus.
4) Anjurkan pada ibu agar selalu menjaga kebersihan daerah bokong dan
anus.
5) Gunakan tehnik septik dan antiseptik saat mengganti popok.
Rasional
1) Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan
pengobatan lebih intensif.
2) Memberi rasa nyaman pada klien.
3) Untuk mencegah terjadinya iritasi kulit karena lembab.
4) Memberikan informasi yang adekuat dan menambah pengetahuan ibu.
1. Diagnosa 10.
Nutrisi,perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
malabsorbsi nutrient
Tujuan :menunjukan berat badan yang stabil atau meningkatkan berat
badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada
malnutrisi
intervensi :
1) Timbang berat badan tiap hari
2) Dorong tirah baring dan/pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan
4) Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru.
Rasional
1) Membuktikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
2) Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi.
3) Menenangakan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan.
4) Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih
kondusif untuk makan.
1. Diagnosa ke 11
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan Menyatakan pemahaman proses penyakit, dan pengobatan
Intervensi
1) Tentukan persepsi pasien dan keluarga tentang penyakit
2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang
menimbulkan gejalah dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor
pendukung.

Rasional
1) Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran
kebutuhan belajar individu.
2) Faktor pencetus/pemberat individu; sehingga kebutuhan pasien untuk
waspada terhadap makanan, cairan, dan faktor pola hidup dapat
mencetuskan gejala.

1. 4. Implementasi
Implementasi adalah langkah keempat dari proses keperawatan dimana
merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang telah disusun, dan
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus bekerjasama
dengan klien, keluarga dan petugas kesehatan lainnya.

1. 5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana perawatan atau mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan pasien.
1. Tujuan evaluasi
1) Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan.
2) Menilai keefektifitasan rencana atau strategi asuhan keperawatan
1. Hal-hal yang dievaluasi
1) Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif.
2) Apakah perubahan perilaku pasien seperti yang diharapkan.
1. Penafsiran hasil evaluasi
1) Tujuan tercapai.
2) Tujuan sebagian tercapai.
3) Tujuan sama sekali tidak tercapai.

BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. Pengkajian
Data umum
1. Identitas Klien
N a m a : An.M
U m u r : 12 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
A g a m a : Kristen
Suku/Bangsa : Sanger / Indonesia
Alamat : Kelurahan Panasakan
Tanggal/jam MRS : 20-07-2012/23.00 wita
Tanggal/jam pengkajian : 21-07-2012/10.00 wita
No. Register : 070061
Diagnosa Medis : DIARE

1. Identitas Orang Tua
N a m a : Tn. M
U m u r : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
A g a m a : Kristen
Suku/Bangsa : sanger/Indonesia
Alamat : kelurahan panasakan
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Ayah (orang tua)
1. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : BAB encer lebih dari 7 kali sehari
2. Riwayat keluhan utama
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan buang air besar encer lebih dari 7
kali di rumah dan muntah 1 kali, sejak 3 hari sebelum klien di bawah ke RS
orang tua klien mengatakan awalnya keluhan klien di rasakan karena klien
terlalu banyak makan mangga. Dan orang tua klien hanya memberikan
obat-obatan yang dibeli diapotik, namun tidak ada perubahan. karena
kawatir akan kondisi anaknya orang tua klien memutuskan untuk membawa
klien ke RSU Mokopido tolitoli pada tanggal 20-07-2012, jam 23.00 wita
1. Keluhan saat dikaji
Ayah klien mengatakan anaknya sudah BAB encer bercampur lendir 4
kali sejak pagi hari , klien mengatakan Nafsu makan tidak ada, orang tua
klien mengatakan anaknya muntah 1 kali, klien juga mengatakan bahwa
perutnya terasa sakit, sakit seperti melilit, dirasakan pada seluruh bagian
perut, nyeri di rasakan hilang timbul, skala nyeri 6.
1. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Menurut orang tua klien pada umur 9 tahun klien pernah masuk
rumah sakit dan di rawat inap di ruang Anggrek dengan kasus DBD, orang
tua klien juga mengatakan bahwa anaknya alergi terhadap telur dan mie
instan namun tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan.
2) Orang tua klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang
menderita penyakit menular atau alergi terhadap makanan dan obat-obatan
1. Riwayat kesehatan keluarga
1) Orang tua klien mengatakan dulu adik dari ibunya pernah
menderita berak-berak namun tidak sampai di rawat di RS, orang tua klien
juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita alergi
makanan dan obat-obatan.







2) Genogram 3 generasi

A B
C D
E
F

Gambar 3.1 Genogram 3 Generasi An. M










Keterangan :
:laki-laki
:perempuan
:tinggal serumah
:klien
:menikah
A : Orang tua ayah klien
B : Orang tua ibu klien
C : Saudara ayah klien
D : Saudara ibu klien
E : orang tua klien
F : saudara klien

1. Pola menejemen kesehatan dan persepsi kesehatan
1. Tingkat pengetahuan tentang penyakit yang derita
Keluarga klien mengatakan tidak mengetahui dengan pasti tentang penyakit
yang di derita anaknya. Mereka hanya mengetahui bahwa anaknya sakit
perut dan berak-berak.
1. Perilaku untuk mengetahui masalah kesehatan/penyakit
Keluarga hanya memberikan obat entrostop yang di beli di apotik.
1. Data psikososial
Menurut ibu klien, klien biasa bermain dengan teman-teman sekolahnya dan
teman-teman di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Hubungan klien dan
orang tua klien dengan tenaga kesehatan baik.
Ibu klien merasa khawatir dengan penyakit anaknya karena anaknya berak-
berak dan muntah tetapi ibu selalu berdoa agar anaknya cepat sembuh.
Ekspresi wajah orang tua klien cemas. Orang tua kooperatif terhadap akan
semua tindakan yang dilakukan.
1. Riwayat spiritual
Orang tua klien beragama kristen. Klien biasa menjalankan ibadah remaja
dan ibadah setiap hari minggu.


1. Pola kegiatan sehari-hari
Tabel 3.5. Pola kegiatan sehari-hari An.M dengan kasus diare derajat ringan
diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
No Kegiatan Sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit
1
Nutrisi :
Jenis makanan
Pola makan

nasi + lauk pauk
Teratur

Bubur + lauk pauk
Teratur
Frekwensi
Porsi
Nafsu makan
3 x sehari
1 piring dihabiskan
Baik
3 x sehari
Tidak dihabiskan 2-5
sendok (1/4 porsi)
2
Minum :
Frekwensi minum
Pola minum
Jenis minum
Jumlah minuman

Sering
Air putih, susu, teh
Air putih, susu
250 cc 500 cc

Sering
Air putih, susu, teh
Air putih, susu
250 cc 500 cc
3
Eliminasi
BAK :
Frekwensi
Warna
Bau
BAB :
Frekwensi
Warna


4 5 x/sehari
Kuning jernih
Amoniak

1 2 x/hari
Kuning


3 4 x/sehari
Kuning jernih
Amoniak

4 x/hari
Kuning kecoklatan
Konsistensi Lunak Encer, berlendir, berampas



Lanjutan tabel 3.5. pola kebiasaan sehari-hari An M kasus diare derajat
ringan diruang teraratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
No
Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
4
Pola istirahat (tidur)
Tidur malam

Tidur siang

Jam 22.00 s/d 06.00
Jam 14.00 s/d 15.30

Jam 21.00 s/d
05.00
Jam 11.00 s/d
14.00

5
Personal Hygiene
Mandi


2 x sehari
2 x sehari

Belum pernah

Gosok gigi
Cuci rambut
Ganti pakaian
3 x seminggu
Setiap mandi

1. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
Suhu : 38
o
c
Nadi : 102 x/menit
R R : 20 x/menit
BB sebelum masuk RS : 37 kg
BB masuk RS : 35 kg

BB ideal : 2n+9 (n=umur)
212+9=33
= 33 kg
1. Head to toe
1) Kepala dan wajah
Inspeksi : Bentuk kepala bronchiocepalus,Rambut warna
hitam,Rambut lurus.wajah terlihat pucat, wajah klien terlihat meringis Tidak
ada oedema pada wajah, ada bercak-barcak putih (teniapersikolor) pada
wajah klien.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa,Tidak ada nyeri tekan. Tidak
ada oedema
2) Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris kiri kanan,Konjungtiva tidak anemis, Sklera
tidak ikterus, reaksi pupil terhadap cahaya isokor, pelebaran pupil simetris
kiri kanan, Mata tidak cekung, Tidak ada tanda-tanda peradangan pada
konjungtiva
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, Tekanan bola mata
seimbang kiri kanan fungsi penglihatan baik, lapang pandang normal.
3) Hidung
Inspeksi : Bentuk lubang hidung simetris kiri kanan, Tampak ada
pengeluaran cairan dari hidung, Mukosa hidung hiperemis, Tidak ada
pernapasan kuping hidung, tidak ada deformitas pada tulang hidung.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada
sinus maksilaris, sinus edmodalis dan sinus frontalis, fungsi penciuman baik
4) Telinga
Inspeksi : Tidak ada pengeluaran cairan dari telinga,Tidak ada
tanda-tanda radang pada telinga,Keadaan telinga luar bersih, serumen tidak
ada, Membran tympani utuh.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada
tulang mostoideus fungsi pendengaran baik
5) Mulut/Tenggorokan
Inspeksi : Selaput mukosa mulut Nampak kering, Lidah tidak kotor,
Fungsi mengecap dan mengunyah baik,Tonsil tidak meradang, mukosa bibir
lembab
Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan.
6) Leher
Inspeksi : Tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada leher.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba denyut nadi
karotis dua jari lateral sinistra adam apel.
7) Dada dan paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri kanan,Pengembangan dada
seimbang mengikuti alur nafas, Frekuensi pernafasan 20 x/menit, Jenis
pernafasan dada,tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,Tidak ada masa pada dinding dada.
Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada area paru-paru
Auskultasi : Bunyi nafas vasikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan.
8) Jantung
Inspeksi : bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada salah
satu dinding dada.
Auskultasi : Terdengar Bj I lup pada ICS 2 dan 3
Terdengar Bj II dup pada ICS 4 dan 5
Perkusi : terdengar suara pekak pada area dada sebelah kiri.
Palpasi : teraba denyut jantung apeks pada ICS 5 dan 6
9) Abdomen
Inspeksi : Permukaan perut datar,Tidak ada lesi,Tidak ada hipo /
hiperpigmentasi kulit, Tidak nampak dalam keadaan acites.
Auskultasi : Peristaltik usus 24 x/menit, Bising usus (+).
Perkusi : Terdengar bunyi hypertimpani
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, Turgor kulit menurun ,Tidak
teraba adanya pembesaran limpa, Tidak teraba adanya massa.
10) Genetalia/Anus
Inspeksi : tanpak adanya kemerahan
11) Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : Tangan kiri dapat digerakan dengan bebas. Sedangkan
tangan kanan terpasang IVFD RL 28 Tpm, Jari-jari kedua tangan lengkap
kuku bersih tidak ada oedema dan tanda sianosis,Lengan reflex bisep baik,
trisep baik.
Tonus otot :
5 5
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Kedua kaki dapat digerakan dengan bebas,Jari-jari kedua kaki
lengkap,Tidak ada sianosis,Tidak ada oedema maupun benjolan.
Palpasi : Reflex KPR baik, aciles baik.
Tonus otot :

5 5








1. Pemeriksaan Penunjang.
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21-07-2012 jam 10.00
Tabel 3.6. hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21-07-2012
NO NAMA HASIL SATUAN NILAI NORMAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
19,5
4,73
12,7
38,3
81,0
26,8
33,2
10
3
/L
10
3
/L
g/dl
%
10
3
/ L
g/dl
g/dl
5,0-10,0
4,50-5,50
14,0-17,0
40,0-48,0
82,0-92,0
27,0-31,0
32,0-36,0
8.
9.
10.
RDW
PLT
MPV
12,4
331
4,2
%
10
3
/ L
10,0-18,3
150-400
5,0-10,0







b.Therapi/pengobatan pada tanggal 21-07- 2012:


Jenis terapi/obat Dosis
1.
2.
cotrimoxazole
Dialac
2 x 1 tablet/oral
3 x 1gr/oral
3.
4.
5.
Cefotaxim
Ketorolac
IVFD RL
2 x 1 gr/IV
2 x 1 amp/IV
28 tetes per menit
Therapi/pengobatan pada tanggal 22-07- 2012
1.
2.
3.
Cefotaxim
Ketorolac
IVFD RL
2 x 1 gr/IV
2 x 1 amp/IV
RL 28 tetes per menit
Therapi/pengobatan pada tanggal 23-07-2012
1.
2.
Cefotaxim
IVFD RL
2 x 1 gr/IV
28 tetes per menit







1. Klasifikasi Data
1. Data Subjektif
1) Klien mengatakan Buang air besar encer 4 kali sejak tadi pagi
2) Klien mengatakan Warna faces kuning kecoklatan
3) Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan
4) konsistensi faces cair berlendir
5) Ibu klien mengatakan anaknya muntah 1 kali
6) Klien mengatakan perutnya sakit, nyeri di rasakan seperti melilit,
nyeri di rasakan di seluruh bagian perut, di rasakan hilang timbul.
7) keluarga klien mengatakan tidak terlalu mengerti dengan penyakit
yang di derita anaknya.
8) Ibu klien mengatakan hanya memberikan obat entrostop yang di beli
di apotik.
9) Ibu klien mengatakan badan anaknya lemah
10) Ibu klien mengatakan BB anaknya turun 2 kg
1. Data Objektif
1) Keadaan umum : lemah
2) Kesadaran : composmentis
3) Ekspresi wajah klien meringis
4) Klien muntah 1 kali
5) Orang tua klien terlihat bingung.
6) Klien menolak untuk makan
7) Bising usus hiperaktif
8) Porsi makan tidak di habiskan (1/4 porsi tidak di habiskan)
9) Terpasang IVFD RL 28 Tpm
10) Terapi oral (cotrimoxazole tablet dan dialac)
11) Peristaltik usus 24 x/mnit.
12) BB sebelum sakit : 37 kg
BB saat sakit : 35 kg
13) Tanda-tanda vital
Suhu : 38
o
C
Nadi : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
14) Pemeriksaan laboratorium
21-07-2012 jam 10.00
WBC 19,5 10
3
/L








1. Analisa Data
Tabel 3.7. Analisa Data An.M dengan kasus diare diruang teratai anak
RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
No Symton Etiologi Problem
1
Data Subjektif
- klien mengatakan BAB
encer 4 kali tadi pagi
Proses infeksi Diare
- klien mengatakan warna
facesnya kuning kecoklatan
- klien mengatakan perutnya
terasa nyeri
- Konsistensi feces cair
Data Objektif
- keadaan umum : lemah
- kesadaran : composmentis
- BAB encer 4
- Ekspresi wajah klien meringis
- Peristaltik usus 24 kali/menit
- Vital sign:
HR : 102 kali/menit
RR : 20 kali/menit
SB : 38c
- Terpasang IVFD RL 20 Tpm
- Terapi oral (cotrimoxazole tablet
dan dialac)
- WBC 19,5 10
3
/



Lanjutan tabel 3.7. Analisa Data An.M dengan kasus diare
diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
No
Symton Etiologi Problem
2
Data Subjektf
- Klien mengatakan sakit perut,
nyeri di rasakan seperti melilit, nyeri
di rasakan di seluruh bagian perut, di
rasakan hilang timbul.
Data Objektif
- Ekspresi wajah meringis
- Skala nyeri 6
- TTV
HR : 102 x/menit
Hiperperistaltik usus
Nyeri
SB : 38c
RR : 20 x/menit
- WBC 19,5 10
3
/L
Lanjutan tabel 3.7. Analisa Data An.M dengan kasus diare
diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
No
Symton Etiologi Problem
3
Data Subjektif
- Orang tua klien mengatakan
tidak tahu tentang penyakit anaknya
Data Objektif
- Orang tua klien gelisah dan
bertanya-tanya tentang penyakit
anaknya.
Kurang terpajan
informasi tentang
penyakit
Kurang
pengetahuan

1. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah
Tabel 3.8. Diagnosa berdasarkan prioritas masalah An.M dengan kasus
diare ruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
NO Tgl / Jam Diagnosa keperawatan Paraf
1.


2.


3.


21 Juli 2012
08.30 WITA

21 Juli 2012 08.30
WITA

21 Juli 2012
08.30 WITA
Diare b/d proses infeksi
(NANDA 2009-2011. Hal 123)

Nyeri b/d hiperperistaltik usus
(NANDA 2009-2011. Hal 410)


Kurang pengetahuan b/d kurang terpajan
informasi tentang penyakit
(Doenges 1999. Hal 444)


E. PERENCANAAN


Tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
I
Diare berhubungan
dengan proses
infeksi.
Dengan data :
DS:
1. Klien
mengatakan BAB
encer 4 kali sejak
tadi pagi
2. Klien mengatakan
perutnya terasa nyeri
3. Klien mengatakan
fesesnya berwarnah
kuning kecoklatan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selam 324 jam,
diare klien hilang
dengan kriteria
hasil :
1. Frekuensi BAB
normal 1 kali
sehari
2. Faces tidak ada
darah dan lendir
3. Nyeri perut tidak
ada
4. Tidak ada
dehidrasi
5. Vital sign dalam
batas normal
Nd:60-
100x/menit
1. Observasi dan
catat frekuensi
defekasi,
karakteristik, dan
jumlah keluaran
faces.

1. Tingkatkan tirah
baring, dekatkan
alat-alat di
samping tempat
tidur.

1. Membantu
membedakan
penyakit
individu dan
mengkaji
beratnya
episode.


1. Istirahat
menurunkan
motilitas dan
menurunkan laju
metabolisme
bila infeksi atau
Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
dx
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- DO:
1. Ku: lemah
2. Kesadaran:
composmentis
3. Ekspresi wajah klien
meringis
4. Peristaltik usus 24
kali per menit
5. Vital sign:
HR : 102 kali/menit
RR : 20 kali/menit
SB : 38c
1. Terpasang IVFD RL
20 Tpm
2. WBC 19,5 10
3/mL


Rr:12-
16x/menit
Sb:36-37,5c






1. Mulai lagi
pemasukan
cairan peroral
secara bertahap,
tawarkan
minuman jernih

1. hindari minuman
dingin

perdarahan adalah
komplikasinya

1. Memberikan
istirahat kolon
dengan
menghilanghkan
atau menurunkan
motalitas usus.

1. rangsang
makanan atau
cairan. Makan
kembali secara
bertahap, cairan
mencegah keram




Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
DX DIAGANOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
I
1. tarapi oral
(cotrimoxsazole
tablet dan dialac)




1. Observasi TTV



dan diare
berulang.

1. Hipotensi,
takikardia,
demam dapat
menunjukan
respon terhadap
dan atau efek
kehilangan
cairan.



1. Kolaborasi pemberian
obat
1. Cefotaxim
2. Dialac


1. a.Cefotaxim
mengobati
infeksi suparatif
lokal.
b.dialac untuk
mencegah dan
Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
DX DIAGANOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL





memelihara
fungsi saluran
pencernaan








Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
DX DIAGANOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
II
Nyeri berhubungan
dengan
hiperperistaltik usus
Dengan data :
DS
Klien mengatakan
sakit perut saat ingin
BAB, nyeri di rasakan
Setelah di lakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
nyeri klien hilang
dengan kriteria
hasil:
1. Melaporkan
bahwa nyeri
hilang
1. Kaji skala nyeri





1. Menurunkan
tegangan
abdomen dan
meningkatkan
istirahat kolon
seperti melilit, nyeri
di rasakan di seluruh
bagian perut, di
rasakan hilang timbul.
DO
1. Ekspresi wajah
meringis
2. Skala nyeri 6
3. Peristaltik usus
24x/menit
2. Vital sign dalam
rentang normal
ND : 60-
100x/menit
SB : 36-37,5 c
RR : 12-
16x/menit




1. Atur posisi klien
2. Untuk
mengetahui
tingkat nyeri
yang di alami
klien, dan untuk
menentukan
intervensi
selanjutnya

Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
DX DIAGANOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
II
1. TTV
HR : 102 x/menit


1. Observasi TTV

1. Dapat
menunjukan
terjadinya
obstruksi,











SB : 38c
RR : 20 x/menit
1. WBC 19,5m




























1. Kolaborasi pemberian
obat :
1. Ketorolac /IV
2. cefotaxim /IV

usus karena
inflamasi usus
dan oedema.

1. a.untuk
mengurangi
nyeri
b.mengobati
infeksi



Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No

PERENCANAAN
dx
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
III
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurang terpajan
informasi tentang
penyakit
Dengan data :
DS
Orang tua klien
mengatakan tidak
tau tentang penyakit
Anaknya
DO
Orang tua klien
gelisah dan
bertanya-tanya
tentang penyakit
anaknya.

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
klien dan keluarga
menunjukan
pengetahuan tentang
proses penyakit
dengan kriteria hasil
1. klien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
proses penyakit,
kondisi, dan program
pengobatan
2. program
pengobatanMelakuka
n perubahan s
3. Tentukan persepsi
klien dan keluarga
tentang penyakit.









1. Kaji tingkat
pengetahuan klien
dan keluarga.




1. Membuat
pengetahuan
dasar dan
memberikan
kesadaran
kebutuhan
belajar individu

1. Untuk
mengetahui
sejauh mana
pemahaman
klien dan
keluarga
tentang
penyakit yang
deritanya


Lanjutan tabel 3.9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
DX DIAGANOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
III



pola hidup
tertentu.

1. Berikan health
education (HE)
tentang penyakit
khususnya
gambaran tentang
penyakit,
penyebab
panyakit, tanda
dan gejala
penatalaksaan, dan
pencegahan
2. Untuk menambah
pengetahuan dan
pemahaman klien
dan keluarga klien
tentang penyakit


F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tabel 3.10. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
I
Diare berhubungan
dengan proses
infeksi
Dengan data :
Data Subjektif:
- Klien
mengatakan dia
BAB encer 4 kali
sejak tadi pagi
- Klien
mengatakan
perutnya terasa
nyeri
- Klien
mengatakan
fesesnya berwarna
kuning kecoklatan
-
Sabtu,21
juli 2012
09.00










09.20

1. mengobservasi dan
mencatat catat
frekuensi defekasi,
karakteristik, dan
jumlah kaluaran
faces.
Hasil :
BAB encer 4 kali,
faces cair campur
lendir.

1. Mengukur TTV
Hasil :
HR :102x/menit
Sabtu 21 juli
2012
Jam 16.00
S:
1. Klien
mengatakan
masih BAB
encer
2. Klien juga
mengatakan
perutnya masih
sakit saat ingin
BAB.
O:
1. Ku: lemah
2. TTV
HR :
102x/menit
SB : 37c
RR : 20x/menit
Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No
Dx DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
I
Data Objektif
- Ku: lemah
- Kesadaran:
composmentis
- Ekspresi
wajah klien
meringis
- Peristaltik
usus 24 kali per
menit
- Vital sign:
HR : 102
kali/menit


09.25



09.29
SB : 37c
RR : 20x/menit

1. Menganjurkan
kepada klien untuk
banyak istirahat, dan
mendekatkan alat-
alat yang di butuhkan
klien.(mendekatkan
gelas dan piring
kesisi kanan klien)

1. Menganjurkan klien
untuk banyak minum
1. Terpasang IVFD RL
20 tpm

RR : 20 kali/menit
SB : 38c
- Terpasang
IVFD RL 20 Tpm

2. Peristaltik 22
kali/menit
Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
I
- Terapi oral
(cotrimoxsazole
tablet dan dialac)
- WBC 19,5

10.00


10.05
12.00

1. Menganjurkan
kepada keluarga
klien untuk tidak
memberikan
minuman dingin
kepada klien.

1. Memberikan obat
dialac 1 gr

1. Memberikan
injeksi cefotaxim 1
A : masalah
belum teratasi

P : intervensi di
lanjutkan
1. Observasi dan
catat frekuensi
defekasi,
karakteristik dan
jumlah keluaran
faces
2. Pertahankan tirah
baring
gr/Iv

3. Pertahankan
cairan peroral

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No
Dx DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
I
1. Hindari
minuman yang
dingin
2. Observasi
TTV
3. Kolaborasi
pemberian
obat sesuai
indikasi

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
NO DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX KEPERAWATAN TANGGAL
II
Nyeri berhubungan
dengan
hiperperistaltik
usus
Dengan data :
Data Subjektif
- Klien
mengatakan sakit
perut saat ingin
BAB, nyeri di
rasakan seperti
melilit, nyeri di
rasakan di seluruh
bagian perut, di
rasakan hilang
timbul.
Data Objektif
- Ekspresi
wajah
Sabtu,21
juli 2012
08.50

1. Mengkaji skala
nyeri
Hasil : Klien
mengatakan sakit
perut saat ingin
BAB, nyeri di
rasakan seperti
melilit, nyeri di
rasakan di seluruh
bagian perut,
dirasakan hilang
timbul, skala nyeri
6




Sabtu 21 juli
2012
16.15
S:
Klien masih
mengeluh
sakit perut
O:
1. Ekspresi
wajah klien
meringis
2. Skala nyeri 6
3. TTV
HR : 104
x/menit
SB : 37c
RR :
20x/menit
A: masalah
belum
teratasi

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
II
klien meringis
- Skala nyeri 6
- TTV
HR : 102 x/menit
SB : 38c
RR : 20x/menit
- WBC19,5/m

08.55
12.00

12.00

12.05
1. Membantu/meng-atur
posisi klien dengan
posisi lutut fleksi

1. Mengobservasi TTV
Hasil :
HR :102x/menit
SB : 37c
RR : 20x/menit
1. Memberikan injeksi
cefotaxim 1 gr/Iv
2. Memberikan injeksi
ketorolac 1 amp/IV
P: intervensi di
lanjutkan
1. Kaji skala
nyeri
2. Atur posisi
klien
3. Observasi TTV
4. Kolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
III
Kurang pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
terpajan informasi
tentang penyakit.
Dengan data :
Data Subjektif
- Orang tua klien
mengatakan belum
mengerti tentang
penyakit yang di
derita anaknya.
Data Objektif
- Orang tua klien
terlihat bingung dan
bertanya-tanya
Sabtu/21
juli 2012
11.30

1. mengumpulkan
klien dan
keluarganya di
suatu tempat dan
menanyakan kepada
mereka tentang
penyakit apa yang
di derita anaknya.
Hasil : orang tua
klien mengatakan
bahwa anaknya
sakit berak-berak


Selasa/24 juli
2012
Jam 11.45
S:
1. Orang tua klien
mengatakan
sudah sedikit
mengerti
tentang
penyakit
anaknya.
2. Orang tua klien
mengatakan
penyakit diare
itu adalah
buang air besar
lebih dari 3
kali pada bayi
dan lebih dari 4
kali
Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
III
tentang penyakit
anaknya.

11.35
11.40
1. mengkaji tingkat
pengetahuan
keluarga tentang
diare
Hasil : orang tua
klien mengatakan
bahwa penyakit
anaknya itu di
sebabkan kerena
terlalu banyak
makan buah
mangga.

1. Memberikan HE
tentang penyakit
pada anak
dengan atau
tanpa darah dan
lendir dalam
tinja.
O :
Orang tua klien
Nampak
koomperatif
mendengarkan
saat perawat
menjelaskan.
Orang tua klien
terlihat tenang
dan mengemasi
barang-
barangnya untuk
persiapan
pulang.

Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No
Dx DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
diare.
SAP terlampir.

A : ,masalah
teratasi
P : intirvensi
dilanjutkan
dirumah



G. CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 3.11. Catatan Perkembangan
No
Dx
Hari/ Jam SOAPIER
Tanggal
I Minggu
22 juli
2012
08.00














S :
1. Klien mengatakan hanya BAB encer berampas 4
kali sejak semalam
2. Klien mengatakan perutnya masi sakit tapi
sakitnya sudah tidak seperti kemarin
O :
1. KU : lemah
2. BAB 1 kali
3. Ekspresi wajah meringis
4. Skala nyeri 5
5. Terpasang IVFD RL 28 tpm
A : Diare berhubungan dengan proses infeksi
P : intervensi di lanjutkan
1. Observasi dan catat frekuensi defekasi,
karakteristik, dan jumlah kaluaran faces.
2. Observasi TTV
3. Pertahankan tirah baring, dekatkan alat-alat di
samping tempat tidur.
4. pertahankan cairan peroral secara bertahap,
tawarkan minuman jernih,
5. hindari minuman dingin.
6. kolaborasi pemberian obat antibiotik (cefotaxsim)
I :









08.30


08.35



08.40
1. mengobservasi frekuensi defekasi, karakteristik
dan jumlah keluaran faces
hasil: BAB encer berampas 1 kali
1. mengobservasi TTV
HR :132x/menit
RR :22x/menit
SB :36,7c
1. menganjurkan kepada klien dan keluarga agar
klien tetap istirahat di atas tempat tidur
2. menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk
memberikan banyak minum
3. dan tidak memberikan minuman dingin kepada
klien
4. memberikan injeksi cefotaxim 1 gr/IV
E : masalah belum teratasi
R : intervensi di lanjutkan


08.40

09.00


12.00




Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
No
Dx
Hari/
Tanggal
Jam SOAPIER
II Minggu
22 juli
08.00
S :
- Klien masih mengeluh sakit perut, nyeri
2012


08.30





08.37

12.00
12.07
seperti meleilit, dirasakan pada seluruh bagian
perut, rasa nyeri yang di rasakan klien datang
kemudian hilang
O:
- Ekspresi wajah klien meringis
- Skala nyeri 5
- TTV
HR : 132 x/menit
SB : 36c
RR : 22x/menit
A: nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik
usus
P: intervensi di lanjutkan
1. Kaji skala nyeri
2. Atur posisi klien nyaman
3. Observasi TTV
4. Kolaborasi pemberian obat analgetik (ketorolac)
I :
1. Mengkaji nyeri
Hasi : nyeri di rasakan saat klien ingin BAB, nyeri
seperti meliilit, dirasakan pada seluruh bagian
perut, rasa nyeri yang di rasakan klien datang
kemudian hilang, skala nyeri 5
1. Mengatur posisi klien dengan posisi lutut fleksi
2. Observasi TTV
Hasil :
HR : 132 x/menit
SB : 36c
RR : 22x/menit
1. Memberikan injeksi ketorolac 1 amp/IV
E : masalah belum teratasi
R : intervensi di lanjutkan





Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
No
Dx
Hari/
Tanggal
Jam SOAPIER
III Minggu
22 juli
2012
08.00



08.30





S :
1. Orang tua klien mengatakan sudah mengerti
tentang penyakit yang diderita anaknya
2. Orang tua klien tau dan mengatakan bahwa
anaknya menderita penyakit diare.
O:
Orang tua klien terlihat tenang

A: Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi tentang penyakit.
P: intervensi di lanjutkan dirumah
1. ubah salah satu kebiasaan yaitu mencucu tangan
sebelum dan sesudah makan
I :
E : masalah teratasi
R : intervensi di lanjutkan












lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
No
Dx
Hari/
Tanggal
Jam SOAPIER
I Senin
23 juli
2012
08.30











08.45


09.00
S :
- Klien mengatakan hanya BAB encer 1kali
sejak semalam
- Klien mengatakan perutnya masih sakit
O :
- KU : lemah
- Ekspresi wajah meringis
- Skala nyeri 4
- Terpasang IVFD RL 28 tpm

A : Diare berhubungan dengan proses infeksi
masalah
P : intervensi di lanjutkan
1. Observasi dan catat frekuensi defekasi,
karakteristik, dan jumlah kaluaran faces
2. Observasi TTV
3. Pertahankan tirah baring, dekatkan alat-alat di
samping tempat tidur.
4. pertahankan cairan peroral secara bertahap,
tawarkan minuman jernih,
5. hindari minuman dingin.
6. kolaborasi pemberian antibiotik (cefotaxim)



09.10


09.15

12.00

12.05
I :
1. mengobservasi frekuensi defekasi, karakteristik
dan jumlah keluaran faces
hasil: BAB tidak ada
1. mengobservasi TTV
HR :120x/menit
RR :20x/menit
SB :37c
1. menganjurkan kepada klien dan keluarga agar
klien tetap istirahat di atas tempat tidur
2. menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk
memberikan klien banyak minum
3. tidak memberikan minuman dingin kepada klien
4. memberikan injeksi cefotaxim 1 gr/IV

E : masalah sebagian teratasi
R : intervensi di lanjutkan




Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
No
Dx
Hari/
Tanggal
Jam SOAPIER
II Senin
23 juli
2012
08.30









S :
- Klien masih mengeluh sakit perut saat ingin
BAB, nyeri seperti meleilit, dirasakan pada
seluruh bagian perut, rasa nyeri yang di rasakan
klien datang kemudian hilang
O:
- Ekspresi wajah klien meringis
- Skala nyeri 3
- TTV
HR : 120 x/menit
SB : 37c
RR : 20x/menit













08.45



A: masalah nyeri berhubungan dengan
hiperperistaltik usus

P: intervensi di lanjutkan
1. Kaji skala nyeri
2. Atur posisi klien
3. Observasi TTV
4. Kolaborasi pemberian obat analgetik (ketorolac)
I :
1. Mengkaji nyeri
Hasil : nyeri di rasakan saat, nyeri seperti meleilit,
dirasakan pada seluruh bagian perut, rasa nyeri
yang di rasakan klien datang kemudian hilang,
skala nyeri 3
1. Membantu dan mengatur klien dengan posisi lutut
fleksi
2. Observasi TTV
Hasil :
HR : 120 x/menit
SB : 37c
RR : 20x/menit

09.00

12.00




12.05
1. Memberikan injeksi ketorolac 1 amp/IV
E: masalah sebagian teratasi
R: intervensi di lanjutkan




Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
No
Dx
Hari/
Tanggal
Jam SOAPIER
I Selasa
24 juli
2012
08.00
S:
- Klien mengatakan BAB lunak 1 kali sejak
tadi malam
- Klien mengatakan perutnya sudah tidak sakit
O:
- Ku : baik
- Klien santai
- TTV
ND :100x/menit
SB : 36c
RR : 22x/menit
A: masalah diare berhubungan dengan proses
infeksi

P: intervensi di hentikan
I :
E: masalah teratasi
R:



Lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
No
Dx
Hari/
Tanggal
Jam SOAPIER
II Selasa
24 juli
2012
08.00
S :
- Klien mengatakan perutnya sudah tidak sakit
O:
- Klien tenang
- TTV
HR : 100 x/menit
SB : 36c
RR : 22x/menit
A: masalah nyeri berhubungan dengan
hiperperistaltik usus teratasi
P: intervensi di hentikan
I :
E : masalah teratasi
R :




BAB IV
PEMBAHASAN

Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien
merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan
meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien. Langkah atau
tahapan pada proses keperawatan meliputi
1. A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini
harus dilakukan secara komprenhensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi tentang klien, dan membuat perumusan masalah
yang di alami klien.
Adapun hasil dari pengkajian pada tanggal 21 juli 2012 adalah
1. Secara teori pada pasien diare di dapatkan data pasien BAB encer lebih dari
3 kali pada bayi dan 4 kali pada anak, cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, bunyi usus hiperaktif, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
mungkin di sertai darah dan/lendir, makin lama warna tinja menjadi
kehijau-hijauan, dehidrasi, turgor kulit menurun, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, suara menjadi serak, takipnue, takikardia,


muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.
1. 2. Dalam pengkajian penulis menemukan data klien mengeluh BAB encer
4 kali,konsistensi feces cair bercampur lendir, feses berwarnah kuning
kecoklatan, klien juga mengeluh sakit perut, orang tua klien mengatakan
anaknya muntah 1 kali, orang tua klien mengatakan anaknya tidak mau
makan, keadaan umum lemah, kesadaran composmentis,wajah klien
meringis, klien menolak untuk makan, bunyi usus hiperaktif,
peristaltik usus 24 kali/menit, berat badan sebelum sakit 37 kg, berat badan
setelah sakit 35 kg. penurunan berat badan 2 kg, vital sign ND:102x/menit,
RR:20x/menit SB:38c, terpasang IVFD RL 28 tpm.
2. 3. Kesenjangan yang terjadi antara hasil pengkajian secara langsung
dengan teori tentang diare adalah dalam pengkajian penulis tidak
menemukan adanya penurunan turgor kulit, tulang pipi menonjol, lidah
menjadi kering, pasien cengeng, pasien gelisah, ujung-
ujung ekstremitasdingin dan sianosis,
gangguan biokimiawi seperti asidodis, takipnue, dan takikardia.
Hal ini terjadi karena dalam pengkajian pada An M denagn kasus diare
penulis tidak menemukan data-data tentang adanya penurunan turgor kulit,
tulang pipi menonjol, lidah menjadi kering, pasien cengeng, pasien gelisah,
ujung-ujung ekstremitas dingin
dan sianosis, gangguan biokimiawi seperti asidodis,takipnue, dan takikardia
.
1. B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual,
resiko tinggi ataupun potensial.
1. Secara teori didapatkan masalah keperawatan :
1. Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus (doenges, Ed 3 1999).
2. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan
adanya melabsorbsi usus.
3. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan
dengan dehidrasi.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan kurang.
5. Kecemasan berhubungan dengan kurang dari pembelajaran tentang
penyakit.
6. f. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan
peregangan denganspasme pada intestinal.
7. Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi inosokomial berhubungan dengan
BAB yang terus menerus.
8. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB.
9. Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan
iritasi disekitar daerah anus.
10. Nutrisi; perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrient.(doengoes 1999)
11. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan. Berhubungan dengan kesalahan interpretasi
informasi.(doengoes 1999)
12. Secara praktek di dapatkan diagnosa keperawatan :
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi.
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan tersebut karena penulis
menemukan beberapa batasan karakteristik yang dapat di jadikan acuan
untuk mengangkat diagnose keperawatan tersebut. Diantaranya BAB encer
lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feces cair adanya muntah dan
nyeri abdomen.
1. b. Nyeri berhubungn dengan hiperperistaltik usus
Penulis mengakat diagnosa keperawatan ini karena dalam pengkajian
penulis mennemukan data-data yang menunjang dan sesuai dengan referensi
yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini. Diantaranya yaitu klien
mengatakan sakit perut, wajah klien terlihat meringis
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
tentang penyakit
Penulis mengangkat diagnosa ini sebagai masalah keperawatan ke empat
karena penulis menemukan data diantaranya orang tua klien mengatakan
belum terlalu mengerti dengan penyakit yang di derita anaknya, orang tua
klien terlihat bingung.
1. Berdasarkan diagnosa di atas, penulis menemukan kesenjangan bahwa tidak
selamanya diagnosa yang ada dalam teori terdapat pula dalam praktek.
Adapun kesenjangan tersebut antara lain :
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya melabsorbsi
usus.
Diagnosa ini tidak diangkat kerena tidak di temukan data yang
memungkinkan untuk mengangkat diagnosa tersebut
1. b. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan
dengan dehidrasi.
Diagnosa hypertermi tidak di angkat karena suhu 38c yang di alami klien
hanya berlangsung beberapa saat saja.
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang dari pembelajaran tentang
penyakit.
Diagnosa kecemasan tidak diangkat karena kecemasan orang tua klien akan
teratasi setelah di berikan HE yang merupakan salah satu dari tindakan
keperawatan untuk diagnosa ke tiga yaitu diagnosa kurang pengetahuan.
1. Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi nosokomial berhubungan dengan BAB
yang terus menerus.
Diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ada data yang dapat dijadikan
dasar untuk mengangkat diagnosa tersebut.
1. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB.
Diagnosa gangguan pemenuhan istirahat tidur tidak di angkat karena dari
hasil pengkajian klien tidak mengalami masalah dalam hal pemenuahan
istirahat tidur.
1. Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan iritasi
disekitar daerah anus.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit tidak di angkat karena
tidak di temukan data yang dapat di jadikan rujukan untuk mangangkat
diagnosa tersebut.
1. g. Nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan malabsorbsi nutrient
Diagnosa ini tidak di angkat karena penurunan berat badan yang di alami
oleh klien belum signifikan sehingga belum dapat dijadikan alasan yang
kuat untuk mengangkat diagnosa tersebut.
Berdasarkan diagnosa di atas kesenjangan yang terjadi adalah bahwa tidak
semua diagnosa yang ada pada teori juga terdapat pada studi kasus begitu
pula sebaliknya. Karena diagnosa keperawatan merupakan respon klien
terhadap perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul
akibat dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu
perubahan yang berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan studi kasus
sangatlah mungkin terjadi

C. Intervensi
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi
yang ada dalam teori dapat di aplikasikan ke dalam praktek, begitupun
sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori namun dapat di aplikasikan
kedalam praktek. Seperti yang penulis temukan dalam penelitian ini, bahwa
antara teori dengan praktek terdapat kesenjangan. Adapun kesenjangan
dalam perencanaan tersebut adalah :
1. Pada diagnosa ke satu: diare berhubungan dengan proses infeksi
Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada
teori dan intervensi yang terdapat dalam praktek.
1. Pada diagnosa ke dua: nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus
Pada diagnosa ini penulis menemukan kesenjangan antara intervensi yang
ada dalam praktek, namun tidak terdapat dalam teori. Kesenjangan tersebut
adalah
1. Kaji skala nyeri
Penulis menggunakan intervensi ini karena intervensi yang terdapat dalam
teori tidak sesuai dengan masalah yang dialami klien saat ini sehingga
penulis mengajukan intervensi kaji skala nyeri untuk menggantikan
intervensi tersebut.
1. Pada diagnosa ketiga: kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi tentang penyakit.
1. Dalam diagnosa ini penulis menemukan kesenjangan intervensi yaitu
kesenjangan intervensi yang di terapkan dalam praktek tetapi tidak ada
dalam teori, yaitu:
Memberikan Health Education
Intervensi ini penulis tambahkan karena penulis merasa dengan
pemberian Health Education akan menambah pemahaman klien dan
keluarga tentang penyakit diare dan dapat mengatasi masalah tersebut.
Kesenjangan antara intervensi yang ada dalam teori dan dalam study kasus
terjadi karena tidak selamanya intervensi yang ada dalam teori sesuai
dengan kebutuhan pasien, begitupun sebaliknya intervensi yang tidak ada
dalam teori dapat digunakan jika intervensi tersebut dapat mengatasi
masalah yang dialami pasien

1. D. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan
yang telah disesuakan dengan diagnosa keperawatan yang telah di
rumuskan. Adapun implementasi yang dapat di lakukan oleh peneliti pada
penelitian ini, hanya dapat dilakukan selama 4 hari rawat. Hal ini
disebabkan karena secara umum kondisisi kesehatan pasien yang sudah
pulih atau membaik Dan sudah di perbolehkan untuk pulang.

1. E. Evaluasi
Evaluasi adalah umpan balik untuk menilai keberhasilan tindakan
keperawatan yang telah di berikan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang telah di tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi, didapatkan bahwa
semua masalah teratasi.
Adapun masalah keperawatan yang telah teratasi adalah :
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi (teratasi pada hari selasa tanggal
24 juli 2012)
2. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus (teratasi pada hari selasa
tanggal 24 juli 2012)
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
tentang penyakit (teratasi pada hari minggu tanggal 22 juli 2012).


RIWAYAT HIDUP PENULIS





1. I. IDENTITAS
Nama : WAHYUDDIN ABDULLAH TAHIR
Nim : 09096
Tempat, Tanggal Lahir : DIAPATIH, 07 DESEMBER 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : jl. Elang No.2 Kelurahan Tuweley
@mail : Wahyu_f2wz@yahoo.com
Hp : 085340047540
1. II. RIWAYAT PENDIDIKAN
2. Tahun 2003
3. Tahun 2006
4. Tahun 2009
5. Tahun 2009
6. :
:
Lulus SD Negeri 07 Paleleh
Lulus SMP Negeri 01 Paleleh
:
:
Lulus SMA Negeri 01 Paleleh
Terdaftar sebagai mahasiswa akper Pemda
Tolitoli




BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan langsung pada klien An.M
dan uraian dari bab ke bab sebelumnya, maka penulis dapat menulis
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. 1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada klien An M dan keluarganya pada tanggal 21 juli
2012 di dapatkan data antara lain BAB encer 4 kali, konsistensi feces cair
bercampur lendir, feces berwarna kuning kecoklatan, klien juga mengeluh
sakit perut, orang tua klien mengatakan anaknya muntah1 kali, orang tua
klien mengatakan klien menolak untuk makan, berat badan sebelum sakit
37 kg, berat badan sat sakit 35 kg, ND: 102xper menit, SB: 38c, RR: 20x
per menit, terpasang IVFD RL 28 tpm.

1. 2. Diagnosa
Dalam menegakan diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada kondisi
klien saat ini, dan disesuaikan dengan konsep teori yang ada. Dari hasil
analisa data yang di temukan, di rumuskan 3 diagnosa keperawatan yaitu :
diare berhubungan dengan proses infeksi, nyeri berhubungan
denganhiperperistaltik usus, kurang


pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang
penyakit.

1. 3. Intervensi
Pada tahap perencanaan kasus diare terdapat beberapa kesenjangan yang
terjadi sebagai akibat perubahan respon klien sebagaimana yang terdapat
pada pengkajian. Dengan adanya perubahan tersebut maka perencanaan
yang disusun berubah dengan beberapa penambahan yang disesuaikan
dengan diagnosa yang muncul.

1. 4. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan secara umum penulis dapat merealisasikan rencana
yang telah di susun berdasarkan masalah yang muncul pada klien. Hal ini
terwujud berkat kerjasama, dukungan, serta sikap yang koomperatif dari
klien, keluarga, perawat ruangan dan profesi kesehatan lain yang ada di
ruangan.

1. 5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang di tegakan
maka penulis menganalisa bahwa semua masalah yang di alami klien sudah
teratasi. Hal ini dapat terwujud karena tindakan yang bersifat kausal
terhadap sumber penyakit.
1. B. Saran
2. Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli
Perlunya penambahan jumlah tenaga perawat dan tenaga lainya, agar semua
petugas di tiap-tiap ruangan dapat bekerja sesuai dengan proporsinya
masing-masing sehingga perawat di ruangan dapat memberikan pelayanan
yang maksimal terhadap pasien-pasien dengan kasus diare.
1. Institusi Pendidikan
Pendidikan lebih meningkatkan pengayaan, penerapan dan pengajaran
asuhan keperawatan bagi mahasiswanya, penambahan sarana dan prasarana
yang dapat menunjang keterampilan mahasiswa dalam
segi knouladge, afektif dan psikomotorik serta skilstation,
1. Pasien dan Keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat dan peneliti selama
proses pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga
mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
baik bagi diri, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal.
1. Peneliti
1. Merupakan pengalaman yang tak terhingga yang dapat meningkatkan secara
khusus kualitas peneliti sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dikemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA
Akper, Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Akper Pemda Tolitoli,
2012
Carpenito, LJ. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGCJakarta,
2000,
Doenges, M.E., Moorhause, M.F., Geissler, A.C.(2000). Rencana Asuhan
Keperawatan : pedoman untuk perencanan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3, Jkarta EGC :
Jakson M, Dkk,seri panduan praktis keperawatan klinis, Jakarta,
Erlangga, 2011
Judith M, Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil
NOC, ed. 7 jakarta EGC,2007
Mansyoer Arif. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, 1999, edisi 2
Jilid 1 2.
Meadow R, Dkk,Lecture Notes Pediatrika, Jakarta, Erlangga, 2002
Nanda, Panduan Diagnosa Keperawatan, Prima Medika Jakarta,2006
Ngastiah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC,1998.
Soetjiningsih,Tumbuh Kembang anak,Jakarta, EGC,1995
Wong L. pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,EGC,Jakarta 2003.
________Informasi Spesialite Obat,IAI,Bandung,2012, vol.46
www.gooogle.com(http://adf.Iy/1487760/banner/http://mydocumentku.blog
spot.com/2012/06/kti-diare.html)/29-07-2012
www.google.com (http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/kti-
keperawatan-anak-dengan-diare.html)12/10/07
http://www.google.com (http://skripsikti.blogspot.com/2011/07/kti-
gambaran-kejadian-diare-balita.html )12/10/07
www.google.com(http://suryaadinata.2011.proposaldiaretakasima.blogsp
ot.comarchive.html)12/10/07
www.google.com (Hendra_tolen,2012http://2012.cityselatiga.blogspot.com/
2012/05/penyakit- diare.htm)12/10/07
AKADEMI KEPERAWATAN IMELDA MEDAN
JALUR UMUM PROGRAM REGULER
ANGKATAN XVIII/2009
T.A 2009 / 2010
MEDAN










demam thypoiLEMBAR PENGESAHAN





ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. N DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : THYPID FEVER DI RUANG CATALIA
RSU. IMELDA PEKERJA INDONESIA MEDAN



Laporan Kasus ini Telah Disetujui Oleh :




Pembimbing Koordinator
Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Medikal Bedah





(Paskah Rina, S.Kep, Ns) (Noradina, S.Kep, Ns)






Diketahui Oleh :
Direktirs Keperawatan Imelda Medan






(Ns. Sundria Liana Ritonga, SS, S.Kep, M.Pd)







KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini yang berjudul Asuhan Keparawatan Pada An. N
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Thypoid Fever di Ruang Catalia RSU IPI
Medan.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan kasus ini untuk memenuhi
mata ajar Keperawatan Medikal Bedah (KMB) II di Akademi Perawatan Imelda
Medan,
Dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H.R.I Ritonga, MSc, Selaku Ketua Yayasan Imelda Medan yang
telah menyediakan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran di
Akademi Keperawatan Imelda Medan.
2. Dr. Rosa Dalima Ritonga, Selaku Direktris RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan.
3. Ns. Sundria Liana Ritonga, SS, S.Kep. M.Pd, Selaku Direktris Akper
Imelda Medan.
4. Noradina, S. Kep, Ns Selaku Koordinator Mata Kuliah Medikal Bedah
II
5. Paskah Rina, S.Kep, Ns Selaku pembimbing dalam pembuatan laporan
kasus ini.
6. Kepala ruangan dan Staf Pegawai ruangan Catalia RSU IPI Medan.
7. Seluruh Staf Dosen Akademi Keperawatan Imelda Medan.
8. An. N, Selaku klien dan keluarga klien yang telah banyak memberikan
informasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
9. Seluruh rekan-rekan mahsiswa/i Akademi Keperawatan Imelda Medan
Angkatan XVIII.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun cara penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.



Medan, Desember 2010
Penulis



KELOMPOK VII
















LEMBAR PENGESAHAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. N DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : THYPID FEVER DI RUANG CATALIA
RSU. IMELDA PEKERJA INDONESIA MEDAN



Laporan Kasus ini Telah Disetujui Oleh :




Pembimbing Koordinator
Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Medikal Bedah





(Paskah Rina, S.Kep, Ns) (Noradina, S.Kep, Ns)






Diketahui Oleh :
Direktirs Keperawatan Imelda Medan






(Ns. Sundria Liana Ritonga, SS, S.Kep, M.Pd)









KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini yang berjudul Asuhan Keparawatan Pada An. N
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Thypoid Fever di Ruang Catalia RSU IPI
Medan.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan kasus ini untuk memenuhi
mata ajar Keperawatan Medikal Bedah (KMB) II di Akademi Perawatan Imelda
Medan,
Dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H.R.I Ritonga, MSc, Selaku Ketua Yayasan Imelda Medan yang
telah menyediakan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran di
Akademi Keperawatan Imelda Medan.
2. Dr. Rosa Dalima Ritonga, Selaku Direktris RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan.
3. Ns. Sundria Liana Ritonga, SS, S.Kep. M.Pd, Selaku Direktris Akper
Imelda Medan.
4. Noradina, S. Kep, Ns Selaku Koordinator Mata Kuliah Medikal Bedah
II
5. Paskah Rina, S.Kep, Ns Selaku pembimbing dalam pembuatan laporan
kasus ini.
6. Kepala ruangan dan Staf Pegawai ruangan Catalia RSU IPI Medan.
7. Seluruh Staf Dosen Akademi Keperawatan Imelda Medan.
8. An. N, Selaku klien dan keluarga klien yang telah banyak memberikan
informasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
9. Seluruh rekan-rekan mahsiswa/i Akademi Keperawatan Imelda Medan
Angkatan XVIII.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun cara penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.



Medan, Desember 2010
Penulis



KELOMPOK VII




















DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ........................................................................................................
i
DAFTAR
ISI ....................................................................................................................... ii
DAFTAR
LAMPIRAN ...................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................
1
I.1 latar
belakang .................................................................................................... 1
I.2
tujuan ................................................................................................................. 1
I.3 Ruang lingkup
masalah ..................................................................................... 2
I.4 Metode
penulisan .............................................................................................. 2
I.5 sistematika
penulisan ........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN
TEORITIS ....................................................................................... 4
A. Teoritis
Medis ..................................................................................................... 4
B.
Teoritis keperawat .............................................................................................. 7
BAB III. LAPORAN
KASUS .......................................................................................... 12
3.1 Pengkajian
keperawatan ................................................................................... 12
3.2 Analisa
data ..................................................................................................... 14
3.3 Prioritas
masalah .............................................................................................. 15
3.4 Asuhan
keperawatan ........................................................................................ 18
BAB IV
PENUTUP .......................................................................................................... 2
5
4.1
Kesimpulan ...................................................................................................... 25
4.2
Saran ................................................................................................................ 26
Daftar
Pustaka ...................................................................................................................
27









DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Format Pengkajian Individu
Lampiran II : Catatan Perkembangan
























BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Demam typoid merupakan permasalahan kesehatan global yang penting dan
harus mendapatkan perhatian secara khusus. Di seluruh dunia penyakit ini di
perkirakan menccapai 16 juta kasus tiap tahunnya dengan 600.0000 kasusu di
laporkan berakhir dengan kematian . meskipun statusnya dikatakan edemis di selurh
dunia, sebagian besar kasus typhoid muncul di kawasan Negara miskin dan
berkembang terutama pada daerah dengan sanitasi air dan lingkugan yang kurang
memadai seperti Afrika,Asia dan Amerika latin
(Zulkarnain Iskandar, 2006, Depkes, pertemuan ilmiah tahunan ilmu penyakit dalam,
Hal. 35)
Oleh karena itu peran perawat terhadap pasien demam typhoid meliputi :
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Upaya meningkatkan kesehatan klien ,
mencegah terjadinya penyakit, usaha penyembuhan yang dapat di lakukan pada klien
dan upaya pemulihanke\sehatan pada penderita yang di rawat di rumah maupun
terhadap kelompok kelompok yang menderita penyakit yang sama yaitu pemberian
cairan yang cukup, makanan bergizi, vitamin dan pemeliharaan lingkungan bersih.
I.2 Tujuan
Tujuan umum : penulis mampu memahami asuhan keperawatan tentang gangguan pada system pencernaan
Demam Typhoid
Tujuan khusus : 1. penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.N dengan gangguan pencernaan
Demam Typhoid
2. penulis mampu mengetahui perumusan diagnose keperawatan yang tepat pada klien dengan
gangguan system pencernaan Demam Typhoid
3. penulis mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan klien dengan ganggua system
pencernaan Demam Typhoid
4. penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan system
pencernaan Demam Typhoid
5. penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan sisten
pencernaan Demam Typhoid
I.3 Ruang lingkup
Laporan kasus ini hanya dibatasi satu pokok masalah saja yakni tentang asuhan
keperawatan pada klien An.N dengan gangguan system pencernaan Demam Typhoid. Di
Catalia RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan yang di rawat tanggal 06 desember 2010
sampai dengan 08 desember 2010
I.4 Metode penulisan
1. Study kasus
Pemahaman masalah yang ada pada klien, data tersebut di kumpulkan, di prioritaskan dan
didiagnosa, teknik yang digunakan untuk pengumpulan data antara lain:
a. Observasi : melakukan pengamatan secara langsung untuk mengetahui keadaan dan
perkembangna klien setiap hari
b. Wawamcara : mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan klien dan keluarga
untuk mendpatkan data yang akurat
c. Pemeriksaan fisik : melakukan pemeriksaan fisik secara palpasi seperti : inspeksi ,
auskultasi dan perkusi
2. Dokumentasi
Yaitu dengan mempelajari status pasien dengan catatan perkembangan
3. Tinjauan kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku untuk mendapatkan teori yang berhubungan dengan
penyakit typhoid

I.5 Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang di buat adalah :
Bab I pendahuluan terdiri dari : latar belakang , tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II teoritis terdiri dari : Teoritis medis dan teoritis keperawatan
Bab III Laporan kasus terdiri dari pengkajian keperawatan , diagnose keperawatan ,
perencanaan , pelaksanaa dan evaluasi keperawatan
Bab VI penutup terdiri dari : kesimpulan dan saran










BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 TEORIOTIS MEDIS
2.1.1 Defenisi
Typhoid adalah suatu penyakit pada kasus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang di sebabkan oleh salmonella typhi, almonella type A,B,C penularan terjadi secara pecal,
oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi .(Smartnet, Mansoer Arief.M, 1999)
Demam typhopid adalah infeksi sistemik akut yang di sebabkan infeksi salmonella
typhi . organism ini masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feces
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (Smartnet, Mansoer Arief.M, 1999)
Demam typhoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Demam
paratifoid menunjukkan manifestasi yang sama denga ntifoid namun biasanya lebih ringan.
(Arief mansjoer, 1999, kapita selekta kedokteran, 421)
2.1.2 Etiologi
Demam typhopid di sebabkan oleh salmonella typhi, suatu jenis bakteri gram negative
yang termasuk kedalam family Enterobacteriaceae. Kuman lain yang dapat menyebakan
penyakit demam tifoid adalah salmonella serotype paratyphi. Masa inkubasi salmonewlla
rata-rata berkisar antara 7sampai dengan 14 hari , namun pada beberapa kasus di laporkan
bervariasi dari 3 sampai 30 hari (Iskandar Zulkarnain, 2006, Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu
Penyakit Dalam, 36)
Penyebab demam thypoid adalah salmonella thypoid, sedangkan demam parathypoid
disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteriditis yaitu S.
Enteritis Bioseroti pec. Kuman-kuman ini lebih dikenal dengan paratipy A.S. Schott muelleri
dan Hirschfeldii. (Arif Mansjoer, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, hal 421).
2.1.3 Patofisiologi

2.1.4 Tanda dan Gejala
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini dengan keluhan penyakit infeksi akut
pada umumnya :
- Demam
- Nyeri kepala, pusing, anoreksia
- Mual, perasaan tidak enak diperut
- Pada pemeriksaan fisik hanya di dapatkan suhu tubuh meningkat
- Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari
- Lidah berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor)
(Djoko Widodo, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 395)



2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur
WHO menganjurkan untuk menggunakan darah sebagai media penanaman patogen
menurut laporan survei lans WHO pada tahun 2003, lebih dari 80% pasien dengan demam
thypoid memberikan hasil yang positif dengan kultur darah, walaupun pemeriksaan darah
perifer lengkap sering ditemukan leukimia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau
leukositosis.
b.Uji Widal
Uji Widal di lakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S.Thypi maksud
uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam
thypoid yaitu:
-Aglutinin O (dari tuuh kuman)
-Aglutinin H (Flagella kuman) dan
-Aglutinin Vi (simpai kuman)
Dari ketigaaglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis demam thypoid.Semakin tinggi titernya semakin besar klien menderita
thypoid.

C.Kultur darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam thypoid akan tetapi hasil
negatif tidak menyingkarkan demam thypoid,mungkin disebabkan beberapa hal
sebagai berikut:
-Telah mendapat terapi antibiotika,bila pasien sebelum dilakukan kultur darah telah
mendapatkan antibiotik,pertumbuhan kuman dalam media biakan terlambat dan hasil
mungkin negatif.
-Volume darah yang berkurang(daperlukan kurang lebih 5cc darah
-Riwayat vaksinasi,vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibody dalam darah
pasien.
-Saat pengambilan darah setelah minggu pertama.

2.1.6.Penatalaksanaan Medis
Sampai saat ini masih di anut etiologi penatalaksanaan demam thypoid yaitu:
1.Pemberian antibiotik:untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman
antibiotik yang dapat digunakan:
a.Klorampenikol:dosis hari pertama 4 x 250 mg,hari kedua 4x 500 mg,diberikan
selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam,kemudian dosis diturunkan
menjadi 4x250 mg selama 5 hari.
b.Ampisilin/amoksilin:dosis 50-150 mg/kg BB,diberikan selama 2 minggu.
c.Kotramoksazol:2x2 tablet (tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol)80 mg
trimetoprim,diberikan selama 2 minggu pula.
d.Sefatosporin generasi II dan III di sub bagian penyakit tropic dan infeksi ikut
RSCM,pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam thypoid dengan
baik,demam pada umumnya mengalamimerelle pada hari ke 3 /menjelang hari ke 4.
2.Istirahat dan perawat yang profesional,bertujuan untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan,pasien harus tirag baring absolute sampai minimal 7 hari
bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari,mobilisasi dilakukan bertahap,sesuai
dengan pulihnya kekuatan pasien.
3.Diet dan terapi penunjang (Simtomatis dan Suportif)


2.2 TEORITIS KEPERAWATAN
2.2.1. Pengkajian
1.Aktivitas/Istirahat
Gejala:-Kelemahan,kelelahan,malaise,cepat lelah
-Insomnia,tidak teratur tidur demalaman karena diare
-Merasa gelisah dan anseitas.
-Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
2.Sirkulasi
Tanda :-Takikardia (respon terhadap demam,dehidrasi,proses inflanasi dan nyeri)
-Kemerahan,area ekimosis (kekurangan vitamin k)
-TD:hipotensi termasuk postural
-Kulit/membran mukosa:turgor buruk,kering,lidah pecah-pecah(dehidrasi/malnutrisi)
3.Integritas Ego
Gejala:Ansietas,ketakutan,emosi kesal,mis:perasaan tak ada bedanya/tak ada harapan
Tanda:Menolak,perhatian menyempit,depresi
4.Eliminasi
Gejala:Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair
Tanda: Menurunya bising usus,tak ada peristaltik atau bedanya peristaltik atau
bedanya peristalik yang dapat dilihat
5.Makanan/cairan
Gejala:Anoreksia,mual/muntah
Tanda:Penurunan lemah subkutan/massa otot kelemahan,tonus otot sad turgor
kulit buruk.Membran mukosa pucat,luka,inflamasi rongga mulut.
6.Higiene
Tanda:-Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
-bau badan
7.Nyeri/kenyamanan
Gejala:Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
Tanda:Nyeri tekan abdomen/distensi
8.Keamanan
Gejala:Riwayat lupus eritematorus,anemia hemolotik,vaskulatis
Tanda:Lesi kulit mungkin ada mis,eritema nodusum(meningkat,nyeri tekan,kemerahan dan
bengkok)pada tangan,muka,pioderma ganggrenosa(lesi,tekan purulen/lepuh dengan
keunguan)pada paha,kaki,dan mata)ankilosa spondilitis.
9.Seksualitas
Gejala:Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10.Interaksi sosial
Gejala:Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
11.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus


2.2.2.Diagnosa Keperawatan
Diagosa yang mungkin muncul pada klien thypoid adalah:
1.Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
hipertemi dan muntah.
2.Resiko tingi gangguan pemenuhan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
3.Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
4.Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan
fisik
5.Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
atau informasi yang tidak adekuat.

2.2.3.Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan-I
Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan hipertemi dan muntah.
Tujuan Umum:
Ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil:
Membran mukosa bibir lembab,tanda-tanda vital(TD,S,N,dan RR)
Intervensi:
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering,turgor kulit tidak elastis dan
peningkatan suhu tubuh.pantau intake dan output cairan dalam 24 ja,ukur BB tiap
hari pada waktu dan jam yang sama,catat laporan atau hal-hal seperti mual,muntah
nyeri dan distorsi lambung.

Diagnosa Keperawatan-II
Resiko tingi gangguan pemenuhan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungn dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan Umum:
Resiko tinggi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil:
Nafsu makan bertambah,menunjukan berat badan stabil/ideal,nilai bising usus
normal(6-12 kali per menit)nilai laboratorium normal,konjungtiva dan membran
mukosa bibir tidak pucat.
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien,kaji makan yang di sukai dan tidak di sukai klien,anjurkan tirah
baring/pembatasan aktivitas selama fase akut,timbang berat badan tiap hari.

Diagnosa Keperawatan-III
Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi selmonella thypi.
Tujuan Umum:
Hipertemi teratasi
Kriteria hasil:
Suhu,nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi
komplikasi yang berhubungan dengan masalah thypoid.
Intervensi:
Observasi suhu tubuh klien,anjurkan keluarga ntuk membatasi aktivitas klien,beri
kompres dingin air dingin(air biasa)pada daerah axila.lipat paha,temporal bila terjadi
panas,anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat
seperti katun,kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.

Diagnosa Keperawatan-IV
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan
fisik.
Tujuan Umum:
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteri hasil:
Mampu melakukan aktivitas,bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi:
Berikan linhkungan tenang dengan membatasi pengunjung,bantu kebutuhan sehari-
hari klien seperti mandi,BAB dan BAK,bantu klien mobilisasi secara
bertahap,dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan kemeja klien dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.


Diagnosa Keperawatan-V
Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan invasive
Tujuan Umum:
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
Bebas dari eritema,bengkak,tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi
purulen/drainase serta febris.
Intervensi:
Observasi tanda-tanda vital(S,N,RR dan TD).Observasi kelancaran tetesan
infuse,monitor tansa-tansa infeksi das antiseptic sesuai dengan kondisi balutan
infud.dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibotik sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawatan-IV
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
atau informasi yang tidak adekuat.
Tujuan Umum:
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil:
Menunjukkan pemahaman trntang penyakit anaknya,beri pendidikan kesehatan
tentang penyakit dan perawatan klien,beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila
ada yang kurang di mengerti,beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan
tepat,pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah,Tanya jawab dan
demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak diketahui klien,libatkan keluarga dalam
setiap tindakan yang di lakukan pada klien.


Evaluasi:
Berdasarkan implementasi yang di lakukan,maka evaluasi yang di harapkan untuk
klien dengan gangguan system pencernaan thypoid adalah tanda-tanda vital
stabil,kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi,tidak terjadi
hipertemia,klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri,infeksi tidak terjadi da
keluarga klien mengerti penyakitnya.
(Rudi Prasetyo,Sinarnet di 9/04/2008)



BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
An. Umur 18 tahun, agama islam, status belum nikah, suku Jawa/Indonesia,
pendidikan terakhir SD, alamat Jl. Pelita IV No. 02 Medan. Klien masuk RS IPI
Medan, Pada tanggal 06 desember 2010, dengan diagnosa medis demam thypoid, No.
Register 05-68-87, alasan klien masuk Rumah Sakit Demam 2 minggu, muntah (+),
menggigil (+).
Keluhan yang dirasakan saat ini adalah demam, mual, muntah, dan menggigil
pada malam hari yang disebabkan bakteri yaitu sallmonela thypi. Hal yang
memperbaiki keadaan istirahat cukup, makan cukup, minum obat, sdangkan hal yang
memperberat keadaan bila klien melakukan aktivitas klien tampak lemas. Pada
tanggal 06 Desember 2010, pukul 10.00 wib dilakukan pemeriksaan fisik dan di
dapatkan data berikut : TD: 110/70 mmHg, RR : 22x/menit, HR : 86x/menit, Suhu :
39 C, keadaan umum sedang, nilai GCS : 15, kesadaran compos mentis. Ketajaman
penglihatan 6/6 fungsi penciuman, pendengaran, dan pernafasan baik (tidak ada
kelainan).
Pola makan klien 3x/hari, jenis diet MII, dan nafsu makan klien menurun,
pola minum klien sebanyak 1200cc, 6 gelas/hari, dan jumlah frekuensi urine BAK
sebanyak 900cc/hari. Dari hasil pengkajian terhadap pola istirahat di temukan klien
tidur siang 2 jam/hari, tidur malam 5-6 jam/hari. Keluhan yang dirasakan saat ini
klien tidak mampu personal hygiene karna terpasang infus pada tangan kiri. Hal ini
ditandai dengn aktivitas sehari-hari ditolong minimum oleh perawat dan keluarga
seperti BAB, BAK dan mandi, dan juga mengenakan pakaian. Klien tidak mengerti
tentang penyakitnya tetapi klien dan keluarga selalu bertanya apa penyebab dari
penyakit tersebut.







Hasil pemeriksaan diagnostik/penunjang
A. Laboratorium
No. Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 Jumlah trombosit - 127.0 ribu/mm3 150-440
2 Urine - -
3 Faeses - -

Penanganan medis/instruksi Dokter
No. Tindakan/obat/pemberian Dosis Efek Obat
Positif Negatif
1. IVFD RL 30
gtt/menit
Mengganti
elektrolit
Mengakibatkan
oedem
2. PCT 3 x 1 Untuk
menurunkan
suhu tubuh
Kerusakan hati
3. Cipro 2 x 1 Obat antibiotik Gangguan
pencernaan dan
alergi
B. Catatn tambahan : Widal test

Imunoserologi
Antigen S. Thypi Thypi- A Thypi- B Thypi- C Nilai
normal
Tehnik yang
dipergunakan
O 1/40 1/80 1/80 1/80 < 1/160
H 1/80 1/80 1/40 1/40 < 1/160 sedang







3.2 ANALISA DATA
No. Tanggal Data Etiologi Masalah
1 Senin
06-12-2010
Data subjektif :
Klien mengatakan seluruh
badannya terasa panas dan
meriang


Data objektif :
- Klien tampak lemah
- Hasil palpasih : tubuh
klien panas dan
berkeringat, mukosa bibir
kering.
- Wjah tampak merah
dengan hasil vital sign :
TD : 110/70 mmHg
RR : 22x/menit
HR : 86x/menit
Temp : 39 C
- Widal test (+)
Tidak adekuat
masukan cairan
Kekurangan
volume cairan
tubuh
2. Senin Data subjektif : Masukkan makanan Perubahan nutrisi
06-12-2010 Klien mengatakan selera
makan menurun, karena
saat menelan terasa sakit,
perut tidak enak



Data objektif :
- Diet yang di sajikan hanya
habis porsi.
- Konjuctiva anemis
- Klien tampak bermalas-
malasan saat makan.
- Klien mual
- TB : 165 cm, BBl : 50
kg
- BB sekarang : 45 kg
- Keadaan umum klien
lemah
- palpasi perut kembung
tidak adekuat kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Senin
06-12-2010
Data subjektif :
Klien mengatakan takut
akan penyakitnya


Data objektif :
- Klien sering terbangun
tengah malam
- Klien tampak pucat
- Tidur malam 5
jam/hari
- Tidur siang 2 jam/hari
- Klien sering menguap
pada siang hari
Faktor internal stress
psikologis
Gangguan pola
tidur
4. Senin
06-12-2010
Data subjektif :
Klien mengatakan mudah
lelah setelah melakukan
aktifitas


Data objektif :
- Klien tampak lemas
- Pemenuhan aktivitas
sehari-hari seperti nutrisi,
eliminasi.
- Klien sering berkeringat.
Kelemahan umum Intoleransi
aktivitas
5. Senin
06-12-2010
Data subjektif :
Klien mengatakan tidak
mengerti tentang penyakit
dan pengobatannya.


Data objektif :
- Klien tampak agak
bingung.
- Klien sering bertanya-
tanya.
- Apakah penyakitnya akan
sembuh seperti sedia kala
Kurangnya sumber
informasi
Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
dan
pengobatannya





3.3 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan tidak adekuat ditandai dengan
klien mengatakan seluruh tubuhnya terasa panas, dan meriang, klien tampak lemas,
hasil palpasi tubuh klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering, wajah tampak
merah, dengan hasil vital sign : TD : 110/70 mmHg, RR : 22x/menit, HR : 86/menit,
Temp : 39 C.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan makanan tidak
adekuat ditandai dengan klien mengatakan selera makan menurun, karna saat
menelan terasa sakit, perut tidak terasa enak, diet yang disajikan hanya habis porsi
saja, klien tampak bermalas-malas saat makan, klien mual dan muntah, TB : 165 Cm,
BBL : 50 kg, BB sekarang 45 kg, keadaan umum klien lemah, palpasi perut
kembung.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan factor internal stress psikologis ditandai
dengan klien mengatakan takut akan penyakitnya, klien sering terbangun tengah
malam, klien tampak pucat, tidur malam 5 jam, tidur siang 2 jam, klien sering
menguap pada malam hari.
4. Intoleransi aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan umum ditandai
dengan klien mengatakan mudah lelah setelah melakukan aktivitas, klien tampak
lemah, pemenuhan aktivitas sehari-hari seperti nutrisi, eleminasi dank klien sering
berkeringat.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi ditandai dengan klien mengatakan tidak mengerti
tentang penyakitnya dan pengobatannya, klien tampak agak bingung, klien sering
bertany-tanya apakah penyakitnya akan sembuh seperti sedia kala.



3.4 ASUHAN KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Kekurangan cairan
volume tubuh
berhubungan
dengan tidak
adekuat ditandai
dengan klien
mengatakan
seluruh tubuhnya
Demam hilang
dengan criteria
hasil :
- Klien tampak
lebih baik,
mukosa bibir
lembab.
- Suhu tubuh
- Pantau tanda-tanda
vital sign tiap satu
jam.
- Beri kompres air
hangat pada kening,
ketiak dan lipatan
paha.

- Untuk mengetahui
keadaan umum klien
- Mengompres dengan
air hangat dapat
membuat Vasodilasi
pori-pori sehingga
membantu
menurunkan demam
- Mengukur tanda-
tanda vital klien

- Mengompres klien
dengan air hangat di
daerah kening,
ketiak dan paha.

Tanggal 08 Des 2010
S : Klien mengatakan suhu
tubuhnya telah
menurun.
O : :- Klien tampak segar
dan ceria, TD :
120/80mmHg, RR : 20
x/menit, HR : 80
panas dan
meriang, klien
tampak lemah,
hasil palpasi tubuh
klien panas dan
berkeringat,
mukosa bibir
kering, wajah
tampak merah
dengan hasil vital
sign : TD : 110/70
mmHg, RR : 20
x/menit, Temp :
38C
dalam batas
normal 37C





- Beri klien minum air
hangat.




- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
antipiretik dan anti
biotik.
- Kolaborasi dengan
dokter cara
pemberian terapi
cairan infus ( IVFD).
dan mengganti
cairan yang hilang.
- Minum yang banyak
dapat membantu
menrunkan demam
dan mengganti
cairan yang hilang.
- Obat antipiretik
dapat menurunkan
demam dan
antibiotik untuk
mengatasi infeksi
- Cairan infus berguna
untuk memenuhi
kebutuhan cairan
dalam tubuh.




- Memberi klien
minum air hangat.






- Sesuai dengan hasil
kolaborasi dokter
memberikan
paracetamol 3 x1
mg/hari, cipro 2x 1
- Sesuai dengan hasil
kolaborasi
pemasangan infus
RL 20 gtt/menit.
x/menit, Temp : 37C.
A : Masalah teratasi
sebagian.
kriteria hasil
- :- Klien tampak segar dan
ceria, TD :
120/80mmHg, RR : 20
x/menit, HR : 80
x/menit, Temp : 37C.
P : Intervensi dilanjutkan


2. Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubunagn
dengan masukan
makanan tidak
adekuat ditandai
dengan selera
makan menurun
karena saat
menelan terasa
sakit, diet yang
disajikan hanya
habis porsi,
Kebutuhan
nutrisi adekuat
dengan criteria
hasil :
- Mual hilang
- Diet yang yang
disajikan habis.
- Keadaan umum
klien baik.
- Timbang berat badan
klien setiap hari.
- Kaji pemenuhan
nutrisi klien.


- Kaji penyebab klien
tidak selera makan.



- Beri klien makan
dalam porsi kecil
tetapi sering.
- Untuk mengetahui
perubahan berat
badan klien.
- Untuk mengetahui
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
klien.
- Untuk membantu
perawat dalam
membuat rencana
tindakan sesuai
dengan masalah
klien.
- Untuk menghindari
- Menimbang berat
badan klien setiap
hari
- Mengkaji
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
klien
- Mengkaji penyebab
klien tidak selera
makan


- Memberi klien
makan dalam porsi
Tanggal 08 Des 2010
S : Klien mengatakan
sudah mulai selera
makan karena mual
sudah mulai berkurang.
O : - Nafsu makan mulai
meningkat
- Diet yang disajikan
sudah habis 1 porsi
- Mual hilang, BB : 50
kg, TB : 165 cm.
A : Masalah Teratasi
sebagian.
Kriteria hasil
klien tampak
bermalas-malasan
saat makan klien
mual dan muntah,
TB : 165 cm, BBL
: 50 kg, BB
sekarang : 45 kg,
Keadaan umum
klien lemah
palpasi perut
kembung.

- Sajikan makanan
dalam keadaan
hangat dan
bervariasi.
- Auskultasi daerah
abdomen klien.

- Kolaborasi dengan
dokter ahli gizi
dalam pemberian
diet.
mual.


- Untuk meningkatkan
selera makan klien.

- Untuk mengetahui
peristaltik usus
klien.
- Untuk mengetahui
jenis diet yang
sesuai dengan
kebutuhan klien.
kecil tetapi sering.
- Menghidangkan
makanan dalam
keadaan hangat dan
menarik.
- Mengauskultasi
daerah abdomen
klien.
- Mengkolaborasikan
jenis diet oleh dokter
ahli gizi.

- Nafsu makan mulai
meningkat
- Diet yang disajikan
habis 1 porsi.
P : Intervensi dilanjutkan.

3. Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan factor
internal stress
psikologis ditandai
dengan klien
mengatakan takut
akan penyakitnya,
klien sering
terbangun tengah
malam, klien
tampak pucat,
tidur malam
5jam, tidur siang
2 jam/hari, klien
sering menguap
pada siang hari.
Kebutuhan
istirahat tidur
terpenuhi
dengan kriteria
hasil :
- Klien dapat
tidur nyenyak.
- Tidur malam 7-
8 jam.
- Klien tampak
segar.
- keadaan umum
tampak baik.

- Kaji pemenuhan
kebutuhan istirahat
tidur klien.
- Jelaskan pada klien
akan pentingnya
istirahat tidur.

- Kaji keaadan umum
klien.

- Kaji penyebab klien
tidak dapat tidur.
- Kaji jumlah jam
tidur klien dalam 1
hari.
- kaji kwalitas tidur
klien.
- kaji selera dan
lingkar hitam di
sekitar mata.

- Untuk mengetahui
istirahat tidur klien
yang adekuat.
- Untuk membantu
pemenuhan
kebutuhan istirahat
tidur klien.
- Untuk mengetahui
tingkat kesehatan
klien.
- Untuk mengetahui
istirahat tidur yang
seimbang.
- Untuk mengetahui
jam tidur yang
normal.
- Untuk mengetahui
istirahat tidur.
- Untuk mengetahui
istirahat tidur yang
cukup.
- Mengkaji kebutuhan
istirahat tidur klien
- Menjelaskan pada
klien pentingnya
istirahat tidur.

- Mengakaji keadaan
umum klien

- Mengkaji klien tidak
bisa tidur

- Mengkaji jumlah jam
tidur klien dalam 1
hari
- Mengkaji kwalitas
tidur klien.
- Megkaji selera dan
lingkar hitam
disekitar mata klien.
- Memberikan
Tanggal 08 Des 2010
S : Klien Mengatakan
mulai bisa tidur
nyenyak.
O : - Tidur malam 6-7 jam
- Klien sekali terbangun
pada malam hari.
- Sklera mata berwarna
putih
A : Masalah sebagian
teratasi
kriteria hasil
- Tidur malam 6-7 jam
- Klien sekali terbangun
pada malam hari.
- Sklera mata berwarna
putih.
P : Intervensi dilanjutkan.


- berikan kompres
hangat pada daerah
perut.

- Anjurkan pada klien
berdoa sebelum
tidur.


- Berikan suasana
lingkungan yang
nyaman.

- Untuk
menghilangkan rasa
nyeri pada daerah
perut klien.
- Memberi rasa
nyaman dan
meningkatkan
mekanisme koping.
- Untuk membantu
pemenuhan istirahat
tidur.
kompres hangat pada
daerah abdomen
klien.
- Menganjurkan pada
klien untuk berdoa,
sesuai dengan agama
yang dianutnya.
- Memberikan suasana
lingkungan yang
nyaman.
4. Intoleransi
aktivitas sehari-
hari berhubungan
dengan kelemahan
umum ditandai
dengan klien
mengatakan
mudah lelah
setelah melakukan
aktivitas sehari-
hari seperti nutrisi,
eliminasi dank lien
sering berkeringat.
Gangguan
aktivitas
teratasi, dengan
kriteria hasil :
- Klien mampu
melakukan
aktivitasnya
tanpa bantuan
orang lain.
- Kaji kemampuan
klien dalam
melakukan aktivitas.
- Bantu klien dalam
melakukan aktivitas.


- Anjurkan tehnik
menghemat energy

- Anjurkan pada klien
untuk istirahat yang
adekuat.
- Mencegah terjadinya
kelelahan yang
berlebihan.
- Mencegah terjadinya
kelelahan otot saat
melakukan aktivitas.
- Mendorong klien
untuk mencegah
kelemahan.
- Istirahat yang cukup
dapat mempercepat
penyembuhan
penyakitnya.
- Mengkaji
kemampuan klien
dalam melakukan
aktivitas
- Membantu klien
dalam melakukan
aktivitas semenimal
mungkin
- Menganjurkan tehnik
hemat energy pada
klien.
- Menganjurkan
kepada klien untuk
istirahat secara
adekuat

Tanggal 08 Des 2010
S : Klien mengatakan
mulai dapat melekukan
aktivitasnya sendiri.
O : - Klien mulai dapat
melakukan aktivitas
sendiri seperti BAB,
BAK, dan mengganti
pakaian.
- Klien tampak rileks
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
5. Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
dan
pengobatannya
berhubungan
Pengetahuan
klien bertambah
tentang
penyakitnya
dengan criteria
hasil :
- Ajak klien
berkomunikasi
tentang pengetahuan
klien dengan
menanyakan proses
pengobatannya.
- Dengan mengkaji
tingkat pengetahuan
klien, diharapkan
klien mengerti
tentang proses
pengobatan
- Mengajak klien
berkomunikasi
tentang tingkat
pengetahuan klien
dengan menanyakan
pendidikannya.
Tanggal 08 Des 2010
S : Klien Mengatakan
sudah mengerti tentang
proses penyakit dan
pengobatannya.
O : - Klien sudah mengerti
dengan kurangnya
sumber informasi
ditandai dengan
klien mengatakan
tidak mengerti
tentang penyakit
dan
pengobatannya,
klien tampak agak
bingung, klien
sering bertanya-
tanya apakah
penyakitnya akan
sembuh seperti
sediakala.
- Klien tidak
bertanya lagi
tentang
penyakit dan
pengobatannya.
- Klien
mengerti
tentang proses
pengobatan dan
perawatan
penyakitnya.
- Ciptakan lingkungan
saling percaya
dengan klien yaitu
dengan cara
memperkenalkan
diri dan terus
mendampingi klien/
mengadakan
pendekatan.

- Informasikan pada
klien tentang
penyakitnya,
penyebab dan
pengobatannya.

- Jelaskan pada
keluarga secara
berkelanjutan bahwa
penyakitnya bisa
lebih membaik jika
klien tetap menjaga
kebersihan :diet MII
dan minum obat
teratur.
penyakitnya.

- Untuk mendapatkan
informasi yang
adekuat dari klien
tentang penyakitnya.





- Untuk menambah
pengetahuan klien
tentang penyakitnya.


- Dengan memberikan
dukungan
diharapkan klien
yakin bahwa
penyakitnya akan
sembuh.

- Menciptakan
lingkungan saling
percaya dengan klien
yaitu dentgan cara
memperkenalkan diri
dan terus
mendampingi
klien/ mengadakan
pendekatan.
- Menginformasikan
pada klien tentang
proses penyakitnya,
penyebab, dan
pengobatannya.
- Menjelaskan pada
keluarga secara
berkelanjutan bahwa
penyakitnya bisa
lebih jika klien tetap
menjaga kebersihan :
diet MII : dan
minum obat teratur.
tentang proses penyakit
dan pengobatannya
- Klien tampak tenang
pada waktu diajak
berbicara.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.






BAB IV
PENUTUP
Dari hasil pengkajian sampai dengaan evaluasi keperawatan yang dilakukan
kepada An. N. dengan gangguan system pencernaan : Thypoid fever di Ruang Catalia
RSU. IPI. Medan, antara teoritis dan kasus, maka pada kesempatan ini penulis akan
menarik beberapa kesimpulan dan memberikan beberapa saran sesuai dengan
penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada klien sebagai berikut :

4.1 KESIMPULAN
1. Pengkajian dilakukan berdasarkan teori Doenges, Pengkajian dilakukan terhadap
aktivitas/istirahat, sirkulasi, integrita ego, eliminasi makanan/cairan, hygine,
nyeri/kenyamanan, keamanan, seksualitas dan interaksi social.
2. Mengkaji klien gangguan system pencernaan didapatkan keluhan seperti demam,
muntah, nafsu makan menurun, data ini dapat di kumpulkan karena adanya kerjasama
yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
3. Perencanaan keperawatan yang penting untuk klien thypoid Fever adalah anjuran os
banyak istirahat, melaksanakan program therapy pengobatan.
4. Pelaksaan tindakan keperawatan pada klien Thypoid Fever dititik beratkan supaya
klien mendapat istirahat yang cukup dan memberikan obat secara teratur.
5. Pada tahap evaluasi yang diperoleh setelah perawatan selama di RSU. IPI Medan pada
Ny. S masalah yang didapat sehingga sebagian teratasi dengan baik dianjurkan
kepada klien untuk mengontrol tekanan darahnya ke Rumah sakit secara rutin.



4.2 SARAN
1. Pada perawat diharapkan agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan diruangan
pada klien dan mampu melaksanakan keperawatan sehingga tercapai asuhan
keperawatan yang optimal, serta kepada keluarga klien diharapkan dapat bekerja
sama agar perawat mendapatkan informasi yang akurat tentang kondisi klien.
2. Dalam menentukan diagnose keperawatan yang tepat pada klien dengan thypoid
fever harus diperhatikan sifat masalah keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham Maslow namun prioritas masalah kesehatan ini dapat
bersifat fleksibel sesuai situasi dan kondisi kasus.
3. Dalam merencanakan tindakan keperawatan yang tepat harus mengarah kepada tujuan
yang akan dicapai dan hendaknya perencanaan direncanakan sesuai dengan kondisi
dan situasi kasus.
4. Berhasilnya pelaksanaan keperawatan keperawatan tergantung pada adanya kerjasama
yang baik antara perawat dam tim kesehatan lainnya.
5. Diharapkan terhadap mahasiswa/I dan perawat ruangan dapat bekerjasama dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan di ruangan baik dimulai sejak pembuatan asuhan
keperawatan.
6. Diharapkan terhadap Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia supaya melengkapi
fasilitas Rumah Sakit, antara lain, pagar tempat tidur pasien diruang bangsal,
barometer dan alat-alat medis lainnya, agar mampu menghadapi persaingan di era
globalisasi.
7. diharapkan kepada dosen dan clinical instruktur di institusi dapat meningkatkan ilmu
keperawatan pada masa yang akan dating.




DAFTAR PUSTAKA


Doenges Marilynn, E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi VII, Jakarta,
EGC.

Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid I, Jakarta,
EGC.

Ngatisyah, 1999, Perawatan Anak Sakit, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran,
ECG.

Zulkarnain Iskandar, 2006, Pertemuan Ilmia Tahun I lmu Penyakit Dalam,
Jakarta ECG.






LAMPIRAN II
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari : I
Nama : An. N Diagnosa : Demam
Thypoid
Umur : 18 tahun Ruangan : Catalia

Hari/
Tanggal
No Diagnosa IMPLEMENTASI EVALUASI
Senin
06-12-2010
1








2






3








Pukul : 07.30 wib
- Mengukur tanda-tanda
vital klien
- Mengompres klien
dengan air hangat di
daerah kening, ketiak
dan paha.
- Memberi klien banyak
minum air hangat.
Pukul : 08.00 wib
- Sesuai dengan hasil
kolaborasi dokter
memberikan
paracetamol 3 x 1
mg/hari, cipro 2 x 1 dan
pemasangan infuse Rl 20
gtt/menit.
Pukul 08.25 wib
- Menimbang berat badan
klien setiap hari.
- Mengkaji pemenuhan
kebutuhan nutrisi klien
- Mengkaji penyebab klien
tidak selera makan
- Menghidangkan
S : Klien mengatakan
tubuhnya panas, tidak
selera makan karena
mual, tidak bias tidur
karena adanya nyeri pada
daerah perut, tidak dapat
melakukan aktivitasnya
sendiri, dank lien belum
mengerti tentang proses
penyakit dan
pengobatannya.
O : - Klien tampak lemah TD :
110/70 mmhg,
RR : 22 x/menit,
HR : 86 x/menit,
Temp : 39C
- Infus RL : 20 gtt/menit
terpasang di tangan kiri
klien.
- Diet MII yang disajikan
habis porsi, nafsu
makan menurun.
- Mual (+), BB : 45 kg, TB
: 165 cm.
- Klien tampak lemah dan

4








5







6















makanan dalam keadaan
hangat dan menarik.
Pukul : 09.00 wib
- Mengkaji kebutuhan
istirahat tidur klien.
- Mengkaji keadaan umum
klien.
- Mengkaji klien tidak
bias tidur.
- Mengkaji jumlah jam
tidur klien dalam 1 hari.
Pukul 09.30 wib
- Mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan
aktivitas.
- Semenimal mungkin.
- Menganjurkan kepada
klien untuk istirahat
secara adekuat.
Pukul 10.30 wib
- Mengajak klien
berkomunikasi tentang
tingkat pengetahuan
klien dengan
menanyakan
pendidikannya
- menciptakan lingkungan
saling percaya dengan
klien yaitu dengan cara
memperkenalkan diri
dan terus mendampingi
klien/ mengadakan
pendekatan.
- Menginformasikan pada
pucat
- Tidur malam 5 jam,
sering terbangun pada
malam hari.
- Klien dibantu
sepenuhnya oleh perawat
dan melakukan aktivitas
seperti kekamar mandi,
BAB, BAK dan
mengganti pakaian.
- Klien tampak gelisah
pada waktu di ajak
berbicara.
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
7





8
klien tentang proses
penyakitnya, penyebab,
dan pengobatannya.
Pukul : 11.30 wib
- Mengkaji tingkat nyeri
pada klien.
- Memberikan kompres
panas atau dingin pada
area yang sakit.
Pukul 12.30 wib
- Mengkaji respon klien
terhadap tindakan
pengendalian nyeri.
- Memberikan aktivitas
pengaliha sesuai dengan
kemampuan klien.






CATATAN PERKEMBANGAN

Hari : II
Nama : An. N Diagnosa : Demam
Thypoid
Umur : 18 Tahun Ruang : Catalia

Hari/
Tanggal
No. Diagnosa IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa
07-12-2010
1


Pukul : 07.30 wib
- Mengukur tanda-tanda
vital klien
S : Klien mengatakan
panasnya telah berkurang,
sudah mulai selera makan






2







3









4








5
- Mengompres klien
dengan air hangat di
daerah kening, ketiak
dan paha.
- Memberi klien banyak
minum air hangat.
Pukul : 08.00 wib
- Sesuai dengan hasil
kolaborasi dokter
memberikan
paracetamol 3 x 1
mg/hari, cipro 2 x 1 dan
pemasangan infuse RL
20 gtt/menit.
Pukul : 08.25 wib
- Menimbang berat badan
klien setiap hari.
- Mengkaji Pemenuhan
kebutuhan nurtrisi klien
- mengkaji penyebab
klien tidak selera makan
- Menghidangkan
makanan dalam keadaan
hangat dan menarik
Pukul 09.00 wib
- Mengkaji kebutuhan
istirahat tidur klien
- Mengkaji keadaan
umum klien
- Mengkaji klien tidak
bias tidur
- Mengkaji jumlah jam
tidur klien dalam 1 hari.
Pukul : 09.30 wib
karena mual sudah mulai
berkurang, mulai bisa
tidur nyenyak, mulai
dapat melakukan aktivitas
sendiri, dank lien mulai
mengerti tentang proses
penyakit dan
pengobatannya.
O : - klien menunjukan
peningkatan kekuatan TD
: 110/70 mmHg, RR : 20
x/menit, temp : 38C
- Infus RL : 20 gtt/menit
terpasang di kiri klien.
- Diet yang disajikan habis
porsi, nafsu makan
mulai bertambah.
- Mual (-), BB : 46 kg, TB :
165 cm.
- Klien menunjukan
peningkatan kekuatan otot
- Tidur malam 6 jam
- Klien sekali terbangun
pada malam hari.
- Sclera masih agak
kemerah-merahan.
- Klien masih dibantu oleh
sebagian perawat dan
keluarga dalam
melakukan aktivitas
seperti ke kamar mandi,
BAB, BAK, dan
mengganti pakaian.
- Klien masih mengajukan









6

















7





8
- Mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan
aktivitas
- membantu klien dalam
melakukan aktivitas
semenimal mungkin
- Menganjurkan kepada
klien untuk istirahat
secara adekuat
Pukul : 10.30 wib
- Mengajak klien
berkomunikasi tentang
tingkat pengetahuan
klien dengan
menanyakan
pendidikannya.
- Menciptakan lingkungan
saling percaya dengan
klien yaitu dentgan cara
memperkenalkan diri
dan terus mendampingi
klien/ mengadakan
pendekatan.
- Menginformasikan pada
klien tentang proses
penyakitnya, penyebab,
dan pengobatannya.
Pukul : 11.30 wib
- Mngkaji tingkat nyeri
pada klien
- Memberikan kompres
panas atau dingin pada
area yang sakit.
Pukul : 12.30 wib
beberapa pertanyaan
tentang proses penyakit
dan pengobatannya.
- Klien tampak tenang pada
waktu diajak berbicara.
A : Masalah sebagian
teratasi.
P : Intervensi di
lanjutkan.
- Mengkaji respon klien
terhadap tindakan
pengendalian nyeri
- Memberikan aktivitas
pengalihan sesuai
dengan kemampuan
klien.



CATATAN PERKEMBANGAN

Hari : III
Nama : An. N Diagnosa : Demam
Thypoid
Umur : 18 Tahun Ruang : Catalia

Hari/
Tanggal
No. Diagnosa IMPLEMENTASI EVALUASI
Rabu
08-12-2010

1














Pukul : 07.30 wib
- Mengukur tanda-tanda
vital klien
- Mengompres klien
dengan air hangat di
daerah kening, ketiak
dan paha.
- Memberi klien minum
air hangat.
Pukul : 08.00 wib
- Sesuai dengan hasil
kolaborasi dokter
memberikan
paracetamol 3 x1
mg/hari, cipro 2x 1 dan
S : Klien mengatakan suhu
tubuhnya menurun, sudah
selera makan, klien mulai
dapat melakukan
aktivitasnya sendiri dan
klien sudah mengerti
tentang proses penyakit
dan pengobatannya.
O :- Klien tampak segar dan
ceria, TD : 120/80mmHg,
RR : 20 x/menit, HR : 80
x/menit, Temp : 37C.
- Diet yang disajikan sudah
habis 1 porsi
- Nafsu makan mulai

2








3










4









5


pemasangan infus RL
20 gtt/menit
Pukul 08.25 wib
- Menimbang berat badan
klien setiap hari
- Mengkaji pemenuhan
kebutuhan nutrisi klien
- Mengkaji penyebab
klien tidak selera makan
- Menghidangkan
makanan dalam keadaan
hangat dan menarik
Pukul 09.00 wib
- Mengkaji kebutuhan
istirahat tidur klien
- Mengakaji keadaan
umum klien
- Mengkaji klien tidak
bisa tidur
- Mengkaji jumlah jam
tidur klien dalam 1 hari
Pukul 09.30 wib
- Mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan
aktivitas
- Membantu klien dalam
melakukan aktivitas
seminimal mungkin
- Menganjurkan kepada
klien untuk istirahat
secara adekuat
Pukul 10.30 wib
- Mengajak klien
berkomunikasi tentang
meningkat
- Mual hilang, BB : 50 kg,
TB : 165 cm.
- Tidur malam 6-7 jam
- Sklera mata berwarna
putih
- Klien mulai dapat
melakukan aktivitas
sendiri seperti BAB,
BAK, dan mengganti
pakaian
- Klien tidak bertanya-tanya
lagi tentang penyakitnya
- Klien tampak rileks
- Klien sudah mengerti
tentang proses penyakit
dan pengobatannya
- Klien tampak tenang pada
waktu diajak berbicara
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan














tingkat pengetahuan
klien dengan
menanyakan
pendidikannya
- Menciptakan lingkungan
saling percaya dengan
klien yaitu dengan cara
memperkenalkan diri
dan terus mendampingi
klien atau mengadakan
pendekatan.
- Menginformasikan pada
klien tentang proses
penyakitnya, penyebab
dan pengobatannya.

Anda mungkin juga menyukai