Anda di halaman 1dari 15

Hakikat Kurikulum Dalam Pendidikan Islam

HAKIKAT KURIKULUM DALAM FILSAFAT PAI



A. PENGERTIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Istilah kurikulum yang berasal dari bahasa latin curriculum semula bararti a running
course, or race course, especially a chariot race course dan terdapat pula dalam bahasa
perancis courier artinya, to run, berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah
courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.
Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah.
Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai the total effort of scool situation.
Defenisi ini jelas lebih luas dari pada sekedar meliputi mata pelajaran, yaitu segala usaha
sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, kurikulum tidak hanya mengenai
situasi idalam sekolah, tetapi juga diluar sekoLah.
Menurut Crow, kurikulum adalah rancangan pengajaran yang berisi sejumlah mata
pelajaran yang disusun secara sistematis sebagai syarat untuk menyelesaikan sauatu program
pendidikan tertentu. Sementara kurikulum dalam zaman modern ini mempunyai makna
sejumlah kekuatan. Factor-faktor pada lingkungan pengajaran pendidikan oleh sekolah bagi
murid-muridnya baik didalam maupun diluar sekolah, dan sejumlah pengalaman yang lahir
dari interaksi dengan kekuatan-kekuatan dan factor-faktor itu. Sedangkan pengertian
kurikulum pendidikan islam dalam bahasa arab adalah manhaj (jalan terang) yang dilalui oleh
pendidik atau guru dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap mulia mereka.
Hilda Taba mengemukakan bahwa curriculum is a plan for learning, bahwa kegiatan
dan pengalaman anak di sekolah harus direncanakan agar menjadi kurikulum. Ada pula yang
berpendirian bahwa kurikulum sebenarnya meliputi pengalaman yang direncanakan, dan
yang tidak direncanakan yang di sebut hidden curriculum atau kurikulum yang tersembunyi.
Pendidikan islam secara fungsiona aalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa
pembentukan al-insan al-kamil meelalui penciptaan situasi interaksi edukatif yang kondusif.
Kurikulum pendidikan agama islam merupakan model rekayasa individual dan social
yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa
depan yang sesuai dengan idealitas islam. Untuk itu perlu dirancang suatu bentuk kurikuum
pendidikan islam yang sepenuhnya mengaju pada nilai-nilai asasi ajaran islam.
Dalam kosa kata arab, istiah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti yang
terang atau jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai
bidang kehidupannya apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj atau
kurikuum berarti jalan terang yang dilalui pendiik atau guru latih engan orang-orang yang
didik atau dilatihnya untuk mengembangankan pengetahuan, keterampilan dan sikap
mereka.1[1]
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu merupakan
landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan
pendidikan yang diingikan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental.

B. ASAS-ASAS KURIKULUM
Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan islam, hendaknya mengandung
beberapa unsur utama seperti,tujuan,isi mata pelajaran,metode mengajar dan metode
penilaian, kesemuanya harus tersusun dan mengaju pada suatu sumber kekuatan yang
menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan sebagai asas-
asas dan bentuk kurikulum pendidikan.
Muhammad al-thoumy al-syaibany, mengemukakan bahwa asas asas umum yang
menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan islam itu adalah;
a. Asas agama
Seluruh system yang ada dalam masyarakat islam, termasuk system pendidikannya
harus meletakan dasar falsafah, tujuan,dan kurikulumnya pada ajaran islam yang meliputi
aqidah,ibadah,mu,amalat dan hubungan-hubugan yang berlaku didalam masyarakat . hal ini
bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat
islam yaitu al-quran an sunnah.
b. Asas falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, dengan dasar
filosoffis sehingga susunan kurikulum pendidikan islam menggandung suatu kebenaran,
terutama dan sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.
c. Asas psikologis
Asas ini member arti bahwa pendidikan islam hendaknya disusun dengan
mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak

1[1] Ihsan hamdani.filsafat pendidikan islam.2007.H.56
didik. Kurikulum pendidikan islam harus dirancang sejalan dengan cici-ciri perkembangan
anak didik, tahap kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan social,
kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan, perbadaan individual dan lain sebagainya yang
berhubgan dengan aspek-aspek psikoogis.
d. asas social
Pembentukan kurikulum pendidikan islam harus mengaju kearah realisasi individu
dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecendrungan dan perubahan
yang telah dan bekal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makluk social
harus mendapat tempat daam kurikulum pendidikan islam.
Keempat asas tersebut diatas harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum
pendidikan islam. Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidak lah
berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat
membentuk kurikulum pendidikan islam yang terpadu, yaitu kurikuum yang relevan dengan
kebutuhan pengembangan anaak didik dalam unsure ketauhidan,keagamaan,pengembagan
potensinya sebagai khalifah, pengembangan pribadinya sebagai individu dan
pengembangannya dalam kehidupan social.
Berdasarkan pada asas-asas tersebut diatas, maka kurikulum pendidikan agama islam
menurut an-Nahlawi harus pula memenuhi criteria sebagai berikut2[2] :
1. System dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insane sehingga
memiliki peluang untuk mensucikannya, dan menjaganya dari penyimpangan serta
menyelamatkannya.
2. Kurikulum hendaknya diarahkan utuk mencapai tujuan akhir pendidikan islam, yaitu ikhlas,
taat dan beribadah kepada allah, disamping merealisasikan tujuan aspek psikis, fisik, social,
budaya maupun intelektual.
3. Pertahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan perioesasi
perkembangan peserta didik maupun unisitas[kekhasan] terutama karakteristik anak-anak,
dan jenis kelamin.
4. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam kurikulum harus
memelihara kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dengan tetap bertopang paa cita ideal
islami, seperti rasa syukur dan harga diri sebagai ummat islam.
5. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikuum hendaknya tidak bertentangan dan tidak
menimbulkan pertentangan dengan pola hidup islam.

2[2] Ahmad d. marimba. Pengantar Filsafat pendidikan..
6. Hendaknya kurikulum bersifat realistic atau dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi dalam kehidupan Negara tertentu.
7. Hendaknya metode pendiikan/pengajaran dalam kurikuum bersifat luwes sehingga dapat
disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi serta perbedaan individu minat serta
kemampuan siswa untuk menangkap dan mengolah bahan pelajaran.
8. Hendaknya kurikulum itu efektif dalam berisikan nilai edukatif yang dapat membentuk
afektif[sikap] islami daam kepribadian anak.
9. Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah islami, seperti
pendidikan umat berjitihad dan dakwah islamiyah serta membangun masyarakat muslim
dilingkungan sekolah .
Dari paparan diatas, terlihat bahwa eksistensi kurikuum idealnya disamping parameter
operasionalisasi proses belajar mengajar, sekaligus terutama sebagai alat mendeteksi
[meramal] menjadikan kurikulum pendidikan sebagai alat yang efektif alam menyiapakan
bentuk pendidikan yang aplikatif dan apresiatif terhadap perkembangan kebudayaan, ilmu
dan pengetahuan dalam hal ini, eksistensi kurikulum memainkan peraanan cukup stategis
dalam menganalisis persoalan yang terjadi , sehingga pula pendidikanakan lebih mengarah
pada usaha preventif bukan curative sebagaimana yang terjadi saat ini.
Aspek-aspek Kurikulum Pendidikan Islam
1. Tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh kurikulum itu.
2. Pengetahuan, ilmu-ilmu, data, aktivitas-aktivitas, dan pengalaman yangmenjadi sumber
terbentuknya kurikulum.
3. Metode dan cara mengajar dan bimbingan yang diikuti oleh pesrta didik untuk mendorong
mereka kearah yang dikehendaki oleh tujuan yang dirancang.
4. Metode dan cara penelitian yang digunakan dalam mengukur hasil proses pendidikan yang
dirancang dalam kurikulum

C. KARAKTERISTIK KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan islam adalah pencerninan nilai-nilai
islam yang dihasilkan dari pamikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas
dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya .dalam konteks ini harus difahami bahwa
karakteristik kurikulum pendidikan islam senantiasa memiliki keterkaitan yangtidak dapat
dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan allah swt dan rasulnya, muhammad
saw . konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan islam dengan kurikulum
pendidikan pada umumnya .
Menurut al syaibany ,diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan islam itu adalah3[3] :
1. mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandunggan,kaedah, alat dan tekniknya.
2. Meluaskan perhatian daan kandungan hingga mencakup perhatian,pengembangan serta
bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar ari segi intelektual, psikologi,social, dan
spiritual. Begitu juga cakupan kanungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan kegiatan yang
bermacam-macam.
3. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya
terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi
seni halus,aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer,tenik,pertukangan, bahasa asing an
lain-lain.
5. Keterkaitan antara kurikuum pendidikan islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan
perbedaan individu antara siswa. Disamping itu juga keterkaitannya dengan alam sekitar
budaya dan social dimana kurikulum itu terlaksana.
Karakteristik kurikulum sebagai program pendidikan islam sebagaimana dikemukakan
diatas selanjutnya tidak hanya menepatkan anak didik sebagai objek didik, melainkan juga
sebagai subjek didik yang sedang mengembangkan diri menuju keewasaan sesuai dengan
konsepsi islam. Karenanya kurikulum tersebut tidak akan bermakna apapun apabila tiak
dilaksanakan dalam suatu situasi dan kondisi di mana tercipta interaksi edukatif yang timbale
balik antara pendidik disatu sisi dengan peserta didik disisi lain. disini terlihat ciri khas
kurikulum pendidikan islam yang memandang peserta didik sebagai makhluk potensial untuk
mengembangkan dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas kependidikan.
Dalam Al-Quran disebutkan bahwa manusia menduduki posisi khalifah di muka bumi
seperti tercermin pada Q.S. Al-Baqarah: 30, Yang artinya Ingatlah ketika Tuhanmu berkata
kepada malaikat: Aku akan menciptakan khalifah di atas bumi. Manusia akan mampu
mempertahankan kekhalifahannya jika ia dibekali dengan potensi-potensi yang
membolehkannya berbuat demikian. Tujuan hidup manusia ialah memperoleh keridhaan
Allah. Jika demikian, tujuan akhir pendidikan Islam ialah manusia yang diridhai Allah SWT,
yaitu manusia yang menjalankan peranan idealnya sebagai hamba dan khalifah Allah secara
sempurna.

3[3] ibid
Kedudukan kurikulum di sini dapat ditempatkan dalam guiding Intruction (arahan &
bimbingan) dan juga harus bisa menduduki peran sebagai alat anticipatory, yaitu alat yang
dapat meramalkan masa depan. Jadi kurikulum merupakan komponen yang amat penting
karena merupakan bahan-bahan ilmu pengetahuan yang diproses dalam sistem pendidikan
Islam. Ia juga menjadi salah satu bagian dari bahan masukan yang mengandung fungsi
sebagai alat pencapai tujuan (input Instrumental) pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan itu
sendiri bertujuan memberi sumbangan untuk mencapai perkembangan menyeluruh dan
terpadu bagi pribadi pelajar, membuka tabir tentang bakat-bakat dan kesediaan-kesediaannya
serta mengembangkannya, mengembangkan minat, kecakapan, pengetahuan, kemahiran dan
sikap yang diingini; menanamkan padanya kebiasaan, akhlak dan sikap yang penting bagi
kejayaannya dalam hidup dan kemahiran asas untuk memperoleh pengetahuan,
menyiapkannya untuk memikul tanggung jawab dan peranan-peranan yang diharapkan dari
padanya dalam masyarakatnya; dan mengembangkan kesadaran agama, budaya, pemikiran
sosial dan politik pada dirinya.
Kurikulum harus didesain agar mampu menghasilkan muslim yang mampu menjadi
khalifah tersebut di atas. Pertimbangan dasar dalam mendesain kurikulum seperti itu ialah:
1. Pengembangan pendekatan keagamaan ke dan melalui semua mata pelajaran dan kegiatan.
Misalnya: Diajarkan bahwa menurut Islam, bunga uang adalah haram, sedangkan dalam
kuliah ekonomi diajarkan bahwa bunga uang perlu. Maka pendekatan seperti ini
membingungkan mahasiswa, dan mahasiswa cenderung menerima salah satu saja.
Pengetahuan mereka terbelah dan akhirnya dapat saja tersekularisasi.
2. kurikulum harus disusun sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan pelajar,
sehubungan dengan itu maka prinsip.
3. kurikulum haruslah disusun berdasarkan prinsip kesinambungan, berurutan dan terintegrasi.
Kesinambungan menunjuk kepada pengulangan vertikal unsur-unsur penting dalam
kurikulum; bagian-bagian penting itu tidak boleh ada bagiannya yang terputus. Berurutan
(sekuen) menghendaki bahwa pengalaman baru harus bertopang pada pengalaman
sebelumnya. Sedang yang dimaksud terintegrasi adalah pengalaman-pengalaman dalam
kurikulum itu harus berhubungan secara horisontal, pengorganisasiannya harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga siswa tidak terlalu sulit memperoleh pandangan yang menyatu
tentang pengalaman-pengalaman yang telah dilaluinya.
Mengingat dasar dan watak atau sifatnya, kurikulum pendidikan Islam dipandang
sebagai cermin idealitas Islami yang tersusun dalam bentuk program yang berbentuk
kurikulum itu. Jadi nantinya dapat diketahui cita-cita apakah yang hendak diwujudkan oleh
proses kependidikan tersebut dengan memperhatikan program yang berbentuk kurikulum itu.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Prof. Dr. Moh. Fadhil Al-Jamali
menyatakan bahwa, semua jenis pengetahuan yang dikehendaki oleh Al-Quran diajarkan
oleh anak didik. Ilmu-Ilmu itu meliputi: Ilmu Agama, Sejarah, Ilmu Falak dan Ilmu Bumi,
Ilmu Jiwa, Ilmu kedokteran, Ilmu Pertanian, Ilmu Biologi, Ilmu Hitung, Ilmu Hukum dan
Ilmu Perundangan, Ilmu Kemasyarakatan, Ilmu Ekonomi, Ilmu Balaqhah dan Adab serta
Ilmu Pertahanan Negara dan lain-lain Ilmu pengetahuan yang dapat mengembangkan
kehidupan manusia dan mempertinggi derajatnya. Ahli didik Islam semuanya menyadari
bahwa kurikulum pendidikan Islam harus mencerminkan idealitas Al-Quran yang tidak
memilah-milah jenis disiplin Ilmu secara taksonomis dikotomik, menjadi ilmu agama
terpisah dari ilmu-ilmu duniawi (ilmu pengetahuan umum).
Dengan demikian, kurikulum yang dipandang baik untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam adalah yang bersifat integrated dan komprehensif, mencakup ilmu agama dan umum.
Karena kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan menserasikan antara
agama dan ilmu pengetahuan. Demikian pandangan Ibnu Sina dan Ikhwanussofa juga Al-
Farabi.
Menurut Kilpatrick, suatu kurikulum yang baik perlu didasarkan atas tiga prinsip
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas hidup anak didik pada tiap jenjang sekolah.
b. Menjadikan kehidupan aktual anak ke arah perkembangan dalam suatu kehidupan yang bulat
dan menyeluruh (all roand living).
c. Mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas keberhasilan sekolah
sehingga anak didik mampu berkembang dalam kemampuannya yang aktual untuk aktif
memikirkan hal-hal baru yang baik untuk diramalkan, dan dalam hal apa yang ingin diperbuat
serta kecakapan efektif untuk mengamalkannya secara bijaksana, melalui pertimbangan yang
matang.
Bila kurikulum yang didasarkan ketiga prinsip tersebut dapat dirumuskan menjadi
program pengajaran di sekolah, maka sudah pasti sekolah akan mampu menghasilkan
manusia paripurna. Prinsip-prinsip inilah yang disebut dengan emerging curiculum
(kurikulum yang mendorong anak didik untuk maju.
Namun dewasa ini, apabila penulis perhatikan, selain masalah dualisme atau dikotomi
pendidikan yang telah menjadi percaturan yang belum dapat terselesaikan sampai saat
sekarang, penulis juga melihat bahwa pendidikan Islam di Indonesia khususnya di madrasah
juga masih ditemukan kesenjangan antara yang seharusnya dengan kenyataan nyata atau
antara cita dan fakta.
Di madrasah, permasalahannya adalah proporsi pendidikan agama yang dikurangi.
Kurikulum madrasah semula 60% agama dan 40% umum, berubah menjadi 30% agama dan
70% umum.Terlebih ditambah dengan munculnya kurikulum madrasah 2004 yang hanya
memberi proporsi lebih sedikit untuk pendidikan agama (sekitar 12%). Problem ini semakin
memicu gejolak masyarakat sekaligus mengurangi kepercayaan atas eksistensi madrasah.
Di samping problem di atas, kurikulum pendidikan Islam yang ada saat ini pada
kenyataannya masih belum sesuai dengan pertimbangan dasar dan prinsip di atas. Hal ini
bisa dibuktikan dengan masih adanya mata pelajaran yang masih monoton disampaikan, sejak
mulai tingkat Madrasah Ibtidaiyah (SD) sampai dengan perguruan tinggi (IAIN). Misalnya
dalam mata pelajaran fiqh tentang thoharoh ini sudah diajarkan, namun kenapa di MTs, MAN
bahkan di IAIN sendiri masih juga diajarkan sama persis seperti ketika masih di MI/SD.
Dari berbagai uraian dan persoalan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum
pendidikan Islam merupakan salah satu komponen yang amat penting dalam proses
pendidikan Islam. Kekeliruan dalam menyusun kurikulum, akan membawa ahli didik
mengemukakan ketentuan berbagai macam guna penyusunan kurikulum itu. Kurikulum yang
sejalan dengan idealitas Islami adalah kurikulum yang mengandung materi (bahan) ilmu
pengetahuan yang mampu berfungsi sebagai alat untuk tujuan hidup Islami.
Sedang inti dari semua pengembangan kurikulum dilihat dari sudut pandang Islami
adalah kebenaran yang fundamental dan yang tidak dapat diubah. Yaitu prinsip tauhid.
Secara garis besarnya, dalam kurikulum pendidikan Islam harus terlihat adanya unsur-unsur:
1) Ketauhidan, 2) Keagamaan, 3) Pengembangan potensi manusia sebagai khalifah Allah, 4)
Pengembangan hubungan antar manusia dan 5) Pengembangan diri sebagai individu.
Kurikuum pendidikan islam dipandang sebagai cermin idealitas islami yang tersusun
dalam bentuk program yang berbentuk kurikulum itu, jadi nantinya dapat diketahui cita-cita
apakah yang hendak diwujudkan oleh proses kependidikan tersebut dengan memperhatikan
program yang berbentuk kurikulum itu. Dengan demikian, kurikulum yang dipandang baik
untuk mencapai tujuan pendidikan islam adalah bersifat integrated dan komprehensif,
mencakup ilmu agama dan umum. Karena kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali
dengan menserasikan antara agama dan ilmu pengetahuan. Demikian pandangan ibnu sina
dan ikhwanussofa juga al-farabi.
Kurikulum pendidikan agama islam harus terkandung unsure-unsur:
1. Ketauhidan,
2. Keagamaan,
3. Pengembangan potensi manusia sebagai khalifah allah,
4. Mengembangkan hubungan antar manusia,
5. Pengembangan diri sebagai individu.

D. PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.
Salah komponen pendidikan sebagai suatu system adalah materi. Materi pendidikan
ialah semua bahan system institusional disampaikan kepada peserta didik dalam suatu system
institusional pendidikan. Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum.
Sedangkan kurikulum menunjuk pada materi yang sebelumnya telah disusun secara
sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip kurikulum
pendidikan islam yaitu;
a. Prinsip pertama
Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama termasuk ajaran dan
nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikuum, termasuk filsafah, tujuan, kandungan,
metode mengajar,cara-cara perlakuan, dan hubungan yang berlaku dalam lembaga
pendidikan harus berdasarkan islam, keutamaan, cita-citanya yang tinggi, dan bertujuan
untuk membina pribadi yang mungkin kemauan yang baik, dan hati murni yang selalu
waspada.

b. Prinsip kedua
Prinsip kedua adalah prinsip menyeluruh[universal] pada tujuan dan kandungan
kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi semua aspek priadi pelajar, maka kandungannya
pun harus meliputi semua yang berguna untuk membina pribadi pelajar yang berpadu dan
membina akidah, akal dan jasmaninya.

c. Prinsip ketiga
Prinsip ketiga adalah keseimbangan yang relative antara tujuan dan kandungan
kurikulum. Kalau perhatian pada aspek spiritual dan ilmu syariat lebih besar, maka
aspeknspiritual tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam kehidupan, juga tidak
boleh melampaui ilmu, seni dan kegiatan yang harus diadakan untuk individu dan
masyarakat.

d. Prinsip keempat
Prinsip keempat adalah berkaitan dengan bakat, minat,kemampuan, dan kebutuhan
pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan social tempat pelajar itu hidup dan
berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran pengalaman dan sikapnya.

e. Prinsip kelima
Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individual antara pelajar dalam bakat,
minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga pemeliharaan perbedaan dan
kelainan di antara alam sekitar dan masyarakat.

f. Prinsip keenam
Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan islam uang menjadi sumber
pengambilan falsafah, prinsip, asar kurikulum.

g. Prinsip ketujuh
Prinsip ketujuh adalah prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktiva
yang terkandung dalam kurikulum.
Prof. H.M arifin M.Ed. mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan
pada waktu menyusun kurikulum mencakup 4 macam, yaitu:
1. Kurikulum pendidikan yang sejalan dengan ideais islami adalah kurikulum yang menganung
materi(bahan) ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi sebagai alat untuk hidup islami.
2. Untuk berfungsi sebagai alat yang efektif mencapai tujuan tersebut, kurikulum harus
mengandung tata nilai islami yang instrinsik dan ektrinsik mampu merealisasikan tujuan
pendidikan islam.
3. Kurikulum yang bercirikan islami itu diproses melalui metode yang sesuai dengan nilai yang
terkandung didalam tujuan pendidikan islami.
4. Antara kurikulum, metode tujuan pendidikan islam harus saling berkaitan produk yang
bercita-cita menurut ajaran islam.
Dr.Asma hasan fahmi menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi pegangan dalam
menentukan kurikulum ada 6 macam, yaitu:
a. Niai materi atau mata pelajaran karena pengaruhnya dalam mencapai kesempurnaan jiwa
dengan cara mengenal tuhan yang maha esa.
b. Niai mata pelajaran karena mengandung nasihat untuk mengikuti jalan hidup yang baik dan
utama. Ini adalah tugas imu akhlak, imu hadist, dan fiqih secara umum.
c. Nilai mata pelajaran karena pengaruhnya berupa latihan dan nilai dalam memperoleh
kebiasaan tetentu dari akal, yang dapat berpindah ke lapangan-lapangan lain bukan lapangan
mata pelajaran yang melatih akal pada pertama kali.
d. Niai mata pelajaran yang berfungsi pembudayaan dan kesenangan otak[intellect]. Orang-
orang isam sangat berminat untuk mempelajari bermacam-macam jenis ilmu pengetahuan
dan kesenian, dengan tujun untuk memuaskan naluri alamiahnya pada pengetahuan.
e. Nilai pelajaran, karena diperlukan untuk mempersiapkan seseorang guna memperoleh
pekerjaan atau penghidupan.
f. Nilai mata pelajaran, karena merupakan alat atau media untuk mempelajari ilmu yang lebih
berguna, dan mata pelajaran yang dianggap oleh islam sebagai media yang otomatis untuk
mempelajari pelajaran lain adalah ilmu bahasa yang sangat membantu memahami agama
,ilmu berhitung dan mantiq.
Identik dengan pendapat tersebut di atas ,M.Athiyah al-abrasyi menyatakan sebagai
berikut:
a. pengaruh mata pelajaran dalam pendidikan jiwa serta keseimbangan jiwa, yaitu pelajaran
keagamaan dan ketuhanan karena ilmu termulia ialah mengenai tuhan serta sifat-sifat yang
pantas pada tuhan.
b. pengaruh suatu pelajaran dalam bidang petunjuk, tuntunan adalah dengan menjalani cara
hidup yang mulia,sempurna seperti dengan ilmu akhlak, hadist, fiqih.
c. di samping itu,ada juga mata pelajaran yang di pelajari orang-orang islam karena mata
pelajaran tersebut mengandung kelezatan ilmiah dan kelezatan ideology, yaitu apamyang
oleh ahli-ahli pendidikan utama dewasa ini dinamakan menuntut imu karena ilmu itu sendiri.
d. orang muslim mempelajari ilmu pengetahuan karena imu itu dianggap yang terlezat bagi
manusia. Menurut fitrahnya manusia itu senang sekali mengetahui sesuatu yang baru.
e. pendidikan kejuruan, teknik dan industrialisasi untuk mencapai penghidupan. Pendidikan
islam mengutamakan segi-segi kerohanian, keagamaan, dan moral.
f. mempelajari beberapa mata pelajaran adalah alat dan pembuka jalan untuk mempelajari
ilmu-ilmu lain.
Dari uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pertimbangan-pertimbangan para
ahli penidikan islam dalam menentukan atau memilih kurikulum adalah: segi agama akhlak
atau budi pekerti, dan berikutnya barulah kebudayaan dan manfaat.
CIRI-CIRI KHUSUS KURIKULUM
System pendidikan menuntut pengkajian kuurikulum yang islami, tercermin dari sifat
dan karakteristiknya. Kurikulum seperti itu hanya mungkin, apabila bertobang dan mengacu
pada dasar pemikiran yang islami pula, serta bertolak dari pandangan tentang
manusia[pandangan antropologis] serta diarah pada tujuan pendidikan yang dilandasinkaidah-
kaidah islami.
Agar criteria kurikulum pendidikan tersebt di atas dapat terpenuhi maka dalam
penyusunannya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. System dan perkembangan kurikulum tersebut hendaknya selaras dengan fitrah insane
sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya, menjaganya dari penyimpangan, dan
menyelamatkannya.
b. Kurikulum yang dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan
islam, yaitu ikhlas, taat, dan beribadah kepada allah.
c. Penahapan serta pengkhususan kurikuum hendaknya memperhatikan periodesasi
perkembangan peserta didik maupun unisitas[kekhasan] nya seperti karakteristik kekanakan[
dalam berbagai tahapan perkembangan] kewanitaan dan kepribadian.
d. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya kurikulum
memeihara segala kebutuhan nyata masyarakat, dan tetap bertopang pada jiwa dan cita ideal
islaminya, seperti rasa syukur serta harga diri sebagai umat islam serta mendukung dengan
kesadaran dan harapan akan perolongan allah, serta ketaatan kepada Rasul-Nya yang diutus
untuk ditaati dengan izin allah.
e. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut hendaknya tidak
bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan, bahwa sebaliknya terarah pada pola hidup
islam. Kurikulum dn berbagai tingkatan dan jejang sekolah itu tidak tampil secara berserakan
dan saling bertentangan, melainkan secara berkesinambungan dan berkoordinasi serta
terintegrasi.
f. Hendaknya kurikulum itu realistic, dalam arti bahwa ia dapat dilaksanakan sesuai dengan
situasi dan kondisi serta batas kemungkinan yang terapat di Negara yang akan
melaksanakannya.
g. Hendaknya metode pendidikan/pengajaran dalam kurikulum itu bersifat luwes sehingga
dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi setempat, dengan mengingat pula
factor perbedaan individual yang menyangkut bakat, minat serta kemampuan siswa untuk
menangkap,mencerna, dan mengolah bahan pelajaran yang bersangkutan.
h. Hendaknya kurikuum itu efektif, dalam arti menyampaikan dan menggubah perangkat nilai
edukatif yang membuahkan tingkah laku positif serta meningkatkan ampak efektif[sikap]
yang positif pula dalam jiwa generasi muda.

Tujuan kurikulum Pendidikan Islam belajar mengajar.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kurikulum pendidikan Isalam mempnyai tujuan
untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh dan perpadu dengan kepribadian para
peserta didik. Disamping itu kurikulum pendidikan Islam juga mempunyai tujuan untuk
memberi sumbangan dalam perkembangan masyarakat Islam, memperkuat keprisbadian
islam yang berdiri sendiri.
Bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan islam pada masa sekarang
ini nampaknya semakin luas. Hal tersebut karena dipicu oleh kemajuan beberapa ilmu
pengetahuan dan kebudayaan , disamping itu juga karena bertambahnyha beban yang harus
ditanggung oleh pihak sekolah.
Oleh kerena tuntutan perkembangan yang sedemikian rupa, maka para perancanaan
kurikulum pendidikan Islam memperluas cakupan yang dikandung oleh kurikulum tersebut,
antara lain yang berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai memperhatikan pula tingkat
perkembangan siswa yang bersangkutan.


BAB III
KESIMPULAN

Kegemilangan pendidikan Islam memandang kepada kurikulum sebagai alat untuk
mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan
mengembangkan kesediaan, bakat, minat, dan keterampilan mereka yang bermacam-macam,
serta menyiapkan mereka untuk menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.
Tidak lepas dari tujuan umum dalam pendidikan islam, bahwa kurikulum pendidikan
islam juga sangat berperan dalam mendidik para generasi muda khususnya dalam keagamaan
dan akhlak yang mulia, agar terbentuk para generasi muda yang tidak hanya punya intelektual
yang tinggi tetapi tidak bermoral.
Sementara pada zaman modern ini kurikulum pendidikan Islam telah berkembang untuk
membentuk manusia yang sehat dan kuat jasmaninya dan mementingkan kecerdasan otak,
berlkembang menjadi sejumlah pengalaman pendidikan, yang difasilitasi oleh berbagai
sekolah dengan tujuan menolong berkembangan secara menyeluruh dalam segala bidang yng
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari atau dihari ahir nanti.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Maun
Ihsan, Hamdani. 2007. Fislsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai