Anda di halaman 1dari 21

Faktor yang dapat mempengaruhi masuknya

obat ke Plasenta :

(1) sifat fisikokimiawi dari obat
(2) kecepatan obat untuk melintasi plasenta
dan mencapai sirkulasi janin
(3) lamanya pemaparan terhadap obat
(4) bagaimana obat didistribusikan ke
jaringan-jaringan yang berbeda pada janin
(5) periode perkembangan janin saat obat
diberikan dan
(6) efek obat jika diberikan dalam bentuk
kombinasi.
Kecepatan dan jumlah obat yang
dapat melintasi plasenta juga
ditentukan oleh berat molekul.
Obat-obat BM 250-500 mudah
melintasi plasenta, tergantung pada
sifat lipofiliknya, sedangkan obat
dengan berat molekul > 1000 sangat
sulit menembus plasenta.
FARMAKOKINETIKA OBAT SELAMA KEHAMILAN

Absorpsi

Pada awal kehamilan akan terjadi penurunan sekresi asam
lambung hingga 30-40%. pH asam
lambung naik obat-obat yang bersifat asam lemah akan
sedikit mengalami penurunan
absorpsi. Sebaliknya yg basa lemah absorpsi justru
meningkat. Pada fase selanjutnya akan
terjadi penurunan motilitas gastrointestinal sehingga absopsi
obat-obat yang sukar larut (misalnya digoksin) akan
meningkat, sedang absopsi obat-obat yang mengalami
metabolisme di dinding usus, seperti misalnya klorpromazin
akan menurun.
Distribusi
Pada keadaan kehamilan, volume plasma dan cairan
ekstraseluser ibu akan meningkat, dan mencapai 50% pada
akhir kehamilan. Sebagai salah satu akibatnya obat-obat
yang volume distribusinya kecil, misalnya ampisilin akan
ditemukan dalam kadar yang rendah dalam darah, walaupun
diberikan pada dosis lazim. Di samping itu, selama masa
akhir kehamilan akan terjadi perubahan kadar protein berupa
penurunan albumin serum sampai 20%. Perubahan ini
semakin menyolok pada keadaan pre-eklamsia, di mana
kadar albumin turun sampai 34% dan glikoprotein
meningkat hingga 100%. Telah diketahui, obat asam lemah
terikat pada albumin, dan obat basa lemah terikat pada alfa-1
glikoprotein. Konsekuensi, fraksi bebas obat-obat yang
bersifat asam akan meningkat, sedangkan fraksi bebas obat-
obat yang bersifat basa akan menurun. Fraksi bebas obat-
obat seperti diazepam, fenitoin dan natrium valproat terbukti
meningkat secara bermakna pada akhir kehamilan.
Eliminasi


Pada akhir masa kehamilan akan terjadi peningkatan aliran darah
ginjal sampai dua kali lipat. Sebagai akibatnya, akan terjadi
peningkatan eliminasi obat-obat yang terutama mengalami ekskresi
di ginjal. Dengan meningkatnya aktivitas mixed function oxidase,
suatu sistem enzim yang paling berperan dalam metabolisme
hepatal obat, maka
metabolisme obat-obat tertentu yang mengalami olsidasi dengan
cara ini (misalnya fenitoin. fenobarbital, dan
karbamazepin) juga meningkat, sehingga kadar obat tersebut dalam
darah akan menurun lebih cepat, terutama pada
trimester kedua dan ketiga. Untuk itu, pada keadaan tertentu
mungkin diperlukan menaikkan dosis agar diperoleh efek yang
diharapkan.
mekanisme
Pemecahan kromosom
Pemecahan kromosom dapat
menyebabkan defisiensi atau
penataulangan kromosom. Aberasi
kromosom dapat disebabkan oleh
virus, radiasi atau senyawa kimia.
Defisiensi kromosom biasanya
bersifat letal terhadap sel atau
organisme dan kelebihan kromosom
juga akan merusak sel.
Mutasi

Merupakan mekanisme dasar cacat
perkembangan yang merupakan perubahan
urutan nukleotida pada DNA. Informasi yang
dikode pada DNA akan salah disalin ke RNA
pada sintesa protein. Bila berefek pada sel
somatik maka tidak bersifat turunan. Mutasi
somatik pada awal sel embrionik dapat
mempengaruhi sel yang sedang berkembang
(sel progenik) menyebabkan cacat struktur dan
fungsi.Mutasi disebabkan oleh radiasi, mutagen
kimia seperti asam nitrat, senyawa pengalkilasi
dan faktor lain yang menyebabkan pemecahan
kromosom.
Gangguan mitosis
Gangguan mitosis disebabkan oleh
senyawa sitotoksik yang menghambat
sintesa DNA sehingga memperlambat
mitosis. Benang mitosis gagal terbentuk
akibat senyawa kimia yang mengganggu
polimerasi tubulin kedalam kumparan
mikrotubula. Tanpa kumparan tersebut
kromosom memisah pada fase anafase.
Kondisi ini dapat terjadi karena pengaruh
radiasi dosis tinggi atau oleh senyawa
radiometrik.
Kurangnya prekusor dan
substrat untuk biosintesa

Biosintesa akan berubah karena
kurangnya zat makanan tertentu.
Adanya analog vitamin, asam
amino tertentu, purin dan
pirimidin dapat menyebabkan
metabolit yang tidak normal
dalam biosintesis
Mengubah integritas asam nukleat atau
fungsinya

Hal ini terjadi akibat penggunaan antibiotik
dan antineoplasma. Senyawa ini dapat
mengganggu replikasi, transkripsi dan
translasi RNA. Gangguan translasi RNA
dan sintesa protein merupakan mekanisme
teratogen senyawa sitotoksik. Senyawa
yang dapat menggangu sintesis protein
umumnya bersifat embriosida tapi bersifat
teratogenik.
Suplai energi

Terganggunya suplai energi dapat
mengganggu perkembangan fetus
seperti kekurangan sumber glukosa.
Gangguan glikolisis oleh senyawa
iodoasetat dapat mengurangi
penghasilan energi dan
menyebabkan kelainan pada fetus.
Kurangnya senyawa riboflavin dapat
menimbulkan efek teratogen.
Ketidakseimbangan osmolar

Hipoksia dan zat penyebab hipoksia (CO,
CO2) dapat bersifat teratogen dengan
mengurangi oksigen dalam proses
metabolisme yang membutuhkan oksigen
dan mungkin juga dengan menyebabkan
ketidakseimbangan osmolaritas. Hal ini
dapat menyebakan edema dan hematoma,
yang pada gilirannya dapat menyebabkan
kelainan bentuk atau malformasi.
Perubahan sifat membran

Perubahan sifat membran
dapat menyebabkan
ketidakseimbangan osmolar.
Hipervitaminosis A dapat
merusak membran seluler
pada embrio rodensia.
Fungsi enzimatis


Fungsi ini penting untuk
pertumbuhan dan diferensiasi.
Antagonis asam folat akan
menghambat dihidrofolat
reduktase dan bersifat teratogenik.
Asetazolamida menghambat
karbonik anhidrase dan akan
mempengaruhi perkembangan
fetus.

Anda mungkin juga menyukai