Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENGERTIAN EKSPERIMEN FISIKA


Sebelum mebahas tentang kegiatan dalam eksperimen fisika perlu kita ketahui peng
ertian dari fisika. Ilmu fisika berbeda dengan ilmu yang biologi dan kimia walau
pun sama dalam rumpun Ilmu pengetahuan Alam. Fisika merupakan ilmu yang mempelaj
ari alam. Gejala-gejala alam dari tingkat mikro (atom) sampai makro (alam semes
ta, baik pada benda mati maupun hidup.
Fenomena alam yang diamati adalah variabel fisis yang muncul dari gejala alam. V
ariabel fisis merupakan variabel yang terukur secara kuatitatif (dinyatakan dala
m angka) bukan secara kualitatif. Contoh variabel fisis dinyatakan secara kuanti
tatif adalah jarak kota A dan B = 100 km bukan dinyatakan jauh atau dekat.
Aktivitas dalam ilmu fisika diklasifikasikan dalam tiga hal. Pertama Fisika teor
i, yaitu aktiftas dalam fisika yang menjelaskan fenomena alam dengan menyelesaik
an persamaan matematis, kedua fisika eksperimen, yaitu mengerjakan lansung atau
mengukur keadaan sebenarnya dari persoalan gejala alam untuk menjelaskan gejala
alam, ketiga fisika komputasi yaitu, kegiatan dalam fisika yang mencoba menyeles
aikan persoalan fisika menggunakan komputasi.
Eksperimen yang dilakukan dengan betul dan dilakukan berulang kali diperoleh has
il yang betul dapat digunakan untuk menguji kebenaran suatu teori. Beberapa teor
i tentang gejala alam meyatakan sama dapat ditumbangkan oleh satu eksperimen a
pabila hasil eksperimen tidak sama dengan teori. Hasil eksperimenlah yang diangg
ap betul karena teori merumuskan fenomena alam sesungguhnya, sedangkan hasil es
kperimen yang menunjukan fenomena alam sesungguhnya atau mengukur keadaan alam s
esungguhnya .
Metode eksperimen fisika adalah suatu cara yang sistematis atau urut runtut atau
terstruktur dan terukur dari perlakuan sistem fisis untuk tujuan tertentu. Di d
alam metode eksperimen fisika terkandung prosedur melakukan percobaan, variabel
yang diamati, variabel kontrol, variabel terikat, pengambilan sampling dan tekn
ik melakukan percobaan. Metode yang tepat akan menghasilkan hasil ukur yang baik
.
Eksperimen adalah suatu langkah atau kegiatan yang teratur dan terukur dalam mem
berikan perlakuan terhadap sistem fisis untuk membuat kesimpulan. Ada 2 jenis ek
sperimen yaitu eksperimen murni dan eksperimen terapan. Eksperimen murni adalah
eksperimen yang dilakukan untuk mendapatkan penjelasan fenomena alam secara mend
asar yaitu tentang apa, mengapa dan bagaimana tentang fenomena alam, sedangkan e
ksperimen terapan adalah eksperimen yang dilakuan menerapkan fenomena alam yang
mendasar agar dapat digunakan untuk kehidupan manusia.


BAB II
PENGUKURAN BESARAN FISIS
A. Besaran dan satuan
Dalam mempelajari fisika tidak lepas dengan besaran besaran-besaran fisis yang d
igunakan untuk menyatakan hukum-hukum fisika. Besaran fisis kadang ada kesamaan
kata dngan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya gaya, kata gaya
dalam besaran fisis akan berbeda makna dengan kata gaya yang terkandung dalam ka
limat berikut: gaya hidup anak muda lebih mungutamakan pada estetika.
Yang diutamakan dalam pengertian dari suatu besaran adalah bagaimana mendefinisi
kan secara praktis dan dapat diterima secara internasional. Definisi kata khusus
untuk fisika dapat dilihat pada kamus fisika.
Besaran fisis dapat dinyatakan secara kuantitatif atau sesuatu yang terukur seca
ra kuantitatif (dinyatakan dengan angka). Satuan digunakan untuk menyatakan ukur
an dari besaran.
Besaran fisis yang ada dapat di bedakan menjadi 2 yaitu besar dasar (pokok) dan
besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan t
erlebih dahulu, sedangkan besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunk
an dari besaran pokok. Pemilihan besaran pokok dilakuakan oleh Lembaga Berat dan
ukuran Internasional yang terletak di dekat Paris dan didirikan pada tahun 187
5.
Pada konferensi umum mengenai Berat dan Ukuran ke-14 (1971) menetapkan tujuh bes
aran sebagai besaran dasar. Ketujuh besaran ini merupakan dasar bagi sistem Satu
an Internasional yang sering disingkat SI. Sebelum ditetapkannya sistem SI, masi
ng-masing negara memilik sistem satuan sendiri-sendiri. Akibatnya terjadi kesuli
tan dalam mengkonversi sistem satuan tersebut. Kesulitan konversi antar satuan i
ni yang digunakan sebagai alasan ditetapakan sistem SI yang berlaku secara Inter
nasional.
Tabel 1
Besaran
Satuan
Simbol
Panjang
Massa
Waktu
Arus listrik
Temperatur termodinamika
Jumlah Zat
Intensitas cahaya
meter
kilogram
sekon
amper
kelvin
mole
candela
m
kg
s
A
K
mol
cd
Hasil ukur dari besaran fisis kadang kala menunjukan angka yang besar atau kecil
(jumlah angkanya banyak), untuk itu perlu penyerderhanaan. Pada konferensi umum
mengenai Berat dan Ukuran ke-14 juga menetakan awalan dalam satuan yang ditujuk
an pada tabel 2
Tabel 2
Faktor
Awalan
Simbol
Faktor
Awalan
Simbol
1018
1015
1012
109
106
103
102
101
eksa (exa)
peta
tera
giga
mega
kilo
hekto (hecto)
deka (deca)
E
P
T
G
M
k
h
da
10-1
10-2
10-3
10-6
10-9
10-12
10-15
10-18
desi (deci)
senti (centi)
mili (milli)
mikro (micro)
nano
piko (pico)
femto
atto
d
c
m

n
p
f
a
Ada sistem satuan lain yang sering digunakam selain SI. Pertama yaitu sistem Gau
ssian. Kedua sitem British. Kedua sistem ini sampe sekarang masih digunakan. Ket
ika kita membaca literatur, kita perlu terlebih dahulu mencermati sistem satuan
yang digunakan dalam literatur agar tidak mengalami kebingungan.
B. Standar Alat Ukur
Pengukuran merupakan bagian dari aktivitas dalam eksperimen. Seseorang melakuka
n pengukuran dalam eksperimen untuk memperoleh nilai atau besar dari variabel fi
sis yang diukur. Pengukuran variabel fisis dibutuhkan suatu alat ukur yang digu
nakan sebagai standar alat ukur. Variabel fisis yang terukur bersifat kualitatif
yaitu harus dinyatakan dalam angka.
Pengukuran didefinisikan sebagai aktifitas membandingkan besaran fisis yang diuk
ur dengan standar alat ukur. Masing-masing besaran fisis dapat dibandingkan deng
an standar alat ukur yang sesuai. Standar alat ukur yang dipakai sebagai pemband
ing besaran fisis ada dua macam yaitu standar alat ukur mutlak dan standar alat
ukur relatif.
1. Standar Alat Ukur Mutlak
Standar alat ukur mutlak adalah standar alat ukur yang disepakati oleh banyak or
ang dan berlaku secara universal. Standar alat ukur yang berlaku secara universa
l artinya standar alat ukur ini digunakan diseluruh dunia adalah sama. Standar a
lat ukur mutlak yang digunakan dalam pengukuran ada dua macam yaitu standar ala
t ukur mutlak primer dan standar alat ukur mutlak sekunder.
a. Standar alat ukur mutlak primer
Standar alat ukur mutlak primer adalah standar alat ukur yang telah ditetapkan t
erlebih dahulu dan berlaku secara universal. Berikut ini contoh standar alat uku
r mutlak primer:
a.1. Panjang
Standar panjang internasional pertama adalah sebuah batang terbuat dari suasa pl
atinum - iridium yang disebut sebagai meter-standar. Alat ukur standar ini disim
pan di the International Bureau of Weights and Measure. Panjang satu meter dide
finisikan sebagai jarak antara dua garis halus yang diguratkan pada keping emas
dekat ujung-ujung batang pada suhu 00C dan ditopang secara mekanik dengan cara t
ertentu. Panjang satu meter ditentukan dari seper sepuluh juta kali jarak dari k
utub utara ke katulistiwa sepanjang garis bujur (meridian) yang melalui Paris. T
ernyata batang standar meter yang dibuat setelah dilakukan pengukuran dengan te
liti ada perbedaan sekitar 0,023% dari nilai yang dimaksud. Kelemahan batang met
er sebagai standar primer untuk panjang adalah: batang tersebut mudah rusak mis
sal akibat kebakaran atau perang.
Dalam perkembangan standar alat ukur panjang ditetapkan suatu standar atomik un
tuk panjang. Standar atomik ini ditetetapkan pa pertemuan 11 Konfernsi Umum meng
enai berat dan ukuran. Standar atomik untuk panjang digunakan Krypton Kr86 dalam
lucutan listrik. Satu meter standar atomik untuk panjang adalah 1650763,73 kali
panjang gelombang cahaya isotop Kr86. Keuntungan standar atomik untuk panjang m
emungkinkan perbandingan panjang sepuluh kali lebih baik daripada dengan batang
meter, atom Kr86 tersedia dimana yang semuanya identik dan memancarkan cahaya de
ngan panjang gelombang sama.
a.2. Massa
Sandar SI yang digunakan untuk masa sebesar satu kilogram adalah sebuah silind
er platinum-iridium yang disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran Internasional. Sta
ndar massa secara atomik pun dibuat. Standar atomik ini dijadikan standar yang k
e dua ( bukan standar SI). Sebagai standar atomik yaitu massa dari atom C12 yan
g berdasar perjanjian internasional didefinisikan sebesar 12 satuan massa atom
terpadu (unified atomic massa units, yang disingkat u). Besar 1 u = 1,660X 10-
27 Kg
a.3. Waktu
Standar waktu yang dipakai didefinisikan satu detik (matahari rata-rata) adalah
1/86.400 hari (matahari rata-rata). Jam kwarsa yang didasarkan atas getaran berk
ala terus menerus dari kristal kwarsa dapat dipakai sebagai standar waktu sekund
er yang baik, yang diantaranya dapat mencatat waktu selama setengah tahun dengan
penyimpangan maksimum sebesar 0,02 detik. Pengunaan waktu standar adalah untuk
mengukur frekuensi. Perbandinan jam kwarsa dapat dibuat secara elektronik dengan
ketelitian sekurang-kurangnya 1 bagian dalam 1010. Ketelitian ini kira-kira 100
kali lebih baik daripada ketelitian yang dapat dicapai pada peneraan jam kwarsa
oleh pengamatan astronomis.
Pengembangan jam atomik dilakukan untuk memperoleh standar waktu yang lebih baik
. Jam atomik didasarkan atas frekuensi karakteristik dari isotop Cs133 telah dig
unakan di Laboratorium Fisis Nasional (Inggris) sejak tahun 1955. sejak tahun 1
967, detik yang didasarkan atas jam cesium sebaga standar inernasional oleh konf
erensi Umum mengenai Berat dan Ukuran ketiga belas. 1 detik didefinisikan 919263
1770 kali periode transisi Cs133. Ketelitian yang diperoleh adalah 1 bagian dala
m 1012. Ketelitian jam atomik lebih baik sekitar 103 kali daripada ketelitian de
ngan metoda astronomis.
b. Standar alat ukur mutlak sekunder
Standar alat ukur mutak sekunder dibuat dengan cara mengkalibrasi dengan standa
r alat ukur primer. Cantoh standar alat ukur skunder adalah penggaris, timbangan
, termometer yang dikalibrasi dari standar alat ukur mutlak (alat-alat ukur ini
digunakan dikehidupan kita).
Semua standar alat ukur yang dikalibrasi dari standar alat ukur primer dan alat
ukur yang sudah ada disebut standar alat ukur skunder. Semakin banyak tingkatan
turunan standar alat ukur memungkinkan kesalahan kalibrasi skala ukur yang lebi
h besar. Dengan kata lain standar alat ukur skunder yang langsung dikalibrasi de
ngan standar alat ukur primer lebih teliti dibanding dengan standar alat ukur ya
ng dikalibrasi dengan standar alat ukur skunder.
2. Standar Alat Ukur Relatif
Satandar alat ukur relatif adalah standar alat ukur yang dibuat oleh perorangan
dan berlaku secara perorangan. Contoh standar alat ukur relatif diantaranya ada
lah jengkal, langkah, potongan lidi. Satandar alat ukur relatif biasanya yang di
buat alatnya sederhana misal alat untuk mengukur besaran panjang.
C. Pengukuran
Pada saat melakukan eksperimen salah satu aktifitas yang dikerjakan adalah pengu
kuran. Besaran-besar fisis yang terlibat dalam eksperimen diukur untuk mengetahu
i pengaruh yang dihasilkan terhadap perlakuan besaran fisis. Mengukur adalah ak
tifitas membandingkan besaran fisis dengan standar alat ukur yang sesuai. Penguk
uran suatu variabel fisis suatu saat dapat dilakukan dengan beberapa alat ukur d
an beberapa cara pengukuran. Sebagai contoh: pertama, besaran panjang dapat diuk
ur dengan mistar, mikrometer skrup, dan jangka sorong (vernier caliper). Kedua,
besaran volume dapat diukur dengan cara langsung dimasukan dalam cairan di gelas
ukur atau dengan cara diukur tidak langsung dengan mengukur besaran panjang, le
bar, dan tinggi.
Pengukuran yang dilakukan memiliki sifat real time dan non distruktif. Pengukura
n bersifat real time adalah pengukuran yang menunjukan hasil ukur pada saat diuk
ur. Contoh pengukuran real time adalah pengukuran panjang batang kayu pada suhu
yang konstan. Pengukuran suhu suatu benda sebagai contoh pengukuran yang tidak r
eal time karena hasil yang terlihat pada termometer bukan suhu benda saat dibaca
pada alat ukur. Pengukuran bersifat non distruktif adalah pengukuran yang tidak
mengangu sistem. Pengukuran massa suatu benda sebagai salah satu contoh penguku
ran bersifat non distruktif sedangkan pengukuran panjang busa menggunakan mikro
meter skrup salah satu contoh pengukuran yang bersifat destruktif.
Pada saat pengukuran perlu dicermati skala alat ukur. Alat ukur yang sama bisa j
adi memiliki skala yang berbeda, bahkan dalam satu alat ukur dapat memiliki skal
a ukur yang berbeda. Sebangai cantoh: jangka sorong ada yang memiliki skala terk
ecil 0,1 mm dan 0,05 mm. Pengaris, multimeter, volt meter, ampermeter sebagai co
ntoh satu alat ukur memiliki skala terkecil berbeda.
Skala alat ukur menunjukan ketelitian dari alat ukur untuk mengukur. Semakin kec
il skala alat ukur semakin teliti alat ukur tersebut. Begitu pula sebaliknya sem
akin besar skala alat ukur semakin tidak teliti alat ukur tersebut. Satu alat uk
ur yang memiliki skala terkecil berbeda berarti memiliki ketelitian yang berbeda
pula pada masing-masing skala. Berikut ini ditampilkan beberapa alat ukur.

Anda mungkin juga menyukai