Anda di halaman 1dari 12

A.

DEFINISI
Meningitis purulenta atau meningitis bakterial akut adalah keadaan gawat darurat
yang ditandai dengan inflamasi dari selaput meningens sebagai respon dari infeksi
bakteri. Pada umumnya meningitis purulenta timbul sebagai komplikasi septikemia
(6,8)
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini penyebarannya seluruh dunia dan mengenai semua ras. Kejadiannya
antara ! " kejadian setiap #$$.$$$ orang per tahun, dapat menyerang neonatus, bayi,
anak dan dewasa
(%,6,8)
C. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari penyakit ini pada anak adalah &
'
Meningokokus
'
(aemophilus influen)ae *ipe b
'
Pneumokokus
()
i.

Meningokokus (Neisseria meningitidis)
+da 6 serogroup dari bakteri ini yang dapat mengakibatkan meningitis berat, yaitu
+, ,, -, ., /, 0+1 2'#%. Meningitis meningokokus dapat sporadis atau kasus dapat
terjadi pada epidemi. ,ila tidak ada epidemi, kebanyakan infeksi terjadi oleh grup ,.
3pidemi biasanya disebabkan oleh grup + dan -. kasus terjadi sepanjang tahun, namun
meningkat pada musim dingin dan musim semi. Kebanyakan infeksi pada anak didapat
dari kontak pada fasilitas perawatan, dari anggota keluarga, atau dari smua penderita
penyakit meningokokus.
(,8)
ii. Haemophilus influenzae *ipe b
0apat ditemukan dalam tenggorok atau nasofaring hingga 8$4 pada anak dan
dewasa. Pengidap (.influen)ae *ipe b terutama pada usia # bulan sampai 5 tahun.
6ejak ditemukannya 7aksin (i,, angka terjadinya meningitis akibat (.influen)ae
menurun, bahkan hingga "4 di +merika 6erikat, namun hanya 584 anak dari seluruh
dunia, sebagian besar dari negara sedang berkembang, yang memiliki akses untuk
program imunisasi (ib. Pada anak yang tidak di7aksinasi (i,, infeksi sering terjadi
pada usia 8 bulan hingga 8 tahun.
(,8)
iii. Pneumokokus (Streptococcus pneumonia)
Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering menyerang bayi di
bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri Pneumokokus %,5 kali
lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan yang berkulit putih.faktor resiko yang
#
berpengaruh untuk infeksi oleh bakteri ini diantaranya otitis media, sinusitis,
pneumonia, otorrhea atau rhinorrea 9airan serebrospinal.
()
:eferensi &
(8,%,,6)
D. PATOFISIOLOGI
Penularan kuman dapat terjadi se9ara kontak langsung dengan penderita dan droplet
infection yaitu terkena per9ikan ludah, dahak, ingus, 9airan bersin dan 9airan
tenggorok penderita. 6aluran nafas merupakan port dentree utama pada penularan
penyakit ini. ,akteri'bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara
dari pernafasan dan sekresi'sekresi tenggorokan yang masuk se9ara hematogen
(melalui aliran darah) ke dalam 9airan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.
(6)
Penyebaran bakteri dapat pula se9ara perkontinuitatum dari peradangan organ atau
jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya +bses otak, ;titis Media,
Mastoiditis, *rombosis sinus ka7ernosus dan 6inusitis. Penyebaran kuman bisa juga
terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.
(6)

<n7asi kuman'kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada
pia dan araknoid, -airan 6erebrospinal dan sistem 7entrikulus.
(6)
,akteri masuk ke -airan 6erebrospinal melalui pleksus khoroideus 7entrikel
lateralis dan meningen. Kemudian bersirkulasi ke -airan 6erebrospinal ekstraserebral
dan sela subara9hnoid kemudian bermultiplikaasi. =aktor kemotaktik kemudian
mendorong respon radang lokal yang ditandai dengan infiltrasi sel polimorfonuklear.
+danya lipo polisakarida dinding sel bakteri (endotoksin) bakteri gram negati7e
((.inflien)ae tipe b, 1. meningitides) dan komponen dinding sel pneumokokus (asam
tekihoat, peptidoglikan) merangsang respon radang dengan memproduksi *1=, <>'#,
Prostaglandin 3, dan mediator radang sitokin lain, kemudian terjadi infiltrasi neutrofil,
8
Etiologi Meningitis Purulenta Akuta Menurut Urutan Frekuensi
(!
1eonatus ,ayi dan anak 0ewasa
3. -oli
6treptokokus
6tafilokokus
Pneumokokus
(. influen)a
Meningokokus
Pneumokokus
3. -oli
6treptokokus
Pneumokokus
Meningokokus
6tafilokokus
6treptokokus
(. influen)a
kemudian pemingkatan permeabilitas 7askuler, perubahan sawar darah otak, dan
thrombosis 7askuler. 0an akan mengakibatkan sekuele radang kronis meningitis
purulenta. Proses radang dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan
degenerasi neuron'neuron. *rombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino'
purulen menyebabkan kelainan saraf kranial.
(6)
E. MANIFESTASI "LINIS
Mulainya meningitis akut mempunyai dua pola dominan. Mulai mendadak, dengan
9epat manifestasi syok progresif, purpura, koagulasi intra7askuler tersebar, dan
kesadaran berkurang se9ara progresif, dramatis dan sering menunjukkan sepsis
meningokokus mematikan? manifestasi ini dapat berkembang menjadi kematian pada
85 jam.
()

Meningitis H. influenzae tipe b atau pneumokokus jarang mun9ul sebagai infeksi
yang dengan 9epat memburuk. Meningitis karena H. infulenzae tipe b atau
pneumokokus, dan beberapa kasus meningitis meningokokus, didahului dengan gejala'
gejala infeksi saluran pernapasan atas atau gastrointestinal.
()
*anda'tanda nonspesifik adalah demam (ada pada @$'@4 kasus), anoreksia dan
nafsu makan buruk, gejala infeksi saluran pernapasan atas, mialgia, artralgia,
takikardia, hipotensi dan berbagai tanda'tanda kulit, seperti petekie, purpura, atau ruam
makula eritematosa.
()
<ritasi meningeal tampak sebagai kaku kuduk, nyeri pinggang, tanda Kernig, dan
Brudzinski. Pada beberapa anak, terutama pada mereka yang usianya kurang dari #8'#8
bulan, tanda'tanda ini tidak nyata.
()

Kenaikan tekanan intrakranial ditandai dengan nyeri kepala, muntah, fontanela
9embung atau diastasis (pelebaran) sutura, paralisis saraf okulomotor atau abdusens,
hipertensi dengan bradikardia, apnea dan hiper7entilasi, sikap dekortikasi atau
deserebrasi, stupor, koma, atau tanda'tanda herniasi. Papil edema jarang pada
meningitis yang tidak terkomplikasi dan akan mengesankan proses lebih kronis, seperti
adanya abses intrakrnial, empiema subdural, atau penyumbatan sinus 7enosus dura.
*anda'tanda neurologis setempat biasanya karena penyumbatan 7askuler. 1europati
kranial saraf okuler, okulomotorius, abdusen, fasialis, dan auditorius juga dapat terjadi
karena radang setempat. Keseluruhan, sekitar #$'8$4 anak dengan meningitis bakteria
mempunyai tanda'tanda gangguan neurologis setempat. =rekuensi ini bertambah
%
sampai A%$4 pada meningitis pneumokokus, karena bakteri ini 9enderung merangsang
respons radang yang paling hebat.
()
Kejang'kejang (setempat atau menyeluruh) karena serebritis, infark, atau gangguan
elektrolit, ditemukan pada 8$'%$4 penderita dengan meningitis, lebih sering
ditemukan pada penerita dengan meningitis H. influenzae dan pneumokokus daripada
penderita dengan infeksi meningokokus. Kejang yang menetap sesudah hari ke'5 sakit
dan sukar diobati dihubungkan dengan prognosis yang jelek.
()
Perubahan status mental dan penurunan kesadaran sering dijumpai pada penderita
dengan meningitis dan kemungkinan disebabkan karena peningkatan tekanan
intrakranial, serebritis atau hipotensi Penderita koma mempunyai prognosis yang
buruk? tanda ini ditemukan lebih sering pada infeksi pneumokokus atau meningokokus
daripada pada meningitis karena H. Influenzae.
()

F. PEME#I"SAAN PENUN$ANG
Pungsi lumbal pada meningitis bakterial akut yang tidak diterapi akan
menunjukkan &
'
-airan serebrospinal keruh
'
Peningkatan tekanan 9airan serebrospinal
'
leukositosis polimorfik (ratusan atau ribuan sel per B> )
'
Peningkatan konsemtrasi protein (lebih dari #gC>)
'
Konsentrasi glukosa rendah (kurang dari setengah konsentrasi glukosa dalam
darah, tetapi seringkali tidak terdeteksi)
(%)
Pungsi lumbal harus dilakukan bila di9urigai adanya meningitis bakterial.
Kontraindikasi pungsi lumbal segera adalah&
(#) bukti adanya kenaikan tekanan intrakranial (selain dari pen9embungan
fontanella), seperti kelumpuhan saraf kranial ke'% atau ke'6 dengan penurunan tingkat
kesadaran, atau hipertensi dan bradikardia dengan kelainan pernapasan
5
(8) gangguan kardiopulmonal berat yang memerlukan 9ara'9ara resusitasi segera
untuk syok atau pada penderita yang adanya posisis untuk pungsi lumbal akan
mengganggu lebih lanjut fungsi kardiopulmonal
(%) infeksi kulit yang menutupi tempat pungsi lumbal
()
*emuan >-6 (>iDuor -erebrospinalC9airan serebrospinal) pada berbagai infeksi
Pen%akit Tekanan LCS Protein &itung sel Glukosa
Meningitis
bakterialis
Meningkat Meningkat sedang
sampai tinggi
A$ PM1 :endah
Meningitis 7irus 1ormal Meningkat sedikit
atau normal
>imfosit 1ormal
Meningitis
tuberkulosis
Meningkat
1ormal
Meningkat sedang Pleositosis atau
limfositosis
:endah
3nsefalitis Meningkat atau
normal
Meningkat sedikit
atau normal
>imfositosis 1ormal
Meningitis maligna Meningkat sedikit
atau normal
Meningkat Meningkat& baik
limfosit reaktif atau
sel'sel maligna
:endah

:eferensi&
(,6,8)
;rganisme kausatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan gram atau dengan
kultur atau teknik mole9ular tertentu.
Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi&
o (itung darah lengkap (neutrofilia)
o Pemeriksaan koagulasi (koagulasi intra7as9ular disseminataC0<-)
o 3lektrolit (hiponatremia)
o Kultur darah (dapat positif walaupun 9airan serebrospinal steril)
o :adiografi dada dan 9ranium untuk mengidentifikasi sumber infeksi primer
(%)

P-: dapat digunakan untuk diagnostik, karena sangat sensitif dan spesifik
untuk molekul tertentu. P-: adalah metode yang paling efektif untuk mendeteksi
bakteri, terutama ketika pewarnaan Eram dan kultur >-6 tidak menunjukkan adanya
organisme. P-: dapat juga digunakan untuk diagnostik pada saat pasien telah diobati
dengan antibiotik, karena mikroorganisme yang mati dan hidup, keduanya dapat
dideteksi.
(")
G. DIAGNOSIS
0iagnosis meningitis purulenta ditegakkan dari anamnesis serta pemeriksaan fisik dan
dibantu oleh pemeriksaan laboratorium serta radiologis. 6aat datang ke rumah sakit,
kebanyakan pasien telah mengalami meningitis selama #'" hari. Eejala yang dialami
termasuk demam, konfusi, muntah, nyeri kepala, serta kekakuan pada leher.

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya demam dan tanda'tanda infeksi


parameningeal sistemik, seperti abses kulit atau otitis. :uam petekie dijumpai pada $'
6$4 pasien dengan meningitis N meningitides. *anda rangsang meningeal dijumpai pada
sekitar 8$4 kasus.
0iagnosis meningitis purulenta diperkuat dengan analisis 9airan serebrospinal, yang
menunjukan mikroorganisme pada pewarnaan Eram dan biakan, pleositosis neutrofil,
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar glukosa. Pungsi lumbal harus dilakukan bila
di9urigai adanya meningitis bakteria. -* s9an untuk bukti adanya abses otak atau
kenaikan tekanan intrakranial juga sebaiknya jangan ditunda.
()
&. DIAGNOSIS BANDING
0isamping H.influenza tipe b, S.pneumonia dan N.meningiditis, sejumlah
mikroorganisme lain dapat menyebabkan infeksi meningens menyeluruh dengan
manifestasi klinis yang serupa. ;rganisme ini adalah&
' bakteri yang kurang khas, seperti tuberkulosis, 1o9ardia, sifilis dan penyakit
>yme
' organisme seperti jamur yang endemik pada daerah geografi khusus
(-a99idioides, (istoplasma dan ,lastomy9es)
' organisme yang menyebabkan infeksi pada hospes yang terganggu
imunitasnya (-andida, -rypto9o99us dan +spergillus)?
' parasit seperti *oFoplasma gondii dan -ysti9er9us?
' dan paling sering, 7irus.
Penyakit non infeksi dapat juga menimbulkan radang meningens menyeluruh.
Eangguan ini relatif jarang, meliputi& keganasan, sindrom 7askuler kolagen, dan
pemajanan pada toksin.
()
I. PENGOBATAN
*erapi pada penderita dengan dugaan meningitis bakteri tergantung pada sifat
manifestasi awal penyakit. +nak dengan kondisi yang memburuk dengan 9epat selama
kurang dari 85 jam, bila tidak ada peningkatan tekanan intraktranial, harus mendapat
antibiotik segera sesudah dilakukan lumbal pungsi.
()

6
Gika ada tanda'tanda peningkatan tekanan intrakranial atau penemuan'penemuan
gangguan neurologis fokal, antibiotik harus diberikan tanpa melakukan lumbal pungsi
dan sebelum melakukan -* s9an. Peningkatan tekanan intrakranial harus diobati se9ara
bersamaan.
()
Penderita yang mempunyai perjalanan subakut yang makin berat selama # sampai "
hari juga harus die7aluasi untuk tanda'tanda peningkatan tekanan intraktanial dan defisit
neurologis fokal. 1yeri kepala unilateral, edema papil, dan tanda'tanda peningkatan
tekanan intrakranial lain memberi kesan lesi fokal seperti abses otak, empiema epidural
ataupun subdural. *erapi antibiotik harus dimulai sebelum lumbal pungsi atau -* s9an.
Gika tidak ada tanda peningkatan tekanan intrakranial, lumbal pungsi harus dilakukan.
()
Pilihan terapi awal (empirik) untuk meningitis pada bayi dan anak imunokompeten
harus didasarkan pada kerentanan antibiotik H. influenzae tipe b, S. Pneumoniae, dan N.
meningitidis. +ntibiotik harus men9apai kadar bakterisid pada 9airan serebrospinal.
6efalosporin generasi ketiga, seftriakson atau sefotaksim, mewakili terapi baku
sekarang untuk meningitis bakteri.
()
0osis seftriakson #$$mgCkgC85 jam diberikan setiap 6 jam. 0an men9apai kadar
bakterisid tinggi pada 9airan serebrospinal? kemudian 9airan serebrospinal akan
mengalami sterilisasi dalam 85 jam.
()
Penderita yang alergi terhadap antibiotik beta laktam harus diobati dengan
kloramfenikol, #$$ mgCkgC85 jam, diberikan setiap 6 jam. 2alaupun kloramfenikol
bersifat bakterisotatik terhadap banyak bakteri, obat ini bakterisid terahdap H. influenzae
tipe b, S. pneumoniae dan N. meningitis. Penggunaan kloramfenikol sekarang
di9adangkan untuk penderita yang tidak dapat mentoleransi sefalosporin karena kadar
serum perlu dipantau selama terapi dan kloramfenikol mempunyai kemungkinan
pengaruh yang merugikan seperti anemia aplastik, sindrom bayi abu'abu seperti syok, dan
supresi sumsum tulang.
()
Pada penderita imunno9ompromised dan di9urigai meningitis gram'negatif, terapi
awal dapat memasukkan sefta)idin dan aminoglikosid.
()
La'a Tera(i Anti)iotik
Meningitis H. influenzae tipe b tanpa komplikasi harus diobati selama "'#$ hari.
6esudah penentuan bahwa organisme sensitif pada ampisilin dan tidak menghasilkan H'
laktamase, terapi antimikroba awal dapat diubah ke ampisilin.
()
"
Gika S. pneumoniae dibiakan dari 9airan serebrospinal, isolat harus diuji untuk
resistensi penisilin. :esistensi relatif terhadap penisilin (M<- $,#'#,$ IgCm>) ada pada '
84 isolat S. pneumoniae, dan organisme yang sangat resisten (M<- A 8,$ IgCm>)
ditemukan pada sejumlah ke9il penderita. Meningitis yang disebabkan oleh isolat S.
pneumoniae yang relatif resisten dapat diobati dengan sefotaksim atau seftriakson, sedang
kloramfenikol adalah obat pilihan untuk organisme yang sangat resisten jika organisme
sensitif terhadap antibiotik. Gika ada juga yang resisten terahadap kloramfenikol,
7ankomisin adalah obat pilihan.
()
*erapi untuk meningitis pneumokokus sensitif'penisilin tanpa komplikasi harus
diselesaikan dengan penisilin intra7ena %$$.$$$ JCkgC85 jam, diberikan setiap 5'6 jam
selama #$'#5 hari.
()
Penisilin intra7ena %$$.$$$ JCKgC85 jam selama '" hari merupakan pengobatan
pilihan untuk meningitis N. meningitidis tanpa komplikasi. *erapi yang berhasil dengan
satu atau dua dosis antibiotik telah diteliti di negara yang belum maju.
()
<solat meningokokus jarangmenunjukkan resistensi terhadap penisilin relatif ($,8'$,
IgCm>) dan absolut (A 8$ IgCm>) dan organisme ini mungkin memerlukan terapi
selingan.
()
Penderita yang mendapat antibiotik intra7ena atau oral sebelum lumbal pungsi dan
tidak mempunyai bakteri patogen yang dapat dikenali (pada pewarnaan Eram, biakan,
atau deteksi antigen) tetapi mempunyai bukti infeksi bakteri akut atas dasar profil 9airan
serebrospinalnya harus terus mendapat terapi dengan seftriakson atau sefotaksim selama
"'#$ hari. Gika ada tanda defisit neurologis setempat atau anak tidak berespons terhadap
pengobatan, mungkin ada fokus parameningeal dan -* s9an harus dilakukan.
()
>umbal pungsi ulangan rutin tidak wajib dilakukan pada penderita meningitis dengan
komplikasi akibat H, influenzae tipe b, N. meningitidis atau S. pneumoniae. Pemeriksaan
9airan serebrospinal ulang terindikasi pada neonatus, meningitis basil gram'negatif, dan
pada mereka yang tidak berespons terhadap terapi antimikroba biasa dalam 58'"8 jam.
()

Perbaikan pada profil 9airan serebrospinal ditunjukkan oleh kenaikan kadar glukosa
dan penampakan sel limfosit'monosit? walaupun pewarnaan Eram dapat tetap positif pada
saat ini, 9airan serebrospinal biasanya steril.
()
3fek samping terapi antibiotik meningitis adalah flebitis, demam akibat obat, ruam,
muntah, kandidiasis oral, dan diare. 6eftriakson dapat menyebabkan pseudolitihiasis
kandung empedu re7ersibel, dapat dideteksi dengan ultrasonografi abdomen.
8
Pseudolithiasis ini biasanya tidak bergejala tetapi dapat menimbulkan muntah dan nyeri
kuadran kanan atas
()
*erapi kortikosteroid awalnya diuji9oba pada meningitis bakteri akut, dan kurang
berpengaruh serta memiliki kelemahan. 1amun, sekarang ada konsensus yang
menyatakan bahwa di negara'negara industri, penggunaan deksametason untuk anak'anak
dengan meningitis akibat (aemophilus influen)ae tipe b sebelum memulai terapi
antibiotik, mengurangi terjadinya sekuele, terutama tuli.
(5)
$. P#OGNOSIS
Mortalitas meningitis bakterial akut kira'kira #$4 dari keseluruhan lebih tinggi pada
infeksi 6trepto9o99us pneumonia.Penyakit pneumokokus juga lebih sering menyebabkan
gejala sisa panjang (kurang dari %$4 kasus) seperti hidrosefalus, palsi ner7us kranialis,
defi9it 7isual dan motorik, serta epilepsi. +nak dengan meningitis ba9terial akut dapat
mengalami gangguan perilaku, kesulitan belajar, hilangnya pendengaran, dan epilepsi.
(%)
Pada meningitis akibat N. meningitidis, dapat juga terjadi endoftalmitis, namun
kasusnya 9ukup jarang dan biasanya terjadi pada penderita dengan imunno9ompromised.
(#)
". PENCEGA&AN
Pen*ega+an Pri'er
*ujuan pen9egahan primer adalah men9egah timbulnya faktor risiko meningitis bagi
indi7idu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat.
Pen9egahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi agar
dapat membentuk kekebalan tubuh.
Kaksin yang dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae tpe ! ((ib),
Pneumococcal con"ugate #accine (P-K"), Pneumococcal polsaccaharide #accine
(PPK), Meningococcal con"ugate #accine (M-K5).
<munisasi (ib $on"ugate #accine %(b' ;- atau P:P';MP) dimulai sejak usia 8 bulan
dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti 0P*, Polio dan
MM:. Kaksinasi (ib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis (ib
hingga @"4. Pemberian imunisasi 7aksin (ib yang telah direkomendasikan oleh 2(;,
pada bayi 8'6 bulan sebanyak % dosis dengan inter7al satu bulan, bayi "'#8 bulan di
berikan 8 dosis dengan inter7al waktu satu bulan, anak #' tahun 9ukup diberikan satu
dosis. Genis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 8 bulan karena
dinilai belum dapat membentuk antibodi.
@
Meningitis Meningococcus dapat di9egah dengan pemberian kemoprofilaksis
(antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan penderita.Kaksin
yang dianjurkan adalah jenis 7aksin tetra7alen +, -, 2#% dan /. Meningitis juga dapat
di9egah dengan 9ara meningkatkan personal hgiene seperti men9u9i tangan yang bersih
sebelum makan dan setelah dari toilet.
Pen*ega+an Sekun,er
Pen9egahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih
tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan
penyakit. Pen9egahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan
segera. 0eteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta
keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.
0alam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan 9airan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan
pemeriksaan .'ray (rontgen) paru. 6elain itu juga dapat dilakukan sur7eilans ketat
terhadap anggota keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya
untuk menemukan penderita se9ara dini. Penderita juga diberikan pengobatan dengan
memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis.
Pen*ega+an Ter s ier
Pen9egahan tertier merupakan aktifitas klinik yang men9egah kerusakan lanjut atau
mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pen9egahan ini bertujuan
untuk menurunkan kelemahan dan ke9a9atan akibat meningitis, dan membantu penderita
untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi'kondisi yang tidak diobati lagi, dan
mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya
tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. =isioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk
men9egah dan mengurangi 9a9at.
#$
"ESIMPULAN
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut
dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik
maupun 7irus.
Penularan kuman dapat terjadi se9ara kontak langsung dengan penderita dan
droplet infection yaitu terkena per9ikan ludah, dahak, ingus, 9airan bersin dan 9airan
tenggorok penderita. Penyebaran bakteri dapat pula se9ara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak. Penyebaran kuman bisa
juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.
Eejala yang dialami termasuk demam, konfusi, muntah, nyeri kepala, serta kekakuan
pada leher.
Gika pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya kelainan neurologis fokal atau
papiledema, pungsi lumbal harus dilakukan sesegera mungkin. Gika 9airan serebrospinal
tidak jernih, terapi antibiotik dimulai tanpa penundaan. Pilihan antibiotik inisial yaitu
se9ara empiris berdasarkan faktor predisposisi pasien. *erapi disesuaikan seperti yang
diindikasikan jika pewarnaan Eram atau pemeriksaan kultur dan sensiti7itas telah
tersedia.
6aran &
Morbiditas dan mortalitas pada meningitis purulenta dapat dikurangi dengan pen9egahan
primer yaiut imunisasi, pen9egahan sekunder yaitu deteksi dini tanda awal penyakit dan
penggunaan obat sesuao bakteri penyebab, dan pen9egahan tersier dengan rehabilitasi dan
fisioterapi untuk men9egah ke9a9atan lebih lanjut.
DAFTA# PUSTA"A
##
#. ,alaskas, K. Potamitou, 0. 3ndogenous endophthalmitis se9ondary to ba9terial
meningitis from 1eisseria Meningitidis& a 9ase report and re7iew of the literature in
-ases Gournal. 8
nd
3d. -yprus, 8$$@& #5@'#%
8. 0ash, 1. Panigrahi, 0. +l Khusaiby, 6. +l +waidy, 6. ,awikar, 6. +9ute ba9terial
meningitis among 9hildren L years of age in ;man& a retrospe9ti7e study in G <nfe9t
0e7eloping -ountries. 8
nd
3d. ;man, 8$$8 &##8'#8
%. Einsberg, >. <nfeksi 1eurologis dalam &ecture Notes 1eurologi. 3d. 8. Gakarta,
3rlangga? 8$$"&#88'#85
5. Ereenwood, ,M. -orti9osteroids for +9ute ,a9terial Meningitis in *he new england
journal of medi9ine. 85
th
3d. 8$$"& 8$"'8$@
. Kliegman, :M. M, Ganson. ,= 6tanron. <nfeksi 1eurologis dalam Nelson 'e(t!ook
of Pediatrics. 3d. #, 8$$"&8"8'88$
6. Mardjono, M. 6idharta P. Meningitis ,akterial +kut dalam 1eurologi Klinis 0asar.
3d #. Gakarta, 0ian :akyat? 8$#$ & %#8'%#@
". 1asser, 3. Mahmoud, +3. =athy, 2. Kader, M. 0iagnosis of +9ute Meningo9o99al
Meningitis by Jsing ;f P9r Kersus -on7entional Methods <n 3l'Menoufiya
Eo7ernorate in 1ew /ork 69ien9e Gournal.
th
3d. 1ew /ork, 8$#8 & ##@'#8"
8. *a9on, ->. =lower, ;. 0iagnosis andManagement of ,a9terialMeningitis in the
Paediatri9 Population& + :e7iew in 3mergen9y Medi9ine <nternational, (indawi
Publishing -orporation, 1ew 6outh 2ales, 8$#8
#8

Anda mungkin juga menyukai