0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
135 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang osteomielitis tulang rahang, yaitu peradangan tulang yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme pada struktur tulang. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor odontogenik seperti infeksi periapikal atau periodontal, atau faktor non-odontogenik seperti trauma. Perawatannya meliputi pemberian antibiotika secara parental, drainase untuk mengeluarkan pus, dan sekuesterektomi untuk
Dokumen tersebut membahas tentang osteomielitis tulang rahang, yaitu peradangan tulang yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme pada struktur tulang. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor odontogenik seperti infeksi periapikal atau periodontal, atau faktor non-odontogenik seperti trauma. Perawatannya meliputi pemberian antibiotika secara parental, drainase untuk mengeluarkan pus, dan sekuesterektomi untuk
Dokumen tersebut membahas tentang osteomielitis tulang rahang, yaitu peradangan tulang yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme pada struktur tulang. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor odontogenik seperti infeksi periapikal atau periodontal, atau faktor non-odontogenik seperti trauma. Perawatannya meliputi pemberian antibiotika secara parental, drainase untuk mengeluarkan pus, dan sekuesterektomi untuk
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
Osteomielitis Definisi Osteomielitis adalah suatu reaksi radang yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yang melibatkan struktur tulang. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, baik pada anak- anak maupun dewasa dan dapat menyebabka kematian. Menurut Acher, osteomielitis ini adalah suatu peradangan tulang terutama bagian lunak tulang. Reaksi radang yang melibatkan struktur pembentuk tulang yaitu kortek, medulla, periosteum, pembuluh darah, serat syaraf, dan epifise. Etiologi Dua factor yang berperan pada terjadinya osteomielitis pada rahang, yaitu: 1. Factor odotogenik a. Infeksi periapikal b. Penyakit periodontal c. Infeksi perikoronal gigi yang sedang erupsi dan gigi impaksi d. Infeksi dalam socket gigi setelah ekstraksi e. Infeksi dari kista atau tumor odontogenik
2. Faktor non odontogenik, antara lain: a. Trauma pada rahang yang mengakibatkan compound fracture b. Tonsillitis yang menyebar secara hematogen ke tulang rahang c. Celulitis pada sekitar rahang yang berlanjut menyerang periosteum tulang. Patogenesis Osteomielitis pada tulang rahang bermula dari infeksi dari tempat lain yang masuk ke dalam tulang membentuk peradangan supuratif pada medulla tulang Karena tekanan eksudat yang besar timbul rasa sakit dan infeksi meluas sepanjang ke tulang spongiosa menuju ke daerah lateral dan medial bagian korteks tulang menembus system Havers dan Volkman sehingga mencapai periosteum, akibatnya struktur tulang rahang yang harusnya kompak dan padat jadi rapuh dan lubang-lubang seperti sarang lebah dan adanya fistula yang multiple. Karena proses peradangan ini, sehingga nanti fragmen-fragmen trabekula pada spongiosa menjadi nekrosis. Sementara itu pus yang terkumpul di bawah periosteum mendesak sehingga periosteum terangkat dari tulang akibatnya aliran ke daerah ini menjadi terputus Tulang menjadi iskemia, sebagian kecil atau besar menjadi nekrosis yang disebut sequester. Bila sequester telah terbentuk disebut sebagai osteomyelitis kronik.
Perawatan Osteomielitis 1. Antibiotika Antibiotika adalah yang pertama dan utama diberikan. Antibiotika diberikan sedini mungkin dengan dosis massif yang parental. Dosis yang tidak adekuat dapat membuat mikroorganisme resisten. Antibiotika ditemukan berdasar hasil pemeriksaan sensitivitas bakteri, selama menunggu sebelum ada hasilnya, dapat diberikan penisilin sebagai drug of choice. Jika pasien alergi terhadap penisili maka diberikan klindamisin sebagai obat pilihan kedua. Klindamisin dipilih karena sangat baik untuk kedua jenis streptokokus dan mikroba anaerob penyebab osteomielitis. Klindamisin tidak dianjurkan sebagai obat pilihan pertama karena sifatnya bakterostatik dan berefek menimbulkan diarrhea. Berikut obat pilihan ketiga dan keempat adalah sefalosporin dan eritromisin. Sefalosporin juga tidak dianjurkan sebagai obat pilihan pertama untuk menangani osteomielitis karena sifatnya bakterostatik dan efektivitasnya terhadap anaerob hanya moderat saja serta cepat menimbulkan strain yang resisten. Pengobatan antibiotika untuk osteomielitis akut dan kronis lebih memerlukan waktu yang lama daripada untuk infeksi odontogenik yang biasa. Untuk osteomielitis akut yang sedan dan respon nya baik, antibiotika diteruskan paling sedikit 4 minggu. Untuk osteomielitis kronis yang berat, antibiotika diteruskan selama 6 bulan.
2. Drainase Drainase harus dibuat sesegera mungkin, untuk mengeluarkan pus, mengurangu absorpsi bahan toksik, mencegah penyebaran infeksi di dalam tulang dan member jalan untuk terlokalisasinya penyakit. Drainase bisa berupa ekstraksi gigi yang menjadi infeksi primer dan gigi lainnya yang terkena penyakit dan pada ekstraksi ini kalau mungkin septum inter radikular juga sekalian diangkat untuk mendapatkan drainase yang cukup. Untuk drainase pada daerah yang tidak bergigi dapat dibuat wndow pada tulang dipuncak alveolar dan dipasang drain karet. Dan apabila ada pembengkakan ekstra oral dibuat insisi ekstra oral, dan dipasang drain karet atau kateter. Perawatan selanjutnya adalah irigasi dengan larutan garam fisiologis hangat dan penggantian drain.
a. Pengobatan suportif Pada kasus yang berat, penderita dirawat inap dan harus mendapat istirahat yang cukup. Diberikan diet makanan dengan tinggi kalori dan tinggi protein serta multivitamin yang memadai. Rasa sakit ditanggulangi dengan analgesic atau sedative. b. Sekuesterektomi Sekuesterektomi (intervensi bedah) berupa pengangkatan sekuester dilakukan setelah fase akut reda dan diindikasikan bila sekuester memang sudah tampak pada foto (fase kronis). Pada fase ini penderita dan antibiotic telah dapat mengatasi virulensi bakteri. Pada kasus yang timbul lubang besar, perlu dilakukan dekortisasi dan sauserisasi, agara periosteum yang dilepaskan dari tulang dapat dikembalikan menutup dan kontak dengan permukaan tulang, sehingga mempercepat penyembuhan pada kasus yang disertai dengan fraktur patologis dilakukan fiksasi rahang.