Anda di halaman 1dari 2

Tetanus neonatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada bayi yang berusia dibawah 28

hari, dengan gejala klinik yang khas dimana timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan
kesulitan membuka mulut dan menetek, serta kejang-kejang pada saat beberapa hari setelah
lahir. Penyakit tetanus neonatorummerupakan suatu penyakit yang berbahaya dan memiliki tingkat
morbiditas yang tinggi. Maka dari itu penyakit tetanus neonatorumharus segera ditangani.
Apa sih penyebab penyakit tetanus neonatorum?
Penyakit tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri closiridium tetani, yang merupakan organisme
ibligat anacrob (tidak membutuhkan oksigen). Biasanya datangnya bakteri disebabkan infeksi selama
masa neonatan, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptik,
dan proses partus yang kurang steril.
Faktor Penyebab penyakit tetanus neonatorum
Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat juga seringkali meningkatkan risiko
penularan penyakit tetanus neonatorum. Kejadian ini masih lagi berlaku di negara-negara
berkembang dimana bidan-bidan yang melakukan pertolongan persalinan masih menggunakan
peralatan seperti pisau dapur atau sembilu untuk memotong tali bayi baru lahir.
Cara perawatan tali pusat dengan teknik tradisional seperti menggunakan ramuan untuk
menutup luka tali pusat dengan kunyit dan abu dapur, kemudian tali pusat tersebut dibalut
dengan menggunakan kain pembalut yang tidak steril, serta tempat pelayanan persalinan yang
tidak bersih dan steril.
Kekebalan ibu terhadap tetanus, merupakan faktor-faktor yang berperan untuk meningkatkan
risiko terjadinya neonatus neonatorum.
Patofisiologi penyakit tetanus neonatorum
Kuman tetanus masuk kedalam tubuh bayi, melalui tali pusat yang dipotong dengan menggunakan
alat yang tidak steril atau pada tali pusat yang dirawat tidak steril. Awalnya kuman masuk dalam
bentuk spora. Kemudian bila didaerah potongan tali pusat tidak mengandung oksigen yang cukup,
maka spora akan berkembang menjadi bentuk vegetatif yang dapat menghasilkan racun (toksin).
Toksin tersebut dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukasit, menyerang sistem saraf
dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
kekakuan / ketegangan dan spasme otot. Kekakuan dimulai pada tempat masuknya kuman atau
pada otot yang kecil seperti otot pipi/ masseter disebut: trismus).
Jika toksin masuk ke sum-sum tulang belakang, maka terjadi kekakuan yang makin berat pada
anggota gerak, otot-otot bergaris di dada, perut dan timbul kejang seluruh tubuh, jika toksin mencapai
sistem saraf pusat. Toksin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi gangguan
pada pernafasan, metabolisme, hemodonamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan
neuromuskular, penyempitan jalan nafas, hipertensi, gangguan irama jantung, demam tinggi,
merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu jarang dilaporkan karena penderita
sudah meninggal sebelum gejala timbul.
Bagaimana gejala penyakit tetanus neonatorum?
Penyakit tetanus neonatorum biasanya baru memperlihatkan gejala-gejala tetanus pada hari ketiga
setelah kelahiran. Hal ini disebabkan karena adanya masa inkubasi tetanus yang umumnya antara 3
12 hari. Penyakit tetanus neonatorum terjadi mendadak dengan otot yang makin bertambah
terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus.
Tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum ( karena tidak dapat menghisap)
2. Mulut mencucut seperti mulut ikan
3. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis
4. Kaku kuduk sampai opistotonus
5. Dinding Abdomen kaku, mengeras, dan kadang-kadang terjadi kejang
6. Dari berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardunikus.
7. Ekstermitas biasanya terulur atau kaku
8. Tiba-tiba bayi sensitive terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis lemah.
9. Terjadi penurunan kesadaran
Penanganan penyakit tetanus neonatoum
Dalam penanganan penyakit tetanus neonatorum harus dilakukan perawatan intensif. Prinsip
penanganan yang dilakukan pada penderita penyakit tetanus neonatorum adalah mencegah
terjadinya kejang kekakuan otot, menetralisasi racun dan membunuh kuman tetanus yang ada pada
tubuh. Untuk mencegah kejang/ kekakuan otot, diberikan obat golongan benzodiazepin.
Obat ini mempunyai aktivitas sebagai penenang, anti kejang, dan pelemas otot yang kuat. Efek
samping dapat berupa depresi pernafasam, terutama terjadi bila diberikan dalam dosis besar. Untuk
menetralisasir racun didalam tubuh, diberikan obat anti tetanus serum atau Human Tetanus
Immunuglobulin (HTIG). Terapi antibiotik diberikan bertujuan untuk memberantas kuman tetanus,
kuman ini peka terhadap penisilin grup beta laktam termasuk penisilin G, ampisilin, karbenisilin, dan
tikarsilin. Selain itu kuman ini juga peka terhadap obat klorampenikol, metronidazol, aminoglikosida
dan sefalosporin generasi ketiga. Tindakan bedah yang diperlukan untuk memberantas kuman
tersebut adalah dengan perawatan luka. Luka bekas potongan tali pusat dibersihkan dari benda asing
dengan menggunakan betadine dan hidorgen peroksida. Kemudian luka dibiarkan terbuka agar
oksigen dapat bersirkulasi baik kedalam luka.

Anda mungkin juga menyukai