Anda di halaman 1dari 10

Landasan Dan Tujuan Pendidikan Pancasila

Landasan Dan Tujuan Pendidikan Pancasila ~ Pancasila merupakam ideologi dasar bagi negara
Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian ada yang harus di pahami mengenai pancasila,
diantaranya :


A. Landasan Pendidikan Pancasila
1. Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk dalam suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak
Zaman kutai. Beratus ratus tahun bangsa Indonesia berjuang menemukan jati dirinya sebagai
suatu bangsa yang merdeka , mandiri serta filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses
yang panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya , yang di
dalamnya tersimpul ciri khas , sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi,
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang harus memiliki visi harus serta pandangan hidup yang
kuat agar tidak terombang ambing ditengah tengah masyrakat Internasional.
Jadi, secara historis bahwa nilai nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila,
sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga asal nilai nilai pancasila tersebut tidak
lain adalah dari bangsa Indonesia sendir, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kuasa
materialis pancasila.

2. Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan hidup. Filsafat hidup serta pegangan
hidup agar tidak terombang ambing dalam pergaulan masyarakat internasional. Setiap bangsa
memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain . Negara
komunisme dan liberalisme meletakan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideologi
tertentu.
Berbeda dengan bangsa bangsa lain , bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam masyarrakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas cultural yang dimiliki
dan melekat pada bangsa itu sendiri. Satu satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar
dengan karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan Negara
yang mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang terutang dalam sila sila
pancasila.

3. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis perkuliahan pendidikan pancasila di pendidikan
Tinggi tertuang dalam undang undang No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.
Pasal 29 telah menetapkan bahwa ia isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan,
wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan
konseptual tersebut kemudian dikokohkan kembali oleh kehadiran dan undang undang
Nomor tahun 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional sebagai pengganti undang
undang no 2 tahun 1989.

4. Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan
Filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah merupakan suatu keharusan moral untuk
secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat , berbangsa
dan bernegara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa bangsa
Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai nilai yang
tertuang dalam sila sila pancasila yang secara filosofis merupakan filosofis bangsa Indonesia
sebelum mendirikan Negara.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila

Melalui forum sidang BPUPKI dan PKI tahun 1945, oleh para pendiri negara (The Founding
Fathers) RI, diinginkan agar pancasila dapat menjadi dasar yang kekal dan abadi, filosofisehe,
gronslog, pengatur, pengisi, dan pengaruh hubungan hidup kita terhadap pribadi sendiri,
terhadap sesama bangsa,terhadap pemilikan materil, terhadap alam semesta dan akhirnya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun era reformasi sekarang ini, gugatan terhadap
Pancasila sedang ramai diperdebatkan dan dalam sidang istimewa tanggal 13 Desember 1998,
MPR telah mengeluarkan TAP MPR/NO. II/MPR/1978 tentang P-4, namun kedudukan Pancasila
sebagai Dasar Negara dan ideologi negara disepakati oleh anak bangsa untuk tetap
dipertahankan, malahan mengusulkan agar reformasi itu diorintasikan pada upaya
pengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.
Sebagai konsekwensi lebih jauh ialah Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi di
Indonesia masih terus dilaksanakan, namun sangat perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan
baik metode maupun substansinya. Salah satu metode pengajaran Pancasila di Perguruan tinggi
ialah metode saintifik atau metode filosofis, yang menempatkan kebebasan berfikir sebagai
dasar utama bagi setiap dosen atau mahasiswa yang hendak memahami Pancasila. Metode
saintifik itu tentu harus mengutanakan nilai objektif, sistematik, metodologis, rasional, empirik,
dan terbuka.
Sehubungan dengan itu maka tujuan dari pengajaran Pancasila di kelas adalah untuk
membangkitkan daya kritis mahasiswa atau dosen dalam rangka untuk mencapai kebenaran
dan kebaikan yang terdalam. Maksudnya disini adalah pengajaran tidak boleh melakukan
manipulasi terhadap nilai kebaikan. Tafsir-tafsir terhadap Pancasila dan UU 1945 harus bersifat
argumentative , yang mengutamakan logika murni dan dasar-dasar verifikasi. Pengajaran
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi hendaknya dibawa menjadi pendidikan dan
pengajaran Pancasila konsteksual, yaitu menjadikan Pancasila berada dalam kondisi riil dan
fenomena faktual dalam kehidupan politik, ekonomi, hukum dan sosial budaya. Artinya
Pendidikan Pancasila dikaitkan/dihubungkan dengan masalah-masalah yang aktual di
masyarakat, negara, dan bangsa, lalu dikaji/dianalisis melalui analisis mahasiswa itu sendiri.
Dengan demikian dapat membangkitkan daya kritis mahasiswa dalam rangka mencapai
kebenaran dan kebaikan yang terdalam Pancasila haruslah menjadi lembaga kritis terhadap
segala kehidupan negara dan bangsa ini secara emansipatoris.
Pendidikan Pancasila di era reformasi sekarang ini memang memerlukan penyesuaian atau
penyempurnaan yang mendasar, agar nilai dan substansi pendidikan Pancasila, sesuai dengan
tujuan reformasi total. Di era reformasi ini sebaiknya segala sesuatu yang bertalian dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara haruslah dikembalikan ke kawasan kedaulatan rakyat.

Reformasi moral dan akhlak harus di tempatkan di depan, dalam masyarakat Indonesia.
Pemahaman moral dan akhlak sebagai dasar sistem politik, ekomoni, hukum dan sosial budaya
hendaknya dilandasi oleh pemahaman tentang pendekatan filsafat (ontology, pistemologi, dan
aksiologi). Haruslah dikembangkan keyakinan dan penghargaan terhadap nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan. Tanpa adanya tumpuan moral dan akhlak yang baik takkan
dapat dibangun masyarakat madani yang religius dan yang disiplin.

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya
cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan atau hakekat kebenaran.
Berfilsafat artinya berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap suatu metodik, sistematis,
menyeluruh, dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Pengertian Filsafat menurut D. Runes :
Ilmu yang paling umum yang mengandung usaha untuk mencari kebijakan dan cinta akan
kebijakan.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan
hidup dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti bahwa Pancasila mempunyai fungsi dan
peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan berbangsa, bernegara bagi warga Negara Indonesia
dimanapun mere berada.
Sistem Filsafat
Yang mendasari tokoh filsafat dalam melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar antar ajaran
filsafat adalah perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan, cita-cita dan keyakinan.
Perbedaan aliran bukan ditentukan oleh tempat dan waktu lahirnya filsafat, melainkan oleh
watak isi dan nilai ajarannya.
Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas, filsafat hidup,
dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan logika.
Aliran-aliran Filsafat
Aliran Materialisme
Mengajarkan bahwa hakekat realistas kesemestaan termasuk makhluk hidup dan manusia ialah
materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misal benda ekonomi, makanan) dan terikat
pada hukum alam yaitu sebab akibat (hukum kausalitas) yang bersifat obyektif.
Aliran Idealisme
Mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia,
karena manusia mempunya akal budi, kesedaran rohani.
Aliran Realisme
Mengajarkan bahwa kehidupan yang tampak seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia,
hidup berkembang biak, kemudia tua, akhirnya mati. Aliran ini bertentangan dengan aliran
materialisme dan idealisme.
Nilai-Nilai Pancasila Berwujud dan Bersifat Filosofis.
Hakikat dan pokok-pokok yang terkandung dalam pancasila adalah :
1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-ilai yang terkandung dalam
pancasila itu dijadikan tuntutan dan pegangan dalam mengatur sikap dan tingkat laku manusia
indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat dan alam semester
2. Pancasila sebagai dasar negara, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu
dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara seperti diatur dalam
UUD 1945.
3. Filsafat pancasila yang abstrak tercermin dalam pembukaan UUD 1945
4. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan yang
utuh.
5. kesatuan tafsir sila-sila pancasila harus bersumber dan berdasrkan pembukaan dan batang
tubuh UUD 1945
Oleh karena itu secara filosofis, dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai pancasila
adalah pandangan hidup. Pancasila dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku, dan berbuat
dalam segala bdang kehidupan, meliputi bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan
dan keamanan.
Pengertian Pancasila Secara Filsafati
Filsafat pancasila dapat diartikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara Deduktif yaitu dengan mencari hakikat pancasila
serta menganalisis dan menyusunya secara sistematis menjadi keuutuhan pandangan yang
komprehensif. Sedangkan secara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Wawasan filsafat meliputi 3 bidang yaitu ontologi, epistemologi dan axiologi.
Ontologi
Menurut Runes adalah teori tentang keberadaan atau eksistensinya. Menurut Aristoteles
adalah ilmu yang mempelajari hakikat sesuai atau disamakan artinya dengan metafisika.
Bidang ontologi meliputi :
Penyelidikan tentang keberadaan manusia, benda, alam semesta. Artinya ontologi adalah
menjangkau adanya tuhan dan alam gaib seperti rohani dan kehidupan sesudah kematian (alam
dibalik dunia, alam metafisika).
Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksitensi dan
keberadaan) sumber ada, jenis ada, hahkiat ada, termasuk di dalamnya ada alam, manusia,
metafisika, dan kesemestaan atau kosomologi.
Epistemologi
Menurut Runes adalah bidang atau filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode dan
validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat
terjadinya pengetahuan, serta batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Yang termasuk cabang episteomologi adalah Matematika, logika, dan sematik.
Axiologi
Menurut Runes berarti manfaat, pikiran, atau ilmu, teori. Dalam pengertian modern axiologi
disamakan dengan teori nilai , yakni sesuai yang diinginkan, disukai atau yang baik dan juga
yang menyelediki hakikat nilai, kriteria dan kedudukan metafisika sebagai suatu nilai.
Menurut Brameld, axiologi dapat disimpulkan :
1. Tingkah laku moral yang berwujud etika
2. ekspresi etika yang berujud estetika atau seni keindahan
3. sosio politik
Jadi axiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis dan
tingkatan nilai dan hakikat nilai.
Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban Asasi
Manusia.
Nilai-nilai dari sila-sila pancasila terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan
keseimbangan antara hak dan kewajiban yaitu ;
Hubungan vertikal. Hubungan manusia dengan Tuhan YME sebagai penjelmaan dari nilai
ketuhanan yang maha esa. Dalam hubungan ini manusia mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganya.
Hubungan Horizontal. Hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai
warga masyarakat, warga bangsa, dan warga negara.
Hubungan Alamiah. Hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuhan
dan alam dengan segala kekayaannya.
Alasan yang prinsipil pancasila sebagai pandangan hidup dengan fungsinya tersebut di atas
adalah :
1. Pancasila mengakui adanya kekuatan gaib yang di luar manusia menjadi pencipta, pengatur
serta penguasa alam semesta
2. Mengatur keseimbangan dalam hubungan dan keserasian-keserasian dimana untuk
menciptakannya perlu pengendalian diri
3. Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat penting.
4. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan serta musyarawah untuk mufakat dijadikan
sendi kehidupan
5. Kesejahteraan menjadi tujuan hidp bersama
Isi pemikiran filsafat pancasila sebagai suatu filsafat tentang negara adalah bahwa pancasila
memberi jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-masalah asasi :
1. Masalah pertama : Apa negera itu ? dijawab dengan prinsip kebangsaan indonesia
2. Masalah kedua : Bagaimana hubungan antara bangsa dan negara ? dijawab dengan prinsip
perikemanusiaan
3. Masalah ketiga: siapakah sumber dan pemegang kekuasaan negara ? dijawab dengan prinsip
demokasi
4. Masalah keempat : Apa tujuan negara ? dijawab dengan prinsip negara kesejahteraan
5. Masalah kelima : bagaimana hubungan antara agama dan negara ? dijawab dengan prinsip
Ketuhanan yang maha esa.
Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Dasar Negara
a. Pengertian Ideologi

Ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang
dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
Ideologi terbagi dua yaitu ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural.
Ideologi secara fungsional adalah seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau
tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional terbagi
menjadi dua yaitu ideologi yang doktoriner dan ideologi yang pragmatis. Ideologi yang
doktoriner bagaimana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi itu dirumuskan secara
sistematis dan pelaksananya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintahan.
Contohnya adalah komunisme. Sedangkan ideologi pragmatis apabila ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci. Ideologi
itu disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem
ekonomi, kehidupan agama, dan sistem politik.
Kesimpulan ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan
yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.
Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu
sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya
merupakan asas kerokhanian yang memiliki ciri:
1. Mempunyai derajat yang tinggi
2. Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara.

b. PENTINGNYA IDEOLOGI BAGI SUATU NEGARA
Ideologi dimaknai sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang
ingin mereka wujudkan dalam kenyataan hidup yang nyata. Ideologi dalam artian ini sangat
diperlukan, karena dianggap mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan.
Fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa. Ideologi
memiliki kecenderungan untuk memisahkan kita dari mereka. Ideologi berfungsi
mempersatukan sesama kita. Apabila dibandingkan dengan agama, agama juga berfungsi
mempersatukan orang dari berbagai pandangan hidup bahkan dari berbagai ideologi.

c. PENGERTIAN DASAR NEGARA
Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar negara bagi suatu negara
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah
dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan.
Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup cita-cita negara, tujuan
negara, norma bernegara.





2. Latar Belakang Pancasila sebagai Ideologi Negara
a. Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila
itu adalah:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa
Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Sebelum
kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan
besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret.
Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh
Perdana Mentri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak,
maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada
bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer di Jawa dan Madura) No. 23.
Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya
dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan
Indonesia.
Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. BPUPKI mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945. Sidang Kedua pada tanggal 10 16 Juli 1945.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengusulkan 5 Dasar Negara secara lisan :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Usulan Muhammad Yamin secara tertulis :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengusulkan 5 dasar negara :
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini diberi nama Pancasila oleh Ir.Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh
sebab itu, setiap tanggal 1 Juni 1945 diperingati hari lahirnya Pancasila.
Selesai sidang pertama, para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah
panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta
melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI.
Adapun anggota panitia kecil adalah :
1. Ir.Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasyim
4. Mr.Muh. Yamin
5. M.Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr.A.A Maramis
7. R.Otto Iskandar Dinata
8. Drs.Muh.Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil dari rapat tersebut adalah dibentuknya
panitia sembilan. Anggota nya adalah :
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar yang lebih dikenal dengan
sebutan Piagam Jakarta.

Sidang BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan Undang-Undang Dasar (UUD). Pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuklah PPKI.
Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sejak saat itu,
Indonesia kosong dari kekuasaan. Waktu tersebut dimaanfatkan untuk memproklamasikan
kemerdekaan. Tanggal 17 Agustus 1945, diumumkan bahwa Indonesia merdeka.
Sehari setelah Indonesia merdeka, PPKI mengadakan sidang dengan acara :
1. Mengesahkan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaan)
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden
Dibuat oleh: Auddie Indira

Anda mungkin juga menyukai