Anda di halaman 1dari 9

3

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Definisi Metode Pengukuran Kerja dengan Work Sampling

Sampling atau dalam bahasa asingnya sering disebut dengan work sampling, ratio delay
study, atau random observation method adalah suatu teknik untuk mengadakan
sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses, atau pekerja atau
operator. Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja ini diklasifikasikan sebagai
pengukuran kerja secara langsung, karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus
secara langsung di tempat kerja yang diteliti. Teknik sampling kerja pertama kali di
gunakan oleh seorang sarjana Inggris bernama L.H.C. Tippett dalam aktivitas
penelitiannya di industri tekstil.

Cara atau metode sampling kerja sangat efektif dan efisien untuk digunakan dalam
mengumpulkan informasi mengenai kerja mesin atau operatornya. Dikatakan efektif
karena dengan cepat dan mudah cara ini dapat dipakai untuk penentuan waktu longgar
(allowance time) yang tersedia untuk satu pekerjaan, pendayagunaan mesin yang
sebaik-baiknya, dan penetapan waktu baku untuk proses produksi. Secara garis besar
metode sampling kerja ini dapat digunakan untuk:
1. Mengukur ratio delay dari sejumlah mesin, operator/karyawan, atau fasilitas kerja
lainnya,
2. Menetapkan performance level dari seseorang selama waktu kerja berdasarkan
waktu-waktu dimana orang itu bekerja atau tidak bekerja, terutama sekali untuk
pekerjaan manual, dan
3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses operasi kerja.

Metode kerja sampling ini dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas (the law of
probability), karena itulah maka pengamatan terhadap suatu obyek tidak perlu
dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilakukan dengan
menggunakan contoh (sample) yang diambil sample secara acak (random). Suatu
4

sample atau contoh yang diambil secara acak dari suatu group populasi yang besar akan
cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh group populasi
tersebut. Apabila sample yang diambil cukup besar, maka karakteristik yang dimiliki
oleh sample tersebut tidak akan jauh berbeda dibandingkan dengan karakteristik dari
group populasinya (Wignjonosoebroto, 2000).

2.2 Melakukan Sampling

Cara melakukan pengamatan dengan sampling pekerjaan terdiri dari tiga langkah, yaitu
sampling pendahuluan, menguji keseragaman data, dan menghitung jumlah kunjungan
yang diperlukan (menentukan jumlah sample pengamatan yang dibutuhkan). Langkah-
langkah ini dilakukan terus menerus sampai jumlah kunjungan mencukupi untuk tingkat
keyakinan yang diperlukan. Lankah-langkah melakukan sampling kerja adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan Sampling Pendahuluan
Dilakukan sejumlah kunjungan yang banyaknya ditentukan oleh pengukur.
Tujuannya adalah untuk menetapkan taksiran harga persentase produktifitasnya yang
nantinya dapat digunakan dalam perhitungan jumlah pengamatan yang diperlukan
2. Pengujian Keseragaman
Ketidakseragaman data dapat datang tanpa disadari, maka diperlukan suatu alat yang
dapat mendeteksi ketidakseragaman tersebut. Batas-batas kontrol yang dibentuk dari
data merupakan batas seragam tidaknya data. Data yang dikatakan seragam apabila
data berada di antara kedua batas kontrol, dan tidak seragam apabila data berada di
luar batas kontrol. Batas-batas kontrolnya, dapat ditentukan dengan Persamaan 2.1
dan 2.2 sebagai berikut:
BKA = p 3

p (1- p)
n
............................................................................. (2.1)
BKB = p - 3

p (1- p)
n
.............................................................................. (2.2)

5

Dimana p dan n dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3 dan 2.4 sebagai
berikut:
p =
p
i
k
................................................................................................... (2.3)
n =
n
i
k
................................................................................................... (2.4)
dengan: BKA = batas kontrol atas
BKB = batas kontrol bawah
= persentase produktif
p
i
= persentase produktif di hari ke i
= jumlah pengamatan
n
i
= jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke i
k = jumlah hari pengamatan

3. Menghitung Jumlah Pengamatan yang Diperlukan
Dalam menghitung jumlah pengamat yang diperlukan, maka akan digunakan uji
kecukupan data untuk menentukan bahwa jumlah sample data yang diambil telah
cukup untuk pengolahan data pada proses selanjutnya. Dalam uji ini dapat
menggunakan Persamaan 2.5 sebagai berikut:
N' =
k
2
(1 - p)
s
2
p
.......................................................................................... (2.5)
dengan: N' = jumlah sampel yang diperlukan
s = derajat ketelitian
= persentase aktivitas atau delay yang diukur
k = tingkat kepercayaan (68%=1, 95%=2, 99%=3)

Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling kerja
dipengaruhi oleh dua faktor utama, adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006):
1. Tingkat kepercayaan (confidence level), dan
2. Tingkat ketelitian (degree of accuracy).

2.3 Metode Westing House Systems

Dalam metode ini membagi kecepatan kerja seorang operator ke dalam empat faktor
yang mempengaruhi. Selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan
oleh Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia dalam bekerja.
6

Untuk ini, westing house telah membuat suatu tabel performance rating yang berisi
nilai-nilai berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor. Berikut tabel
performance rating yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Westig house systems ratig
SKI LL EFFORT
+0.15
+0.13
+0.11
+0.08
+0.06
+0.03
+0.00
-0.05
-0.10
-0.16
-0.22
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
Superskill

Excellent

Good

Average
Fair

Poor

+0.13
+0.12
+0.10
+0.08
+0.05
+0.02
+0.00
-0.04
-0.08
-0.12
-0.17
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
Superskill

Excellent

Good

Average
Fair

Poor

CONDI TI ON CONSI STENCY
+0.06
+0.04
+0.02
+0.00
-0.03
-0.07
A
B
C
D
E
F
Ideal
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
+0.04
+0.03
+0.01
+0.00
-0.02
-0.04
A
B
C
D
E
F
Ideal
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
Sumber: Wignjosoebroto, 2000

2.4 Kelonggaran (Allowance)

Allowance merupakan waktu yang diberikan untuk kebutahan pribadi, untuk beristirahat
atau menghilangkan rasa letih, untuk alasan yang dapat dihindari dan untuk alasan yang
di luar kendalinya. Untuk menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi operator
dalam bekerja dapat dilihat pada tabel allowance. Berikut kelonggaran (allowance)
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:









7

Tabel 2.2 Besar allowance berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh
FAKTOR
CONTOH
PEKERJAAN
KELONGGARAN (%)
A. TENAGA YANG
DIKELUARKAN
1. Dapat diabaikan
2. Sangat ringan
3. Ringan
4. Sedang
5. Berat
6. Sangat berat
7. Luar biasa berat


Bekerja dimeja, duduk
Bekerja dimeja, berdiri
Menyekop, ringan
Mencangkul
Mengayun palu yang
berat
Memanggul beban
Memanggul karung berat
EKIVALEN BEBAN
Tanpa beban
0.0-2.25 kg
2.25-9.00
9.00-18.00
19.0-27.0
27.0-50.0
Diatas 50 kg
PRIA
0.0-6.0
6.0-7.5
7.5-12.0
12.0-19.0
19.0-30.0
30.0-50.0
WANITA
0.0-6.0
6.0-7.5
7.5-16.0
16.0-30.0
B. SIKAP KERJA
1. Duduk
2. Berdiri diatas dua kaki
3. Berdiri diatas satu kaki
4. Berbaring
5. Membungkuk

Bekerja duduk, ringan
Badan tegak, ditumpu dua
kaki
Satu kaki mengerjakan
alat kontrol
Pada bagian sisi, belakang
atau depan badan
Badan dibungkukkan
bertumpu pada dua kaki

0.0 1.0
1.0 2.5
2.5 4.0
2.5 4.0
4.0 10.0
C. GERAKAN KERJA
1. Normal
2. Agak terbatas
3. Sulit
4. Pada anggota badan
terbatas
5. Seluruh anggota badan
terbatas



Ayunan bebas dari bahu
Ayunan terbatas dari palu
Membawa beban berat
dengan satu tangan
Bekerja dengan tangan
diatas kepala
Bekerja dilorong
pertambangan yang
sempit

0
0 5
0 5
5 10

10 15
D. FAKTOR
KELELAHAN MATA
*)
1. Pandangan yang terputus-
putus
2. Pandangan yang hamper
terus-menerus
3. Pandangan terus-menerus
dengan fokus yang
berubah-ubah
4. Pandangan terus-menerus
dengan fokus tetap


Membawa alat ukur
Pekerjaan-pekerjaan yang
teliti
Memeriksa cacat pada
kain
Pemeriksaan yang sangat
teliti

PENCAHAYAAN
BAIK
0,0-6,0
6,0-7,5
7,5-12,0

19,0-30,0


BURUK
0,0-6,0
6,0-7,5
7,5-16,0

16,0-30,0




8

Tabel 2.2 Besar allowance berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh (lanjutan)
FAKTOR
CONTOH
PEKERJAAN
KELONGGARAN (%)
E. KEADAAN
TEMPERATUR
TEMPAT KERJA **)
1. Beku
2. Rendah
3. Sedang
4. Normal
5. Tinggi
6. Sangat tinggi
TEMPERATUR (
0
C)


Dibawah 0
0-13
13-22
22-28
28-38
Diatas 38
KELEMBABAN, NORMAL,
BERLEBIHAN
Diatas 10
10-5
5-0
0-5
5-40
Diatas 40
Diatas 12
12-5
8-0
0-8
8-100
Diatas 100
F. KEADAAN
ATMOSFER ***)
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang baik
4. Buruk

Ruang yang berventilasi
baik, udara segar
Ventilasi kuarng baik, ada
bau
Adanya debu dan bau-
bauan beracun


0
0-5
5-10
10-20
G. KEADAAN LINGKUNGAN YANG BAIK
1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik
3. Siklus kerja berulang-ulang 0-5 detik
4. Sangat bising
5. Jika faktor yang berpengaruh dapat menurunkan
kualitas
6. Terasa adanya getaran lantai
7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan,
dll)

0
0-1
1-3
0-5
0-5
5-10
5-15
Sumber: Sutalaksana, 2006.

keterangan: *) kontras antara warna hendanknya diperhatikan
**) tergantung pada keadaan ventilasi
***) dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan
keadaan iklim
Catatan lengkap: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi: Pria = 0-2,5 %
Wanita = 2-5 %

2.5 Menentukan Waktu Kunjungan

Untuk menentukan, biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan-satuan waktu, yang
besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satuan-satuan waktu tidak
terlampau panjang (lama). Berdasarkan satuan-satuan waktu inilah, saat-saat kunjungan
ditentukan. Waktu kunjungan tidak boleh pada saat-saat tertentu yang kita ketahui
9

dalam keadaan tidak bekerja misalnya jam-jam istirahat atau hari libur, dimana tidak
ada kegiatan secara resmi (Sutalaksana, 2006).

2.6 Menentukan Persentase Produktif

Persentase produktif dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.6 sebagai
berikut:
Performance level =
produktiI
n
x 100 ............................................................ (2.6)

2.7 Menentukan Ratio Delay

Ratio delay dihitung untuk mengetahui seberapa banyak waktu kerja tidak produktif
atau dalam keadaan menganggur (idle). Perhitungan ratio delay menggunakan
Persamaan 2.7 sebagai berikut:
Ratio delay =
non produktiI
produktiI
.............................................................................. (2.7)

2.8 Menentukan Waktu Baku

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki
tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk mengetahui
waktu baku, maka waktu siklus dan waktu normal harus diketahui terlebih dahulu.
Dalam menghitung waktu baku, digunakan Persamaan 2.8 hingga Persamaan 2.12
sebagai berikut:
1. Persentase Produktif (PP)
PP =
produktiI
pengmatan
x 100 ....................................................................... (2.8)
2. Jumlah Menit Produktif (JMP)
JMP = PP x menit pengamatan ................................................................ (2.9)
3. Waktu yang Diperlukan per Unit (T)
T =
JMP
unit yang dihasilkan selama pengamatan
.......................................... (2.10)
10

4. Waktu Normal
Wn = T x P .................................................................................................. (2.11)
P = 1 + WH
5. Waktu Baku
Wb = Wn + (all x Wn) ................................................................................. (2.12)
dengan: PP = presentase produktif
JMP = jumlah menit produktif
T = waktu yang dipergunakan per unit
Wn = waktu normal
Wb = waktu baku
All = kelonggaran
WH = westing house
P = faktor penyesuaian

2.9 Insentif

Apabila waktu atau output standar telah berhasil ditetapkan, maka manajemen akan
memiliki kemudahan di dalam membuat evaluasi mengenai performance kerja operator.
Tujuan utama dari pemberian insentif adalah untuk meningkatkan dan menjaga motivasi
pekerja dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan produktifitas kerjanya.

Dasar penetapan besarnya insentif yang dibayarkan adalah efisiensi kerja operator yang
diukur menurut output yang dihasilkan dibandingkan dengan standar output yang
dihasilkan. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai dasar
penetapan besarnya insentif, seperti kehadiran (absensi), disiplin kerja, dan lain-lain.
Menghitung insentif dapat digunakan Persamaan 2.13 sebagai berikut:
Insentif =
Wb-Wn
Wb
x 100 ................................................................................. (2.13)
dengan: Wb = waktu baku
Wn = waktu normal

2.10 Aplikasi dari Metode Sampling Kerja

Metode sampling kerja pada umumnya merupakan salah satu cara yang sederhana,
mudah dilaksanakan, serta tidak memerlukan biaya yang besar. Dengan menggunakan
metode ini maka waktu kosong atau menganggur (idle time) dari mesin atau fasilitas
11

produksi lainnya akan dapat segera diatasi. Hasil studi ini akan dapat dipakai pula
sebagai dasar penetapan tugas dan jadwal kerja yang lebih efektif dan efisien bagi
operator maupun mesin. Berikut beberapa aplikasi dari metode sampling kerja untuk
berbagai macam kegiatan dan kebutuhan, adalah sebagai berikut (Wignjonosoebroto,
2000):
1. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu baku,
2. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu tunggu (delay allowance),
3. Aplikasi sampling kerja untuk aktivitas maintenance,
4. Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (office work), dan
5. Aplikasi sampling kerja untuk pimpinan atau eksekutif perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai