Anda di halaman 1dari 9

Restorasi Lahan Terkontaminasi Logam Berat

Onrizal

Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Secara umum diketahui bahwa logam berat merupakan unsur yang berbahaya di
permukaan bumi, sehingga kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah
besar dunia saat ini. Persoalan spesifik logam berat di lingkungan terutama akumulasinya
sampai pada rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta meningkatnya sejumlah
logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara dan air meningkat.
Proses industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap peningkatan
kontaminan tersebut.
Sejak kasus kecelakaan merkuri di Minamata J epang tahun 1953 yang secara
intensive dilaporkan, issue pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan
pengembangan berbagai penelitian yang mulai diarahkan pada berbagai aplikasi
teknologi untuk menangani polusi lingkungan yang disebabkan oleh logam berat.
Kecemasan yang berlebihan terhadap hadirnya logam berat di lingkungan dikarenakan
tingkat keracunannya yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup
(Suhendrayatna, 2001). Beberapa ion logam berat, seperti arsenik, timbal, kadmium dan
merkuri pada kenyataannya berbahaya bagi kesehatan manusia dan kelangsungan
kehidupan di lingkungan (USDA NRCS, 2000). Walaupun pada konsentrasi yang
sedemikian rendah efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung hingga terakumulasi
pada rantai makanan. Seperti halnya sumber-sumber polusi lingkungan lainnya, logam
berat tersebut dapat ditransfer dalam jangkauan yang sangat jauh di lingkungan,
selanjutnya berpotensi mengganggu kehidupan biota lingkungan dan akhirnya
berpengaruh terhadap kesehatan manusia walaupun dalam jangka waktu yang lama dan
jauh dari sumber polusi utamanya. Suatu organisme akan kronis apabila produk yang
dikonsumsinya mengandung logam berat.
Berdasarkan pengetahuan tentang resiko polusi lingkungan oleh ion logam berat
berbagai upaya untuk merestorasi lahan yang tercemar logam berat tersebut terus
meningkat, seperti perbaikan sistem pengolahan limbah logam-logam berat. Lasat (2000)
merangkum beberapa teknik yang telah diujicobakan dan diaplikasikan dalam remediasi
tanah terkontaminasi logam berat, yaitu vitrifikasi, landfilling, kimia, elektrokinetik dan
biologi (bioremediation). Di antara berbagai teknik tersebut, teknik phytoextraction yang
merupakan salah satu bentuk dari bioremediasi merupakan yang paling murah (Glass,
1999 dalam Lasat, 2000).




e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
1
SUMBER PENCEMAR LOGAM BERAT

Logam berat di suatu lahan secara umum bisa berasal proses alam atau akibat
kegiatan manusia. Proses alam seperti perubahan siklus alamiah mengakibatkan batuan-
batuan dan gunung berapi memberikan kontribusi yang sangat besar ke lingkungan
(Suhendrayatna, 2001). Namun apabila proses alam tersebut tidak mengalami perubahan
siklus, jarang yang sampai pada tingkat toksik (USDA NRCS, 2000). Sedangkan
kegiatan-kegiatan manusia yang dapat menyebabkan, masuknya logam berat ke
lingkungan antara lain adalah pertambangan (minyak, emas, batubara, dll), pembangkit
tenaga listrik, peleburan logam, pabrik-pabrik pupuk, kegiatan-kegiatan industri lainnya,
dan penggunaan produk sintetik (misalnya pestisida, cat, battery, limbah industri, dll)
(USDA NRCS, 2000, Suhendrayatna, 2001). Kontaminasi ini akan terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya usaha eksplotasi berbagai sumber alam di mana logam
berat terkandung di dalamnya. Unsur pencemar utama dari logam berat dan sumbernya
di alam secara lengkap disajikan pada Tabel 1, sedangkan laju masuknya logam berat ke
laut setiap tahunnya yang berasal dari kegiatan manusia dan proses geologi disajikan
pada Lampiran 1.

RESTORASI LAHAN TERCEMAR LOGAM BERAT

Restorasi ekosistem diartikan sebagai The process of manipulating an ecosystem
(soil, vegetation and wildlife) to achieve compositional, structural and functional
patterns similar to the predisturbed condition (Alberta Univ., 2003). Salah satu teknik
yang digunakan dalam restorasi adalah bioremediasi.
Bioremediasi pada lahan terkontamisi logam berat didefinisikan sebagai proses
membersihkan (cleanup) lahan dari bahan-bahan pencemar (pollutant) secara bilogi atau
dengan menggunakan organisme hidup, baik mikroorganisme (mirofauna dan mikroflora)
maupun makroorganisme (tumbuhan). Konsep penggunaan tumbuhan untuk
membersihkan lingkungan dari bahan-bahan pencemar (phytoremediation) bukan suatu
yang baru. Lasat (2000) mencatat bahwa sekitar 300 tahun yang lalu, tumbuhan telah
digunakan pada limbah cairan. Pada akhir abad ke-19, pertama kali Thlaspi caerulacens
dan Viola calaminaria didokumentasikan sebagai jenis tumbuhan yang dapat
mengakumulasi logam berat dalam jumlah yang besar di daun. Pada dekade terakhir,
penelitian untuk mengatahui biologi phytoextraction logam berat semakin intensif
dilakukan.












e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
2

Tabel 1. Daftar unsur utama dari logam berat dan sumbernya di alam
No. Unsur Sumber logam di alam
1. Antimony Stibnite (Sb2S3), geothermal springs, mine drainage
2. Arsenic Metal arsenides and arsenates, sulfide ores (arsenopyrite), arsenite
(HAsO2), vulcanic gases, geothermal springs
3. Beryllium Beryl (Be3Al2Si6O16), Phenacite (Be2SiO4)
4. Cadmium Zinc carbonate and sulfide ores, copper carbonate and sulfide ores
5. Chromium Chromite (FeCr2O), chromic oxide (Cr2O3)
6. Copper Free metal (Cu0), copper sulfide (CuS2), Chalcopyrite (CuFeS2),
mine drainage
7. Lead Galena (PbS)
8. Mercury Free mercury (Hg0), Cinnabar (HgS)
9. Nickel Ferromagnesian minerals, ferrous sulfide ores, nickel oxide (NiO2),
Pentladite [(Ni,Fe) 9S8], nickel hydroxide [Ni(OH)3]
10. Selenium Free element (Se0), Ferroselite (FeSe2), uranium deposits, black
shales, Chalcopyrite-Pantladite-Pyrrhotite deposits
11. Silver Free metal (Ag0), silver chloride (AgCl2), Argentide (AgS2),
copper, lead, zinc ores
12. Thallium Copper, lead, silver residues
13. Zinc Zinc blende (ZnS), Willemite (ZnSiO4), Calamite (ZnCO3), mine
drainage
Sumber: Novotny (1995) yang dimodifikasi oleh Suhendrayatna (2001)

Mekanisme Bioremediasi
Secara alami di mana kondisi tanpa kendali, proses bioremediasi ion logam berat
umumnya terdiri dari dua mekanisme yang melibatkan proses pengambilan aktif (active
uptake) dan penyerapan pasif (passive uptake). Pada saat ion logam berat tersebar pada
permukaan sel, ion akan mengikat pada bagian permukaan sel berdasarkan kemampuan
daya affinitas kimia yang dimilikinya. Mekanisme kedua penyerapan tersebut diuraikan
oleh Suhendrayat (2001) sebagai berikut:
Passive uptake dikenal dengan istilah proses biosorpsi. Proses ini terjadi ketika ion
logam berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda, pertama pertukaran ion
di mana ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg, dan Ca pada dinding sel digantikan
oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah formasi kompleks antara ion-ion logam berat
dengan functional groups seperti carbonyl, amino, thiol, hydroxy, phosphate, dan
hydroxy-carboxyl yang berada pada dinding sel. Proses biosorpsi ini bersifat bolak baik
dan cepat. Proses bolak balik ikatan ion logam berat di permukaan sel ini dapat terjadi
pada sel mati dan sel hidup dari suatu biomass. Proses biosorpsi dapat lebih efektif
dengan kehadiran tertentu pH dan kehadiran ion-ion lainnya di media di mana logam
berat dapat terendapkan sebagai garam yang tidak terlarut. Misalkan, pH optimum
biosorpsi ion lead (II), nickel (II) dan copper (II) oleh Zoogloea ramigera adalah berkisar
antara 4.0-4.5 sedangkan untuk besi (II) adalah 2.0. Hasil studi terhadap biosorpsi timbal
oleh alga laut Eckloniaradiata menunjukkan bahwa laju penyerapan (biosorpsi) naik
sejalan dengan naiknya pH hingga 5.0. Fungus juga dapat digunakan untuk menyerap
nickel, copper dan berbagai jenis elemen lantanida seperti throrium, uranium dan
plutonium. Kebanyakan study menggunakan pendekatan dengan pH 2. Tetapi di bagian

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
3
lain, metode ini menjadi tidak efektif bila terdapat penghambat-penghambat proses
metabolisme (metabolic inhibitor) atau siklus gelap terang. Secara umum, biosorpsi ion
logam berat berlangsung cepat, bolak balik dan tidak tergantung terhadap faktor kinetik
bioremoval bila dikaitkan dengan penyebaran sel (dispersed cell).
Active uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara
simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan mikroorganisme
atau/dan akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan
pada proses metabolisme dan ekresi pada tingkat ke dua. Proses ini tergantung dari
energy yang terkandung dan sensitifitasnya terhadap parameter-parameter yang berbeda
seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dll. Disamping itu proses ini dapat
dihambat oleh suhu yang rendah, tidak tersedianya sumber energi dan
penghambatpenghambat metabolisme sel. Di sisi lain, biosorpsi logam berat dengan sel
hidup ini terbatas dikarenakan oleh akumulasi ion yang menyebabkan racun terhadap
mikroorganisme. Hal ini biasanya dapat menghalangi pertumbuhan mikroorganisme
disaat keracunan terhadap ion logam tercapai. Mikroorganisme yang tahan terhadap efek
racun ion logam akan dihasilkan berdasarkan prosedur seleksi yang ketat terhadap
pemilihan jenis mikroorganisme yang tahan terhadap kehadiran ion logam berat.
Kedua mekanisme di atas dapat berjalan secara serentak. Hasil studi komparatif
rekoveri logam berat dengan menggunakan mokroorganisme yang dilakukan oleh
Suhendrayatna (2001) disajikan pada Lampiran 2.

Aplikasi Restorasi secara Biologi
Restorasi lahan tercemar logam berat dengan teknik bioremediasi dalam
aplikasinya diusulkan oleh Wildle et al. (1993) dalam Suhendranata (2001) agar
memperhatikan beberapa variabel dalam mendisain dan mengoperasikanya, yaitu:
a. seleksi dan pemilihan jenis (spesies) yang sesuai serta perlakukan awalnya,
b. waktu tinggal dan waktu kontak proses,
c. proses pemisahan dan rekoveri biomassa,
d. pembuangan biomassa yang telah digunakan, dan
e. pertimbangan ekonomis proses.
Seleksi dan pemilihan jenis yang sesuai serta proses perlakuan awal merupakan
unsur penting dalam mendisain suatu proses bioremediasi. Dalam hal ini, diperlukan data
tentang kandungan logam berat lahan yang akan direstorasi dan kemampuan masing-
masing jenis organisme dalam kaitannya dengan logam berat. Suhendranata (2001)
mengungkapkan bahwa walaupun ada beratus jenis species mikroorganisme yang telah
diidentifikasi sejak 200 tahun belakangan ini, namun sangat sedikit diantaranya
teridentifikasi sebagai mikroorganisme yang mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
pengaruh tingkat keracunan suatu ion logam berat. Pada beberapa kasus, sangat terbatas
studi yang melakukan studi banding terhadap beberapa jenis mikroorganisme, di mana
hasilnya selalu memiliki banyak perbedaan dalam efisiensi ikatan antara logam berat
dengan spesies mikroorganisme. Bahkan perbedaan ini dapat terjadi pada strain dari
species tunggal dengan kondisi physiochemical yang sama.
Penggunaan jamur mikoriza juga telah diketahui dapat meningkatkan serapan
logam dan menghindarkan tanaman dari keracunan logam berat. Menurut Leyval &
Weissenhorn (1994) dalam Muin (2003) logam berat telah dilaporkan menurunkan kelimpahan
dan kolonisasi VAM dan menghambat perkecambahan spora. Meskipun demikian populasi
VAM indegenous potensial yang terdapat dalam tanah terpolusi memperlihatkan kemampuannya

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
4
beradaptasi. Selain itu telah pula dibuktikan bahwa Glomus mosseae yang diisolasi dari tanah
yang terkontaminasi logam berat lebih toleran terhadap Cd dan Zn daripada yang diisolasi dari
tanah yang tidak terkontaminasi. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa toksisitas logam berat
dalam tanah tergantung pada jenis logam dan ketersediaannya serta besarnya keragaman antara
satu tanah dengan yang lainnya.
Dengan demikian, sebagai biokontrol penyerapan logam berat, VAM dapat membantu
tanaman terhindar dari keracunan logam tersebut. Logam-logam yang diserap oleh VAM
disimpan dalam hifanya dan tidak diteruskan ke akar, namun belum diketahui fungsi logam
tersebut bagi cendawan. Selain itu belum juga diketahui dimana logam tersebut disimpan dalam
hifanya.
Beberapa spesies hyperaccumulator logam berat dan potensi bioakumulasi-nya
telah diketahui dan dirangkum oleh Lasat (2001), seperti terlihat pada Tabel 2. Hasil
penelitian Mathe-Gaspar & Anton (2002) juga menunjukkan kemampuan dua verietas
Raphanus sativus dalam mengambil logam berat (Tabel 3).


Tabel 2. Beberapa spesies hyperaccumulator logam berat dan potensi bioakumulasinya









Sumber: Lasat (2000)

Tabel 3. Kandungan logam berat pada bagian di atas tanah tanaman R. sativus.







Sumber: Mathe-Gaspar & Anton (2002)
Waktu tinggal dan waktu kontak juga merupakan variable yang sangat berpengaruh
terhadap desain proses bioremoval, termasuk ke dalamnya immobilisasi sel, pH dan
konsentrasi biomasa. Penggunaan sel hidup menawarkan sejumlah kelebihan, sementara
itu secara praktis biomassa dikemas dalam bentuk powder atau dikulturisasikan pada
operasi terpisah sebelum digunakan. Untuk kasus penggunaan mokroorganisme,
keuntungan dan kerugian proses immobilisasi mikroorganisme dirangkum pada Tabel 4.
Proses pemisahan dan pemulihan (recovery) merupakan proses pemisahan
biomassa dari lahan terkontaminasi dan pemisahan logam berat dari biomassa.
Suhendrayatna (2001) menjelaskan bahwa proses sentrifugasi dan filtrasi yang saat ini
rutin dilakukan di laboratorium dinilai tidak praktis bila diterapkan pada proses industri,
sehingga penerapan immobilisasi mikroorganisme yang dipaking pada suatu kolom

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
5
dipandang sangat praktis untuk digunakan. Suatu metode alternatif juga dapat digunakan
di mana mikroorganisme melakukan immobilisasi sendiri sebagai biofilm pada suatu
media yang mempunyai porositas yang besar seperti pasir, batuan, sponges dan lain-lain.
Sistem immobilisasi sangat cocok untuk non-destructive recovery, dimana setelah logam
berat dimasukkan, logam tersebut dapat berkontak dengan sejumlah material padatan dan
selanjutnya mudah tertarik ke luar bersama sebagian kecil cairan untuk proses pemulihan
dan pembuangan. Idealnya, proses bioremediasi yang melibatkan immobilisasi sel akan
mudah direkoveri dan digunakan kembali untuk pengikatan ion logam oleh biomassa.
Proses ini biasanya akan tercapai tergantung dengan jumlah eluting metal chelator, tinggi
atau rendahnya pH larutan, atau larutan garam untuk mereduksi ikatan ion logam.
Pembuangan limbah merupakan aspek yang terpenting berikutnya, walaupun issue
ini sebenarnya diabaikan oleh beberepa literatur yang menekankan bahwa proses biologis
dapat menengahi proses removal ion logam berat dari suatu limbah. Disamping itu terjadi
banyak masalah yang menyangkut dengan lahan dan lautan dalam pembuangan lumpur
yang mengandung ion logam berat sehingga metode yang ramah lingkungan sangat
diperlukan untuk dikembangkan. Penggunaan biomassa memiliki beberapa pandangan
atraktif berkenaan dengan rekoveri dan buangan ikatan logam, termasuk di dalamnya;
pertama, pada banyak kasus, logam yang berikatan dapat di elute dan biomassa dapat
digunakan kembali untuk beberapa siklus proses; dan kedua, biomassa yang berikatan
dengan logam berat dapat di reduksi dengan menggunakan sistem pengeringan.

Tabel 4. Perbandingan biosorpsi dan adsorpsi ion logam berat antara immobilized nonliving
cells dengan immobilized living cells















Sumber: Suhendrayatna (2001)


e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
6
Pada akhirnya, pertimbangan ekonomis sangat penting untuk dilakukan dalam
mengevaluasi seluruh proses restorasi dan dari berbagai teknik yang digunakan.
Berdasarkan perbandingan dari beberapa teknik remediasi logam berat dari tanah oleh
Glass (1999) dalam Lasat (2000), telah diketahui bahwa teknik bioremediasi merupakan
teknik yang paling murah, seperti yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Estimasi biaya penggunaan beberapa teknologi untuk membersihkan (cleanup)
tanah terkontaminasi logam berat
No. Perlakuan Biaya (US $ per Ton)
1. Vitrivications 75 425
2. Landfilling 100 500
3. Chemical treatments 100 500
4. Electrokinetics 20 200
5. Phytoectraction 5 40
Sumber: Glass (1999) dalam Lasat (2000)

KESIMPULAN

Restorasi lahan tercemar logam berat secara biologi (bioremediasi) merupakan
pendekatan yang potensial dan secara ekonomis paling murah dibandingkan teknik
aplikasi lainnya. Selain pertimbangan faktor ekonomi, faktor lain yang harus
diperhatikan dalam aplikasi teknik bioremediasi adalah (a) seleksi dan pemilihan jenis
(spesies) yang sesuai serta perlakukan awalnya, (b) waktu tinggal dan waktu kontak
proses, (c) proses pemisahan dan rekoveri biomassa, (d) pembuangan biomassa yang
telah digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Alberta Univ. 2003. Land Reclamation, Remediation and Restoration. http://
www.rr.ualberta.ca/Research/Land_Recl_Remed_Restor/index.asp [12/5/2003]
Budiono, A. 2002. Pengaruh pencemaran merkuri terhadap biota air. http://
rudyct.tripod.coam/sem1_023/a_budiono.pdf [12/5/2003]
Lasat, M.M. 2000. Phytoextraction of metals from contaminated Soil: a review of
plant/soil/metal interaction and assessment of pertinent Agronomic issues.
http://www.engg.ksu.edu/HSRC/J HSR/vol2no5.pdf [12/5/2003]
Mathe-Gaspar, G. & A. Anton. 2002. Heavy metal uptake by two radish varieties.
http://www.sci.u-szeged.hu/ABS/2002/Acta%20HPb/s2/26-maat.pdf [12/5/2003]
Muin, A. Penggunaan mikoriza untuk menunjang pembangunan hutan pada lahan kritis
atau marginal. http://www.hayati-ipb.com/users/rudyct/PPs702/
ABDURRANI.htm [12/5/2003].
Suhendrayatna. 2001. Heavy metal bioremoval by microorganisms: a literature study.
http://www.istecs.org/Publication/J apan/010211_suhendrayatna.PDF [12/5/2003].
USDA NRCS. 2000. Heavy metal soil contamination. http://www.il.nrcs.usda.
gov/engineer/urban/PDF/3_Appendix/Appendix_B/u03.PDF [14/5/2003]

e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
7
Lampiran 1. Laju masuknya logam berat ke laut yang berasal dari proses geologi dan
kegiatan manusia (pertambang)
No. Unsur Proses Geologi Kegiatan Manusia
(Pertambangan)
Ribuan metrik ton per tahun
1. Iron 2500 319000
2. Nitrogen 8500 9800
3. Manganese 440 1600
4. Copper 375 4460
5. Zinc 370 3430
6. Nickel 300 358
7. Lead 180 2330
8. Phosphorus 180 6500
9. Molybbenum 13 57
10. Silver 5 7
11. Merkuri 3 7
12. Tin 1,5 166
13. Antimony 1,3 40
Sumber: FAO (1971) dalam Budiono (2002)

Lampiran 2. Rekoveri logam berat dengan menggunakan mikroorganisme

















Sumber: Suhendrayatna (2001)











e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
8


Lampiran 3. Gambar penyerapan (uptake) dan akumulasi logam berat pada tanaman























Keterangan:
1. A metal fraction is sorbed at root surface.
2. Bioavailable metal moves across cellular membrane into root cells.
3. A fraction of the metal absorbed into roots is immobilized in the vacuole.
4. Intracellular mobile metal crosses cellular membranes into root vascular tissue (xylem).
5. Metal is translocated from the root to aerial tissues (stems and leaves).


e-USU Repository 2005 Universitas Sumatera Utara
9

Anda mungkin juga menyukai