Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH BEDAH MULUT

Osteomielitis tulang rahang






OLEH :

Rahmawaty Andriany (2009.07.0.0067)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA



Osteomielitis
Definisi
Osteomielitis adalah suatu reaksi radang yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
yang melibatkan struktur tulang. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, baik pada anak-
anak maupun dewasa dan dapat menyebabka kematian.
Menurut Acher, osteomielitis ini adalah suatu peradangan tulang terutama bagian lunak
tulang. Reaksi radang yang melibatkan struktur pembentuk tulang yaitu kortek, medulla,
periosteum, pembuluh darah, serat syaraf, dan epifise.
Etiologi
Dua factor yang berperan pada terjadinya osteomielitis pada rahang, yaitu:
1. Factor odotogenik
a. Infeksi periapikal
b. Penyakit periodontal
c. Infeksi perikoronal gigi yang sedang erupsi dan gigi impaksi
d. Infeksi dalam socket gigi setelah ekstraksi
e. Infeksi dari kista atau tumor odontogenik

2. Faktor non odontogenik, antara lain:
a. Trauma pada rahang yang mengakibatkan compound fracture
b. Tonsillitis yang menyebar secara hematogen ke tulang rahang
c. Celulitis pada sekitar rahang yang berlanjut menyerang periosteum tulang.
Patogenesis
Osteomielitis pada tulang rahang bermula dari infeksi dari tempat lain yang masuk ke dalam
tulang membentuk peradangan supuratif pada medulla tulang Karena tekanan eksudat yang
besar timbul rasa sakit dan infeksi meluas sepanjang ke tulang spongiosa menuju ke daerah
lateral dan medial bagian korteks tulang menembus system Havers dan Volkman sehingga
mencapai periosteum, akibatnya struktur tulang rahang yang harusnya kompak dan padat jadi
rapuh dan lubang-lubang seperti sarang lebah dan adanya fistula yang multiple. Karena proses
peradangan ini, sehingga nanti fragmen-fragmen trabekula pada spongiosa menjadi nekrosis.
Sementara itu pus yang terkumpul di bawah periosteum mendesak sehingga periosteum
terangkat dari tulang akibatnya aliran ke daerah ini menjadi terputus Tulang menjadi
iskemia, sebagian kecil atau besar menjadi nekrosis yang disebut sequester. Bila sequester telah
terbentuk disebut sebagai osteomyelitis kronik.


Perawatan Osteomielitis
1. Antibiotika
Antibiotika adalah yang pertama dan utama diberikan. Antibiotika diberikan
sedini mungkin dengan dosis massif yang parental. Dosis yang tidak adekuat dapat
membuat mikroorganisme resisten. Antibiotika ditemukan berdasar hasil pemeriksaan
sensitivitas bakteri, selama menunggu sebelum ada hasilnya, dapat diberikan penisilin
sebagai drug of choice. Jika pasien alergi terhadap penisili maka diberikan klindamisin
sebagai obat pilihan kedua. Klindamisin dipilih karena sangat baik untuk kedua jenis
streptokokus dan mikroba anaerob penyebab osteomielitis. Klindamisin tidak dianjurkan
sebagai obat pilihan pertama karena sifatnya bakterostatik dan berefek menimbulkan
diarrhea.
Berikut obat pilihan ketiga dan keempat adalah sefalosporin dan eritromisin.
Sefalosporin juga tidak dianjurkan sebagai obat pilihan pertama untuk menangani
osteomielitis karena sifatnya bakterostatik dan efektivitasnya terhadap anaerob hanya
moderat saja serta cepat menimbulkan strain yang resisten.
Pengobatan antibiotika untuk osteomielitis akut dan kronis lebih memerlukan
waktu yang lama daripada untuk infeksi odontogenik yang biasa. Untuk osteomielitis
akut yang sedan dan respon nya baik, antibiotika diteruskan paling sedikit 4 minggu.
Untuk osteomielitis kronis yang berat, antibiotika diteruskan selama 6 bulan.

2. Drainase
Drainase harus dibuat sesegera mungkin, untuk mengeluarkan pus, mengurangu
absorpsi bahan toksik, mencegah penyebaran infeksi di dalam tulang dan member jalan
untuk terlokalisasinya penyakit. Drainase bisa berupa ekstraksi gigi yang menjadi infeksi
primer dan gigi lainnya yang terkena penyakit dan pada ekstraksi ini kalau mungkin
septum inter radikular juga sekalian diangkat untuk mendapatkan drainase yang cukup.
Untuk drainase pada daerah yang tidak bergigi dapat dibuat wndow pada tulang
dipuncak alveolar dan dipasang drain karet. Dan apabila ada pembengkakan ekstra oral
dibuat insisi ekstra oral, dan dipasang drain karet atau kateter. Perawatan selanjutnya
adalah irigasi dengan larutan garam fisiologis hangat dan penggantian drain.

a. Pengobatan suportif
Pada kasus yang berat, penderita dirawat inap dan harus mendapat istirahat
yang cukup. Diberikan diet makanan dengan tinggi kalori dan tinggi protein
serta multivitamin yang memadai. Rasa sakit ditanggulangi dengan analgesic
atau sedative.
b. Sekuesterektomi
Sekuesterektomi (intervensi bedah) berupa pengangkatan sekuester dilakukan
setelah fase akut reda dan diindikasikan bila sekuester memang sudah tampak
pada foto (fase kronis). Pada fase ini penderita dan antibiotic telah dapat
mengatasi virulensi bakteri. Pada kasus yang timbul lubang besar, perlu
dilakukan dekortisasi dan sauserisasi, agara periosteum yang dilepaskan dari
tulang dapat dikembalikan menutup dan kontak dengan permukaan tulang,
sehingga mempercepat penyembuhan pada kasus yang disertai dengan fraktur
patologis dilakukan fiksasi rahang.

Anda mungkin juga menyukai