Anda di halaman 1dari 11

TUGAS CONCRETE APLICATION

-Kerusakan Beton-



Disusun Oleh:
Dwi Qurningsih 11210024


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT
Jl. Raya Puspanegara No. 1 Citeureup
Bogor
2014



I. PENDAHULUAN

Perkembangan globalisasi yang semakin maju menuntut kemajuan di segala aspek
kehidupan dimana salah satu instrument yang menuntut untuk mengikuti perkembangan
tersebut adalah pembangunan infrastruktur. Dalam konteks infrastruktur tersebut, salah satu
variable yang tidak pernah lepas adalah penggunaan beton sebagai unsur pembentuk dan
penopang bangunan maupun project infrastruktur lainnya.
Beton merupakan suatu campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk suatu massa
padat (SNI 03-2834-2000). Beton bertulang adalah suatu konstruksi yang merupakan
perpaduan antara beton dan tulangan, dimana antara beton dan besi tulangan diasumsikan
mempunyai daya saling lekat yang kuat dan koefisien muai yang hampir sama sehingga pada
suhu yang berbeda tidak akan terjadi tegangan perlawanan yang melepaskan hubungan kedua
bahan tersebut. Dalam hal ini gaya tekan diterima oleh beton sedangkan besi tulangan
digunakan untuk mengatasi kelemahan beton terhadap tegangan tarik. Beton bertulang
umumnya diaplikasikan pada gedung, jembatan, jalan, pavement dll. Beton bertulang banyak
digunakan dalam perkembangan infrastruktur saat ini karena memilki beberapa keunggulan
dilihat dari segi kekuatan, keawetan dan ekonomi.
Namun di lain hal, dalam aplikasinya beton mengalami beberapa kerusakan yang dipengaruhi
oleh pelaksanaannya. Terjadinya kerusakan beton ini ditambah dengan adanya pengaruh dari
luar seperti cuaca, temperature, kelembaban dan lain-lain menyebabkan berkurangnya fungsi
beton. Berikut merupakan factor-faktor yang mempengaruhi kerusakan beton:
a. Carbonasi, (CaOH)2 > CaCo3 + H2O
b. Penetrasi klorida
c. Serangan sulfat
d. Alkali-silica reaction
e. Freeze and thraw (beku dan muai)

II. TIPE KERUSAKAN BETON
Secara umum kerusakan beton disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang
merupakan pengaruh dari dalam struktur beton sendiri dan faktor eksternal yang merupakan
pengaruh dari kondisi lingkungan sekitar. Berikut ini merupakan tipe kerusakan yang
terdapat pada struktur beton:
1. Retak (Cracks)
Retak (cracks) adalah pecah pada beton dalam garis-garis yang relatif panjang dan
sempit. Keretakan pada beton merupakan hal yang paling sering dijumpai. Retak pada
permukaan beton terjadi disebabkan karena banyak hal seperti beton mengalami
penyusutan, lendutan akibat beban hidup (live load) / beban mati (dead load), proses
pemadatan beton yang tidak sempurna, evaporasi air dalam campuran beton terjadi
dengan cepat akibat cuaca yang panas, kering atau berangin, perawatan beton yang tidak
sesuai dengan persyaratan teknis pada saat beton berumur sampai dengan 28 hari
sehingga pengerasan beton bagian permukaan dan dalam tidak berlangsung secara
bersamaan, akibat gempa bumi maupun perbedaan temperature yang tinggi pada waktu
proses pengeringan. Adanya keretakan pada beton ini dan ditambah dengan meresapnya
air ke dalam beton akan mengakibatkan terjadinya proses keasaman pada baja tulangan
yang kemudian mengakibatkan baja mengembang dan keropos.
Secara umum retak pada beton terdiri dari dua kategori yaitu:
a. Microcrack
Microcrack atau retak dangkal atau retak rambut merupakan retakan yang terdapat
pada lapisan permukaan dengan ukuran retakan < 1 mm. Microcrack timbul karena
adanya pengaruh perubahan volume pada periode pengerasan beton setelah
pengecoran. Dengan kata lain telah terjadi penyusutan dan pengerutan akibat dari
proses pengeringan beton. Penyusutan(shrinkage) ini dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya:
kandungan air dalam beton sebelum pengecoran terlalu tinggi,
pemakaian semen terlalu banyak,
suhu dan kadar lengas udara disekelilingnya,
modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat,
Intensitas pengadukan yang kurang baik.
Selain pengaruh susutan akibat proses pengeringan beton, keretakan juga dapat
diakibatkan oleh peristiwa rayapan (creep). Rayapan adalah suatu sifat dari banyak
bahan yang terus akan mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama pada
pembebanan tetap. Perubahan bentuk karena rayapan secara praktis dikatakan
sebanding dengan besarnya tegangan yang diberikan. Microcrack yang masih berada
dalam batas antara agregat dan semen, dan pada batas antara besi tulangan dengan
semen, tidak berpengaruh terhadap ketahanan beton sepanjang retakan tersebut
terbatas jumlah dan ukurannya serta tidak terus menerus. Tetapi bila retak-retak
rambut ini menjadi menerus dan bertambah besar, retak ini akan dipakai sebagai jalan
untuk transportasi ion agresif dan gas.
Berikut ini merupakan mekanisme microcrack atau retakan dangkal:
Retak akibat susut
Retak akibat susut umumnya terjadi pada sambungan-sambungan yang lemah
seperti sudut-sudut pada jendela.

Gambar. Retak akibat susut
Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
Plesteran atau acian yang dibuat terlalu banyak air.
Dalam jangka waktu lama batu bata mengalami pemuaian.
Kusen dari bahan kayu mengalami penyusutan.
Retak pada plester

Gambar. Retak rambut pada plester
Retak ini merupakan jenis retak rambut yang disebabkan oleh:
Pasir dengan kadar lumpur dan organik yang tinggi.
Terlalu banyak/sedikit semen
Terlalu banyak/sedikit air
Persiapan substrate yang buruk
Dinding terlalu kering
Aplikasi pada cuaca panas yang sangat terik dan tiupan angin kencang.

Retak pada pertemuan dinding.
Retak ini terjadi akibat plesteran menutupi dua bidang yang berbeda misalnya
pasangan bata dan beton.

Gambar retak pada pertemuan dinding
Retak akibat pemasangan conduit (cahpping untuk menanam kabel).

Gambar. Retak akibat pemasangan conduit
Retak akibat ketebalan plesteran.
Retak ini terjadi akibat adanya perbedaan ketebalan plesteran sehingga
menyebabkan penyusutan dan pengeringan yang berbeda.

Gambar. Retak akibat ketebalan plesteran



Retak akibat reaksi alkali-agregat

Gambar. Retak akibat reaksi alkali agregat

b. Retak structural
Retak structural memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan
microcrack dimana retak ini mempunyai penampakan lebih besar, lebih panjang dan
lebih dalam dimana ukuran retakan > 1 mm. Adanya retakan ini merupakat indikasi
yang serius akan kegagalan konstruksi. Retakan struktural dapat merupakan kejadian
yang terus menerus atau sesaat. Retak structural terdiri dari retak aktif dan pasif.
Retak aktif merupakan retak yang selalu ada dan bergerak selama pengamatan sedang
retak pasif merupakan retak yang tidak bertambah. Retak structural terjadi disebabkan
karena ketidakmampuan beton menahan beban eksternal yang bekerja padanya. Hal
ini umumnya terjadi apabila beban yang bekerja melampaui dari batas beban rencana.
Pengaruh lain yang mengakibatkan adanya retak struktur antara lain gempa bumi,
angin, settlement pada lapisan tanah dibawah, perencanaan yang kurang teliti dan
pemasangan jarak tulangan yang melebihi batas maksimum.
Berikut merupakan mekanisme retakan structural:
Retak akibat pergerakan struktur
Retak ini terjadi akibat balok struktur yang melengkung ditandai oleh retak
horizontal sepanjang pasangan bata diantara bentang balok.

Gambar. Retak akibat balok struktur melengkung
Beberapa faktor penyebabnya antara lain :
Bangunan menerima beban terlalu berat.
Batas maksimum lendutan balok struktur adalah L/360 bentang .
Pergerakan dinding akibat akar pohon yang mengangkat pondasi.
Penurunan pada tanah yang bersebelahan dengan bangunan.
Retak akibat pergerakan pondasi
Retak ini merupakan retak akibat pergerakan struktur yang ditandai dengan
retak secara diagonal.

Gambar. Retak akibat pergerakan pondasi
Retak ini disebabkan oleh pondasi bangunan yang tidak stabil, seperti satu
bagian menurun akibat dari bagian lain yang kondisinya tidak baik.

2. Pengelupasan (spalling/scalling) pada struktur
Spalling merupakan jenis kerusakan beton dimana telah terjadinya pengelupasan selimut
beton baik besar maupun kecil sehingga tulangan pada beton tersebut terlihat. Hal ini
apabila dibiarkan dengan bertambahnya waktu akan mengakibatkan timbulnya korosi
pada tulangan dan akhirnya patah.

Gambar. Scalling pada beton

Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya spalling antara lain:
Eksposisi yang berulang-ulang terhadap pembekuan dan pencairan
Melekatnya material pada permukaan bekisting.
3. Degradasi Beton
Degradasi (pelapukan) beton merupakan proses berkurangnya kekuatan beton karena
adanya pengaruh dari internal maupun eksternal. Pengaruh internal yang dapat
mengurangi ketahanan beton antara lain sifat basa, sifat mekanis agregat dan pasta semen,
serta reaksi agregat yang bisa menimbulkan volume agregat semakin bertambah sehingga
mengakibatkan agregat akan menekan area disekelilingnya bahkan agregat akan terlepas
dari beton. Hal ini juga dapat diawali dari terjadinya segregasi yaitu pemisahan butiran
agregat kasar dari adukan karena slump yang terlalu rendah, gradasi agregat kurang baik
dan rasio bj split yang lebih besar dari bj pasir. Disamping itu adanya sulfat dan klorida
dari bahan pembentuk beton menjadi salah satu penyumbang terjadinya degradasi beton.
Sedangkan pengaruh dari luar yang dapat menyebabkan menurunnya kekuatan beton
antara lain cuaca, pengaruh alam, cairan industri gas dan lain-lain.
4. Korosi Beton dan Tulangan
Dua faktor yang berpengaruh terhadap pengurangan kekuatan struktur beton adalah
degradasi beton dan korosi tulangan. Dua fenomena ini tidak dapat dipisahkan karena
umumnya degradasi beton terjadi disekeliling tulangan dimana dimana hal ini akan
menimbulkan korosi pada tulangan. Begitu pula korosi tulangan akan mempengaruhi
kerusakan beton yang ditimbulkan oleh tegangan internal dengan bentuk korosi. Oleh
karena itu ketahanan beton sangat tergantung dari interaksi retak dan korosi. Timbulnya
kerak berwarna cokelat yang dihasilkan dari proses karat pada tulangan akan berinfiltrasi
ke permukaan beton yang berlanjut pada timbulnya retak-retak beton. Penyebab utama
korosi beton adalah adanya oksidasi dalam permukaan beton (carbonasi) yang
diakibatkan karena ketidakseragaman bahan kimia atau bahan phisik disekitar beton atau
masuknya garam sulfat ke dalam permukaan beton dimana sebelumnya telah terjadi
terkelupasnya selimut beton. Disamping hal itu faktor-faktor seperti pengaruh PH,
oksigen, cairan kimia, konsentrasi ion klorida, karbon, kualitas beton, ketebalan selimut
beton, kelembaban dan inhibitor.


Gambar. Korosi beton dan tulangan

5. Bug Holes
Bug holes merupakan kerusakan dengan bentuk rongga (lubang) kecil yang timbul pada
permukaan beton.

Gambar. Bug holes pada permukaan beton
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
Akibat udara yang terjebak didalam beton.
Penggunaan mold oil yang bersifat sticky.
Pemadatan yang dilakukan dengan vibrator kurang baik
6. Popouts
Popouts merupakan timbulnya rongga pada beton yang disebabkan karena adanya
material organic dalam campuran, kontaminasi yang reaktf atau korosi pada tulangan.


7. Kerusakan beton akibat serangan kimia
Kerusakan pada beton juga dapat disebabkan karena serangan kimia seperti penggunaan
fly ash pada campuran beton, adanya unsure asam yaitu SO2 dan CO2 yang bersifat
melarutkan unsur semen pada beton, serta adanya kontak antara beton dengan air laut
yang mengandung sulfat.

8. Bleeding
Bleeding merupakan kondisi dimana mixing water naik ke atas permukaan beton. Hal ini
umumnya disebabkan oleh campuran yang terlalu basah/ slump terlalu tinggi.dan
rancangan campuran beton yang kurang baik.

Gambar. bleeding


III. PEBAIKAN KERUSAKAN BETON
Dalam perbaikan beton perlu dipilih bahan perbaikan yang memenuhi sifat bahan yaitu :
- Stabilitas bentuk
- Koefisien muai panas
- Modulus elastisitas
- Permeabilitas
Dalam aplikasinya sistem atau metode perbaikan beton harus dipilih atau disesuaikan
berdasarkan tingkat kerusakannya. Berikut ini merupakan beberapa jenis metode perbaikan
beton, yaitu:
Coating , merupakan perbaikan dengan cara melapisi permukaan beton dengan cara
mengoleskan atau menyemprotkan bahan yang bersifat plastik dan cair. Lapisan ini
digunakan untuk menyelimuti beton terhadap lingkungan yang merusak beton.
Namun metode ini tidak direkomendasikan karena dengan adanya coating akan
menyebabkan air dalam beton terperangkap atau tidak terjadi penguapan.
Caulking, teknik yang digunakan untuk menangani perbaikan terhadap retak dengan
ukuran kecil atau menengah dimana secara keseluruhan tidak perlu dibobok atau
diganti. Dengan cara ini retak yang sempit pada beton diisi material yang bersifat
plastic, bukan yang mengalir dengan mudah seperti grout atau yang kaku seperti dry
pack mortar.
Routing dan Sealing,teknik ini digunakan untuk memperbaiki retak yang bersifat
dormant dan tidak memiliki signifikansi structural. Dengan metode ini retak
diperbesar sepanjang permukaan yang terekspos dan mengisinya dengan joint sealant
yang sesuai. Sebagai sealant dapat dipilih senyawa epoxy, selain itu dapat digunakan
urethane yang akan tetap flexibel pada perubahan temperatur yang besar.
Injection (grouting), merupakan metode perbaikan dengan cara memasukkan bahan
yang bersifat encer kedalam celah atau retakan pada beton, kemudian di injection
dengan tekanan sampai terlihat lubang atau celah lain telah terisi atau mengalir keluar.
Shotcrete, merupakan metode perbaikan dengan cara menembakkan mortar atau beton
dengan ukuran agregat yang kecil, pada permukaan beton yang akan diperbaiki.
Metode ini dapat digunakan untuk perbaikan permukaan yang vertical maupun
horizontal dari bawah.
Prepacked concrete, merupakan metode dengan cara mengupas beton kemudian
dibersihkan dan diisi dengan beton segar.
Jacketing merupakan metode dimana pada cara ini material dilekatkan dengan
menggunakan pengencang pada beton (bahan selubung) berupa baja, karet atau beton
komposit.
Penambahan tulangan
Penambahan tulangan, pada cara ini mula-mula retak ditutup, lalu lubang-lubang
dibuat dengan bor melalui bidang retak pada arah kurang lebih 90o. Lubang-lubang
dan bidang retak kemudian diisi epoxy yang dipompa dengan tekanan rendah dan
selanjutnya tulangan diletakan pada lubang-lubang tersebut.Epoxy akan merekatkan
kembali permukaan beton yang retak dan akan mengangker tulangan.

Anda mungkin juga menyukai