Rangkuman Jurnal mengenai Proses pre-processing citra
Bimar Anugrah - 15111012
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB
I. Pendahuluan Penginderaan jauh merupakan salah satu studi yang digunakan untuk proses akuisisi data tanpa menyentuh langsung objek yang dituju menggunakan alat atau wahana. Sehingga perekaman atau pengambilan data dilakukan di udara yang bertujuan untuk menganalisis permukaan bumi dari jarak jauh. Data yang diperoleh melalui proses perekaman tersebut berupa citra (gambar) perlu dilakukan pengolahan dan analisis lebih lanjut untuk mendapatkan informasi secara mnyeluruh tentang objek- objek yang ada di permukaan bumi. Hasil dari analisis citra ini dapat digunakan dan diaplikasikan untuk keperluan berbagai kepentingan bidang ilmu yann terkait. Terdapat berbagai teknik yang harus diperhatikan untuk mendapatkan data yang baik untuk dilakukan analisis, yaitu salah satunya dalam proses pre processing citra. Dimana proses ini menentukan keakuratan serta kejelasan hasil data citra. Oleh karena itu, untuk lebih memperjelas kegunaan serta langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan proses pre processing citra ini akan dijelaskan rangkuman dari beberapa jurnal yang membahas tentang aplikasi penginderaan jauh dalam berbagai bidang keilmuan.
II. Pembahasan Secara umum proses pre processing citra bertujuan untuk memperjelas serta memperbaiki kualitas citra (gambar) sehingga akan lebih mudah dalam melakukan analisis data citra pada tahapan selanjutnya. Sebagai contoh yang dikutip dari jurnal aplikasi fisika volume 7 nomor 2 dengan judul Segmentasi jaringan otak putih , Jaringan Otak Abu-Abu, dan Cairan Otak dari Citra MRI Mneggunakan Teknik K-Means Clustering (Nurhasanah, 2011) menyebutkan bahwa proses pre- processing dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tampilan citra agar memiliki format yang lebih baik sehingga citra tersebut lebih mudah untuk dilakukan pengolahan dalam proses selanjutnya. Selain itu proses ini pula bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan memperjelas dan mempertajam fitur fitur tertentu dari citra agar citra lebih mudah dipersepsi atau dianalisis lebih teliti. Dan proses pre-processing yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan segmentasi terbaik dari beberapa bagian otak untuk dianlisis, lebih khususnya digunakan untuk beberapa keperluan diantaranya untuk menghindari misclassification perlu dihilangkan citra selain jaringan otak, menghilangkan citra tulang dan citra selain otak lainnya (proses thresholding dan opening), menghilangkan objek-objek kecil yang terdapat pada citra (erosion), memperbesar batas dari objek yang ada sehingga objek terlihat semakin besar (dilation), dan mencegah penurunan objek secara keseluruhan (opening).
Tahapan proses pre-processsing citra lainnya dapat diaplikasikan dalam melakukan interpretasi citra ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) dalam identifikasi penggunaan lahan di daerah sub DAS Lesti (Kabupaten Malang), yang dikutip dari jurnal dengan judul Penggunaan Citra ASTER Dalam Identifikai Peruntukan Lahan Pada Sub DAS Lesti (Wibowo, Leo Arbi dkk ). Tahapan proses pre-processsing citra tersebut diantaranya : 1. Registrasi citra; 2. Komposit citra; 3. pemotongan citra. Dalam proses registrasi citra ini bertujuan untuk mensuperposisikan (overlay) data citra dengan layer GIS yang sudah tergeoreferensi atau sudah diketahui koordinat dan sistem proyeksinya, komposit Citra bertujuan untuk menentukan komposisi RGB (Red, Green, Blue) dari citra yang akan dilakukan analisa, sehingga objek dalam citra dapat dikenali secara unsupervised dan nantinya dibandingkan dengan pengamatan dilapangan (supervised), sedangkan pemotongan citra bertujuan untuk mendapatkan citra dengan bentuk DAS yang diinginkan. Pemotongan citra dilakukan menggunakan batas DAS dalam bentuk vektor yang sudah dibuat dengan menggunakan watershed delineation pada AVSWAT 2000. Dimana dalam proses registrasi citra ini perlu diidentifikasi terlebih dahulu citra yang akan di proses, apabila citra sudah sempurna baik lokasi citra maupun posisi citra utara-selatannya maka tidak perlu diregistrasi ulang. Namun perlu di cek lebih lanjut dengan memotong sub DAS Lesti, apakah daerah sungai yang dimaksud terpotong atau tidak. Apabila daerah sungai yang akan dilakukan analisis terpotong, maka perlu dilakukan registrasi dengan bantuan software Er Mapper (Geocoding Wizard). Dalam proses komposit citra untuk memperoleh peta penggunaan lahan, maka band yang digunakan dalam algorithm RGB yang dipilih adalah band jenis VNIR. Dan pemanfaatan analisis citra dengan metode penginderaan jauh lainnya dapat diterapkan untuk melakukan Pengenalan Pola Citra Ikan Laut Berdasarkan Tekstur dan Bentuk yang dikutip dari jurnal kartarina, dkk. Dengan adanya penelitian tentang ini diharapkan akan memudahkan para nelayan khususnya untuk mengidentifikasi beberapa jenis ikan yang baik untuk dikonsumsi atau tidak, sehingga untuk keberlanjutannya bagi jenis ikan yang tidak baik untuk dikonsumsi dapat ditemukan manfaat lainnya dari jenis ikan tersebut. Dan hasil akhir dari penelitian ini diperoleh bentuk grafik signature yang berbeda dari setiap jenis ikan dimana perbedaan ini dapat dijadikan sebagai model dalam proses klasifikasi citra ikan, selain itu diperoleh juga hasil segmentasi yang cocok untuk melakukan ekstraksi terhadap ciri bentuk berupa model signature citra ikan. Sama seperti kasus-kasus sebelumnya, tahapan pre-processing untuk kasus ini diantaranya memperbaiki kualitas dari citra yang bertujuan untuk memudahkan dalam tahap segmentasi citra, selain itu dalam tahapan ini dapat dilakukan pengurangan wilayah area citra yang bertujua untuk memisahkan latar belakang citra dengan area gambar. Selain itu dalam tahap pre-processing ini dilakukan juga penajaman tepid an peningkatan kontras dnegan menggunakan Contrast Limited Adaptive Equalization (CLAHE), dimana pada tahapan ini akan terjadi perubahan intensitas warna. Metode CLAHE ini akan membatasi level kontras dari citra sehingga derajat keabuannya akan lebih merata seperti yang ditujukan pada gambar 2.
(a) (b) Gambar 1.; (a) citra input layer merah, (b) citra layer merah setelah dilakukan penajaman tepi.
(a) (b) Gambar 2. histogram ; (a) citra input layer merah, (b) citra layer merah setelah dilakukan penajaman tepi.
Sedangkan pada gambar 1 terlihat perbedaan antara citra yang belum dilakukan penajaman tepi dengan yang tidak, dimana setelah dilakukan penjaman kontras terlihat lebih jelas perbedaan tepi pada citra ikan dnegan background citra tersebut. Proses selanjutnya yaitu melakukan filtering yang bertujuan untuk mengurangi noise yang mungkin ada dalam citra tersebut. Selain itu proses filtering ini digunakan untuk memperhalus intensitas citra, salah satu filter yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan filter Gaussian. Pada metode filter Gaussian ini pada prinsipnya digunakan untuk proses penghalusan (smoothing), pengaburan (bluring), menghilangkan detil dan menghilangkan derau (noise).
Gambar 3. ; (a) citra sebelum filtering , (b) citra setelah filtering dengan Gaussian.
Tahapan pre-processing selanjutnya ada;ah melakukan rekonstruksi citra yang merupakan transformasi morphological yang melibatkan dua buah gambar dan sebuah struktur elemen. Satu gambar sebagai marker yang merupakan start point untuk melakukan tranformasi dan gambar yang lain disebuut sebagai mask yang merupakan constrain dari transformasi. Struktur elemen digunakan untuk medefinisikan koneksi antar titik. Pada proses rekonstruksi citra ini dilakukan pada tiap tiap layer warna yaitu layer merah, hijau dan biru. Tahap awal dilakukan erosi pada setiap layer gambar dengan menggunakan struktur elemen berbentuk disk dengan jari jari 5. Struktur elemen dengan bentuk disk dipilih karena ikan cenderung berbentuk lonjong hingga bulat. Hasil erosi ini akan dijadikan sebagai marker dan input dari setiap layer sebagai mask seperti dilihat pada gambar 4.
Gambar 4.; (a) hasil erosi citra , (b) hasil rekonstruksi citra pada gambar (a); (c) hasil dilasi citra (b); hasil rekonstruksi complement citra (c) sebagai marker dengan (b) sebagai mask
Gambar 4.(a) menunjukkan hasil erosi citra hasil filtering (gambar 3.(b)), yang selanjutnya dijadikan sebagai marker pada proses rekonstruksi dengan citra pada proses CLAHE sebagai mask, sehingga didapatkan hasil seperti pada gambar 4. (b). Hasil akhir dari duakali proses rekonstruksi citra ini menghasilkan gambar seperti pada gambar 4.(d). gambar tesebut merupakan komplemen dari citra hasil rekonstruksi tersebut. Citra ini yang selanjutnya akan dijadikan sebagai citra input dalam proses segmentasi.
III. Kesimpulan Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan proses pre-processing secara umum terdapat dua hal yang harus dilakukan yaitu melakukan koreksi radiometrik dan koreksi geometrik. Dua poin tersebut menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi hasil akhir dari pemrosesan citra dalam hal ketajaman citra, koordinat citra, dan juga kejelasan hasil olah data citra. Dimana tahapan dalam pre-processing citra ini dapat dibagai menjadi 3 tahapan yaitu melakukan registrasi citra, komposit citra, dan pemotongan citra. Ketiga tahapan tersebut telah menjelaskan koreksi radimetrik dan geometrik yang harus dilakukan seperti yang diperintahkan sebelumnya. Selain itu proses ini akan berbeda tergantung dari data citra yang digunakan serta hasil akhir yang diinginkan.
IV. Referensi Nurhasanah, 2011.Segmentasi jaringan otak putih , Jaringan Otak Abu-Abu, dan Cairan Otak dari Citra MRI Mneggunakan Teknik K-Means Clustering.Jurnal aplikasi fisika, Vol.7 No.2 Agustus 2011. Wibowo, Leo Arbi.Penggunaan Citra Aster Dalam Identifikasi Peruntukan Lahan Pada Sub DAS Lesti(Kabupaten Malang).Jurnal mahasiswa Universitas Brawijaya. Linda, Agustina S.Penerapan Region of Interest (ROI) pada Metode Kompresi JPEG2000.Jurnal Mahasiswa Departemen Teknik Informatika ITB. Kartarina, dkk.Pengenalan Pola Citra Ikan Laut Berdasarkan Tekstur dan Bentuk.Jurnal Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Bumigora.