Pemeriksaan terhadap pasien meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terdiri atas
keadaan umum, kondisi ekstra oral dan intra oral.
Dari anamnesis dapat diketahui mekanisme trauma, yang berguna untuk mengetahui ada tidaknya fraktur di bagian tubuh lain. Keadaan umum pasien dengan fraktur dentoalveolar yang berdiri sendiri biasanya baik, dengan kesadaran kompos mentis. Apabila disertai cedera kepala dan fraktur serta vulnus di bagian tubuh lain yang dapat menimbu lkan gangguan pernafasan, sirkulasi, atau neurologi, maka kesadaran dapat menurun. Pada pemeriksaan ekstra oral dapat ditemukan asimetri wajah berupa bengkak di bibir, hematoma, abrasi, dan laserasi. Kedalaman laserasi sebaiknya diperiksa untuk mengetahui apakah ada struktur vital yang terlibat, seperti duktus kelenjar parotis atau nervus fasialis. Pemeriksaan intra oral meliputi jaringan lunak dan jaringan keras. Trauma di anterior biasanya mengakibatkan kerusakan bibir yang parah. Hematoma sering ditemukan dan pada palpasi dapat teraba kepingan gigi atau benda asing yang tertanam di jaringan lunak. Bibir bawah dapat tergigit sehingga terjadi laserasi. Bila gigi avulsi, pada gingiva akan tampak luka seperti bekas ekstraksi. Selain itu bisa ditemukan juga laserasi gingiva dan deformitas tulang alveolar. Pada anterior mandibula dapat terjadi degloving, yaitu sobekan horisontal di sulkus labialis pada perbatasan attached dan freegingiva, bila pasien jatuh tertelungkup dan terseret ke depan. Sobekan terjadi diperiosteum dan pada kasus yang parah saraf mentalis dapat terbuka. Pemeriksaan radiografis yang paling sering digunakan untuk evaluasi fraktur dentoalveolar adalah foto dental dan panoramic