Anda di halaman 1dari 63

i

UNIVERSITAS INDONESIA


POTENSI KAWASAN BERSEJARAH DALAM MENDUKUNG
PROSES SEBUAH KOTA MENUJU KOTA KREATIF
(Studi Kasus: Kompleks Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta dan
Jalan Braga Bandung)


SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur dari Departemen Arsitektur Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia



MIA SETYANI SUDARMADJI
0706269294



FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
DEPOK
JUNI 2011
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang karena ijinnyalah penulis dapat selesai
menyusun skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menghaturkan rasa
terima kasihnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini
Ibu Laksmi Gondokusumo selaku dosen pembimbing, yang telah dengan
sabar memberikan masukan, dan menerima kekurangan-kekurangan
selama bimbingan.
Bapak Hendrajaya dan Bapak Sukisno selaku dosen penguji, terimakasih
atas masukan dan kritikannya
Bapak Hendrajaya selaku kordinator skripsi
Kedua orang tua atas dukungan, perhatian dan doanya
Yuli, Milq, Ka metri, Staniah, Pijoh, Dea, Nela untuk semua motivasi,
doa, diskusi kecilnya yang berharga
Teman-teman Imani3, untuk pengertian, doa, dan canda hangat yang
menemani proses penyusunan skripsi
Teman- Teman KD, Salam6, Srikandi04 dengan doanya yang mengalir
Salim dan Hasri selaku teman perjuangan di bimbingan dosen yang sama
Galih, Puspa, Lintar, Wulan, Tuti, Reni, Rizka, Jannah, Meta, Maya, Siwi,
Citra dan teman-teman ars07 lainnya
Adik-adik bento untuk semangat dan doa yang tulus
Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per
satu
Semoga skripsi ini dapat menjadi amal kebajikan yang memberi manfaat. Penulis
memohon maaf untuk kekurangan dan keterbatasannya dalam proses penyusunan
skripsi ini
Depok, 24 Juni 2011


Mia Setyani Sudarmadji
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
vi

ABSTRAK

Nama : Mia Setyani Sudarmadji
Program Studi : Arsitektur
Judul : Potensi Kawasan Bersejarah dalam Mendukung Proses Sebuah
Kota Menuju Kota Kreatif
(Studi Kasus : Kompleks Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta dan
Jalan Braga Bandung)


Konsep Kota Kreatif yang dibawa oleh Charles Landry dan Fransco Bianchini
telah menjadi tren di dunia sekitar sepuluh tahun terakhir. Dalam kota, terdapat
sumber daya yang krusial, yaitu sumber daya manusia. Kota kreatif, mencoba
mendorong dan mengakomodir kreativitas warganya. Kreativitas merupakan
sesuatu yang berharga, yang memberi dukungan bagi keberhasilan kota
Beberapa kota di dunia, cenderung mengembangkan kawasan bersejarahnya
dalam usaha menuju kota kreatif. Nilai sejarah pada kawasan bersejarah dapat
menjadi magnet untuk mendatangkan orang dari kota maupun negara lain. Di lain
sisi, sejarah dapat menjadi inspirasi dan ilham untuk kreativitas. Kawasan
bersejarah memiliki potensi lain yang dapat mendukung sebuah kota menjadi kota
yang kreatif. Hal ini dapat dilihat dari keempat aspek, yaitu ekonomi, sosial,
budaya.
Kata Kunci : kreativitas, sejarah, budaya, ekonomi, masyarakat
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
vii


ABSTRACT

Name : Mia Setyani Sudarmadji
Study Program : Architecture
Title : Potency of Historical Places To Support The Process of a City
to be Creative City (Case Study: Fatahillah Park Old Town
Jakarta and Braga Road Bandung)

Creative city concept which bring by Charles Landry and Fransco Bianchini, now
being tren at least in ten last year. City has critical resource, that is the human.
Creativi city is try to push and accomodate their citizens creativity. Creativity is
precious thing, to support the succesful of the city.
Some city in the world prefer develop their historical place in work to be creative
city. Historic values in historical places can be magnit to invite people from other
city and country. In other side, history can be inspiration for creative thinking.
Historical places has other potency that can be support for a city to be creative
city. Its look by four aspect, economy, social, culture, and environment.

Key words: creativity, history, culture, economy, citizen

Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
viii


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
DEWAN PENGUJI ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan penulisan ................................................................. 2
1.3 Permasalahan ...................................................................... 2
1.4 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.5 Urutan Penulisan ................................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................... 3
BAB 2 STUDI LITERATUR ................................................................... 5
2.1 Memahami Kreativitas ........................................................ 5
2.2 Memahami Kota Kreatif ..................................................... 6
2.2.1 Latar Belakang Kota Kreatif ................................... 6
2.2.2. Pengertian Kota Kreatif ........................................... 7
2.2.3 Prasyarat Kota Kreatif ............................................. 8
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
ix

2.2.4 Aspek Pengukuran Kota Kreatif............................... 12
2.2 Urban Heritage .................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Heritage ................................................. 14
2.2.2 Konservasi Heritage ................................................ 15
2.3 Ihtisar Kajian Pustaka .......................................................... 16
BAB 3 STUDI KASUS .............................................................................. 18
3.1 Kota Tua ............................................................................. 18
3.1.1 Profil Kompleks Taman Fatahillah ........................ 18
3.1.2 Sejarah Kompleks Taman Fatahillah ...................... 22
3.1.2 Kondisi Kompleks Taman Fatahillah ...................... 24
3.2 Jalan Braga .......................................................................... 33
3.2.1 Profil Jalan Braga .................................................... 33
3.2.2 Sejarah Braga .......................................................... 36
3.2.3 Kondisi Jalan Braga ................................................. 39
BAB 4 PEMBAHASAN............................................................................. 45
4.1 Pembahasan Kompleks Taman Fatahillah dan Jalan Braga. 45
4.1.1 Ekonomi ............................................. ................... 45
4.1.2 Sosial ....................................................................... 46
4.1.3 Lingkungan .............................................................. 47
4.1.4 Budaya ..................................................................... 48
BAB 5 PENUTUP ...................................................................................... 49
DAFTAR REFRENSI ............................................................................... 51


Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
x

Daftar Gambar

Gambar 1 Skema pembahasan skripsi
Gambar 2 Pergeseran orientasi ekonomi
Gambar 3 Letak Kota Tua dalam Jakarta
Gambar 4 Peta Kota Tua
Gambar 5 Siteplan Taman Fatahillah dan sekitarnya
Gambar 6 Perkembangan Sejarah Jakarta
Gambar 7 Kondisi Kota Tua masa lampau
Gambar 8 Spot-spot Pasar dadakan di akhir pekan
Gambar 9 Pasar dadakan pada Kota Tua
Gambar 10 Penyewaan Sepeda Onthel
Gambar 11 Cafe Batavia
Gambar 12 Penjual Lukisan
Gambar 13 Pemanfaatan Taman Fatahillah dalam aktivitas foto pra wedding
Gambar 14 Jasa Fotografi dan propertinya
Gambar 15 Syuting Video Klip di Taman Fatahillah
Gambar 16 Bersepeda Ke Kota Tua
Gambar 17 Aktivitas Jalan-Jalan Museum
Gambar 18 Salah satu komunitas pecinta sejarah beraktivitas di Kota Tua
Gambar 19 Panorama Taman Fatahillah
Gambar 20 Pertunjukkan Kuda Lumping
Gambar 21 Festival Betawi di Kompleks Taman Fatahillah
Gambar 22 Peta Jalan Braga
Gambar 23 Jalan Braga pada 1911
Gambar 24 Keadaan Jalan Braga pada tahun 1920-an
Gambar 25 Penjual Lukisan di Jalan Braga
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
xi

Gambar 26 Aktivitas Fotografi Profesional di Jalan Braga
Gambar 27 Aktivitas Komunitas Motor di Jalan Braga
Gambar 28 Street Fashion Show di Braga
Gambar 29 Kondisi Trotoar Braga
Gambar 30 Kondisi Bangunan yang kurang terawat di Braga
Gambar 31 Festival Minang pada Jalan Braga 22 April 2011
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
xii

Daftar Tabel

Tabel 1 Tingkat Identifikasi Heritage
Tabel 2 Bangunan Bersejarah di sekitar Taman Fatahillah
Tabel 3 Daftar Bangunan Bersejarah Jalan Braga

Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
1

Universitas Indonesia

Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Pemikiran kreatif merupakan hal yang berharga, baik bagi pengembangan
diri maupun masyarakat. Berpikir kreatif membuat kita memandang sesuatu dari
berbagai sisi. Dengan hal tersebut, menjadikan kita dapat melihat sebuah
permasalah dengan lebih banyak kemungkinan solusi. Kreativitas juga dapat
menghadirkan penemuan-penemuan baru di berbagai bidang.
Kreativitas bukan sekedar milik orang-orang jenius, namun milik semua
orang. Berpikir kreatif bisa dilakukan oleh semua orang di dalam kota.
Kebermanfaatan dari berpikir kreatif, ditangkap Charles Landry dan Franco
Bianchini , yang mengeluarkan gagasan mengenai kota kreatif. Ideologi kota
kreatif adalah mendorong tercipta iklim kota yang inspiratif, suatu iklim yang
mendorong dan menginspirasi warganya untuk menjadi kreatif dalam usaha untuk
membenahi kondisi urban. Konsep kota kreatif sudah diserap dan diaplikasikan di
berbagai kota di belahan dunia. Sampai dengan tahun 2006, sudah ada dua puluh
kota di Inggris yang menerapkan konsep Kota Kreatif. Tren ini juga merambah ke
Amerika Serikat, Australia, Brazil, hingga ke negara-negara di benua Asia.
Banyak kota-kota dunia dalam prosesnya menuju kota kreatif cenderung
mengembangkan kawasan bersejarahnya. Liverpool sebagai salah satu contoh
suksesnya. Pada 1950-1960an kota Liverpool mengalami perkembangan pesat,
namun mengalami resesi ekonomi di 1970-1980an, yang berakibatnya maraknya
pengangguran
Di tahun 1980-an, Albert Dock, sebuah kompleks dermaga dan gudang
dari tahun 1840-an, dipugar. Kompleks tersebut kemudian berubah fungsi menjadi
kawasan hiburan. Sejak saat itu, Liverpool terus berupaya mempromosikan wisata
kota tersebut melalui pusaka budaya sebagai daya tariknya. Pada tahun 2008 kota
ini terpilih sebagai European Capital of Culture.

Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
2

Universitas Indonesia


I.2 Permasalahan
Tren Kota kreatif, telah melanda Benua Asia. Hal inipun telah coba
diaplikasikan di beberapa kota di Indonesia. Sebut saja Bandung, yang terpilih
sebagai proyek rintisan kota kreatif se-Asia Timur. Jakarta pun tengah mencoba
berproses menjadi kota kreatif dengan taglinenya Kota Kreatif, Jakarta Punya.
Di lain pihak, kita bisa mendapati banyak kawasan bersejarah di
Indonesia. Jika kondisi kawasan-kawasan bersejarah terjaga vitalitasnya dengan
baik, maka dapat memberikan manfaat pada kota dimana kawasan tersebut
berada. Hanya saja, seringkali kondisi kawasan bersejarah tidak terawat dengan
optimal.
Acapkali perhatian kepada kawasan bersejarah masih didapat dari
sebagian kecil masyarakat. Belum tumbuhnya kesadaran masyarakat secara luas,
akan perlunya ikut melestarikan kawasan bersejarah, dan belum luasnya dampak
yang dirasakan dengan adanya kawasan bersejarah. Apa yang terjadi di Liverpool,
memperlihatkan kawasan bersejarah dapat menjadi faktor yang mendukung proses
sebuah kota menjadi kota kreatif. Skripsi ini mencoba melihat apa potensi sebuah
kawasan bersejarah terhadap proses menuju kota kreatif?.

I.3 Ruang Lingkup Masalah
Pembahasan akan dimulai dengan memahami apa itu kreativitas,
dilanjutkan dengan penelusuran terhadap konsep kota kreatif. Penelusuran
terhadap kota kreatif, meliputi latar belakang, definisi, maupun prasyarat kota
kreatif. Disertakan pula bahasan untuk memahami kawasan bersejarah. Melihat
potensi kawasan bersejarah sebagai tempat untuk masyarakat urban beraktivitas
kreatif.


Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
3

Universitas Indonesia

I.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk dapat melihat potensi yang dimiliki
kawasan bersejarah dalam menunjang proses sebuah kota menuju kota kreatif.
Harapannya, tulisan ini dapat memperluas perspektif akan kontribusi yang dapat
diberi oleh bangunan warisan budaya pada masa kini. Banyak elemen kemudian
menyadari pentingnya untuk bersama menjaga bangunan warisan budaya.
1.5 Metode Penulisan
Dalam membahas permasalahan menggunakan dua pendekatan, yaitu studi
literatur dan studi kasus, dengan skema pembahasan









I.6 Urutan Penulisan
Urutan penulisan skripsi adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, permasalahan, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, urutan penulisan
Bab 3 Studi Literatur
Kawasan
bersejarah
Kota
Kreatif
Sosial
Ekonomi
Budaya
Lingkungan
Potensi
Gambar 1 skema pembahasan skripsi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
4

Universitas Indonesia

Berisi tentang studi mengenai kreativitas, konsep kota kreatif dan
bahasan mengenai kawasan bersejarah.
Bab 3 Studi kasus
Berisi tentang penelusuran dua kawasan bersejarah, dari latar
belakang sejarah dan kondisinya di keempat aspek yaitu ekonomi,
sosial, budaya, dan lingkungan
Bab IV Pembahasan
Berisi tentang analisa dari studi kasus yang ada
Bab V Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan dari
studi literatur dan studi kasus.
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
5

Universitas Indonesia

Bab 2
Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan mengenai kreativitas
Menurut KBBI, kreatif berarti memiliki daya cipta; kemampuan untuk
mencipta; bersifat mencipta. Satu pihak menganggap bahwa kreativitas adalah
upaya melakukan ativitas yang baru dan mengagumkan, sedangkan pihak lain
menganggap kreativitas adalah menciptakan inovasi baru yang mencengangkan.
Pemikiran kreatif dapat melahirkan karya-karya inovatif.
Kreativitas tidak identik dengan kecerdasan. Kreativitas tidaklah harus
muncul dari para cendekiawan atau segolongan orang yang dianggap beruntung
saja. (Uqshari,2005:14) Acapkali kreativitas muncul dari orang yang kecerdasannya
biasa-biasa saja. Bisa dikatakan bahwa kreativitas adalah milik semua orang.
Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengkatualisasikan) dirinya, dan
perwujudan atau aktualitas diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi
dalam hidup manusia.(Maslow,1967)
Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah
teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The art of Thought
(Piirto,1992), yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu:
1. Persiapan
Seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar ,
berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan lain sebagainya.
2. Inkubasi
Tahap inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri
sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan
masalahnya secara sadar, tetapi mengeramnya dalam alam pra sadar
3. Iluminasi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
6

Universitas Indonesia

Tahap timbulnya insght atauaha Erlebnis, saat timbulnya inspirasi atau
gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti
munculnya inspirasi atau gagasan baru
4. Verifikasi
Tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas.
Proses divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi
(pemikiran kritis).

2.2 Memahami Kota Kreatif
2.2.1 Latar Belakang Kota Kreatif
Pada abad ke 21 akan lebih dari setengah penduduk dunia tinggal di dalam
kota. Di Eropa angkanya sudah mencapai 75 persen dan di negara berkembang
akan mencapai 50 persen. Dimana dua dekade lalu jumlahnya meliputi 29 persen
di seluruh dunia. (Landry,2000:xiii)
Sebuah survey dilakukan di Inggris pada tahun 1997. Survey
menunjukkan 84 persen orang-orang di Inggris ingin tinggal di desa kecil,
sedangkan hanya empat persen orang yang melakukannya.
Kita tidak dapat menciptakan banyak desa untuk dapat memenuhi
keinginan tersebut. Selebihnya, kita perlu membuat kota menjadi tempat yang
nyaman untuk ditinggali. Perkembangan pada kota, seiring perkembangan jaman
membuat masalah dan tantangan di dalam kota semakin kompleks. Ini membuat
sudut pandang yang lama, seringkali menjadi tidak relevan untuk mengatasi
masalah yang terjadi di kota saat ini. Untuk sebagian besar aspek, cara maupun
pendekatan lama tidak dapat bekerja. Maka, sepanjang kota bertumbuh, seiring
juga dengan masalah yang semakin kompleks, selayaknya kota menjadi
laboratorium, dimana solusi untuk pelbagai permasalahan dapat terumuskan. Pada
akhirnya, akan dapat meningkatkan kenyamanan untuk tinggal di kota.
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
7

Universitas Indonesia

Di lain sisi, perkembangan jaman membawa dunia mengalami berbagai
perubahan di berbagai bidang. Kini dunia memasuki transformasi dalam bidang
ekonomi. Saat ini dunia bergerak ke arah ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif
merupakan ekonomi yang berbasis ide maupun kreativitas. Ekonomi kreatif
merupakan gelombang keempat, setelah ekonomi pertanian, industri dan ekonomi
informasi.




Hal ini juga didukung dengan media dan telekomunikasi berkembang
begitu pesat, dan menyebabkan kebutuhan akan konten kreatif tiada habisnya.
Keberadaaan media telah menghapuskan batasan baik geografi dan sosial. Saat
ini, informasi dan pengetahuan merupakan pendukung kehidupan, yang dapat
diakses dengan cepat oleh siapapun. Industri dalam bidang ini disebut dengan
industri kreatif.
Implikasinya terhadap kota, adalah kota tidak lagi cukup mengandalkan
insentif ekonomi untuk menarik investasi. Kota perlu membuat iklim dimana
mendukung orang-orang untuk berkreativitas, maupun menarik kehadiran orang-
orang kreatif. Kreativitas tersebut, dapat menjadi sokongan demi kesejahteraan
kehidupan kota.
2.2.2. Makna Kota Kreatif
Kota perlu memiliki kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi. Ketika
kota berkembang menjadi besar dan kompleks, hadirlah masalah dalam
manajemen urban. Kota perlu menjadi laboratorium yang mengembangkan solusi
dari permasalahan yang berkembang di dalamnya
Kota memiliki satu sumber daya yang krusial yaitu orang. Kepintaran
manusia, keinginan, motivasi, imajinasi dan kreativitas menjadi sumber daya
Gambar 2 Pergeseran orientasi ekonomi
Sumber: Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
8

Universitas Indonesia

urban. Kreativitas dari orang-orang yang ada di dalam kota dapat menjadi penentu
untuk kesuksesan kota. (Landry,2000:xiii)
Kreativitas bisa terjadi pada lingkup yang lebih khusus, yaitu pada orang
dengan bakat istimewa, seperti seniman, penulis, desainer dan lain sebagainya.
Kreativitas juga bisa terjadi pada lingkup lebih luas, tidak sekedar pada aspek
budaya. Kota terus berkembang, dan muncul permasalahan-permasalahan yang
memerlukan kreativitas untuk pemecahannya, seperti permasalahan perumahan,
sampah, utilitas, pendidikan dan lain sebagainya.
Kota menjadi pusat pembelajaran, di dalamnya bertemu ilmu pengetahuan,
budaya, dan pemerintahan. Dalam kota terdapat keanekaragaman, kepadatan,
kedekatan, yang dapat menjadi unsur penting untuk kreativitas.
Kota kreatif menggambarkan sebuah metode baru dari strategi
perencanaan urban dan menguji bagaimana orang-orang berpikir, berlaku dan
berencana kreatif dalam kota. Hal ini dapat dilihat dengan produk maupun
aktivitas kreatif yang ada di dalam kota tersebut.
Bisa disimpulkan bahwa kota kreatif, dimana kota menjadi wadah
kreatifitas untuk orang yang tinggal dan beraktivitas di dalamnya. Memanfaatkan
berpikir kreatif untuk membuat kota semakin nyaman ditinggali. Kota dengan
sektor kreatif dan budaya yang berkembang dapat menyebabkan pertumbuhan
ekonomi dan sosial.

2.2.3 Prasyarat Kota Kreatif
Ada beberapa hal yang menjadi prasyarat untuk kota menjadi betul-betul
kreatif. Kota dapat menjadi kreatif dengan beberapa diantaranya, namun
beroperasi secara sangat baik jika semua hal tersebut ada. Disebutkan ada tujuh
faktor, yaitu (Landry,2000:105-131) :
1. Kualitas Personal
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
9

Universitas Indonesia

Tidak akan ada organisasi maupun kota kreatif, tanpa individu kreatif.
Individu yang memiliki banyak akal, berpikir terbuka, fleksibel, memiliki
kemauan untuk mengambil resiko. Aksi kreatif dapat terwujud dalam
berbagai bentuk dan muncul dari berbagai sumber, namun dampaknya
bergantung kepada imajinasi publik, dan kepemimpinan komunitas.
Individu yang kreatif dapat memberi perubahan pada kota, jika
diletakkan pada posisi yang tepat. Mereka memerlukan orang-orang yang
dapat melakasanakan dan mengeksploitasi kreativitas mereka. Tanpa hal
tersebut, maka individu kreatif tidak dapat memperoleh hasil. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Tudor Rickards yang melihat inovasi adalah
proses yang bermula dengan ide kreatif dan berakhir dengan implementasi,
yang pada poin ini eksekusi berlangsung secara rutin.
2. Kemauan dan Kepemimpinan
Kota Kreatif membutuhkan tidak sekedar orang-orang kreatif, tapi
orang dengan kemauan untuk sukses. Kemauan dapat dilatih dengan
proses mengidentifikasi kota , kemudian memvisualisasikan tujuan yang
ingin diraih. Kemauan ini juga harus diseimbangkan dengan rasa empati,
dan saling memahami.
Selain kemauan, dalam kota kreatif juga dibutuhkan kepemimpinan.
Ada beberapa macam pemimpin, yaitu pemimpin biasa, inovatif dan
visioner. Pemimpin yang inovatif, akan melihat keadaan lokal untuk
menggambarkan kebutuhan terpendam, kemudian membawa ide yang
segar. Pemimpin yang visioner menyepurnakan ide-ide baru.
Keahlian memimpin termasuk pula dengan kemampuan untuk
memahami apa yang diinginkan orang, meskipun orang tersebut tidak
benar-benar yakin, mengetahui kapan waktu untuk mendorong, kapan
untuk mundur, memberikan pertimbangan, dsb.


Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
10

Universitas Indonesia

3. Keanekaragaman dan akses untuk berbagai potensi
Kondisi sosial dan demografi dapat mempengaruhi kapasitas kreatif
sebuah kota. Kota dengan populasi yang homogen biasanya cenderung
sulit untuk menjadi kreatif secara luas. Keanekaragaman dapat menjadi
unsur yang baik bagi kreativitas, ketika dapat saling memahami dan
mempelajari satu sama lain dalam keberagaman tersebut.
Baik penduduk asli (lokal) maupun pendatang memiliki perannya
masing-masing untuk berkontribusi dalam kota kreatif. Ketika pendatang
diperbolehkan berkontribusi, maka keahlian, bakat dan nilai budaya
mereka yang berbeda dapat terarah menjadi munculnya ide-ide baru. Bakat
pendatang seringkali dengan sengaja perlu dimasukkan. Sebagian besar
kota mendiskusikan masalah mereka dengan kebiasaan, tradisi dan
kulturnya, sedangkan pendatang dapat memberikan ide segar yang
mungkin berdampak baik terhadap kota.
Penduduk aslipun memilik peran yang penting, karena mereka yang
sangat mengenal kondisi dan seluk beluk kehidupan pada kota dimana
mereka tinggal. Penduduk asli jugalah yang memberikan ciri khas pada
sebuah kota.
4. Budaya berorganisasi
Diperlukan organisasi yang dapat membangun kapasitas personal,
sanggup mencipatakan visi organisasi, serta mentransformasi pemikiran
bersama. Kapasitas organisasi berperan seperti pengganda dari potensi dan
sumber daya yang ada, dan dapat memaksimalkan pemikiran kreatif.
Kreatifitas tanpa organisasi yang solid, tidak memiliki cukup energi untuk
mengolah sumber daya yang ada di dalam kota.
5. Identitas Lokal
Identitas yang kuat memiliki dampak positif untuk membangun rasa
kebanggan, semangat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memperhatikan lingkungan kota. Identitaspun dapat menghadirkan ikatan
antara orang-orang dari berbagai kepentingan untuk bekerjasama
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
11

Universitas Indonesia

menciptakan kondisi yang baik pada kota. Identitas, memberikan landasan
kepada kota untuk memilih apa yang pokok ataupun tidak dalam
banyaknya informasi dan ide yang tersedia
Membangun identitas budaya adalah hal yang penting untuk
menciptakan perbedaan , dan memberi penanda dari satu wilayah dengan
wilayah lainnya. Membuat simbol-simbol spesifik dari kota dapat berupa
makanan, lagu, hasil kerajinan, dan aset tradisi lainnya.
Dalam hal ini, kota bersejarah memiliki keuntungan, dimana nilai
sejarah yang dimiliki menjadi nilai keunikan tersendiri. Sejarah bisa saja
menjadi pemicu kreatifitas. Di satu waktu, sejarah dapat menjadi preseden
yang memicu inspirasi dan inovasi. Di lain waktu bisa menjadi beban yang
memberatkan.
6. Ruang urban dan fasilitas
Individu dan proyek kreatif membutuhkan sebuah tempat sebagai
wadahmya. Adanya ruang publik dan fasilitas seperti fasilitas budaya,
sumber informasi, area penelitian dapat mendorong orang untuk berlaku
kreatif. Ruang kota dapat berfungsi sebagai area untuk berinteraksi,
bertukar ide. Dari proses pertukaran ide itu, dapat memicu lebih banyak
lagi orang yang bertindak kreatif.
7. Jaringan yang dinamis
Jaringan memiliki dua aspek, yaitu jaringan di dalam kota dan jaringan
internasional. Kota sendiri merupakan pusat dari jaringan dan komunikasi.
Dengan tujuan utama dari jaringan, membawa orang hadir secara fisik
maupun virtual untuk berfokus pada berkomunikasi di kota. Jaringan dan
kreativitas sesungguhnya saling berhubungan. Untuk memaksimalkan
keuntungan , jaringan perlu menjadi lebih intens dan dengan berbagai
bentuk.


Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
12

Universitas Indonesia

2.2.4 Aspek-Aspek Pengukuran Kota Kreatif
Melihat sebuah tempat yang kreatif, bisa dilihat dari empat aspek yaitu
ekonomi , sosial, kultural, dan lingkungan.
The central features of creative places are their openness and their vitality,
which leads to their viability. Vitality is measured by assessing a range of
factors across the economic, social, cultural and environmental spheres.
(Landry,2006:414)

a. Aspek ekonomi
Kondisi ekonomi sebuah kota dapat dilihat dari jumlah pekerja,
pemasukan yang dibelanjakan, standar hidup, jumlah turis maupun
pengunjung tiap tahunnya, performa retail, properti dan nilai lahan.
Kreativitas dapat menjadi salah satu cara meningkatkan kondisi ekonomi
suatu kota, yaitu dengan ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif merupakan ekonomi berbasis ide maupun
kreativitas sebagai kekayaan intelektual. Dari basis ide dapat berkembang
menjadi produk yang komersil. Empat belas sektor yang bisa termasuk ke
dalam ekonomi kreatif antara lain desain, arsitektur, fashion, periklanan,
percetakan dan penerbitan, televisi dan radio, kuliner, seni rupa dan kriya,
film, video, animasi, musik, fotografi, peranti lunak, hiburan interaktif,
mainan, seni pertunjukkan, riset dan pengembangan.
(Howkins,2002:hal86)

b. Aspek sosial,
Kondisi sosial dapat dilihat dari tingkat aktivitas dan interaksi
sosial, komunikasi yang baik antara berbagai strata sosial, spirit
komunitas, kebanggan masyarakat, serta toleransi sosial. Ketika kondisi
sosial masyarakat baik, maka kemungkinan interaksi antara berbagai
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
13

Universitas Indonesia

elemen masyarakat akan menjadi lebih luas. Dari interaksi memungkinkan
pertukaran, dan kombinasi ide yang lebih banyak.
Most creativity does not come in a flash of genius or insight in the head of
an individual. Most creativity in science, business and culture comes
from the recombination of two existing ideas to create a new one. That is
why new ideas often emerge from intense and extended conversations
between people (Leadbeater,n.d.:5)

c. Aspek lingkungan
Lingkungan menjadi wadah beraktivitas. Kondisi dan atmosfer
lingkungan yang baik dapat mendukung untuk terjadinya kreatifitas.
Aspek lingkungan menyangkut dua hal, yang pertama adalah
keberlanjutan ekologikal yang berhubungan dengan polusi suara, udara,
pembuangan sampah dan ruang hijau. Hal yang kedua menyangkut desain,
dan sense of place. Bagaimana penerangan jalan, dan keamanan,
kenyamanan dan pendekatan secara psikologi dari lingkungan urban..
What makes a milieu creative is that it gives the user the sense that they
can shape, create and make the place they are in, that they are an active
participant rather than a passive consumer, and that they are an agent of
change rather than a victim. (Landry,2006:394)

d. Aspek budaya
Kondisi budaya bersangkutan dengan kepeduliaan kota untuk
menjaga identitas, memori, maupun tradisinya. Kebudayaan menjadi ciri
khas, kebanggan, serta nilai keistimewaan bagi sebuah kota. Seni budaya
juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi kreatifitas kota.
Local culture and heritage helps give a place recognizable feature as it
adds to the collective memory of the human experience. It a great source
for `original ideas because it has progressively evolved for generations of
a specific place and time. (Landry,2006:394)
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
14

Universitas Indonesia

Seni dan budaya yang berhubungan dengan indutri disebut industri
kreatif. Dampaknya dapat memberi keuntungan seperti menciptakan
lapangan pekerjaan, menarik investasi, meningkatkan pajak, menstimulasi
ekonomi lokal. Ketika vitalitas budaya baik, maka dapat menarik
profesional muda ataupun orang-orang kreatif untuk masuk ke dalam area
tersebut.
A city with a thriving creative and cultural sector would then attract other
high end knowledge jobs and set off a spiral of economic and social
growth.

2.2 Urban Heritage
2.2.1 Pengertian Heritage
Kata heritage berasal dari kata inheritence yang didefinisikan
sebagai sesuatu yang diwariskan. Heritage merupakan sesuatu yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Heritage tidak sekedar sesuatu yang
ingin diturunkan ke generasi selanjutnya, tetapi juga sesuatu yang ingin
diapresiasi dan dialami untuk tingkat yang luas.
Sesuatu akan menjadi heritage sampai adanya proses identifikasi,
dan diakui. Heritage bisa dipandang sebagai sesuatu yang penting, sampai
seseorang mau mengkonservasi, mengawetkan, dan mewariskan untuk
generasi selanjutnya. Heritage merupakan sumber kekayaan yang dimiliki
suatu wilayah. Disana bisa menjadi refrensi akan apa yang telah terjadi di
masa lalu, dan sumber inspirasi untuk masa kini dan akan datang.
Tingkat Identifikasi heritage terbagi atas delapan (tabel 1). Urban
heritage bisa diartikan sebagai warisan yang berharga dalam sejarah
perkembangan urban, dan telah teridentifikasi dan diakui oleh warga kota.
Tidak ada dua wilayah maupun kota yang identik. Setiap kota
memiliki sejarah, dan proses pembentukan yang berbeda. Bangunan
maupun kawasan bersejarah sebagai bagian dari heritage, memiliki nilai
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
15

Universitas Indonesia

penting bagi sebuah kota. Kombinasi akan bentuk maupun gaya
arsitektural dengan makna sosial, serta sejarah yang terkandung di
dalamnya memberikan identitas bagi kota. Identitas ini tentu akan berbeda
bagi masing-masing kota, dan memberikan nilai yang spesial yang dapat
menjadi daya tarik bagi kota.













2.2.2 Konservasi Heritage
Proses konservasi dalam bangunan atau kawasan heritage memiliki
peran penting dalam menjaga keberlangsungan bangunan atau kawasan
heritage tersebut. Pada tahun 1980an terdapat perubahan yang penting
dalam proses konservasi. Ide akan konservasi perlahan berangsur berubah.
Konservasi menjadi alat penting uuntuk memberi pengaruh pada
lingkungan urban.
Tabel 1 Tingkat Identifikasi Heritage
Sumber : Heritage Management
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
16

Universitas Indonesia

Konservasi tidak lagi sekedar menjaga nilai sakral akan
peninggalan masa lalu, tetapi mencoba membuatnya lebih relevan dengan
keadaan zaman. Konservasi tidak sekedar memandang aspek sejarah,
tetapi juga perlu melihat aspek fungsionalitas. Bagaimana membuat
lingkungan yang mampu didiami, sesuai dengan kebutuhan komunitas,
dan terkait dengan aspek lain seperti ekonomi maupun nilai politik.
Konservasi heritage memiliki tiga dimensi yaitu, fisik, sosial, dan
spasial. Ketiga dimensi ini dilingkupi oleh satu dimensi yaitu dimensi
waktu. Dimensi fisik ini melibatkan bangunan lama, kompleks bangunan,
maupun furnitur jalan. Konservasi bertitik tekan pada penampilan . Yang
terlibat dalam konservasi pada dimensi fisik, meliputi sejarawan,
arkeologis, arsitek, yang prosesnya dikontrol oleh perencana kota maupun
departemen konservasi.
Dimensi spasial merupakan pandangan menyeluruh akan
perencanaan kota, termasuk hubungan antara ruang dan penggunaannya,
sirkulasi, lalu lintas, ruang dalam dan ruang luar. Kawasan atau bangunan
heritage memiliki porsi dan pengaruhnya pada perencanaan kota secara
keseluruhan. Daya tarik dari bangunan atau kawasan heritage, akan
mengundang adanya sirkulasi. Dari sirkulasi tersebut juga akan
membutuhkan fasilitas, yang perlu dipikirkan dalam perencanaan kota.
Dimensi sosial , dimana ia menaruh perhatian terhadap pengguna,
komunitas lokal, dan populasi urban. Dibanding dengan dimensi fisik dan
dimensi spasial, dimensi sosial merupakan poin penting yang paling sulit
didefinisikan dalam proses konservasi. Dimensi sosial dapat berperan pada
keberlanjutan konservasi, sepanjang adanya keberlanjutan kehidupan
urban.



Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
17

Universitas Indonesia

2.3 Ihtisar Kajian Pustaka
Kreativitas dapat dimiliki oleh semua orang. Hasil pemikiran kreatif yang
teraplikasi bisa membantu kehidupan sehari-hari, begitu juga kehidupan urban.
Kota Kreatif merupakan kota dimana dapat mendukung dan mengakomodir
penduduknya untuk menjadi kreatif. Kreativitas tersebut dapat memberi dampak
bagi kesejahteraan urban. Kota Kreatif dapat dilihat dari empat aspek, yaitu
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.
Di sisi lain, sebuah kota yang memiliki kawasan bersejarah di dalamnya,
dapat menjadi dukungan dalam proses sebuah kota menuju kota kreatif. Kawasan
bersejarah menjadi identitas, ciri khas, dan keistimewaan sebuah kota.
Keistimewaan tersebut dapat menjadi daya tarik sebuah kota.
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

18
Bab 3
Studi Kasus

Dalam membahas potensi kawasan bersejarah dalam Kota Kreatif,
akan disajikan dua studi kasus di kota yang berbeda. Studi kasus tersebut
adalah, Kompleks Taman Fatahillah yang berlokasi di Jakarta, dan Jalan
Braga di Bandung. Kedua kawasan tersebut merupakan kawasan yang
memiliki nilai sejarah yang berharga dalam perkembangan kota masing-
masing.

3.1 Komplek Taman Fatahillah, Kota Tua
3.1.1 Profil Kompleks Taman Fatahillah
Kompleks Taman Fatahillah terletak di dalam Kota Tua. Kotatua
merupakan salah satu kawasan cagar budaya dari empat kawasan yang
terdapat di Jakarta. Kotatua memiliki luas 846 Ha , dan terletak di
Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta Barat.







Kawasan Cagar Budaya Kotatua dibagi menjadi 5 (lima) zona,
yaitu: kawasan Sunda Kelapa, kawasan Fatahillah, kawasan Pecinan,
Gambar 3 Letak Kota Tua dalam Jakarta
Sumber: Guideline Kota Tua,2007
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

19
kawasan Pekojan, dan kawasan Peremajaan. Di tengah Kawasan Cagar
Budaya terdapat zona inti, yang merupakan area dengan nilai sejarah yang
lebih bernilai.
kawasan sebagai kawasan cagar budaya Kawasan Fatahillah, yang
merupakan zona 2 merupakan bagian zona inti dari Kawasan Cagar
Budaya Kota Tua. Luasnya sebesar 87 Ha. Zona 2 Kawasan Cagar Budaya
Kotatua direncanakan sebagai sebuah living heritage dan sebagai kawasan
revitalisasi. Hal ini dimaksudkan bahwa Zona 2 diproyeksikan menjadi
salah satu tempat skala kota berekreasi, berbudaya, bertinggal, dan bekerja
dengan tetap menjaga kelestarian kawasan sebagai kawasan cagar budaya.















Gambar 4 Peta Kota Tua
Sumber:Guidelines Kota Tua,2007

Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

20
Kompleks Taman Fatahillah terletak di dalam zona inti tersebut.
Dalam studi kasus ini, penulis memberikan batasan wilayah yang akan
dianalisa. Cakupan area studi kasus meliputi Taman Fatahillah, dan
kawasan pedestrian di sekitarnya,dengan batasan area :
Utara : Jalan Kali Besar Timur 3
Selatan :Kantor Pajak, Kantor Metereologi
Timur :Jalan Lada
Barat : Jalan Kali besar timur
Dengan bangunan-bangunan bersejarah yang ada pada sekitar Taman
Fatahillah dapat dilihat pada tabel 2.



Gambar 5 Siteplan Taman Fatahillah dan sekitarnya
Sumber:Guidelines Kota Tua,2007
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

21

No Nama
Bangunan
Sekarang
Nama
Bangunan Dulu
Lokasi Gol. Peruntukkan Makro
1 Museum
Sejarah Jakarta
Batavia Land
Huis/Balai
Kota
Jl. Taman
Fatahillah
No.1
A Pendidikan, museum,
konvensi
2 Cafe Batavia Rumah Tinggal Jl. Pintu
Besar Utara
No. 14
Diusul
kan B
Komersial jasa/retail,
perkantoran,
pendidikan, konvensi,
hotel, hunian
3 Kantor Pos
Jakarta Kota
Post en
Telegraaf
Kantoor
Jl. Taman
Fatahillah no.
3
A Komersial jasa/retail,
perkantoran,
pendidikan, konvensi,
hotel, hunian
4 Museum
wayang
New Dutvh
Church
Jl. Pintu
Besar Utara
No. 27-20
A Pendidikan, museum,
konvensi
5 Kantor wilayah
PT Asuransi
Jasa Indonesia
(kosong)
Kantoor
Gebouw West
Java (WEVA)
Handet
Maatschappi
Jl. Taman
Fatahillah
No. 2
B Komersial/jasa/retail,
perkantoran,
pendidikan, konvensi,
hotel, hunian
6 Ex Bank
Ekspor Impor
(Bank Mandiri)
Bank of China Jl.Pintu Besar
Utara No. 23-
26
B Komersial/jasa/retail,
perkantoran,
pendidikan, konvensi,
hotel, hunian
7 Dasaad Musin
Concem
(kosong)
Dasaad Musin
Concem
Jl. Kunir B Komersial/jasa/retail,
perkantoran,
pendidikan, konvensi,
hotel, hunian
8 Gedung P.T.
Jakarta Llyod
(kosong)
P.T. Jakarta
Llyod
Jl. Kunir Diusul
kan A
Komersial/jasa/retail,
perkantoran,
pendidikan, konvensi,
hotel, hunian
Tabel 2 Bangunan Bersejarah di sekitar Taman Fatahillah
Sumber: Guideline Kota Tua, 2007
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

22
3.1.2 Sejarah Kota Tua












Dalam melihat sejarah Kompleks Taman Fatahillah akan
berhubungan dengan sejarah Jakarta, dan pembentukkan Kota Tua.
Perkembangan Jakarta dimulai pada tahun 1526, ketika gabungan
kekuatan Kerajaan Banten dan Demak yang dipimpin Fatahillah dapat
menguasai Sunda Kelapa. Daerah tersebut dinamai Jayakarta pada 22 Juni
1527, yang berarti kemenangan yang nyata. Kota ini hanya seluas 15
hektar dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa.
Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando
Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru
bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda.
Rencana kota Batavia ini dirancang oleh Simon Stevin atas permintaan
dewan pemerintah VOC di Belanda (1618). Kota dibangun dikelilingi
tembok dan parit.
Gambar 6 Perkembangan Sejarah Jakarta
Sumber: Rencana Induk Kota DKI Jakarta, 2005 dalam jurnal The Old Town Jakarta: Perspectives On
Revitalization, Conservation and Urban Development,2006
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

23
Warga yang berhak tinggal di dalam kota, adalah orang Eropa,
Cina, dan Arab, sedangkan warga pribumi harus tinggal di luar tembok
kota. Struktur Kota Batavia menyerupai Amsterdam. Rumah berderet kecil
memanjang ke belakang, dengan jendela yang kecil untuk mengadaptasi
iklim dingin atau salju. Pusat kotanya adalah Balai kota( sekarang
Museum Sejarah), bangunan bertingkat dua yang selesai dibangun pada
1712. Balai kota ini menggantikan balai kota lama yang lebih kecil yang
dibangun pada 1620.
Kota ini dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad
ke-16 oleh pelayar Eropa, Batavia dianggap sebagai pusat perdagangan
untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya
melimpah.
Pada abad ke -18 citra Ratu Timur menurun drastis. Proses
pembangunan Batavia yang mengacu pada model kota di Belanda, tidak
memperhatikan kondisi iklim, dan posisi Batavia yang hampir dalam
permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan wabah malaria, dan hadirnya
penyakit seperti disentri, kolera, lepra yang menjadi pemandangan umum.
Kondisi ini diperparah dengan gempa disertai letusan gunung
berapi pada 4-5 November 1699. Hal tersebut berakibat mengacaukan
sistem pengairan, dan membuat terusan menjadi penuh lumpur.
Penduduk kota berulang kali mengalami disentri dan kolera. Pada 9
Mei 1821 Bataviasche Courant melaporkan, bahwa 158 orang meninggal
akibat kolera di kota dan tiga hari kemudian 733 korban lagi di seluruh
wilayah Batavia.
Akhirnya Kota Batavia menjelang akhir abad ke-19 dinyatakan
sebagai kota yang tidak sehat. Kota ini dibongkar dan ditinggalkan lebih
seratus tahun. Pada akhirnya berakhirlah kisah Oud Batavia, yang diganti
dengan New Batavia, di tanah weltevedren (gambir). Kemudian, hadir SK
baru di tahun 1973 , yakni SK Gubernur nomor D.III-b 11/4/54/73 yang
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

24
menyatakan Daerah Jakarta Kota, Pasar Ikan, Jakarta Barat dan Jakarta
Utara sebagai daerah dibawah pemugaran Pemda Jakarta.








3.1.3 Kondisi Kompleks Taman Fatahillah
3.1.3.1 Ekonomi
Kompleks Taman Fatahillah telah menjadi daerah tujuan wisata,
banyak masyarakat dari dalam maupun luar kota yang mengunjunginya.
Pengunjung datang dengan berbagai maksud dan tujuan. Disebutkan pada
Harian Sinar Harapan yang terbit pada Jumat, 15 Mei 2009 bahwa

Pada Mei 2009 ini, angka pengunjung yang datang sekitar 1.500 orang,
bahkan pernah mencapai angka 2.000-an, sedangkan April 2009 hanya
sekitar 1.000 pengunjung

Jumlah pengunjung, mempengaruhi kondisi ekonomi di Kompleks
Taman Fatahillah. Pengunjung yang datang, membuka peluang aktivitas
ekonomi baik formal maupun informal. Kegiatan ekonomi formal yang
ada di Kompleks Taman Fatahillah, seperti kafe, dan toko souvenir yang
terdapat di dalam museum.
Bentuk kegiatan ekonomi informal muncul dengan penjaja
makanan, minuman, mainan, maupun foto keliling. Kegiatan ekonomi
informal makin marak pada akhir pekan. Di beberapa titik Kompleks
Taman Fatahillah (gambar 6) muncul pasar dadakan. Banyak pedagang
menggelar dagangannya di area pedestrian, serta sekitar Taman fatahillah,
Gambar 7 Kondisi Kota Tua masa lampau
Sumber: Guideline Kota Tua,2007
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

25
baik menjual berbagai produk, kerajinan tangan, makanan, maupun
menawarkan jasa.




















Gambar 9 Pasar dadakan pada Kota Tua
Sumber:Dokumen Pribadi

Gambar 8 Spot-spot Pasar dadakan di akhir pekan
Sumber : Dokumen Pribadi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

26
Salah satu kegiatan ekonomi yang khas di Taman Fatahillah adalah
penyewaan sepeda onthel. Sepeda onthel merupakan sepeda tradisional.
Kehadirannya sesuai dengan nuansa tempo dulu yang ada di Kota Tua.
Sepeda ini dapat dijadikan alat transportasi untuk berkeliling Kota Tua.







Pada Kompleks Taman Fatahillah muncul pula aktivitas ekonomi
kreatif. Aktivitas ekonomi kreatif muncul di berbagai bidang, yaitu kuliner,
seni rupa, fotografi, sinematografi. Di bidang kuliner, ditandai dengan Cafe
Batavia. Di bidang seni rupa terlihat dari aktivitas penjual lukisan dan
sketsa.







Bentuk ekonomi kreatif lainnya adalah adalah kegiatan fotografi
dan sinematografi. Kegiatan fotografi banyak kaitannya dengan bentukan
Gambar 12 Penjual Lukisan
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 11 Cafe Batavia
Sumber:dokumen pribadi
Gambar 10 Penyewaan Sepeda Onthel
Sumber:Dokumentasi Pribadi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

27
arsitektur dan kualitas ruang Kompleks Taman Fatahillah. Citra tersebut
menjadi magnet bagi orang-orang untuk mengabadikannya dalam video
maupun foto. Seperti yang terlihat dalam aktivitas foto pra wedding di
Kompleks Taman Fatahillah.








Minat pengunjung untuk berfoto di Kompleks Taman Fatahillah,
dimanfaatkan pengusaha dengan mendirikan stand jasa fotografi. Dengan
mobil kuno, sepeda onthel, vespa dan berbagai properti lainnya yang dapat
menjadi fitur pelengkap dalam kegiatan fotografi.







Gambar 14 Jasa Fotografi dan propertinya
Sumber:Dokumen Pribadi
Gambar 13 Pemanfaatan Taman Fatahillah dalam
aktivitas foto pra wedding
Sumber : Dokumen Pribadi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

28
Di bidang sinematofrafi, Kompleks Taman Fatahillah dijadikan
tempat syuting baik film, sinema elektronik, video klip, maupun iklan.
Faktor yang mendukung Taman Fatahillah menjadi aktivitas
sinematografi, adalah luasan dan kelenggangan kawasan. Hal ini
mengakibatkan para pekerja seni dapat bebas bereksplorasi dan berkreasi
di tempat tersebut.







3.1.3.2 Sosial
Pada Kompleks Taman Fatahillah, kita bisa menemukan
keberagaman manusia. Pengunjung berasal dari dalam dan luar kota,
bahkan luar negri. Pengunjung juga berasal dari berbagai kalangan, dengan
status ekonomi, suku, dan minat yang beragam. Keberagaman ini dapat
menjadi sesuatu yang bermanfaat selama terjadinya interaksi sosial.
Dimana dalam keberagamaan, bisa dimanfaatkan untuk bertukar wawasan,
informasi, maupun ide kreatif .
Lapangan luas dan pedestrian yang lebar pada Kompleks Taman
fatahillah, memungkinkan menjadi ruang publik, tempat berinteraksi dan
beraktivitas sosial. Kawasan ini sering dijadikan arena kegiatan komunitas
tertentu. Hal ini terlihat diantaranya pada kegiatan bersepeda ke Kota Tua.
Di Kompleks Taman Fatahillah mereka berkumpul, sejenak beristirahat,
berinteraksi satu sama lain.
Gambar 15 Syuting Video Klip di Taman Fatahillah
Sumber:Kapanlagi.com
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

29





Di lain sisi, keberadaan nilai sejarah mampu menghadirkan
interaksi sosial. Salah satunya berupa aktivitas edukasi, yaitu jalan-jalan
ke museum. Pada sekitar Taman Fatahillah terdapat museum-museum,
seperti museum Jakarta, museum wayang, museum keramik, dan museum
BI.







Bentuk interaksi sosial lainnya adalah aktivitas yang dilakukan
oleh komunitas-komunitas pecinta sejarah. Komunitas pecinta sejarah
terdiri dari orang-orang yang memiliki minat yang sama akan sejarah.
Anggotanya bisa berasal dari berbagai elemen masyarakat. Komunitas ini
memiliki agenda seperti diskusi, jalan-jalan, bedah buku, fotografi maupun
seminar. Kawasan bersejarah menjadi salah satu katalisator yang
mendorong komunitas tersebut melakukan interaksi sosial.

Gambar 16 Bersepeda Ke Kota Tua
Sumber:Dokumen Pribadi
Gambar 17 Aktivitas Jalan-Jalan Museum
Sumber: Dokumen Pribadi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

30





3.1.3.3 Lingkungan










Taman Fatahillah dan area sekitarnya saat ini merupakan area
pedestrian. Hal ini sangat mendukung wisatawan untuk menikmati area ini
dengan leluasa, tanpa polusi dan gangguan kendaraan. Jumlah penghijauan
di Taman Fatahillah, dan area pedestrian sekitarnya juga cukup memadai.
Hal yang masih kurang optimal adalah penangan sampah. Akan
mudah kita melihat sampah yang bertumpuk, terutama saat jumlah
pengunjung meningkat. Hal ini tentu turut mempengaruhi citra Kota Tua.
Ini senada dengan artikel Di Kota Tua Banyak Sampah pada 22 Mei 2010-
5.51 WIB yang terdapat di www.poskota.co.id

Membludaknya pengunjung di Kawasan Kota Tua Jakarta, ternyata
berbuntut pada persoalan sampah. Tak heran, tempat wisata sejarah di
Gambar 19 Panorama Taman Fatahillah
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 18 Salah satu komunitas pecinta sejarah beraktivitas di Kota Tua
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

31
Jakarta Barat (Jakbar) ini sekarang terkesan kumuh, kotor dan
semrawut.
Kondisi lain yang disayangkan adalah kondisi beberapa bangunan
di sekitar Taman Fatahillah. Terdapat bangunan yang perawatannya
minim. Hal ini mengurangi nilai keindahan arsitektur, bahkan dapat
memmbahayakan karena ada bagian bangunan yang rentan ambruk, seperti
disebutkan di artikel Bangunan di Kota Tua Ambruk Atapnya pada Jumat,
18 Maret 2011 - 19:04 WIB yang terdapat di www.poskota.co.id

Bangunan berlantai empat milik BUMN PT Jasindo (Jasa Asuransi
Indonesia) di depan Museum Sejarah Jakarta, Kecamatan Tamansari,
Jakarta Barat, ambruk bagian atapnya.

3.1.3.4 Budaya
Kompleks Taman Fatahillah acapkali dijadikan sarana pertunjukkan
maupun gelaran festival budaya, baik oleh Pemerintah Daerah maupun
bukan. Pertunjukkan yang berlangsung merupakan seni-seni tradisional
Indonesia, seperti topeng monyet, kuda lumping, dan lain sebagainya. Hal
ini cukup dapat menarik minat masyarakat, terutama masyarkat perkotaan
maupun turis asing yang jarang menyaksikan pertunjukkan tersebut.






Gambar 20 Pertunjukkan Kuda Lumping
Sumber: Dokumen Pribadi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

32
Terdapat juga gelaran budaya, seperti festival kebudayaan Betawi
pada 23 Februari 2008. Pada acara tersebut dapat disaksikan kebudayaan
Jakarta, dan nuansa Jakarta tempo dulu. Para karyawan di museum sekitar
Taman Fatahillah turut berpartisipasi dalam acara ini.
Nilai budaya juga dapat di peroleh di museum sekitar Taman
Fatahillah. Pada museum terdapat benda-benda budaya maupun benda
peninggalan bersejarah, seperti koleksi wayang pada Museum Wayang,
koleksi peninggalan bangunan Belanda pada Museum Fatahillah. Hal ini
juga didukung dengan kegiatan yang hadir pada museum-museum tersebut,
seperti pertunjukkan wayang pada museum wayang.







3.1.4 Ihtisar Studi Kasus Kompleks Taman Fatahillah, Kota Tua
Kompleks Taman Fatahillah kini telah menjadi Daerah Tujuan
Wisata yang cukup berhasil menarik pengunjung dari wilayah sekitar,
bahkan luar negri. Di dalamnya terdapat berbagai aktivitas, baik aktivitas,
ekonomi, sosial, dan budaya. Terdapat aktivitas ekonomi kreatif di bidang
kuliner, seni rupa, fotografi maupun sinematografi. Pada aspek sosial
banyak warga kota maupun komunitas-komunitas yang berkegiatan di
kawasan ini. Di aspek budaya, terdapat gelaran festival budaya pada waktu
tertentu.
Gambar 21 Festival Betawi di Kompleks Taman Fatahillah
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

33
3.2 Jalan Braga
3.2.1 Profil Jalan Braga















Jalan Braga terletak di kota Bandung, ibukota provinsi Jawa Barat.
Jalan Braga merupakan salah satu obyek wisata Kota Bandung. Membujur
dari selatan ke utara, dan berjarak kurang dari satu kilometer. Secara
administrasi, kawasan Braga merupakan kelurahan Braga, kecamatan
Sumur Bandung, Wilayah Pembangunan Cibeunying dengan luas lahan
sekitar 55 Ha. Bangunan- bangunan bersejarah yang terdapat di Jalan
Braga, ialah :
Gambar 22 Peta Jalan Braga
Sumber: GoogleEarth
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

34
Nama Bangunan Lokasi Gaya Arsitektur Tahun Arsitek
Museum Asia Afrika Jl. Braga I-
Asia Afrika
Streamline Art
Deco
1940 A. F Albers
Asia Africa Cultural
Centre
Jl. Braga I Art Deco 1925 C. P. Wolff
Schoemaker
Apotik Kimia Farma Jl. Braga 2-6 Neo Classic 1902 -
Gudang Kimia Farma Jl. Braga 3 Geometric Art
Deco
1913 C. P. Wolff
Schoemaker
Hotel Braga Jl. Braga 8 - 1928-1930
Sarinah Jl. Braga 10 - 1937-1940
BPD Jawa Barat Jl. Braga 12 Streamline Art
Deco
1935 A. F Albers
Centre Point Jl. Braga
117
Streamline Art
Deco
1925 C. P. Wolff
Schoemaker
LKBN Antara Jl. Braga 25 1936 A. F Albers
Kantor Gas Negara Jl. Braga 40 Geometric Art
Deco
1930 C. P. Wolff
Schoemaker
Toko Populer Jl. Braga 45 Classic 1915 RLA
Ex Sister Salon Jl. Braga 48-
50
Geometric Art
Deco
1930 -
Bank & Scientific Jl. Braga 52 Art Deco
Geometric
1920 G.S Bell
Toko Concurent,
Bank Modern
Jl. Braga 53-
55
- 1919
Restoran Braga
Permai, Cellini
Jl. Braga 54-
58
Geometric Art
Deco
1920 G.S Bell
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

35
Deretan Sinsin,
Tiffani
Jl. Braga 59-
63
- 1935 -
Deretan A. Kasoem Jl. Braga 60-
66
- 1923-an -
North Sea Bar (Braga
Weg), Toko Merdeka
Jl. Braga 82-
84
Geometric Art
Deco
1928-1931 -
Deretan uero, Djawa Jl. Braga 77-
81,85-99
Geometric Art
Deco
1928-1931 -
Deretan Elegance Jl. Braga 90-
94
- 1950
Ex Permorin
(BRAGA CITY
WALK) Showroom
Fuch and Rens
Jl. Braga 99 - 1920 P.J.C Van
Kleef
Deretan Sentral
Billiard
Jl. Braga
101-109
- Sebelum
1930

Bank Indonesia
(Javasche Bank;
Kantor Bank Sentral)
Jl. Braga
108
Neo Classic 1917 Edward
Cypers
Ega Kineta Jl. Braga
111
Tropical Art
Deco
1955 -
Leather Palace Jl. Braga
113-115
- 1955 -
Landmark Building Jl. Braga
129-131
Neo Classic 1922 C. P. Wolff
Schoemaker



Tabel 3 Daftar Bangunan Bersejarah Jalan Braga
Sumber: Revitalisasi Kawasan Bersejarah oleh Aline Jihan Hadiahwati Tahun 2007
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

36
3.2.2 Sejarah Jalan Braga
Konon Pembangunan Jalan Braga berhubungan dengan
pembangunan Jalan Anyer-Panarukan(1808-1811), dan politik tanam
paksa (1830-1870). Pada saat itu, Jalan Braga menjadi rute proses
pengangkutan biji kopi dengan pedati, dan disebut dengan Jalan Pedati.
Jalan Braga menghubungkan Jalan Raya Pos dengan Gudang kopi Andries
de Wilde( sekarang Balai Kota Bandung). Fungsi utama jalan tersebut
menyebabkan kawasan itu menjadi tempat yang paling dikenal oleh
masyarakat.
Setelah kota Bandung menjadi ibukota Keresidenan Priangan
(mulai pertengahan 1864), kawasan Braga berangsur-angsur dibenahi.
Beberapa hunian eropa mulai dibangun disepanjang jalan tersebut. Hingga
tahun 1874, terdapat tujuh rumah batu, dimana yang lainnya masih beratap
ijuk, rumbia, ilalang. Pada masa ini berlaku Penghapusan politik tanam
paksa, mengakibatkan banyak perkebunan bebas dimanfaatkan orang
Eropa. Muncul banyak perkebunan di kawasan Pangalengan. Pada akhir
pekan para pengusaha perkebunan tersebut berwisata ke Bandung,
khususnya alun-alun dan kawasan Braga.
Pertengahan 1882, Di tengah-tengah kawasan Braga berdiri
gedung pertunjukkan Opera dengan nama Tonil Braga. Sebutan Jalan
Pedati pun kemudian berubah menjadi Jalan Braga. Jalan diperkeras
dengan batu kali dan digunakan lampu minyak sebagai penerang Jalan.
Pada tahun 1884, aksesibilitas kereta api Batavia-Bandung dibuka.
Ujung jalan Braga yang dekat dengan pusat kota mengalami
perkembangan, sedangkan bagian utaranya masih berupa hutan karet.
Penataan kawasan Braga dilakukan secara kerjasama antara pemerintah
dan swasta asing, yaitu pemerintah Keresidenan Priangan dan
pemerintah Kabupaten Bandung bekerjasama dengan para pengusaha
asing kelas atas (orang Belanda/Eropa), khususnya pengusaha perkebunan.
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

37
Tahun 1894 berdiri toko Hellerman, toko terbesar pertama di
Bandung. Tahun 1895, sebuah gedung di ujung selatan Braga direnovasi
menjadi gedung Societeit Concordia, tempat pertemuan dan hiburan
golongan elite Belanda/Eropa.
Pada akhir abad ke-19 sampai dengan perempat pertama abad ke-
20, penataan kawasan Braga makin ditingkatkan. Bupati Bandung R.A.A.
Martanagara (1893-1918) berperan aktif meningkatkan kondisi rumah
penduduk di sekitar Braga, khususnya mengganti atap alang-alang
atau ijuk menjadi genteng.
Pada tahun 1900, Jalan Braga mulai diaspal. Di seberang ujung
selatan Jalan Braga berdiri toko De Vries (1900), toserba pertama di
Bandung. Toko ini banyak dikunjungi petani Priangan keturunan Belanda
yang kaya raya (Priangan planters). Keramaian De Vries membuat
kawasan di sekitarnya ikut berkembang.
Pada tahun 1906, seiring dengan Bandung mendapat status
Gementee (perubahan menjadi kota) dibuat peraturan tentang standar
bangunan toko di Jalan Braga. Tipe bangunan gaya barat yang semula
terbuka diubah menjadi bangunan perdagangan tertutup.







Gambar 23 Jalan Braga pada 1911
Sumber: www.uniknya.com
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

38
Modernisasi Jalan Braga dilakukan tahun 1920-1930 dan
menjadikannya sebagai pertokoan eksklusif. Kawasan Braga disebut "De
Meest Europeesche Winkelstraat van Indie" (Kompleks pertokoan Eropa
terbaik di Hindia Belanda). Kawasan ini terkenal dengan aktivitas seeing
and being seen (melihat dan dilihat). Baju model terbaru yang beredar di
Paris dan Amsterdam bisa dibeli di jalan Braga. Terdapat pula toko yang
menjual barang elektronik, arloji, buku ,bakeri dan restoran.







Pada tahun 1942 Jepang datang dan berdiam di Indonesia selama
tiga tahun. Invasi Jepang memberi pegaruh buruk. Para pemilik toko
ditangkap, kemudian dimasukkan ke dalam penjara.
Pada tahun 1945, tahun kemerdekaan Indonesia terjadi agresi
Belanda ke dua. Di bandung sendiri terjadi peristwa APRA (Angktan
Perang Ratu Adil). Pembangunan Bandung menurun, begitu juga dengan
pamor jalan Braga. Kawasan Braga mengalami kondisi stagnan pada tahun
1950-an.
Menjelang Konferensi Asia Afrika tahun 1955, bangunan-
bangunan di Jalan Braga dipercantik. Kemeriahan Jalan Braga pun hidup
kembali. Pada tahun 1957, kawasan Braga mulai diperhatikan
pemerintahan Soekarno. Terjadi pemindahan kepemilikan tanah dan
Gambar 24 Keadaan Jalan Braga pada tahun 1920-an
Sumber: PENATAAN BRAGA ; "SEJARAH BERULANG" Oleh: A. Sobana Hardjasaputra
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

39
bangunan ke pemerintah dan swasta. Wajah Jalan Braga mulai berubah
secara perlahan. Reklame mulai bermunculan menutupi bangunan-
bangunan yang ada.
Citra Jalan Braga surut kembali sekitar tahun 1960, bersamaan
dengan pembangunan kembali sebuah toko dengan bentuk yang berbeda.
Kerusakan bertambah parah ketika kesepakatan untuk tidak membangun
gedung-gedung lebih dari dua lantai dilanggar. Dengan alasan
pembangunan, gedung-gedung lama dibongkar dan dibangun tanpa ada
aturan. Kondisi Braga pun makin semrawut.

3.2.3 Kondisi Jalan Braga
3.2.3.1 Ekonomi
Aktivitas perdagangan di Jalan Braga sudah berlangsung sejak
jaman penjajahan Belanda, dan fungsi tersebut masih dipertahankan
sampai saat ini. Di sepanjang kiri kanan Jalan Braga, berjejer toko dengan
berbagai barang dagangan. Sebagian besar memuncak aktivitasnya di
malam hari.
Di Braga, dapat dilihat adanya aktivitas ekonomi kreatif, yaitu di
bidang kuliner, seni rupa, dan fotografi. Di Jalan Braga banyak kita temui
tempat makan berupa restoran, cafe maupun bakeri. Salah satu yang cukup
khas ialah hidangan pada Rumah Makan Sumber Hidangan yang dahulu
bernama Het Snoephuis (Rumah Makan Manis). Cara mengolah produk
kuliner dengan cara lama masih dipertahankan, dan menjadi ciri khas
tersendiri.
Aktivitas ekonomi kreatif lainnya, yaitu di bidang seni rupa. Hal
ini bisa terlihat dari galeri, maupun galeri seni pinggir jalan. Galeri seni
pinggir jalan muncul di beberapa titik Jalan Braga. Banyak pedagang
dengan aliran realisme yang menjajakan dagangannya di sisi-sisi jalan.
Salah satu pelukis yang terkenal dari daerah Braga adalah Affandi.
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

40







Kawasan Braga juga sering dijadikan latar belakang dalam
aktivitas fotografi. Aktifvitas fotografi ini terbagi atas aktivitas fotografi
amatir, yang banyak dilakukan pengunjung Jalan Braga, dan aktivitas
fotografi profesional. Aktivitas fotogragi profesional inilah yang
merupakan salah satu sektor ekonomi kreatif.








3.2.3.2 Sosial
Pada Jalan Braga, terdapat ruang-ruang dimana bisa terjadinya
interaksi sosial, seperti kafe, restoran, maupun galeri. Tempat-tempat
tersebut bisa menjadi titik pertemuan dan memungkinan adanya
pertukaran ide, ilmu, dan sebagainya.
Gambar 26 Aktivitas Fotografi Profesional di Jalan Braga
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 25 Penjual Lukisan di Jalan Braga
Sumber:Dokumen Pribadi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

41
Selain itu, nilai sejarah di Braga telah mendorong terjadinya
interaksi sosial, seperti terlihat dalam acara Plezier Braga. Plezier Braga
merupakan acara dimana peserta diajak bernostalgia , mengenang kejayaan
Jalan Braga di masa lalu. Acara ini menjadi sebuah ajang pertemuan warga
kota yang beragam.
Di lain sisi, Jalan Braga juga telah menarik komunitas yang ada di
kota untuk berkegiatan di dalamnya. Braga telah menjadi markas sebuah
komunitas, yaitu Brotherhood, komunitas sepeda motor besar. Komunitas
ini menyelenggarakan acara Brotherhood Braga Bike Fest. Pemilihan
Jalan Braga menjadi tempat kegiatan komunitas ini menunjukkan adanya
satu keterikatan dan kecintaan pada kawasan bersejarah oleh warga kota.






Beberapa komunitas lainpun mengadakan aktivitas sosial di Braga,
seperti gelaran Street Fashion Show (19/4/2009). Acara ini diikuti oleh
lebih dari tujuh komunitas. Tiap komunitas menyusuri Jalan Braga dengan
gaya pakaian yang unik, sesuai ciri khas masing-masing.





Gambar 28 Street Fashion Show di Braga
Sumber:www.detik.com

Gambar 27 Aktivitas Komunitas Motor di Jalan Braga

Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

42
3.2.3.3 Lingkungan
Revitalisasi Kawasan Braga, telah diusahakan oleh Pemerintah
Kota Bandung. Aspal di Jalan Braga, diganti menjadi batu andesit dengan
bertitik tekan pada penataan badan jalan dan jalur pedestrian. Hal ini
dalam rangka mengoptimalkan kembali daya dukung kawasan untuk
dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan seni budaya, perdagangan dan jasa.
Trotoar di Jalan Braga di perlebar, dan diberikan penghijauan di sisi-sisi
trotoar.








Aktivitas bersama warga dalam usaha revitalisasi pun pernah
diselenggarakan pada tahun 2008, yaitu program pengecatan masal
gedung-gedung Jalan Braga dengan cat warna putih. Disayangkan, usaha
revitalisai terhambat oleh beberapa hal, salah satunya dana.
Minimnya dana telah menyebabkan minimnya perawatan beberapa
bangunan bersejarah. Kondisi beberapa bangunan di Jalan Braga tidak
terawat dengan baik. Bisa dijumpai bangunan terlantar, beberapa bahkan
tak berpenghuni. Bangunan-bangunan ini akan lapuk dimakan usia jika
tidak ada usaha pemerintah dan masyarakat untuk melestarikannya.
Kondisi bangunan tak terawat tentunya akan mempengaruhi citra Jalan
Braga.
Gambar 29 Kondisi Trotoar Braga
Sumber:Dokumen Pribadi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

43






Permasalahan lain yang Jalan braga yang sebaiknya menjadi
pedestrian, sampai saat ini masih bisa dilalui oleh kendaraan-kendaraan
bermotor. Hal ini tentu mengurangi kenyamanan pengunjung dalam
berjalan-jalan di Jalan Braga.
3.2.3.4 Budaya
Kegiatan-kegiatan Budaya yang ada pada Jalan Braga, biasanya
berupa festival. Baik festival yang diadakan oleh Pemda Bandung, sebagai
bagian dari menghidupkan Braga , maupun festival yang diadakan oleh
masyarakat. Salah satu festival yang diadakan oleh Pemda adalah Braga
Festival, seperti yang tertuang dalam kutipan berikut.
Dalam Braga Festival 29-31 Desember, Kasubdin Promosi
Disbudpar Jabar, Deddy Haryadi mengatakan, dalam festival kali ini akan
mengangkat tema "Bihari, Kiwari, Baring Supagi" sebagai
pengejawantahan paradigma Braga selam ini, tidak hanya melihat ke
belakang dan kekinian, tetapi juga menatap Braga masa depan. "Festival
ini akan mempresentasikan kembali spirit terhadap tradisi serta
menghormati kearifan lokal, merayakan kekinian yang pernah tumbuh di
Jalan Braga.
Untuk festival yang diadakan masyarakat, salah satunya adalah
festival Minang. Jadi, tidak sekedar budaya tradisional Bandung yang bisa
hadir di Jalan Braga ini, budaya daerah lainpun bisa masuk. Hal ini akan
dapat saling memperkaya pengetahuan akan budaya daerah masing-
Gambar 30 Kondisi Bangunan yang kurang terawat di Braga
Sumber:dokumen pribadi
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

44
masing. Dalam Festival Minang tersebut, dipertunjukkan seni tari
tradisional, makanan khas, bahkan juga desain pelaminan pada adat
minang. Hal ini sungguh menarik, dan dapat memberi inspirasi bagi pihak
lain.








3.2.4 Ihtisar Studi Kasus Jalan Braga
Jalan Braga, telah menjadi area perdagangan yang tersohor di jaman
kolonial Belanda. Kreativitas telah muncul di Jalan Braga sejak dulu, terutama
lewat fashion yang mejadi ciri utama Jalan Braga dengan aktivitas seeing and
being seen (melihat dan dilihat). Keberadaannya kini memang tidak segemilang
ketika Braga menjadi "De Meest Europeesche Winkelstraat van Indie"
(Kompleks pertokoan Eropa terbaik di Hindia Belanda) di abad ke-19. Kini Jalan
Braga menjadi kawasan bernilai sejarah, dengan fungsi perdagangan yang masih
dipertahankan. Terdapat aktivitas ekonomi kreatif di Braga, dalam bidang kuliner,
seni rupa maupun fotografi
Braga juga menjadi ajang interaksi sosial oleh warga kota dan komunitas.
Selain aktivitas sosial, warga kotapun terkadang mengadakan gelaran budaya pada
Braga.
Gambar 31 Festival Minang pada Jalan Braga 22 April 2011
Sumber: Dokumen Pribadi

Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
45

Universitas Indonesia

Bab 4
Pembahasan

4.1 Pembahasan Kompleks Taman Fatahillah dan Jalan Braga
4.1.1 Ekonomi
Kompleks Taman Fatahillah dan Jalan Braga saat ini menjadi
daerah tujuan wisata. Keduanya memiliki pesona, untuk mendatangkan
pengunjung baik dari daerah sekitar, maupun luar daerah dan luar negeri.
Pengunjung kawasan tersebut mampu menjadi stimulus untuk aktivitas
ekonomi.
Pada kedua kawasan tersebut, bisa terlihat adanya aktivitas
ekonomi. Jalan Braga masih mempertahankan identitasnya sebagai
kawasan pertokoan. Bangunan di sisi-sisi Jalan Braga ada yang berfungsi
sebagai perkantoran, restoran, bakeri, galeri seni, bar, cafe, karaoke, toko
souvenir, dan lain sebagainya. Di Kompleks Taman Fatahillah, semenjak
ditetapkan menjadi kawasan cagar budaya, dan peralihan beberapa
bangunan menjadi museum, maka mulailah muncul aktivitas ekonomi.
Di kedua kawasan, juga bisa ditemui bentuk ekonomi kreatif.
Kawasan bersejarah dapat menjadi wadah yang baik bagi ekonomi kreatif.
Hal ini didukung dengan kualitas ruang yang unik yang menjadi daya tarik
sebuah kawasan. Pengunjung kawasan tersebut dapat menjadi sasaran
pasar untuk produk-produk ekonomi kreatif.
Pada Jalan Braga, kita bisa mendapati ekonomi kreatif di bidang
kuliner, seni lukis, maupun fotografi. Ragam kuliner dan galeri seni telah
menjadi ciri khas di Jalan Braga. Pada Kompleks Taman Fatahillah bisa
ditemui ragam ekonomi kreatif di bidang fotografi, sinematografi, seni
rupa, maupun kuliner. Ragam ekonomi kreatif yang dominan pada Taman
Fatahillah di bidang fotografi.
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
46

Universitas Indonesia

4.1.2 Sosial
Proses berpikir kreatif, dimulai dengan tahapan persiapan. Pada
tahap persiapan, individu berusaha mencari jawaban baik dengan mencari
info lewat literatur, maupun bertanya kepada individu lain. Proses mencari
informasi ini bisa berlangsung dalam interaksi sosial. Interaksi sosial
memungkinkan terjadinya pertukaran informasi, dan rekombinasi ide-ide
kreatif.
Kompleks Taman Fatahillah maupun Jalan Braga dapat menjadi
wadah aktivitas dan interaksi sosial. Taman Fatahillah dan area pedestrian
sekitarnya menjadi ruang yang lapang untuk berkegiatan urban. Pada
Jalan Braga, cafe, restoran, galeri, trotoar maupun jalannnya dapat menjadi
area interaksi sosial. Individu-individu yang melakukan aktivitas sosial
disana, berasal dari berbagai elemen masyarakat. Penduduk lokal,
penduduk dari luar kota maupun luar negeri dengan bermacam
karakteristik bisa ditemui di kawasan tersebut. Keanekaragaman menjadi
unsur penting bagi kreativitas.
Selain sebagai wadah interaksi sosial, nilai sejarah pada kawasan
bersejarah dapat menjadi katalisator untuk munculnya aktivitas sosial.
Kawasan bersejarah mampu menarik komunitas-komunitas yang ada di
dalam kota untuk berkegiatan di dalamnya. Baik itu merupakan komunitas
pecinta sejarah maupun komunitas lainnya.
Komunitas menjadi semacam organisasi yang didalamnya
berkumpul orang-orang dengan potensi dan minat yang khusus. Di dalam
komunitas, potensi masing-masing individu dapat terberdayakan. Dapat
muncul ide-ide kreatif dari komunitas tersebut. Aktivitas komunitas di
kawasan bersejarah dapat memberi kontribusi yang baik bagi kota.



Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
47

Universitas Indonesia

4.1.3 Lingkungan
Kualitas ruang pada suatu tempat dapat memberikan dampak
positif maupun negatif. Bentuk arsitektur di sebuah ruang dapat
membentuk atmosfer, yang bisa memberi pengaruh ke pengguna ruang
tersebut. Selanjutnya ,kondisi sebuah ruang bisa memberikan dampak
terhadap kondisi sosial, maupun ekonomi tempat tersebut.
Kompleks Taman Fatahillah maupun Jalan Braga memiliki kualitas
ruang dan bentuk arsitektur yang unik. Inil menjadi salah satu faktor yang
menarik minat orang-orang untuk mengunjungi kawasan tersebut. Hanya
disayangkan, perawatan bangunan tua yang ada pada kedua kawasan
tersebut, belum terawat secara optimal.
Pada kedua kawasan, dapat ditemukan bangunan yang kondisinya
tidak layak. Jika saja, bangunan-bangunan yang merupakan aset sejarah ini
terawat lebih baik akan memberi dampak yang optimal. Pada kedua
kawasan, sebenarnya sudah dilakukan usah revitalisasi, hanya belum
memberi dampak yang signifikan.
Fasilitas-fasilitas penunjang daya dukung kawasan, berupa sanitasi,
lahan parkir ini belum cukup optimal. Untuk masalah sampah, masih
banyak sampah pada Kompleks Taman Fatahillah, sedangkan pada Jalan
Braga cenderung relatif lebih bersih. Urusan parkirpun belum tertata rapi
baik di Kompleks Taman Fatahillah maupun di Jalan Braga, padahal ini
aspek yang penting sebagai daerah tujuan wisata.
Aspek pendukung yang sudah cukup baik di Kompleks Taman
Fatahillah, dan Jalan Braga adalah aspek penghijauan. Pada Jalan Braga,
kita bisa mendapati pepohonan yang ditanam di sisi-sisi trotoar, begitu
juga pada Kompleks Taman Fatahillah juga didapati pepohonan pada
Taman Fatahillah dan sekitarnya.


Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
48

Universitas Indonesia

4.1.4 Budaya
Penting bagi sebuah kota yang menuju proses kreatif untuk
memiliki serta menjaga identitas lokalnya. Aktivitas kebudayaan pada
kawasan bersejarah turut menjadi ajang pelestarian kebudayaan lokal.
Beberapa bangunan di sekitar Taman Fatahillah telah beralih
fungsi menjadi museum, seperti Museum Wayang, dan Museum Sejarah.
Masyarakat bisa melihat dan mengapresiasi produk budaya lewat museum
tersebut. Disayangkan pada Jalan Braga, belum ada bentuk yang serupa.
Di Jalan Braga, belum ada museum yang dapat merekam jejak sejarah
kawasan tersebut, maupun nilai budaya Kota Bandung.
Pelestarian dan penjagaan nilai budaya dapat dilakukan juga lewat
acara-acara kebudayaan. Budaya yang dipertontonkan bisa merupakan
budaya lokal (daerah setempat) maupun budaya yang berasal dari wilayah
lain.
Budaya betawi acapkali mewarnai kompleks Taman Fatahillah,
terutama pada ulang tahun Kota Jakarta. Budaya sunda pun mewarnai
Jalan Braga yang terletak di Bandung lewat gelaran festival yang diadakan
Pemkot Bandung. Dalam gelaran tersebut, penduduk lokal bisa
menunjukkan ciri khas yang mereka miliki baik berupa kesenian,
makanan, pakaian, ornamen dan sebagainya..
Di Kompleks Taman Fatahillah maupun Jalan Braga juga dijadikan
ajang festival kebudayaan yang berasal bukan dari wilayah setempat.
Seperti pada Jalan Braga diadakan festival Minang, di Kompleks Taman
Fatahillah diadakan Festival dalam rangka perayaan Imlek.
Gelaran-gelaran budaya yang berlangsung pada kawasan
bersejarah, dapat menjadi inspirasi untuk pemikiran kreatif. Gelaran
budaya juga dapat menarik datangnya pengunjung ke kawasan bersejarah,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan geliat ekonomi di kawasan
tersebut.
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
49

Universitas Indonesia

Bab 5
Kesimpulan

Untuk menjadi sebuah kota kreatif, maka warga di kota tersebut perlu
untuk menjadi kreatif. Sebenarnya berpikir kreatif mampu dilakukan oleh semua
orang, kota hanya perlu memberi dukungan dan dorongan agar warganya menjadi
kreatif. Membangun dan melestarikan kawasan bersejarah mampu menjadi bentuk
dukungan dan dorongan sebuah kota terhadap kreatifitas warganya. Hal ini bisa
dilihat dari potensi kawasan bersejarah terhadap proses sebuah kota menuju kota
kreatif.
Kawasan bersejarah merupakan sesuatu yang istimewa, yang dapat
berperan bagi identitas, ciri khas, maupun daya tarik sebuah kota. Potensi
kawasan bersejarah dalam proses kota kreatif dapat dilihat dari empat aspek, yaitu
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keempat aspek ini saling terkait, dan
saling mendukung satu sama lain.
Dalam aspek ekonomi, kawasan bersejarah mampu menjadi ruang untuk
wadah ekonomi kreatif, baik dari bidang fotografi, kuliner, seni rupa, dan lain
sebagainya. Jumlah dan keberagaman pengunjung pada kawasan bersejarah dapat
menjadi dukungan yang sangat berarti untuk timbulnya ekonomi kreatif.
Aspek berikutnya, yaitu aspek sosial. Kawasan bersejarah merupakan
bagian yang penting dari perkembangan sebuah kota, dan masyarakat. Hal ini
telah menimbulkan kecintaan warga kota terhadap kawasan tersebut. Rasa
kecintaan tersebut, menjadi faktor yang mendorong terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial di kawasan tersebut. Dalam aktivitas sosial tersebut, terjadi interaksi yang
memungkingkan terjadinya pertukaran dan saling melengkapi ide-ide kreatif.
Tidak sekedar aktivitas sosial, namun kawasan bersejarah menjadi ruang
aktivitas dan gelaran budaya. Gelaran budaya ini memberi dampak positif, dengan
menjadi inspirasi kreatif bagi warga kota, dan berdampak baik bagi kesejahteraan
ekonomi.
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
50

Universitas Indonesia

Ketiga aspek tersebut didukung oleh daya dukung lingkungan. Kebersihan,
keamanan, dan kenyaman lingkungan membuat ketiga aspek dapat berjalan
dengan baik. Pada akhirnya potensi-potensi yang telah disebutkan di atas, akan
sangat bermanfaat bagi kota, ketika seluruh elemen masyarakat bekerja sama
dengan baik untuk mewujudkan sebuah kota kreatif.

Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Universitas Indonesia

51
Daftar Refrensi

Landry, Charles.2000. The Creative City, a toolkit for urban
innovators.London:Earthscan Publications Ltd.
Landry, Charles.2006.The Art of City Making.London:Earthscan Publications
Ltd.
Horward, Peter. Heritage, management, interpretation, identity.
Center, NGA.Arts and the Economy.
Suherman, Sherly A. 2009.Made in bandung. Bandung:Mizan
Dimyati, Edi.Wisata Kota Tua Jakarta. Jakarta:PT Gramedia
Reis, Anna Carla Fonsesca, dkk.2009.Creative City Perspectives. So
Paulo:Garimpo de Solues & Creative City Productions
Uqshari, Yusuf Al.2005.Melejit dengan kreatif.Jakarta:Gema Insani Press
Florida, Richard.2008. Whos your city. Basic books
Orbasli, Aylin.Tourist in Historic Town: Urban Conservation and Heritage
Management.London: E & FN Spon
Jakarta, Pemprov DKI.2007. Guideline Kota Tua.Jakarta:Pemprov DKI

Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai