Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Sensor Suhu IC LM35

Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat
dikalibrasikan langsung dalam , LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature
sensor seperti pada gambar 2.1


Gambar 2.1.1 LM 35 basic temperature sensor
IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk
Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan
dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis
suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /C yang berarti
bahwa kenaikan suhu 1 C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.
IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar
karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada
Universitas Sumatera Utara
temperature ruang. J angka sensor mulai dari 55C sampai dengan 150C, IC
LM35 penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indicator
tampilan
catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari supplay sehingga
panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 C di dalam suhu
ruangan.

Gambar 2.1.2 Rangkaian pengukur suhu

LM 35 ialah sensor temperatur paling banyak digunakan untuk praktek, karena
selain harganya cukup murah, linearitasnya juga lumayan bagus. LM35 tidak
membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi C pada
temperatur ruangan dan C pada kisaran -55 C to +150 C. LM35
dimaksudkan untuk beroperasi pada -55 C hingga +150 C, sedangkan LM35C
pada -40 C hingga +110 C, dan LM35D pada kisran 0-100C.
LM35D juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket TO-220. Sensor LM35 umunya
akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan 1C (300mV pada 30 C).
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. 1.3 Bentuk Fisik LM 35
Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu
menjadi besaran elektri tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap
kenaikan 1C tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal
keluaran sensor adalah 1,5V pada suhu 150C. Pada perancangan kita tentukan
keluaran ADC mencapai full scale pada saat suhu 100C, sehingga tegangan
keluaran tranduser (10mV/C x 100C) =1V. Pengukuran secara langsung saat
suhu ruang, keluaran LM35 adalah 0,3V (300mV). Tengan ini diolah dengan
mengunakan rangkaian pengkondisi sinyal agar sesuai dangan tahapan masukan
ADC. LM35 memiliki kelibihan kelebihan sebagai
berikut:
1. Di kalibrasi langsung dalam celsius
2. Memiliki faktor skala linear +10.0 mV/C
3. Memiliki ketetapan 0,5C pada suhu 25C
4. J angkauan maksimal suhu antara -55C sampai 150C
5. Cocok untuk applikasi jarak jauh
6. Harganya cukup murah
Universitas Sumatera Utara
7. Bekerja pada tegangan catu daya 4 sampai 30Volt
8. Memiliki arus drain kurang dari 60 uAmp
9. Pemanasan sendiri yang lambat ( low self-heating)
10. 0,08C diudara diam
11. Ketidak linearanya hanya sekitar C
12. Memiliki Impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1 mAmp.

Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat yang
tegangan keluarannya linear dalam satuan celcius. J adi LM35 memilik kelebihan
dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak
memerlukan pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya
untuk mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM35 memiliki
impedansi
keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian
membuat proses interface untuk membaca atau mengotrol sirkuit lebih mudah. Pin
V+dari LM35 dihubungkan kecatu daya, pin GND dihubungkan ke Ground dan
pin\ Vout- yang menghasilkan tegangan analog hasil pengindera suhu
dihubungkan ke vin (+) dan ADC 0840.
LM35DZ adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor
(TO-92). Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu
hingga 100 derajad Celcius. Dengan tegangan keluaran yang terskala linear
Universitas Sumatera Utara
dengan suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad Celcius, maka komponen
ini sangat cocok untuk digunakan sebagai teman eksperimen kita, atau bahkan
untuk aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang digital, mesin pasteurisasi, atau
termometer badan digital.
LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan
60 mikroampere, memiliki tingkat efek self-heating yang rendah (0,08 derajad
Celcius).
Btw, self-heating adalah efek pemanasan oleh komponen itu sendiri akibat adanya
arus yang bekerja melewatinya. Untuk komponen sensor suhu, parameter ini harus
dipertimbangkan dan diupakara atau di-handle dengan baik karena hal ini dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran. Seperti sensor suhu jenis RTD PT100 atau
PT1000 misalnya, komponen ini tidak boleh dieksitasi oleh arus melebihi 1
miliampere, jika melebihi, maka sensor akan mengalami self-heating yang
menyebabkan hasil pengukuran senantiasa lebih tinggi dibandingkan suhu yang
sebenarnya.

Gambar 2.1.4 Skematik Rangkaian Dasar Sensor Suhu LM35-DZ
Universitas Sumatera Utara
Gambar diatas adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu LM35-DZ.
Rangkaian ini sangat sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran
sensor yang terskala linear terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1
derajad celcius. J adi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajad
Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian
pengkondisi sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter,
atau rangkaian lain seperti rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian
Analog-to-Digital Converter.
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk
aplikasi yang tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi
tidak untuk aplikasi yang sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya
lakukan, tegangan keluaran sensor belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang
relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya naikkan atau turunkan),
maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya benar, tapi
untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur
seyogyanya dapat dijadikan patokan bagi penggunanya. J ika nilainya berubah-
ubah untuk kondisi yang relatif tidak ada perubahan, maka alat ukur yang
demikian ini tidak dapat digunakan.Untuk memperbaiki kinerja rangkaian dasar di
atas, maka ditambahkan beberapa komponen pasif seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Dua buah resistor 150K yang diparalel membentuk resistor 75K yang diseri
dengan kapasitor 1uF. Rangkaian RC-Seri ini merupakan rekomendasi dari pabrik
pembuat LM35. Sedangkan resistor 1K5 dan kapasitor 1nF membentuk rangkaian
passive low-pass filter dengan frekuensi 1 kHz. Tegangan keluaran filter
kemudian diumpankan ke penguat tegangan tak-membalik dengan faktor
penguatan yang dapat diatur menggunakan resistor variabel. Dengan rangkaian
ini, terbukti tegangan keluaran rangkaian ini jauh lebih stabil dibandingkan
tegangan keluaran rangkaian dasar di atas. Dengan demikian akurasi pengukuran
telah dapat ditingkatkan. Tegangan keluaran opamp dapat langsung diumpankan
ke rangkaian ADC untuk kemudian datanya diolah lebih lanjut oleh
mikrokontroler.
Rangkaian tersebut telah saya aplikasikan pada Sistem Monitoring Suhu Air
Pendingin Mesin Open-Mill di Pabrik Rol Karet USTEGRA Malang dengan
performa yang baik dengan mikrokontroler AT89S52 dan ADC0809 serta
Audible Warning System berbasis ISD1420.
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk
mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor
Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika
elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki
keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor
suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan
linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan
rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang
diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60
A hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-
heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah
yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C.
3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1
berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan
sebagai tegangan keluaran atau V
out
dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai
dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan
antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap
derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut
V
LM35
=Suhu
*
10 mV
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan
suhu setiap suhu 1 C akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada
penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen
pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 C
karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan
selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35
sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau
jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan
dan suhu udara disekitarnya .
Universitas Sumatera Utara
J arak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh
interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan
sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan simpangan
didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada
kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari V
in
untuk ditanahkan. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35.
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu
10 mVolt/C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5C pada suhu 25 C seperti
terlihat pada gambar 2.2.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C
pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar C.


Universitas Sumatera Utara
2.2 Penampil LCD (Liquid Crystal Display)
LCD (Liquid Cristal Display) adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi
sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. Dipasaran tampilan LCD
sudah tersedia dalam bentuk modul yaitu tampilan LCD beserta rangkaian pendukungnya
termasuk ROM dll. LCD mempunyai pin data, kontrol catu daya, dan pengatur kontras
tampilan.
Sekarang LCD lebih dipilih daripada dot matriks, seven-segment LED atau Multi -
segment LED untuk tampilan, disebabkan oleh selain harganya murah, LCD sudah mampu
menampilkan huruf, angka bahkan grafik sekalipun serta dalam memprogramnya lebih
mudah.
LCD juga merupakan perangkat display yang paling umum dipasangkan di
Mikrokontroller, Mengingat ukurannya yang kecil dan kemampuannya manampilkan
karakter atau grafik yang lebih dibandingkan display 7segmen. Pada pengembangan
sistem embedded LCD mutlak dipelukan sebagai sumber pemberi informasi utama,
misalnya alat pengukur kadar gula darah, penampil jam, penampil counter putaran motor
industri dan lainya.
Berdasarkan jenis tampilan, LCD dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis,
yaitu:
Segment LCD
LCD ini berbentuk dari beberapa Sevent Segment Display atau Sixteen Segment
Dispaly, namun ada juga yang mengabungkan keduanya. LCD ini sering dipakai
untuk jam digital.
Universitas Sumatera Utara
Dot Matrix character LCD
LCD ini terbentuk dari beberapa Dot Matrix Display berukuran 5x7 atau 5x9 yang
membentuk sebuah matriks yang lebih besar dengan berbagai kombinasi jumlah
baris dan kolom. Kombinasi ini yang menentukan karakter yang dapat ditampilkan
LCD tersebut. Seperti 2 baris x 20 karakter atau 4 baris 20 karakter.
Graphic LCD
LCD jenis ini masih berkembang saat ini. Resolasi LCD ini bervariasi,
diantaranya 128x64, 128x128. Sekarang ini Graphic LCD banyak dipakai pada
Handycam, laptop,telpon seluler (cellphone), monitor komputer dan lain
sebagainya.
2.3.1 Register LCD
Register yang terdapat di LCD adalah sebagai berikut:
IR (Intruction Register)
Digunakan untuk menentukan fungsi yang harus dikerjakan oleh LCD serta
pengalamatan DDRAM atau CGRAM.
DR (Data Register)
Digunakan sebagai tempat data DDRAM atau CGRAM yang akan ditulis atau
dibaca oleh komputer atau sistem minimum. Saat dibaca, DR menyimpan data
DDRAM atau CGRAM, setelah itu data alamatnya secara otomatis masuk ke DR.
Pada waktu menulis, cukup lakukan inisialisasi DDRAM atau CGRAM, kemudian
untuk selanjutnya data dituliskan ke DDRAM atau CGRAM sejak awal alamat
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BF (Busy Flag)
Digunakan untuk bahwa LCD dalam keadaan siap atau sibuk. Apabila LCD
sedang melakukan operasi internal, BF diset menjadi 1, sehingga tidak akan
menerima perintah dari luar. J adi, BF harus dicek apakah telah diriset menjadi 0
ketika akan menulis LCD (memberi data pada LCD). Cara untuk menulis LCD
adalah dengan mengeset RS menjadi 0 dan mengeset R/W menjadi 1.
AC (Address Counter)
Digunakan untuk menunjukan alamat pada DDRAM atau CGRAM dibaca atau
ditulis, maka AC secara otomatis menunjukan alamat berikutnya. Alamat yang
disimpan AC dapat dibaca bersamaan dengan BF.
DDRAM (Display Data Random Access Memory)
Digunakan sebagai tempat penyimpanan data yang sebesar 80 byte atau 80
karakter. AC menunjukan alamat karakter yang sedang ditampilkan.
CGROM (\Character Generator Read Only Memory)
Pada LCD terdapat ROM untuk menyimpan karakter-karakter ASCII (American
Standart Code for Interchage Intruction), sehingga cukup memasukan kode ASCII
untuk menampilkanya.
CGRAM (Character Generator Random Access Memory)
Sebagai data storage untuk merancang karakter yang dikehendaki. Untuk
CGRAM terdapat kode ASCII dari 00h sampai 0Fh, tetapi hanya 8 karakter yang
disediakan. Alamat CGRAM hanya 6 bit, 3 bit untuk mengatur tinggi karakter dan
3 bit tinggi menjadi 3 bit rendah DDRAM yang menunjukan karakter, sedangkan
3 bit rendah sebagai posisi data CGRAM untuk membuat tampilan baris dalam dot
Universitas Sumatera Utara
matriks 5x7 karakter tersebut, dimulai dari atas. Sehingga karakter untuk kode
ASCII 00h sama dengan 09h sampai 07h dengan 0Fh. Dengan demikian untuk
perancangan 1 karakter memerlukan penulisan data ke CGRAM samapai 8 kali.
Cursor and Blink Control circuit
Merupakan rangkaian yang menghasilkan tampilan kursor dan kondisi blink
(berkedap-kedip).
Sebagai bahasan berikut adalah modul LCD 4x20 karakter yang akan digunakan dalam
proyek akhir ini. Salah satu alasan mengapa modul LCD dipakai dalam proyek akhir ini
adalah kenyataan bahwa modul LCD relatif jauh lebih sedikit memerlukan daya
ketimbang modul-modul display berbasis LED. Selain itu desain LCD lebih kompak
dan dimensinya juga lebih kecil. Dengan mikrokontroler kita dapat mengendalikan
suatu peralatan agar dapat bekerja secara otomatis. Untuk mengakses LCD 4x20 harus
melakukan konfigurasi pin dari LCD dengan pin I/O mikrokontroler tersebut.

Gambar 2.2. LCD 4 x 20 karakter


Berikut tabel deskripsi pin pada LCD :
Universitas Sumatera Utara
Pin Simbol I/O Deskripsi
1 VSS -- Ground
2 VCC -- +5 V power suplay
3 VEE -- Power suplay source to control contrast
4 RS I Register select: RS =0 to select instruksi.
Command register; RS =1 to selsct data reg.
5 R/W I Read/Write: R/W =0 for write, R/W=1 for read
6 E I Enable
7 DB0 I/O The 8-bit data bus
8 DB1 I/O The 8-bit data bus
9 DB2 I/O The 8-bit data bus
10 DB3 I/O The 8-bit data bus
11 DB4 I/O The 8-bit data bus
12 DB5 I/O The 8-bit data bus
13 DB6 I/O The 8-bit data bus
14 DB7 I/O The 8-bit data bus
Tabel 2.2. Deskripsi pin pada LCD
Universitas Sumatera Utara
2.3 Catu Daya
Power Supply merupakan pemberi sumber daya bagi perangkat elektronika.
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh power supply arus searah DC (direct
current) yang stabil agar dapat dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu
daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya
lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah
sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk
itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi
DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya ( power supply)
linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada power
supply dengan regulator zener, op amp dan regulator 78xx. Rangkaian penyearah
sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas.
J ika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun.
Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc
keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup
mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi
tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada
rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan
tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout =Vz. Namun
rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA.

Universitas Sumatera Utara
2.3.1. PENYEARAH (RECTIFIER)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar
dibawah berikut ini. Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC
dari jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih
kecil pada kumparan sekundernya.. Rangkaian Penyearah Sederhana yaitu :

Gambar 2.3.1 Penyearah Sederhana
Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke
beban RL. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave).
Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan
transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar-2.3.1
2.3.2 Rangkaian Penyearah Sederhana

Gambar 2.3.2 Rangkaian Penyearah Sederhana
Universitas Sumatera Utara
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang
berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai
common ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan
gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti
misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk
tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan
ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.
2.3.3 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dengah Filter C

Gambar 2.3.3 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dengah Filter C
Gambar diatas adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter
kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk
gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk
keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter
kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu,
dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor.
Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat
pengosongan kapasitor.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor

Gambar 2.3.4 Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R.
J ika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis
horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan
semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan
tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr =VM -VL . (1)
dan tegangan dc ke beban adalah:
Vdc =VM +Vr/2 .. (2)
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple
paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C,
sehingga dapat ditulis :
VL =VM e T/RC . (3)
J ika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :
Universitas Sumatera Utara
Vr =VM (1 e T/RC) (4)
J ika T <<RC, dapat ditulis :
e T/RC 1 T/RC .. (5)
sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih
sederhana :
Vr =VM(T/RC) . (6)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara
beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini
efektif untuk mendapatkan nilai tengangan ripple yang diinginkan.
Vr =I T/C (7)
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple
akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple
akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu
periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau
60Hz. J ika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T =Tp =1/f =1/50 =0.02 det.
Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang
penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T =1/2 Tp =
0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan
kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator
Universitas Sumatera Utara
yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut
ini.
2.3.5 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Dengan Filter C

Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu
jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai
kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang
tidak lebih dari 0.75 Vpp. J ika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.
C =I.T/Vr =(0.5) (0.01)/0.75 =6600 uF.
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas
dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan
harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang
paham mengapa rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa
kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan ripple
ini cukup mengganggu. J ika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian
besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai