Anda di halaman 1dari 1

1

BAB I
PENDAHULUAN


Fournier gangrene merupakan bentuk necrotizing fasciitis yang mengenai genitalia pria yang
berpotensi mengancam nyawa. Fournier gangrene juga dikenal sebagai gangren idiopatik di daerah
skrotum, gangren skrotum yang disebabkan bakteri streptokokus, phlegmon perineal, dan gangren
fulminan yang spontan di daerah skrotum.
1,2,3,4

Fournier gangrene adalah sebuah kondisi yang jarang, dengan insiden yang dilaporkan
1/7,500 dan hanya sebesar 1%-2% angka perawatan di rumah sakit di bidang urologi. Tetapi, insiden
Fournier gangrene akhir akhir ini semakin meningkat, terutama karena adanya peningkatan rata-
rata umur di populasi dan meningkatnya angka pasien yang menjalani terapi imunosupresi maupun
pasien yang menderita infeksi human imunodeficiency virus (HIV).
2,3,4

Fournier gangrene muncul mendadak, ditandai dengan radang yang jelas dan erithema di
genitalia, demam, menggigil, dan malaise. Rata-rata durasi gejala adalah 5 hari. Pemeriksaan fisik
memegang peranan penting dalam penegakan diagnosis penyakit ini. Adanya blister pada kulit
skrotum maupun kulit penis disertai area selulitik dengan cairan kuning-coklat adalah patognomonis
bagi penyakit ini. Krepitus mungkin didapatkan pada tahapan ini, dan bau yang disebabkan bakteri
anaerob biasanya juga didapatkan.
1,2,3
Selain pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis fournier gangrene antara lain pemeriksaan laboratorium,
ultrasonografi (USG), computed tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI).
2

Komplikasi dari penyakit ini dapat berupa sepsis yang tidak mengalami perbaikan yang
mungkin dikarenakan debridemen yang tidak sempurna, sumber infeksi yang menetap, atau respon
imun pasien yang buruk. Kegagalan multi organ adalah konsekuensi yang ditakutkan pada sepsis
yang tidak mengalami perbaikan dan pada umumnya melibatkan sistem kardiovaskular, sistem
pernafasan dan sistem renal.
4

Fournier gangrene dapat berkembang menjadi infeksi jaringan lunak yang fulminan yang
menyebar dengan cepat, menyebabkan nekrosis kulit, jaringan lunak subkutaneus dan fascia dan
pada akhirnya dapat menjadi sepsis sistemik. Jika tidak didiagnosis dengan cepat dan mendapat
terapi dengan tepat, angka morbiditas dapat meningkat dengan signifikan dengan lama tinggal di
rumah sakit yang semakin panjang dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hal
tersebut, sangatlah penting bagi ahli urologi untuk menguasai diagnostik dan penanganan dari
kelainan ini.
1,2,3,4

Anda mungkin juga menyukai