II 1
II 1
pengusaha besar hampir disemua sektor, antara lain : perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan
industri.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena semakin terbukanya pasar didalam negeri,
merupakan ancaman bagi UKM dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar dampak
globalisasi. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan UKM saat ini dirasakan semakin mendesak dan
sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat, maka kemandirian UKM dapat tercapai dimasa
mendatang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.
Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk usaha kecil
yang bergerak disektor pertanian. Pada tahun 1996 data Biro Pusat Statistik menunjukkan jumlah UKM =
38,9 juta, dimana sektor pertanian berjumlah 22,5 juta (57,9%), sektor industri pengolahan = 2,7 juga (6,9 %),
sektor perdagangan, rumah makan dan hotel = 9,5 juta (24%) dan sisanya bergerak dibidang lain. Dari segi
nilai ekspor nasional (BPS, 1998). Nilai ini jauh tertinggal bila dibandingkan ekspor usaha kecil negaranegara lain, seperti Taiwan (65 %), Cina 50 %), Vietnam (20 %), Hongkong (17 %), dan Singapura (17 %).
Oleh karena itu, perlu dibuat kebijakan yang tepat untuk mendukung UKM seperti antara lain: perijinan,
teknologi, struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan.
Posisi Industri Kecil di Indonesia
Usaha skala kecil di Indonesia adalah merupakan subyek diskusi dan menjadi perhatian pemerintah
karena perusahaan kecil tersebut menyebar dimana-mana, dan dapat memberi kesempatan kerja yang
potensial. Para ahli ekonomi sudah lama menyadari bahwa sektor industri kecil sebagai salah satu
karakteristik keberhasilan dan pertumbuhan ekonomi. Industri kecil menyumbang pembangunan dengan
berbagai jalan, menciptakan kesempatan kerja, untuk perluasan angakatan kerja agi urbanisasi, dan
menyediakan fleksibilitas kebutuhan serta inovasi dalam perekonomian secara keseluruhan.
Tabel 2.1 Jumlah Unit Industri Menengah/Besar dan Industri Kecil, 1991-1997
Tahun Industri Skala
Menengah/Besar
1991 16,494 0.66
1992 17,648 0.71
1993 18,219 0.73
1994 19,017 0.74
1995 21,551 0.80
1996 22,997 0.87
1997 23,386 0.71
Sumber: BPS, 1998
Jumlah
2,473,765 99.34
2,474,235 99.29
2,478,549 99.27
2,503,529 99.26
2,641,339 99.20
2,679,130 99.13
3,543,397 99.30
2,490,256 100
2,491,883 100
2,496,768 100
2,522,305 100
2,662,662 100
2,702,595 100
3,566,783 100
Persen
(%)
Tabel 2.1 menunjukkan 99.3 % dari jumlah unit industri merupakan industri kecil. Begitu pula Tabel
2.2 memperlihatkan jumlah pekerja yang diserap industri kecil lebih besar (
tenaga kerja yang diserap oleh industri skala besar-menengah (
pemerintah memberikan perhatian khusus dalam
67 %) dibandingkan jumlah
pengembangan yang telah dilakukan masih belum memuaskan, karena dirasakan keberadaan industri kecil
selalu tertinggal dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai oleh industri besar.
Sesuai dengan Tabel 2.3 yang memperlihatkan nilai produksi yang dihasilkan industri skala besarmenengah jauh lebih besar (89,56%) dibandingkan nilai produksi industri kecil hanya 10,44 %. Industri
menengah-besar mengalami kenaikan persentase nilai produksi setiap tahun dari total nilai produksi nasional.
Tabel 2.2 Tenaga Kerja Industri Menengah/Besar dan Industri Kecil di Indonesia
Year Industri Skala Menengah-Besar
Pekerja
Bagian
Pertum(orang)
(%)
buhan(%)
1993
3,574,829
32.4
7.93
1994
3,813.670
33.2
6.68
1995
4,174,142
34.2
9.45
1996
4,214,967
33.8
0.98
1997
4,170,093
33.3
-1.06
Jumlah Pekerja
Pekerja
Bagian
(orang)
(%)
11,038,820
100
11,458357
100
12,190.539
100
12,470,714
100
12,541,420
100
Industri
Menengah/Besar
Jutaan Rupiah %
Industri Kecil
Jutaan Rupiah
Total 100%
%
Jutaan Rupiah
Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanya mempergunakan kapasitas 60% atau kurang.
2.
Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil-kecilan.
3.
Usaha menurunkan kerena : kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang keterampilan
teknis dan administrasi.
5.
6.
7.
8.
Untuk memperoleh bantuan perbankan, dipandang terlalu rumit dan dokumen-dokumen yang harus
disiapkan.
Pembinaan UKM
Bagian dari tulisan ini akan dimulai dengan mengajukan sebuah pertanyaan menarik yakni :
bagaimana caranya melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap UKM dalam konteks pasar bebas dan
terbuka? jika diteliti lebih rinci ternyata UKM itu tidak homogin. Pandangan umum bahwa UKM itu memiliki
sifat dan jiwa entrepreneurship (kewiraswastaan) adalah kurang tepat. Ada sub kelompok UKM yang
memiliki sifat entrepreneurship tetapi ada pula yang tidak menunjukkan sifat tersebut. Dengan menggunakan
kriteria entrepreneurship maka kita dapat membagi UKM dalam empat bagian, yakni :
(1) Livelihood Activities : UKM yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan kerja
untuk mencari nafkah. Para pelaku dikelompok ini tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Kelompok ini
disebut sebagai sektor informal. Di Indonesia jumlah UKM kategori ini adalah yang terbesar.
(2) Micro enterprise : UKM ini lebih bersifat artisan (pengrajin) dan tidak bersifat entrepreneurship
(kewiraswastaan). Jumlah UKM ini di Indonesia juga relatif besar.
(3) Small Dynamic Enterprises : UKM ini yang sering memiliki jiwa entrepreneurship. Banyak pengusaha
skala menengah dan besar yang tadinya berasal dari kategori ini. Kalau dibina dengan baik maka
sebagian dari UKM kategori ini akan masuk ke kategori empat. Jumlah kelompok UKM ini jauh lebih
kecil dari jumlah UKM yang masuk kategori satu dan dua. Kelompok UKM ini sudah bisa menerima
pekerjaan sub-kontrak dan ekspor.
(4) Fast Moving Enterprises : ini adalah UKM tulen yang memilki jiwa entrepreneurship yang sejati. Dari
kelompok ini kemudian akan muncul usaha skala menengah dan besar. Kelompok ini jumlahnya juga
lebih sedikit dari UKM kategori satu dan dua.
Dilihat dari pembinaan yang efektif maka sebaiknya pemerintah memusatkan perhatiannya pada UKM
kategori tiga dan empat. Kelompok ini juga dapat menyerap materi pelatihan. Tujuan pembinaan terhadap
UKM kategori tiga dan empat adalah untuk mengembangkan mereka menjadi usaha sekala menengah. Secara
konseptual penulis menganggap ada dua faktor kunci yang bersifat internal yang harus diperhatikan dalam
proses pembinaan UKM. Pertama, sumber daya manusia (SDM), kemampuan untuk meningkatkan kualitas
SDM baik atas upaya sendiri atau ajakan pihak luar. Selain itu dalam SDM juga penting untuk memperhatikan
etos kerja dan mempertajam naluri bisnis. Kedua, manajemen, pengertian manajemen dalam praktek bisnis
meliputi tiga aspek yakni berpikir, bertindak, dan pengawasan.
Koperasi
Organisasi
Berdasarkan pengalaman, kegiatan saling membantu (gotong royong, solidaritas, dan perhitungan
ekonomi) diantara individu dan usaha akan lebih berhasil mengatasi permasalahan baik sosial maupun
ekonomi. Apalagi dalam menghadapi ekonomi pasar dimana persaingan pasar sangat ketat akan menyebabkan
UKM semakin tidak berdaya. Dalam ketidak berdayaan ekonomi seperti ini kekuatan-kekuatan ekonomi
seperti usaha besar akan menguasai UKM baik dalam pemasaran hasil produksi maupun dalam penyediaan
sarana-sarana produksi.
Hal ini menyebabkan usaha-usaha kecil dan menengah harus bergabung dalam suatu wadah
(organisasi), dengan saling membantu dan bekerja sama tidak saja untuk menghadapi oligopolies dan
monopolis, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan berproduksi dan memasarkan hasil produksinya.
Organisasi tersebut dinamakan koperasi. Dalam bab ini akan diuraikan sejarah perintisan perkembangan
organisasi koperasi yang dimulai dari Eropa dan disebar luaskan keseluruh dunia termasuk Indonesia.
Para pelopor koperasi telah berhasil memprakarsai organisasi-organisasi koperasi dan mengembangkan
gerakan koperasi, gagasannya dan mengembangkan struktur organisasi koperasi tertentu terutama yang dapat
diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan khusus dan pada situasi nyata
dari kelompok-kelompok orang-orang yang berbeda lingkungan ekonomis dan social budaya. Mereka dalam
mendirikan tipe koperasi tertentu dengan melalui proses trial and errors yang akhirnya berhasil membentuk
organisasi koperasi. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi inovatif sebagai pemrakarsa pemrakarsa sebagai
pengusaha-pengusaha koperasi yang membuka jalaln disebut promotor koperasi.
Pendekatan pendekatan dalam membentuk organisasi koperasi dapat dilakukan sebagai berikut :
Disatu pihak, pemrakarsaan bagi pembentukan organisasi swadaya koperasi dapat berasal dari atas dan
dari luar yaitu dari orang-orang yang tidak berkepentingan terhadap jasa pelayanan koperasi, tetepi
memiliki motivasi dan cukup mampu bertindak sebagai pemrakarsa dan promotor. Cara ini akan berhasil
bila ada tindakan yang positif, tanggapan yang positif dari orang yang berkepentingan dengan organisasi
koperasi.
Dilain pihak, prakarsa untuk mendirikan dan membentuk koperasi dapat berhasil dari para anggota sendiri
atau dari bawah dan dari dalam.
Jika unsur-unsur ideologi tersebut diabaikan, maka secara pragmatis organisasi-organisasi koperasi
dapat didefinisikan sebagai organisasi yang didirikan dengan tujuan utama menunjang kepentingan ekonomi
para anggotanya melalui suatu perusahaan bersama.
Hal ini ada hubungannya dengan definisi organisasi koperasi yang diterima secara internasional yang
digunakan oleh Konperensi Buruh Internasional (International Labor Organization = ILO, 1966) : Suatu
organisasi koperasi adalah suatu perkumpulan dari sejumlah orang yang bergabung secara suka rela untuk
mencapai suatu tujuan yang sama melalui pembentukan suatu organisasi yang diawasi secara demokratis,
melalui penyetoran suatu kontribusi yang sama untuk modal yang yang diperlukan dan melalui pembagian
risiko serta manfaat yang wajar dari usaha, dimana para anggotanya
terpenting dari definisi tersebut adalah dapat membedakan secara jelas antara organisasi koperasi dengan
organisasi yang bukan koperasi seperti organisasi sosio ekonomis yang lain.
Jika definisi tersebut diatas ditinjau dari pola strukturalnya dan diartikan menurut pengertian
nominalis, maka terdapat 4 unsur yang menunjukkan ciri khusus koperasi sebagai suatu bentuk organisasi .
1. 1. Adanya sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok yang memiliki sekurang kurangnya
satu kepentingan.
2. Angan-angan individual dari kelompok koperasi antara lain bertekad mewujudkan tujuannya untuk
memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka melalui usaha-usaha bersama dan saling membantu
(swadaya dari kelompok koperasi).
3. Sebagai suatu instrumen (sarana) untuk mencapai tujuan itu yaitu melalui pembentukan suatu perusahaan.
4. Adanya sasaran utama dari perusahaan koperasi ini yaitu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
menunjang / memperbaiki situasi ekonomi para anggota (memperbaiki situasi ekonomi perusahaan atau
rumah tangga anggota) .
Di sini penekanan harus diberikan pada peningkatan motivasi untuk menolong diri sendiri melalui
kegiatan berkoperasi, berbeda dibanding dengan bantuan pemerintah atau bantuan yang diberikan oleh
seseorang kepada orang lain. Swadaya memerlukan inisiatif, jika motivasi untuk menolong diri sendiri
merupakan suatu ciri organisasi koperasi, maka
mengembangkan inisiatif, dan untuk berperan serta secara aktif dalam usaha bersama. Pengalaman
membuktikan bahwa kepentingan diri sendiri merupakan motivasi yang paling tepat bagi seseorang untuk
berperan serta dalam suatu organisasi koperasi.
Koperasi merupakan suatu alat yang ampuh bagi pembangunan, oleh karena koperasi merupakan suatu
wadah, dimana kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok tergabung sedemikian rupa. Sehingga melalui
kegiatan kelompok, kepentingan pribadi para anggota menjadi kekuatan pendorong yang memberikan manfaat
bagi seluruh anggota kelompok tersebut. Kelompok tersebut bisa terjadi jika kelompok tersebut secara relatif
homogen dan setiap anggautanya mampu memberikan kontribusi yang nyata.
Koperasi merupakan organisasi-organisasi yang otonom, yang dimiliki para anggota dalam peranannya
sebagai pelanggan dari perusahaan koperasi. Butir (3) dan butir (4) tersebut diatas harus diterapkan dalam arti
luas, karena perusahaan koperasi melakukan usahanya dengan anggota dan memperoleh dukungan dari
lembaga yang secara tidak langsung berkepentingan pada pelayanan, tetapi juga pada keberhasilan
perkembangan dari koperasi itu. Jadi koperasi merupakan organisasi otonom dalam suatu lingkungan sosio
ekonomis dan dalam sistem ekonomi, yang memungkinkan setiap individu dan kelompok orang-orang untuk
merumuskan tujuan individu dan kelompok secara otonom dan menetapkan tujuan-tujuan itu melalui aktivitas
aktivitas ekonomi yang dilaksanakan secara kooperatif. Untuk lebih memperjelas uraian diatas dapat dilihat
Gambar 5.1 sebagai berikut.
10
Kelompok
Koperasi
Hubungan-2
Pemilikan
Perusahaan
Koperasi
Anggota
Perorangan
Hubungan-usaha yang
bersifat menunjang
Kegiatan ekonomi anggota perorangan
(Rumah tangga atau perorangan)
10
11
Pemilik =
Pensuplai
Karyawan
Perusahaan
Koperasi
Insentif
(Barang konsumsi)
Kontribusi
(Modal)
Konsumen
dari barang-2
Konsumsi
= Para anggota =
Pemilik
B. Pengawas
Badan Pengurus
yaitu : konsep user-owner, konsep user- control dan konsep user benefit atau ada yang menyebutkan
anggota koperasi mempunyai prinsip identitas yaitu sebagai pemilik sekaligus pelanggan (Gambar 5.2).
Agar pembahasan tentang organisasi menjadi realistik, maka perlu mengikuti apa yang ditentukan dalam
undang-undang tentang perkoperasian yang khusus mengatur hal-hal berkaitan dengan organisasi koperasi
sebagai berikut :
11
12
Rapat Anggota
1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi
Rapat Anggota menetapkan anggaran dasar dari koperasi menetapkan juga kebijaksanaan umum di
bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi, menentukan pemilihan anggota pengurus
pengangkatan dan pemberhentian Pengurus dan Pengawas. Selain hal-hal tersebut menyusun rencana
kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta pengesahan laporan keuangan. Pada
pengesahan laporan keuangan biasanya dilanjutkan dengan menetapkan pembagian hasil usaha. Pada
badan-badan koperasi yang telah berkembang maju, maka anggota juga membahas penggabungan,
peleburan, pembagian yang dimungkinkan untuk rencana pengembangannya.
2. Cara penyelenggaraan Rapat Anggota
Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila tidak
diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara
terbanyak. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara. .Hak suara
dalam Koperasi Sekunder dapat diatur dalam Anggaran Dasar dengan mempertimbangkan jumlah anggota
dan jasa usaha koperasi-koperasi secara berimbang.
3. Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban dari Pengurus mengenai pengelolaan
koperasi; rapat tersebut diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun. Dalam rapat tersebut dibahas
tentang anggaran belanja, kebijakan-kebijakan yang perlu dan khusus tentang pengesahan dimaksud perlu
diselenggarakan untuk mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tahun buku ditutup.
4. Rapat Anggota Luar Biasa
Selain Rapat Anggota sebagaimana dimaksud di atas koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar Biasa
apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada Rapat Anggota.
Rapat Anggota Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota koperasi atau atas keputusan
Pengurus yang tata caranya diatur dalam Anggaran Dasar.
Persyaratan, tata cara, dan tempat penyelenggaraan Rapat Anggota dan Rapat Anggota Luar Biasa
diatur dalam Anggaran Dasar.
Pengurus
Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota. Untuk pertama kali, susunan
dan nama anggota Pengurus dicantumkan dalam akta pendirian dan dengan masa jabatan Pengurus paling
12
13
lambat 5 (lima) tahun. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota Pengurus ditetapkan
dalam Anggaran Dasar. Pengurus diberi wewenang untuk menyelenggarakan Rapat Anggota (sebagai
penyelenggara saja).
(1) Pengurus bertugas :
Mengelola koperasi dan kegiatan usahanya; mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan
rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi. Atas persetujuan para anggota, Pengurus diberi
wewenang menyelenggarakan Rapat Anggota sesuai ketentuan dalam Anggaran Dasar, Pengurus
wajib mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Menurut
kelaziman dalam pengelolaan usaha, maka Pengurus membuat daftar buku anggota dan Pengurus.
(2) Pengurus berwenang mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan selain hal itu dapat
memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan
ketentuan dalam Anggaran Dasar kewenangan lainnya ialah melakukan tindakan dan upaya bagi
kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat
Anggota.
(3) Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya kepada
Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa.
(4) Pengangkatan Pengelola (Manager)
Pengurus Koperasi dapat mengangkat Pengelola (Manager) yang diberi wewenang dan kuasa untuk
mengelola usaha, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada Rapat Anggota untuk
mendapat persetujuan dengan ketentuan Pengelola bertanggungjawab kepada Pengurus dan tidak
mengurangi tanggungjawab Pengurus kepada Rapat Anggota.
Setelah tahun buku Koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan rapat
anggota tahunan. Pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat sekurang-kurangnya perhitungan
tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan perhitungan hasil usaha dari tahun
yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut. Selain laporan keuangan tersebut juga perlu
diuraikan tentang keadaan dan usaha Koperasi serta usaha yang dapat dicapai dalam periode bersangkutan.
Persetujuan terhadap laporan tahunan, termasuk pengesahan perhitungan tahunan, merupakan penerimaan
pertanggungjawaban Pengurus oleh Rapat Anggota.
Pengawas
Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota dan bertanggung jawab kepada
Rapat Anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas ditetapkan dalam
Anggaran Dasar.
13
14
Kesimpulan
1.
pembiayaan/keuangan koperasi, akan terjebak dalam suatu lingkaran setan. Subsidi-subsidi pemerintah
memerlukan pengawasan yang cenderung mengurangi dukungan yang aktif dari para anggota, akibatnya
akan selalu timbul keinginan untuk meminta subsidi,
besar.
2. Koperasi adalah suatu type organisasi yang dapat diterima oleh orang-orang yang kemampuan ekonominya
terbatas karena :
Koperasi dapat dibentuk tanpa suatu jumlah modal tertentu
14
Keanggotaan bersifat terbuka dan suka rela, kontribusi modal tidak besar dan akan dikembalikan
15
15
16
Kekuatan dan kelemahan koperasi lebih ditentukan oleh jumlah anggotanya dari pada oleh jumlah satuansatuan ekonomi yang dimiliki oleh para anggotanya. Jika sekelompok orang yang bergabung dalam
koperasi tidak memiliki kekayaan sedikitpun atau sama sekali tidak melakukan kegiatan ekonomi, maka
mereka tidak akan mampu memperbaiki kegiatan ekonominya melalui usaha kelompok yang terorganisasi.
Orang-orang tersebut harus dibantu dengan cara misalnya antara lain landreform, program kesejahteraan, dan
aksi-aksi pelayanan secara nasional.
4. Koperasi cenderung memperbesar ketidaksamaan (inequalities) ekonomi dan sosial yang ada. Tujuan kegiatan
koperasi adalah mewujudkan keadilan (equity) dan bukan persamaan (eqaulity) Jika koperasi berhasil, maka
keuntungan-keuntungan dan manfaat-manfaat pertama-pertama akan dirasakan oleh para anggotanya,
yang bekerja secara bersama-sama
mengapa koperasi itu didirikan. Perbedaan yang tidak dapat dihindarkan , antara mereka yang tetap miskin
dan mereka sebagai anggota koperasi menjadi lebih kaya, akan semakin besar. Selama koperasi dikelola dan
dibiayai oleh para anggotanya sendiri, maka ternyata mereka merupakan kelompok yang lebih dapat
memperbaiki keadaan ekonomi dan sosialnya lebih cepat dari mereka yang menggunakan bentuk-bentuk
organisasi modern lainnya. Jika organisasi-organisasi koperasi yang didukung oleh bantuan keuangan dan
hak-hak istimewa pemerintah berhasil, maka mereka harus mengembalikan bantuan tersebut kepada
pemerintah, supaya dana tersebut dapat digunakan oleh koperasi koperasi lain yang memerlukannya dana
sebelumnya belum memperoleh kesempatan itu.
5. Koperasi dapat memberikan sumbangannya bagi pembangunan ekonomi sosial negara-negara yang sedang
berkembang. Organisasi koperasi merupakan alat yang efektif untuk meperbesar golongan menengah,
memperbaiki keadaan ekonomi dan sosial dari mereka yang lebih aktif diantara petani kecil, pengrajin dan
pedagang eceran, mempertebal semangat kewira koperasian dan memperluas kesempatan kerja. Koperasi
dapat berguna sebagai alat untuk modal mendorong kebiasaan menabung dan usaha pembentukan pada tingkat
yang lebih rendah dan untuk memperbaiki posisi para konsumen. Oleh sebab itu, sumbangan utama koperasi
terhadap pembangunan ekonomi dan sosial secara keseluruhan adalah membantu membangun struktur
ekonomi dan sosial yang kuat.
16